Anda di halaman 1dari 44

Case Report Session

NASKAH PSIKIATRI

F.41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

Oleh
Wulandari Taradita 1840312463 P. 2665B
Sri Ayu Hana 1840312012 P. 2677B
Joshua Roberto Pratama 1840312460 P. 2664B

Pembimbing :

dr. Rini Gusya Liza,M.Ked, Sp. KJ

BAGIAN PSIKIATRI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSJ. PROF. HB. SAANIN

PADANG

2019

1
Case Report Session

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan anxietas atau cemas merupakan suatu keadaan patologik yang ditandai oleh
perasaan ketakutan disertai tanda somatik pertanda sistem saraf autonom yang hiperaktif.
Dibedakan dari rasa takut yang merupakan respon terhadap suatu penyebab yang jelas.
Kecemasan tidak terikat pada suatu benda atau keadaan tetapi mengembang bebas. Bila
kecemasan hebat sekali mungkin terjadi panik. Orang itu menjadi berbahaya dengan sikap
yang agresif dan mengancam.1
Dari studi kepustakaan yang dibuat oleh Lewis pada tahun 1970, ditemukan bahwa
istilah anxietas mulai diperbincangkan pada permulaan abad ke-20. Kata dasar anxietas
dalam bahasa Indo Jerman adalah ‘’angh’’ yang dalam bahasa latin berhubungan dengan kata
‘’angustus, ango, angor, anxius, anxietas, angina”. Kesemuanya mengandung arti ‘’sempit”
atau ‘’konstriksi”. Pada tahun 1894, Freud menciptakan istilah “anxiety neurosis”. Kata
anxiety diambil dari kata ‘’angst” yang berarti ‘’ketakutan yang tidak–perlu’’.2
Pada mulanya Freud mengartikan anxietas itu sebagai transformasi lepasnya
ketegangan seksual yang menumpuk melalui system saraf otonom dengan menggunakan
saluran pernafasan. Kemudian anxietas ini diartikan sebagai perasaan takut atau khawatir
yang berasal dari pikiran atau keinginan yang direpresi. Akhirnya anxietas diartikan sebagi
suatu respon terhadap situasi yang berbahaya.3
Menurut DSM-V yang dimaksud gangguan cemas menyeluruh adalah suatu keadaan
ketakutan atau kecemasan yang berlebih-lebihan, dan menetap sekurang kurangnya selama
enam bulan mengenai sejumlah kejadian atau aktivitas disertai oleh berbagai gejala somatik
yang menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi sosial, pekerjaan, dan fungsi - fungsi
lainnya.4
Dalam beberapa kasus, kecemasan adalah kondisi kesehatan mental yang
membutuhkan pengobatan. Gangguan kecemasan umum (generalized anxiety disorder)
misalnya, ditandai dengan kekhawatiran persisten (menetap) tentang keprihatinan besar atau
kecil. Dalam beberapa kasus, kecemasan disebabkan oleh kondisi medis yang memerlukan
perawatan.2,5

2
Case Report Session

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan laporan kasus ini adalah untuk mempelajari, memahami, dan
menelaah kasus yang berhubungan dengan definisi, epidemiologi, etiologi, gambaran klinis,
diagnosis, tatalaksana, dan prognosis gangguan cemas menyeluruh.

1.3 Metodologi Penulisan

Metode penulisan laporan kasus ini berupa tinjauan kepustakaan merujuk kepada
berbagai literatur seperti textbook dan jurnal.

3
Case Report Session

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Cemas dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu hal yang normal dan respon adaptasi
terhadap ancaman yang mempersiapkan individu tersebut untuk “flight or fight”.
Seseorang yang cemas terhadap segala sesuatu dapat dikatakan mengalami gangguan
cemas menyeluruh.2

Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, (GAD) merupakan


kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan
dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan
sehari-hari. Kondisi ini dialami hampir sepanjang hari, berlangsung sekurang-kurangnya
selama 6 bulan. Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan
dengan gejala-gejala somatik seperti ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, dan
kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna
dalam fungsi sosial dan pekerjaan.2

GAD ditandai dengan kecemasan yang berlebihan dan khawatir yang berlebihan
tentang peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-harinya tanpa alasan yang jelas untuk
khawatir. Kecemasan ini tidak dapat dikontrol sehingga dapat menyebabkan timbulnya
stres dan mengganggu aktivitas sehari-hari, pekerjaan dan kehidupan social.2

2.2 EPIDEMIOLOGI.

Gangguan cemas menyeluruh adalah keadaan yang lazim, perkiraan yang masuk akal
untuk prevalensi 1 tahun berkisar antara 3 dan 8 persen. Rasio perempuan banding laki-
laki pada gangguan ini sekitar 2 banding 1 tetapi rasio perempuan banding laki-laki yang
dirawat inap dirumah sakit untuk gangguan ini sekitar 1 banding 1. Prevalensi seumur
hidupnya adalah 45 persen.2,5

Gangguan cemas menyeluruh mungkin adalah gangguan yang paling sering


muncul bersamaan dengan gangguan jiwa lain, biasanya fobia sosial, fobia spesifik,
gangguan panik, atau gangguan depresif. Mungkin 50 hingga 90 persen pasien dengan
gangguan cemas menyeluruh memiliki gangguan jiwa lain. Sebanyak 25 persen pasien
akhirnya mengalami gangguan panik. Suatu tambahan presentase pasien yang tinggi

4
Case Report Session

cenderung memiliki gangguan depresif berat. Gangguan lazim yang terkait gangguan
cemas menyeluruh adalah gangguan distimik, fobiasosial dan spesifik, serta gangguan
terkait zat.2,5

2.3 ETIOLOGI
Terdapat beberapa teori yang mendasari kecemasan ditinjau dari kontribusi 2 ilmu, yaitu
ilmu psikologi dan ilmu biologi.8

1. Teori psikologis
a. Teori psikoanalitik
Definisi Freud, kecemasan dipandang sebagai hasil dari konflik psikis
antara keinginan seksual atau agresif sadar dan ancaman sesuai dari realitas super
ego atau eksternal. Dalam menanggapi sinyal ini, ego mengerahkan mekanisme
pertahanan untuk mencegah pikiran dan perasaan yang tidak dapat diterima dari
muncul dalam kesadaran.
b. Teori perilaku
Teori-teori perilaku atau belajar dari kecemasan mendalilkan bahwa
kecemasan merupakan respon terkondisi terhadap rangsangan lingkungan
tertentu.
c. Teori eksistensial
Konsep utama teori eksistensial adalah bahwa orang-orang mengalami
perasaan hidup dialam semesta tanpa tujuan. Kecemasan merupakan respon
mereka terhadap kekosongan yang dirasakan dalam keberadaan dan makna.
2. Teori biologi
a. Otonom Sistem saraf
Sistem saraf otonom dari beberapa pasien dengan gangguan
kecemasan, terutama mereka dengan gangguan panik, menunjukkan nada
simpatik meningkat, beradaptasi perlahan terhadap rangsangan berulang, dan
merespon berlebihan terhadap rangsangan moderat.
b. Neurotransmitter
Tiga neurotransmitter utama yang terkait dengan kecemasan pada basis
studi hewan dan tanggapan terhadap terapi obat adalah norepinefrin (NE),
serotonin, dan Î ³- aminobutyric acid (GABA).
 Norepinefrin

5
Case Report Session

Teori umum tentang peran norepinefrin pada gangguan kecemasan adalah


bahwa pasien yang terkena mungkin memiliki sistem noradrenergic buruk diatur
dengan semburan sesekali aktivitas.
 Serotonin
Beberapa laporan menunjukkan bahwa meta-
chlorophenylpiperazine(MCPP), obat serotonergik dengan beberapa efek dan
nonserotonergic, dan fenfluramine (Pondimin), yang menyebabkan pelepasan
serotonin, menimbulkan kecemasan meningkat pada pasien dengan gangguan
kecemasan.
 GABA
Dari beberapa studi yang telah dilakukan menyebabkan peneliti untuk
berhipotesis bahwa beberapa pasien dengan gangguan kecemasan memiliki fungsi
abnormal reseptor GABA mereka, meskipun sambungan ini belum terbukti
secara langsung.
c. Otak-Imaging Studi
Berbagai studi pencitraan otak, hampir selalu dilakukan dengan gangguan
kecemasan tertentu, telah menghasilkan beberapa kemungkinan mengarah pada
pemahaman gangguan kecemasan. Dalam satu studi MRI, cacat tertentu
dilobus temporal kanan tercatat pada pasien dengan gangguan panik.
d. Penelitian genetika
Penelitian genetik telah menghasilkan bukti kuat bahwa setidaknya
beberapa komponen genetik berkontribusi terhadap perkembangan gangguan
kecemasan. Keturunan telah diakui sebagai faktor predisposisi dalam
pengembangan gangguan kecemasan. Hampir setengah dari semua pasien
dengan gangguan panik memiliki setidaknya satu kerabat yang terkena dampak.
e. Pertimbangan neuroanatomi
Lokus seruleus dan proyek inti raphe terutama ke sistem limbik dan korteks
serebral. Dalam kombinasi dengan data dari studi radiologi otak, daerah ini telah
menjadi fokus dari banyak hipotesis tentang pembentukan substrat neuroanatomi
dari gangguan kecemasan.

6
Case Report Session

 Sistem limbiks
Dua bidang sistem limbik telah menerima perhatian khusus dalam literatur:
peningkatan aktivitas dijalur septohippocampal, yang dapat menyebabkan
kecemasan.
 Korteks serebral
Korteks serebral frontal terhubung dengan wilayah parahippocampal,
cingulate gyrus, dan hipotalamus dan dengandemikian mungkin terlibat dalam
produksi gangguan kecemasan. Korteks temporal juga telah terlibat sebagai situs
patofisiologi pada gangguan kecemasan.

2.4 PATOFISIOLOGI

Pada kecemasan terjadi mekanisme sebagaimana terjadi pada stress. Terjadi


pengaktifan sistem saraf simpatis dan aktivasi hipotalamus-hipofisis-adrenal. Bila
sebagian besar daerah sistem saraf simpatis melepaskan impuls pada saat yang
bersamaan, maka dengan berbagai cara, keadaan ini akan meningkatkan kemampuan
tubuh untuk melakukan aktivitas otot yang besar, diantaranya dengan cara : 9
1. Peningkatan tekanan arteri
2. Peningkatan aliran darah untuk mengaktifkan otot-otot bersamaan dengan
penurunan aliran darah ke organ-organ, seperti traktus gastrointestinalis dan
ginjal, yang tidak diperlukan untuk aktivitas motorik cepat
3. Peningkatan kecepatan metabolisme sel di seluruh tubuh
4. Peningkatan konsentrasi glukosa darah
5. Peningkatan proses glikolisis di hati dan otot
6. Peningkatan kekuatan otot
7. Peningkatan aktivitas mental
8. Peningkatan kecepatan koagulasi darah.
Seluruh efek diatas menyebabkan orang tersebut dapat melaksanakan aktivitas
fisik yang jauh lebih besar daripada bila tidak ada efek tersebut. Keadaan ini sering
disebut sebagai respons stress simpatis. Sistem simpatis terutama teraktivasi dengan
kuat pada berbagai keadaan emosi, termasuk didalamnya kecemasan dan stres.
Jika stress menyebabkan keseimbangan terganggu, maka tubuh kita akan
melalui serangkaian tindakan (respons stres) untuk membantu tubuh mendapatkan
kembali keseimbangan. Perjuangan untuk mempertahankan keseimbangan ini disebut

7
Case Report Session

sebagai sindrom adaptasi umum. Ini adalah cara tubuh bereaksi terhadap stres dan
untuk membawa kembali sistem tubuh ke keadaan yang seimbang.
Tahapan salah satu responnya disebut fase alarm, yang dicirikan oleh aktivasi
langsung dari sistem saraf dan kelenjar adrenal. Berikutnya fase resistensi, yang
ditandai dengan aktivasi hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA) axis. HPA axis adalah
sistem terkoordinasi dari tiga jaringan endokrin yang mengelola respon kita terhadap
stres.
HPA adalah bagian utama dari sistem neuroendokrin yang mengendalikan
reaksi terhadap stres dan memiliki fungsi penting dalam mengatur berbagai proses
tubuh seperti pencernaan, sistem kekebalan tubuh dan penggunaan energi. Spesies dari
manusia ke organisme yang paling kuno berbagi komponen dari sumbu HPA. Ini
adalah mekanisme untuk satu set interaksi di antara kelenjar, hormon dan bagian-
bagian tengah otak yang menengahi sindrom adaptasi umum.
Sedikit kenaikan kortisol memiliki beberapa efek positif termasuk semburan
energi untuk alasan bertahan hidup, peningkatan fungsi memori, semburan lebih rendah
meningkatkan kekebalan dan kepekaan terhadap rasa sakit.
Masalah terjadi ketika kita meminta tubuh kita bereaksi terlalu sering atau
dengan perlawanan yang berlebihan - baik dari yang dapat mengakibatkan
meningkatnya kadar kortisol. Ketika stres diulangi, atau konstan, kadar kortisol
meningkat dan tetap tinggi - menyebabkan fase ketiga dari sindrom adaptasi umum
yang tepat disebut sebagai overload. Pada tahap overload, sistem tubuh mulai memecah
dan risiko penyakit kronis meningkat secara signifikan.
Diketahui bahwa orang-orang normal tingkat kortisol dalam aliran darah
puncaknya terjadi pada pagi hari dan berkurang seiring berjalannya hari itu. Sekresi
kortisol bervariasi antar individu. Satu orang dapat mengeluarkan kortisol lebih tinggi
daripada yang lain dalam situasi yang sama. Penelitian juga menunjukkan bahwa
orang-orang yang mengeluarkan tingkat kortisol lebih tinggi sebagai respons terhadap
stres juga cenderung makan lebih banyak makanan, dan makanan yang lebih tinggi
karbohidrat daripada orang yang kurang mengeluarkan kortisol.

Neurotransmitters
Tiga neurotransmitters utama yang berhubungan dengan dasar dari penelitian
binatang dan respon kepada penanganan obat adalah norepinephrine (MODA),
serotonin, dan β-asam aminobutyric (GABA). Sebagian besar informasi dasar

8
Case Report Session

neuroscience tentang eksperimen binatang membentuk paradigma tingkah laku dan


agen psikoaktif. Satu diantarnya adalah eksperimen untuk mempelajari test konflik,
dimana binatang secara simultan menghadiahi stimuli yang positif (e.g., makanan) dan
negatif (e.g., goncangan elektrik). Obat-obatan Anxiolytic (e.g., benzodiazepines)
cenderung untuk memberikan fasilitas adaptasi pada binatang terhadap situasi ini,
sedangkan obat-obatan lain (e.g., amfitamin) lebih lanjut mengganggu respon tingkah
laku binatang.9,11

Norepinephrine
Gejala kronis pasien dengan gangguan cemas, seperti serangan panik, kesulitan
untuk tidur, mengejutkan, dan autonomic hyperarousal, adalah karakteristik
noradrenergic yang meningkat. Teori umum tentang peran dari norepinephrine dalam
ketidakteraturan dimana dipengaruhi pasien, mungkin mempunyai satu sistem
noradrenergic yang buruk pengaturannya sehingga terjadi ledakan sekali-kali dari
aktivitas ini. Badan sel dari sistem noradrenergic terutama dilokalisir pada tempat
ceruleus di rostral pons, dan fungsinya memproyeksikan akson-akson pada korteks
cerebral, sistem limbic, brainstem, dan tali tulang belakang. Eksperimen dalam
kardinal/primata telah mendemonstrasikan stimulasi itu sehingga dari tempat ceruleus
menghasilkan suatu respon ketakutan dalam binatang dan ablasi pada area yang sama,
menghalangi atau seluruhnya menghalangi kemampuan dari binatang untuk
membentuk suatu respon ketakutan.9,11
Penelitian pada manusia telah ditemukan bahwa dalam pasien dengan gangguan
panik, receptor β adrenergic agonists (e.g., isoproterenol [Isuprel]) dan sel peka
terhadap rangsangan 2-adrenergic antagonis (e.g., yohimbine [Yocon]) bisa membuat
serangan panik bertambah parah. Sebaliknya, clonidine (Catapres), sel yang peka
terhadap rangsangan agonist, mengurangi gejala pada beberapa situasi eksperimental
dan dapat mengobati. Sebuah temuan lain adalah pasien dengan gangguan cemas,
gangguan terutama panik, telah menyebabkan cerebrospinal mengalir (CSF) atau
terpresentasi dalam uruin dalam bentuk noradrenergic metabolite 3-methoxy-4-
hydroxyphenylglycol (MHPG).9,11

Hypothalamic-Pituitary-Adrenal (HPA)
Sumbu HPA adalah bagian utama dari sistem Neuroendokrin (Saraf pada
hormon) yang mengontrol reaksi terhadap Stres dan memiliki fungsi penting dalam

9
Case Report Session

mengatur berbagai proses tubuh seperti pencernaan, sistem kekebalan tubuh ,suasana
hati, emosi, seksualitas, dan penyimpanan-penggunaan energi. Sumbu HPA juga
terlibat dalam gangguan kecemasan, gangguan bipolar, pasca-traumatic stress disorder,
depresi klinis, kelelahan dan sindrom iritasi usus besar.10
Pada sistem HPA, Corticotropin Releasing Hormone (CRH) menyebabkan
hipofisis melepaskan Adrenocorticotropin Hormone (ACTH). Kemudian ACTH
merangsang korteks adrenal untuk mensekresi kortisol. Selanjutnya kortisol kembali
memberikan umpan balik terhadap aksis hipotalamus- hipofisis, dan menghambat
produksi CRH-ACTH. Sistem mengalami fluktuasi, bervariasi menurut kebutuhan
fisiologis akan kortisol.10
Sistem saraf pusat dihubungkan dengan hipofisis melalui hipotalamus.
Hubungan ini adalah hubungan yang paling nyata antara sistem saraf pusat dan sistem
endokrin. Kedua sistem ini saling berhubungan baik melalui hubungan saraf maupun
vaskuler. Pembuluh darah menghubungkan hipotalamus dengan sel-sel kelenjar
hipofisis anterior. Pembuluh darah ini berakhir sebagai kapiler pada kedua ujungnya,
dan karena itu dikenal sebagai sistem portal. Dalam hal ini, sistem yang
menghubungkan hipotalamus dengan kelenjar hipofisis disebut sebagai sistem portal
hipotalamus-hipofisis. Sistem portal merupakan saluran vaskuler yang penting karena
memungkinkan pergerakan hormon pelepasan dari hipotalamus ke kelenjar hipofisis,
sehingga memungkinkan hipotalamus mengatur fungsi hipofisis. 10
Rangsangan yang berasal dari otak mengaktifkan neuron dalam nukleus
hipotalamus yang mensintesis dan mensekresi protein yang dikenal sebagai hormon
pelepas atau penghambat. Hormon-hormon ini dilepaskan ke pembuluh darah sistem
portal dan akhirnya mencapai sel-sel dalam kelenjar hipofisis. Kelenjar hipofisis
memberi respon terhadap hormon pelepas dengan melepaskan hormo-hormon tropik
hipofisis. Dalam rangkaian kejadian ini, hormon-hormon yang dilepaskan oleh kelenjar
hipofisis diangkut bersama darah dan merangsang kelenjar-kelenjar lain, menyebabkan
pelepasan hormon-hormon kelenjar sasaran. Akhirnya hormon-hormon kelenjar sasaran
bekerja pada hipotalamus dan sel-sel hipofisis yang mengatursekresi hormon.10
Modalitas pengaturan umpan balik, tempat produk hormonal dari kelenjar
sasaran,bekerja menghambat pelepasan hormon tropik hipofisis yang berhubungan.
Pengaturan sekresi hormon jenis ini dikenal sebagai sistem pengaturan umpan balik
negatif. Secara sederhana dapat dikatakan umpan balik terjadi jika keluaran suatu
sistem melawan perubahan masukan. Umpan balik negatif mempertahankan

10
Case Report Session

konsentrasi plasma suatu hormon dalam kadar tertentu. Umumnya hormon-hormon


hipofisiotropik mengawali rangkaian tiga hormon (three-hormone sequence): (1)
pengeluaran hormon hipotalamus, (2) hormon tropik hipofisis anterior, dan (3) hormon
organ-sasaran perifer. Dengan satu pengecualian, selainmenimbulkan efek
fisiologisnya, hormon organ sasaran perifer juga bekerja menekan sekresi hormone
tropik yang mendorong sekresinya penekanan ini yang disebut sebagai umpan balik
negatif lengkung panjang (long-loop negative feed back). Umpan balik negatif ini,
dilaksanakan oleh hormon organ-sasaran dengan bekerja secara langsung pada hipofisis
itu sendiri atau pada pengeluaran hormon hipotalamus, yang kemudian mengatur fungsi
hipofisis anterior.10
Sebagai contoh sistem CRH-ACTH-kortisol. Pada sistem hipotalamus-hipofisis-
adrenal, corticotropin releasing hormone (CRH) menyebabkan hipofisis melepaskan
ACTH. Kemudian ACTH merangsang korteks adrenal untuk mensekresi kortisol.
Selanjutnya kortisol kembali memberikan umpan balik terhadap aksis hipotalamus-
hipofisis,dan menghambat produksi CRH-ACTH. Sistem mengalami fluktuasi,
bervariasi menurut kebutuhan fisiologis akan kortisol. Jika sistem menghasilkan terlalu
banyak ACTH, sehingga terlalu banyak kortisol, maka kortisol akan mempengaruhi
kembalidan menghambat produksi CRH oleh hipotalamus serta menurunkan kepekaan
sel-sel penghasil ACTH terhadap CRH dengan bekerja secara langsung pada hipofisis
anterior. Melalui pendekatan ganda ini, kortisol melakukan kontrol umpan balik negatif
untuk menstabilkan konsentrasinya sendiri dalam plasma. Apabila kadar kortisol mulai
turun, efek inhibisi kortisol pada hipotalamus dan hipofisis anterior berkurang sehingga
faktor-faktor yang merangsang peningkatan sekresi kortisol (CRH-ACTH) akan
meningkat. Sistem ini peka karena produksi kortisol atau pemberian kortisol atau
glukokortikoid sintetik lain secara berlebihan dapat dengan cepat menghambat aksis
hipotalamus-hipofisis dan menghentikan produksi ACTH. Konsep pengaturan umpan
balik mempunyai implikasi yang praktis pada pasien-pasien dengan terapi
kortikosteroid menahun. Pada pasien-pasien ini pelepasan ACTH tertekan. Jika steroid
dihentikan dengan tiba-tiba, pasien dapat mengalami insufisiensi adrenal.10
Walaupun kecepatan sekresi hormon biasanya diatur oleh suatu bentuk umpan
balik negatif, hal ini tidak berarti bahwa sekresi hormon-hormon tersebut selalu
dipertahankan konstan. Kecepatan sekresi semua hormon secara berirama berfluktuasi
naik turun sebagai fungsi waktu. Karakteristik fisiologis lain dari aksis hipotalamus-
hipofisis adalah adanya irama. Irama merupakan gambaran umum pada banyak

11
Case Report Session

produksi hormon, dan irama ini berasal dari struktur otak. Irama endokrin yang paling
sering adalah irama diurnal (“siang-malam”)atau sirkardian (sepanjang hari), yang
ditandai oleh osilasi berulang kadar hormon yang sangat teratur dan memiliki frekuensi
satu siklus setiap 24 jam.ACTH merupakan contoh irama yang baik, atau siklus
pelepasan hormon. Pada pengukuran kadar ACTH dan kortisol setiap jam selama 24
jam, terlihat adanya peningkatan pada pagi hari, kemudian menurun dan meningkat lagi
pada malam hari untuk mencapai puncaknya pada esok paginya. Karena pelepasan
hormon oleh kelenjar hipofisis terjadi dengan cepat, maka pelepasan hormon ini
dikatakan juga sebagai pelepasan hormon episodik.10
Banyak sistem kontrol endokrin melibatkan refleks neuroendokrin, yang
mencakup komponen saraf maupun hormon. Tujuan refleks semacam ini adalah untuk
meningkatkan dengan cepat sekresi hormon (yaitu, menaikkan patokan termostat)
sebagai respon terhadap rangsangan spesifik yang sering berupa rangsangan eksternal.
Sistem saraf dapat mempengaruhi sekresi hormon melalui beberapa cara. Pada
beberapa keadaan, masukan saraf ke kelenjar endokrin merupakan satu-satunya faktor
yang mengatur sekresi hormon. Sebagai contoh, sekresi epinefrin oleh medula adrenal
mutlak dibawah pengaruh sistem saraf simpatis. Sebagian sistem kontrol endokrin, di
pihak lain, mencakup kontrol umpan balik negatif, yang mempertahankan hormon
dalam tingkat basal, dan refleks neuroendokrin, yang menyebabkan letupan mendadak
sekresi hormon sebagai respons terhadap peningkatan kebutuhan yang mendadak,
misalnya peningkatan sekresi kortisol oleh korteks adrenal selama respon stres.Sekresi
kortisol oleh korteks adrenal diatur oleh sistem umpan balik negatif lengkung panjang
yang melibatkan hipotalamus dan hipofisis anterior. Hormon ACTH dari hipofisis
anterior merangsang korteks adrenal untuk mengeluarkan kortisol. ACTH berasal dari
sebuah molekul prekusorbesar; propiomelanokortin, yang diproduksi di dalam
retikulum endoplasma sel penghasil ACTH hipofisis anterior. Karena bersifat tropik
bagi zona fasikulata dan retikularis, ACTH merangsang pertumbuhan dan sekresi
kedualapisan dalam korteks adrenal ini. Apabila tidak tersedia ACTH dalam jumlah
adekuat, lapisan-lapisan ini akan mengecil secara bermakna, dan sekresi kortisol akan
secara drastis berkurang.10
Sekresi kortisol hampir seluruhnya diatur oleh ACTH yang disekresi oleh
kelenjar hipofisisanterior. Selanjutnya sel penghasil ACTH hanya mensekresi atas
perintah CRH dari hipotalamus. Kontrol umpan balik dilaksanakan oleh efek

12
Case Report Session

penghambat kortisol pada sekresi CRH dan ACTH, masing-masing oleh hipotalamus
dan hipofisis anterior.10

Gambar 1 HPA axis - diambil dari Clinical Neuroscience (Smith dan Vale,
2006)10

Serotonin
Identifikasi dari banyak jenis reseptor serotonin telah menstimulasi pencarian
dari peran serotonin pada pathogenesis gangguan cemas. Tipe berbeda dari hasil
tekanan akut dalam peningkatan 5-hydroxytryptamine (5-HT) terjadi di korteks
prefrontal, nukleus accumbens, amygdala, dan hypothalamus lateral. Keterikatan pada
hubungan ini pada awalnya termotivasi oleh observasi dimana serotonergic
antidepressants mempunyai efek terapeutik pada beberapa gangguan cemas, sebagai
contoh, clomipramine (Anafranil) pada OCD. Efektivitas dari buspirone (BuSpar),
suatu serotonin 5-HT1A reseptor agonis, dalam penanganan dari gangguan cemas juga
menyarankan kemungkinan dari satu asosiasi antara serotonin dan kecemasan. Badan
sel dari sebagian besar neuron serotonergic adalah terletak di raphe nuclei di rostral
brainstem dan memproyeksikan ke korteks cerebral, sistem limbik (terutama, amygdala
dan hippocampus), dan hipotalamus. Beberapa laporan menunjukkan bahwa meta-
chlorophenylpiperazine (mCPP), satu obat dengan berbagai efek serotonergik dan
nonserotonergik, dan fenfluramine (Pondimin), yang menyebabkan pelepasan dari
serotonin, juga menyebabkan peningkatan rasa cemas pada pasien dengan gangguan
cemas, dan banyak laporan anekdot menunjukkan bahwa serotonergic hallucinogens
serta stimulan, sebagai contoh, asam lysergic diethylamide (LSD) dan 3,4-

13
Case Report Session

methylenedioxymethamphetamine (MDMA) dihubungkan dengan perkembangan


gangguan cemas akut dan kronis pada orang yang menggunakan obat-obatan ini.
Penelitian Klinis dari 5-HT berfungsi pada gangguan cemas yang mempunyai hasil
campuran. Satu penelitian menemukan bahwa pasien dengan gangguan panik
mempunyai tingkat yang lebih rendah dalam sirkulasi 5-HT bandingkan dengan
pengaturannya. Dengan begitu, tidak ada pola jelas dari kelainan dalam fungsi 5-HT
pada gangguan panik yang muncul dari analisa dari unsur-unsur darah perifer.11

GABA
Sebuah peran dari GABA pada gangguan cemas adalah sebagian besar
didukung oleh keefektifan dari benzodiazepines, yang meningkatkan aktivitas dari
GABA pada reseptor GABA tipe A (GABAA), dalam penanganan dari beberapa bentuk
gangguan cemas. Walaupun benzodiazepines potensi-rendah adalah paling efektif
untuk gejala gangguan cemas pada umumnya, potensi-tinggi benzodiazepines, seperti
alprazolam (Xanax), dan clonazepam adalah efektif dalam penanganan dari gangguan
panik. Penelitian pada primata telah ditemukan bahwa susunan saraf otonom
memperlihatkan gejala gangguan cemas yang diinduksi ketika satu benzodiazepine
invers agonist, asam β-carboline-3-carboxylic (BCCE) dikelola. BCCE juga dapat
menyebabkan kecemasan. Antagonis benzodiazepine, flumazenil (Romazicon),
menyebabkan serangan panik yang sering pada pasien dengan gangguan panik. Data ini
telah memimpin peneliti untuk memberikan hipotesa bahwa beberapa pasien dengan
gangguan cemas mempunyai fungsi abnormal dari reseptor GABAA mereka, walaupun
hubungan ini sudah tidak diperlihatkan secara langsung.11

2.5 GAMBARAN KLINIS


Pasien dengan GAD mengalami rasa khawatir yang berlebihan, tidak realistis,
dan persisten, yang berhubungan dengan tegang otot, gangguan konsentrasi,
hiperaktivitas otonom, gelisah, dan insomnia. Ansietasnya berlebihan dan mengganggu
aspek kehidupan lain. Hiperaktivitas otonom sering bermanifestasi sebagai napas
pendek, keringat berlebihan, palpitasi, dan berbagai gejala gastrointestinal. Onset
biasanya sebelum usia 20 tahun, dan adanya riwayat ketakutan dan inhibisi sosial pada
masa kanak-kanak. Lebih dari 80% pasien GAD juga mengalami depresi mayor,
distimia atau fobia sosial. Komorbid penyalahgunaan zat biasa terjadi pada pasien ini,

14
Case Report Session

terutama alkohol dan/atau zat sedatif/hipnotik. Pasien GAD khawatir berlebihan


mengenai hal-hal kecil, dan hal ini mengganggu kehidupan.7,12
Pasien dengan GAD biasanya mencari dokter umum atau dokter penyakit dalam
untuk membantu gejala somatik mereka. Selain itu, pasien pergi ke dokter spesialis
untuk gejala spesifik seperti diare kronis. Gangguan medis spesifik nonpsikiatri jarang
ditemukan dan perilaku pasien bervariasi saat mencari dokter. Sejumlah pasien
menerima diagnosis GAD dan terapi yang sesuai, lainnya mencari konsultasi medis
tambahan untuk masalah mereka.7,12

2.6 DIAGNOSIS
Kriteria diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh menurut PPDGJ III yaitu:13
 Penderita harus menunjukkan ansietas sebagai gejala primer yang berlangsung
hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja
(sifatnyafree floating atau mengambang)
 Gejala-gejala tersebut biasanya mencangkup unsur-unsur berikut :
a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk, sulit
konsentrasi, dsb).
b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai).
c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-
debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb).
 Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenagkan serta
keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol.
 Adanya gejala-gejala lain yang berisfat sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Ansietas
menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode
depresif, gangguan ansietas fobik, gangguan panik, atau gangguan obsesif
kompulsif.

2.7 DIAGNOSIS BANDING


Diagnosis banding GAD mencangkup semua gangguan medis yang dapat
menyebabkan ansietas. Pemeriksaan medis harus mencangkup uji kimia darah standar,
EKG dan uji fungsi tiroid. Klinisi harus menyeingkirkan intoksikasi kafein,

15
Case Report Session

penyalahgunaan stimulan, putus alkohol, dan putus obat sedatif hipnotik atau ansiolitik.
Pemeriksaan status mental dan anamnesis harus menggali kemungkinan diagnostik
gangguan panik, fobia, dan gangguan obsesif kompulsif.7
Umumnya pasien gangguan panik mencari terapi lebih dini, , memiliki awitan
gejala mendadak, dan tidak terlalu direpotkan gejala somatik dibandingkan pasien
GAD.7 Membedakan GAD dengan gangguan depresif berat serta distimik dapat sulit
dilakukan; kenyataannya kedua gangguan ini sering muncul bersamaan.7 Kemungkinan
diagnosis lain adalah gangguan penyesuaian dengan ansietas, hipokondriasis, gangguan
defisit-atensi/hiperaktivitas dewasa, gangguan somatisasi, dan gangguan kepribadian.7

2.8 TATALAKSANA

Tatalaksana pada gangguan cemas menyeluruh mencakup Psikoterapi Berorientasi


Tilikan (Insight), terapi kognitif-perilaku, terapi suportif.

1. Psikoterapi Berorientasi Tilikan (Insight)17,18


Pasien diajak untuk mengungkap konflik masa lalu yang mendasari dan
menjadi sumber kecemasan yang sebenarnya, menilik egostrength, relasi obyek, serta
keutuhan self pasien. Tujuannya agar terapis dapat memperkirakan sejauh mana
pasien dapat diubah untuk menjadi lebih matur, bila tidak tercapai, minimal kita
memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.

2. Terapi Suportif17,18
Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi-potensi yang
ada dan belum tampak, didukung egonya, agar bisa lebih beradaptasi optimal dalam
fungsi sosial dan pekerjaannya.

3. Cognitive-Behaviour Therapy (CBT)17,18


Pasien diajak secara langsung mengenali distorsi kognitif dan pendekatan
perilaku, mengenali gejala somatik secara langsung, Teknik utama yang digunakan
adalah relaksasi dan biofeedback. Teknik CBT didasari dari 4 cara, yaitu :
a) Exposure Theraphy
Pasien dihadapkan pada benda atau situasi yang dicemaskannya, prosedurnya ada
tiga tipe, yaitu In Vivo, Imaginal, dan Interoceptive.
b) Anxiety Management and Stress Inoculation
Pasien dilatih untuk mengatur dan menghentikan kecemasannya dengan cara
mengidentifikasi pikiran-pikiran kecemasannya lalu menggantinya dengan respon
yang lebih positif. Dengan kata lain, pasien belajar untuk memikirkan berbagai hal
yang kurang menakutkan dari kejadian itu.
c) Cognitive Theraphy
Membantu pasien untuk menyingkirkan pemikiran yang tidak membantu dalam
kecemasan pasien.

16
Case Report Session

d) Interpersonal Skill Training


Pasien dengan gangguan anxietas mempunyai kekurangan dalam berkomunikasi
dengan orang lain sehingga latihan dalam kemampuan interpersonal sangat
membantu pasien dalam berkomunikasi.

e) Training relaksasi intensif : Pasien dilatih untuk merespons kecemasan yang baru
muncul dengan rileksasi dari pada dengan kepanikan.

4. Farmakoterapi16,17,18
a. Ansiolitik Golongan Benzodiazepin (BDZ)

Merupakan golongan ansiolitik lini pertama dan paling sering digunakan. BDZ
mampu mengatasi kecemasan dengan menurunkan kewaspadaan dan mampu
menghilangkan gejala somatik seperti ketegangan otot. Semua benzodiazepin memiliki
efikasi yang sama yaitu menyebabkan sedasi, gangguan kosentrasi dan amnesia
anterograde. Spektrum klinis benzodiazepin meliputi : Ansiolitik, Antikonvulsan, Anti-
insomnia dan premedikasi bedah. Beberapa contoh benzodiazepin:

JENIS KETERANGAN
Diazepam, Chlordiazepoxide Benzodiazepin broadspektrum
Nitrazepam, Flurazepam Lebih efektif sebagai antiinsomnia karena dosis
antiinsomnia berdekatan dengan dosis anticemas
Midazolam Onset cepat dan kerja singkat, cocok untuk premedikasi
bedah.
Bromazepam, Lorazepam, Lebih efektif sebagai anticemas karena dosis antiinsomnia
dan Clobazam dan anticemas yang berjauhan.
Clobazam Efek samping terhadap performa psikomotor paling kecil,
cocok untuk pasien dewasa atau pasien lansia yang ingin
aktif
Lorazepam Benzodiazepin dengan waktu paruh pendek dan tidak ada
akumulasi obat yang signifikan pada dosis terapi, cocok
untuk pasien dengan kelainan fungsi hati dan ginjal
Alprazolam EfeK : anticemas, anti-depresi
Indikasi : ansietas antisipatorik
onsetnya cepat

b. Ansiolitik Golongan Non-Benzodiazepin

JENIS KETERANGAN
Sulpiride Efek : meredakan gejala somatik
risiko ketergantungan atau kecanduan paling kecil
Fluoxetine, Indikasi : Pasien GAD dengan riwayat depresi
Sertraline, Sertralin dan paroxetin lebih baik daripada fluoxetin, karena fluoxetin
Paroxetin dapat meningkatkan ansietas sesaat
(Selective medikasi selama 8-12 minggu dengan dosis inisial yang kecil agar
Serotonin mengurangi efek anxiogenik di awal pengobatan dan dosis dinaikkan
Reuptake inhibitor) bertahap sampai dosis optimal
Buspirone Efek : memperbaiki gejala kognitif, meredakan cemas, kurang berefek

17
Case Report Session

untuk gejala somatik GAD


Indikasi : ansietas kronik, tidak respon dengan benzodiazepin, pasien
drug abuse.
Efektifitas buspiron sama seperti BDZ
tidak menyebabkan ketergantungan dan toleransi
BDZ onsetnya langsung dalam menghilangkan gejala cemas, Buspirone
perlu waktu 2-3 minggu.
Imipramine Efek : anticemas
(Antidepresan efektivitasnya dibandingkan BDZ dan Buspirone belum diketahui
Trisiklik) alternatif lain : Desmipramine atau Nortriptiline (efek antikolinergik
dan antiadrenergiknya lebih ringan)
Trazodone Indikasi : pasien yang tidak respon dengan golongan ansiolitik lainnya
(Antidepresan Penggunaan dibatasi karena efek samping sedasi dan priapismus yang
Atipik) tinggi Alternatif lain : Nefazodone (efek sampingnya lebih dapat
ditoleransi)
Venlafaxine Efek : anticemas dan antidepresi
(Antidepresan Indikasi : pasien GAD yang disertai Depresi Mayor
Atipik)
c. Antidepresan : SSRI( selective serotonine reuptake inhibitor )
SSRI adalah obat yang biasanya digunakan dalam pengobatan depresi, gangguan
kecemasan, dan beberapa digunakan dalam kasus gangguan kepribadian. SSRI
merupakan antidepresan terbaru. SSRI mengubah tingkat serotonin neurotransmitter di
otak, yang seperti neurotransmitter lain, membantu sel-sel otak berkomunikasi dengan
satu sama lain. SSRI dapat efektif terutama untuk pasien dengan komorbid depresi.
SSRI memiliki sifat anxiogenic pada saat digunakan pertama kali untuk pengobatan.
Kerugian SSRI yang menonjol, terutama fluxetine (Prozac®) adalah bahwa obat
ini meningkatkan ansietas secara sementara. Oleh sebab itu, SSRI sertraline (Zoloft ®)
dan paroxetine (Paxil ®) adalah pilihan yang lebih baik. Mulailah terapi dengan sertalin
atau paroksetin ditambah benzodiazepin kemudian menurunkan dosis benzodiazepin
setelah 2-3 minggu terapi.18

2.9 PROGNOSIS

GAD merupakan suatu kondisi kronis yang mungkin berlangsung seumur hidup.
Sebanyak 25% penderita akhirnya mengalami gangguan panik atau dapat mengalami
gangguan depresi mayor. Prognosis GAD tergantung pada beberapa faktor. Bila tidak
diterapi, GAD bisa terus berlanjut dan terus muncul dalam kehidupan pasien. Prognosis
semakin buruk pada orang yang memiliki lebih dari satu jenis gangguan kecemasan.
Terlebih, pada pasien GAD ini biasanya lebih sering atau cenderung menjadi perokok
berat, minum alkohol dan menyalahgunakan obat-obat tertentu dibandingkan orang
normal. Masing-masing dari hal tersebut membuat gejala cemas menjadi lebih mudah
muncul dalam jangka waktu singkat.9,10

18
Case Report Session

Prognosis juga memburuk bila terdapat adiksi (seperti adiksi nikotin, alkohol dan
obat-obatan) yang sekaligus dapat mempengaruhi kondisi kesehatan secara umum.
Akan tetapi, sebagian besar pasien menunjukkan perbaikan dengan kombinasi terapi
farmakologi dan terapi kognitif perilaku (CBT). Statistik menunjukkan dengan terapi
yang adekuat, sekitar 50% pasien akan membaik kondisinya dalam 3 minggu semenjak
terapi dimulai.9,10

19
Case Report Session

BAB 3

ILUSTRASI KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama (inisial) : Ny. AM, Panggilan: Ny. A

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat & Tanggal Lahir/Umur : Padang, 17-7-1985/33 tahun

Status Perkawinan : Menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Suku Bangsa : Minangkabau

Negeri Asal : Bungus

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Bungus Timur, Kecamatan Bungus Teluk Kabung

No HP : 085274309252

3.2 Keterangan Diri Allo/ Informan

Nama (inisial) : Tn. M

Jenis Kelamin : laki-laki

Umur : 35 tahun

Pekerjaan : Pegawai Swasta (Security)

Pendidikan : SMA

Alamat : Bungus Timur, Kecamatan Bungus Teluk Kabung

Hubungan dengan pasien : Suami

Keakraban dengan pasien : Akrab

Kesan pemeriksa/dokter terhadap keterangan yang diberikannya :

20
Case Report Session

(Dapat dipercaya/kurang dapat dipercaya)

3.3 Riwayat Psikiatri

Keterangan/anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini)

1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 18 Februari 2019 di Poli Dewasa RSJ. HB

Saanin Padang

2. Alloanamnesis dengan suami pasien pada tanggal 18 Februari 2019 di Poli Dewasa RSJ.

HB Saanin Padang

1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf

yang sesuai)

a. Sendiri

b. Keluarga

c. Polisi

d. Jaksa/ Hakim

e. Dan lain – lain

2. Sebab Utama

Pasien merasa cemas sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari

3. Keluhan Utama (Chief Complaint)

Pasien mengeluhkan rasa cemas yang berlangsung hampir setiap hari namun tidak

sepanjang hari

4. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang

Pasien pergi berobat ke poli RSJ Prof. HB Saanin Padang karena rasa cemas yang

berlangsung hampir setiap hari. Rasa cemas yang dirasakan tanpa penyebab yang spesifik.

Keluhan sudah dirasakan sejak tahun 2008 tetapi meningkat sejak 2 tahun ini sehingga pasien

sulit tidur dan makan terganggu. Pasien selama di rumah sering mencemaskan hal-hal yang

dilihat oleh pasien di televisi atau majalah. Cemas yang dirasakan pasien tidak terjadi pada

21
Case Report Session

situasi yang khusus, kadang pasien mencemaskan nasib buruk yang akan menimpa keluarga

atau mencemaskan suami dan anak pasien yang sedang berada di luar rumah. Pasien merasa

tidak bisa santai, sering gelisah karena cemas.

5. Riwayat Penyakit Dahulu

a. Riwayat Gangguan Psikiatri

Keluhan ini sudah dirasakan sejak pasien pulang dari Malaysia pada tahun 2008

tempat pasien bekerja. Menurut pasien rasa cemas yang dirasakan ini awalnya dikarenakan

ditempat kerja pasien dulu pasien sering dimarahi oleh bos pasien. Dulu pasien bekerja di

Malaysia sebagai buruh pabrik, setelah 4 tahun bekerja pasien memutuskan untuk pulang ke

kampung halaman. Pasien rutin kontrol ke poli RSJ Prof. HB Saanin Padang, setiap 2 minggu

sekali sejak tahun 2016.

Pasien juga sering berdebar-debar, nyeri ulu hati dan dalam 9 bulan terakhir ini pasien

sudah 5x kejang. Pasien merasa cemas yang penyebabnya tidak spesifik, kemudian pasien

histeris tiba-tiba dan kemudian kejang. Kejang berhenti sendiri, menurut pasien pada saat

kejang pasien tidak menyadari lingkungan sekitar pasien. Keluarga tidak tahu pasti

bagaimana kejang yang dialami pasien namun kelpuarga tetap membawa pasien ke orang

pintar di dekat tempat tinggal pasien, pasien mengakui tidak pernah mengobati gejala kejang

ini ke petugas kesehatan.

b. Riwayat Gangguan Medis

Riwayat hipertensi (-), DM (-)

c. Riwayat Penggunaan NAPZA

Tidak ada

22
Case Report Session

6. Riwayat keluarga

a) Identitas suami

IDENTITAS Suami Keterangan

Kewarganegaraan Indonesia

Suku bangsa Minangkabau

Agama Islam

Pendidikan SMA

Pekerjaan Securitry

Umur 35

Alamat Bungus

Hubungan pasien* Akrab

Dan lain-lain -

Ket : * coret yang tidak perlu

b) Sifat/ Perilaku suami............. :

(Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya/diragukan)

Pemalas (-)**, Pendiam (-), Pemarah (-), Mudah tersinggung (-), Tak suka Bergaul (-),

Banyak teman (+), Pemalu (-), Perokok berat (-), Penjudi (-), Peminum (-), Pecemas (-),

Penyedih (-), Perfeksionis (-), Dramatisasi (-), Pencuriga (-), Pencemburu (-), Egois (-),

Penakut (-), Tidak bertanggung jawab(-).

c) Saudara

Pasien adalah anak kelima dari 5 bersaudara. Pasien memiliki 3 orang saudara perempuan

dan 1 saudara laki-laki.

d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien

sendiri lingkari nomornya.*

23
Case Report Session

1. Lk/Pr (43 tahun) : saudara kandung

2. Lk/Pr (40 tahun) : saudara kandung

3. Lk/Pr (38 tahun) : saudara kandung

4. Lk/Pr (37 tahun) : saudara kandung

5. Lk/Pr (33 tahun)

e) Gambaran sikap/perilaku masing – masing saudara pasien dan hubungan pasien terhadap

masing – masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan serupa dengan yang dinyatakan pada

gambaran sikap/perilaku pada suami.*

Saudara Ke Gambaran Sikap dan Kualitas hubungan dengan saudara

Perilaku (akrab/

biasa,/kurang/tak peduli)

1 Baik Akrab

2 Baik Akrab

3 Baik Akrab

4 Baik Akrab

Ket:

*) coret yang tidak perlu

**) diisi dengan tanda ( + ) atau ( - )

f) Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah laku dan

bagaimana pasien dengan mereka.*

No Hubungan dengan Gambaran sikap dan Kualitas hub (akrab/

Pasien
tingkah laku biasa,/kurang/tak

peduli)

- - - -

24
Case Report Session

untuk e) dan f) hanya diisi bila informan benar – benar mengetahuinya.

g) Apakah ada riwayat penyakit jiwa, kebiasaan – kebiasaan dan penyakit fisik

(yang ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga o.s :

Anggota Penyakit Kebiasaan- Penyakit Fisik


Keluarga Jiwa Kebiasaan

Suami Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Saudara 1 Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Saudara 2 Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Saudara 3 Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Saudara 4 Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Skema Pedegree

( tiga generasi)
Keterangan:
: Wanita : Laki-laki :Sakit :Meninggal

25
Case Report Session

h. Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami pasien:


No Rumah tempat tinggal Keadaan rumah
Tenang Cocok Nyaman Tidak nyaman
1. Rumah Sendiri Nyaman

i. Dan lain-lain (-)

7. Gambaran seluruh faktor – faktor dan mental yang bersangkut paut dengan

perkembangan kejiwaan pasien selama masa sebelum sakit

(premorbid) yang meliputi :

a) Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan.

- Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit – penyakit fisik dan

atau kondisi – kondisi mental yang diderita si ibu)

• Kesehatan Fisik : tidak ada gangguan

• Kesehatan Mental : tidak ada gangguan

- Keadaan melahirkan :

• Aterm (+), partus spontan (+), partus tindakan (-) sebutkan jenis tindakannya

• Pasien adalah anak yang direncanakan/diinginkan (ya/tidak)

• Jenis kelamin anak sesuai harapan (ya/tidak)

b) Riwayat masa bayi dan kanak – kanak

• Pertumbuhan Fisik : baik, biasa, kurang*

• Minum ASI : (+), sampai usia 2 tahun

• Usia mulai bicara : tidak diketahui

• Usia mulai jalan : tidak diketahui

• Sukar makan (-), anoreksia nervosa (-), bulimia (-), pika (-), gangguan hubungan ibu –

anak (-), pola tidur baik ( + ), cemas terhadap orang asing sesuai umur (-), cemas

perpisahan (-), dan lain– lain

26
Case Report Session

c) Simptom – simptom sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada masa kanak

– kanak, misalnya: mengisap jari (-), ngompol (-), BAB di tempat tidur (-), night teror (-),

temper tantrum (-), gagap (-), tik (-), masturbasi (-), mutisme selektif (-), dan lain-lain.

d) Toilet training

Umur : tidak diketahui

Sikap orang tua: (memaksa/menghargai/membiarkan/memberikan arahan)

Perasaan anak untuk toilet training ini: baik

e) Kesehatan fisik masa kanak – kanak: demam tinggi disertai menggigau (-), kejang – kejang

(-), demam berlangsung lama (-), trauma kapitis disertai hilangnya kesadaran (-), dan lain –

lain.

f) Temperamen sewaktu anak – anak : pemalu (-), gelisah (-) overaktif (-), menarik diri (-),

suka bergaul (-), suka berolahraga (-), dan lain – lain.

g) Masa sekolah
Perihal SD SMP SMA PT
Umur 6-12 tahun 12-15 15-18 -
tahun tahun
Prestasi* Baik Baik Baik -
Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang -
Aktifitas Sekolah* Baik Baik Baik
Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang -
Sikap Terhadap Teman * Baik Baik Baik
Kurang Kurang Kurang
Sikap Terhadap Guru Baik Baik Baik -
Kurang Kurang Kurang
Kemampuan Khusus (Bakat) ( - ) ( - ) ( - ) -
Tingkah Laku Baik Baik Baik

27
Case Report Session

h) Masa remaja: Fobia (-), masturbasi (-), ngompol (-), lari dari rumah (-), kenakalan remaja
(-), perokok berat (-), penggunaan obat terlarang (-), peminum minuman keras (-), problem
berat badan (-), anoreksia nervosa ( -), bulimia (-), perasaan depresi (-), rasa rendah diri (-
), cemas (-), gangguan tidur ( - ), sering sakit kepala ( - ), dan lain-lain.
Ket: * coret yang tidak perlu
** ( ) diisi (+) atau (-)
i) Riwayat Pekerjaan

Pasien bersekolah hingga SMA di Bungus. Pasien tidak melanjutkan ke perguruan tinggi

karena faktor ekonomi. Pasien bekerja ke Malaysia pada tahun 2004, selama 4 tahun lalu

kembali ke kampung halaman pada tahun 2008 karena merasa tidak nyaman dengan bos pada

pekerjaan tersebut. Kemudian pada tahun 2009 pasien menikah dan menjadi ibu rumah

tangga.

Konflik dalam pekerjaan : (-), konflik dengan atasan (+), konflik dengan bawahan (-),

konflik dengan kelompok (-).

Keadaan ekonomi*: baik, sedang, kurang (menurut pasien)

j) Percintaan, Perkawinan, Kehidupan Seksual dan Rumah Tangga

• Pasien sudah menikah pada tahun 2009. Hubungan dengan suami menurut pasien

harmonis dan suami selalu mendukung pasien.

• Hubungan seks sebelum menikah (-)

• Riwayat pelecehan seksual (-)

• Orientasi seksual (normal)

k) Situasi sosial saat ini:

1. Tempat tinggal : rumah sendiri (+), rumah kontrak (-), rumah susun (-), apartemen (-),

rumah orang tua (-), serumah dengan mertua (-), di asrama (-) dan lain – lain.

2. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) dan lain – lain.

Ket: * coret yang tidak perlu, ** ( ), diisi (+) atau (-)

ai : atas indikasi

28
Case Report Session

l) Perihal anak – anak pasien meliputi:

Anak pasien yang pertama perempuan berumur 8 tahun menurut pasien merupakan anak yang

pandai bergaul dan anak yang penurut. Anak kedua pasien laki-laki berumur 9 bulan tumbuh

kembang baik dan tidak rewel.

m) Ciri Kepribadian sebelumnya/Gangguan kepribadian (untuk axis II)

Keterangan : ( ) beri tanda (+) atau (-)

Kepribadian Gambaran Klinis

Skizoid Emosi dingin ( - ), tidak acuh pada orang lain ( - ), perasaan hangat
atau lembut pada orang lain ( - ), peduli terhadap pujian maupun
kecaman ( - ), kurang teman ( - ), pemalu ( - ), sering melamun ( - ),
kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual (-), suka
aktivitas yang dilakukan sendiri ( - )
Paranoid Merasa akan ditipu atau dirugikan ( - ), kewaspadaan berlebihan ( + ),
sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi ( - ), tidak mau menerima
kritik ( - ), meragukan kesetiaan orang lain ( - ), secara intensif
mencari-cari kesalahan dan bukti tentang prasangkanya ( - ),
perhatian yang berlebihan terhadap motif-motif yang tersembunyi (-),
cemburu patologik ( - ), hipersensifitas (-), keterbatasan kehidupan
afektif ( - ).
Skizotipal Pikiran gaib ( - ), ideas of reference (- ), isolasi sosial ( - ), ilusi
berulang (- ), pembicaraan yang ganjil ( - ), bila bertatap muka
dengan orang lain tampak dingin atau tidak acuh ( - ).
Siklotimik Ambisi berlebihan ( - ), optimis berlebihan ( - ), aktivitas seksual
yang berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang merugikan ( - ),
melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang
menyenangkan tanpa menghiraukan kemungkinan yang merugikan
dirinya ( - ), melucu berlebihan ( - ), kurangnya kebutuhan tidur (-),
pesimis ( - ), putus asa ( - ), insomnia ( - ), hipersomnia ( - ), kurang
bersemangat ( - ), rasa rendah diri (- ), penurunan aktivitas ( - ),
mudah merasa sedih dan menangis ( - ), dan lain-lain.

29
Case Report Session

Histrionik Dramatisasi (- ), selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya ( - ),


mendambakan rangsangan aktivitas yang menggairahkan ( - ),
bereaksi berlebihan terhadap hal-hal sepele (-), egosentris ( - ), suka
menuntut ( - ), dependen ( - ), dan lain-lain.
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya ( - ),
preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan dan kecantikan
(-), ekshibisionisme ( - ), membutuhkan perhatian dan pujian yang
terus menerus (- ), hubungan interpersonal yang eksploitatif (- ),
merasa marah, malu, terhina dan rendah diri bila dikritik (-) dan lain-
lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain( - ), sikap yang amat tidak
bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus ( - ), tidak
mampu mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari
pengalaman ( - ), tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan
kewajiban sosial ( - ), tidak mampu memelihara suatu hubungan agar
berlangsung lama ( - ), iritabilitas ( - ), agresivitas ( - ), impulsif (-
), sering berbohong ( - ), sangat cendrung menyalahkan orang lain
atau menawarkan rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang
membuat pasien konflik dengan masyarakat ( - )
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil ( - ),
kurangnya pengendalian terhadap kemarahan ( - ), gangguan identitas
( - ), afek yang tidak mantap ( - ) tidak tahan untuk berada sendirian
( - ), tindakan mencederai diri sendiri ( - ), rasa bosan kronik ( - ),
dan lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif ( - ), merasa dirinya tidak
mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain ( - ),
kengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin
disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan
dalam situasi social (-), menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan
yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik,
tidak didukung atau ditolak.
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan ( + ), preokupasi
pada hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar, urutan, organisasi

30
Case Report Session

dan jadwal ( - ), perfeksionisme ( - ), ketelitian yang berlebihan ( - ),


kaku dan keras kepala ( - ), pengabdian yang berlebihan terhadap
pekerjaan sehingga menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai
hubungan interpersonal ( - ), pemaksaan yang berlebihan agar orang
lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu ( - ), keterpakuan
yang berlebihan pada kebiasaan sosial ( - ) dan lain-lain.
Dependen Mengalami kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa
nasehat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan orang lain
untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam hidupnya
(-), perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena
ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus
diri sendiri (-), takut ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya
(-)

8. Stresor psikososial (axis IV)

Pertunangan (-), perkawinan (-), perceraian (-), kawin paksa (-), kawin lari (-), kawin terpaksa

(-), kawin gantung (-), kematian pasangan (-), problem punya anak (-), anak sakit (-),

persoalan dengan anak (-), persoalan dengan orang tua (-), persoalan dengan mertua (-),

masalah dengan teman dekat (-), masalah dengan atasan/bawahan ( + ), mulai pertama kali

bekerja (-), masuk sekolah (-), pindah kerja (-), persiapan masuk pensiun (-), pensiun (-),

berhenti bekerja (-), masalah di sekolah (-), masalah jabatan/kenaikan pangkat (-), pindah

rumah (-), pindah ke kota lain (-), transmigrasi (-), pencurian (-), perampokan (-), ancaman (-

), keadaan ekonomi yang kurang (-), memiliki hutang (-), usaha bangkrut (-), masalah

warisan (-), mengalami tuntutan hukum (-), masuk penjara (-), memasuki masa pubertas (-),

memasuki usia dewasa (-), menopause (-), mencapai usia 50 tahun (-), menderita penyakit

fisik yang parah (-), kecelakaan (-), pembedahan (-), abortus (-), hubungan yang buruk antar

orang tua (-), terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga (-), cara pendidikan

anak yang berbeda oleh kedua orang tua atau kakek nenek (-), sikap orang tau yang acuh tak

31
Case Report Session

acuh pada anak (-), sikap orang tua yang kasar atau keras terhadap anak (-), campur tangan

atau perhatian yang lebih dari orang tua terhadap anak (-), orang tua yang jarang berada di

rumah (-), terdapat istri lain (-), sikap atau kontrol yang tidak konsisten (-), kontrol yang tidak

cukup (-), kurang stimulasi kognitif dan sosial (-), bencana alam (-), amukan masa (-),

diskriminasi sosial (-), perkosaan (-), tugas militer (-), kehamilan (-), melahirkan di luar

perkawinan (-), kematian orangtua (-), konflik dengan tetangga (-), dan lain – lain.

9.Riwayat Suicide

Tidak pernah ada riwayat suicide.

10. Riwayat pelanggaran hukum

Tidak pernah ada riwayat pelanggaran hukum.

11. Riwayat agama

Pasien beragama Islam.

12. Persepsi Dan Harapan Keluarga

Keluarga dapat memahami kondisi pasien dan berharap pasien untuk sembuh dan dapat

kembali beraktivitas normal.

13. Persepsi Dan Harapan Pasien

Pasien menyadari penyakit jiwa yang dialaminya, pasien berharap segera sembuh dan bisa

melakukan aktivitas seperti biasa tanpa menghiraukan berbagai macam hal.

32
Case Report Session

3.4 GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT

Skema Perjalanan Penyakit

2008 2016 Februari 2019

Pasien mulai Pasien mulai Pasien kontrol obat


mengalami rasa cemas berobat ke RSJ rutin ke poli jiwa
berlebihan terhadap Prof. HB. Saanin RSJ Prof. HB.
berbagai hal karena karena sudah mulai Saanin
masalah dengan mengkhawatirkan
atasannya di tempat keluarga
bekerja saat itu

3.5 Status Internus (Pemeriksaan tanggal 18 Februari 2019)


1. Keadaan Umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
4. Nadi : teraba, kuat angkat, teratur, frekuensi 90 x/menit
5. Nafas : pernapasan torakoabdominal, simetris kiri dan
kanan, frekuensi 18 x/menit
6. Suhu : 36,7°C
7. Tinggi Badan : 155 cm
8. Berat Badan : 55 kg
9. Status Gizi : Gizi baik
10. Sistem Kardiovaskuler : Dalam batas normal
11. Sistem Respiratorik : Dalam batas normal
12. Kelainan Khusus : tidak ditemukan

33
Case Report Session

3.6 Status Neorologikus


1. GCS : E4V6M5 (GCS 15)
2. Tanda ransangan Meningeal : tidak ada
3. Tanda-tanda efek samping piramidal
a. Tremor tangan : tidak ada
b. Akatisia : tidak ada
c. Bradikinesia : tidak ada
d. Tardive diskinesia : tidak ada
e. Cara berjalan : biasa
f. Keseimbangan : baik
g. Rigiditas : tidak ada
h. Kekuatan motorik : baik
555 555
555 555
i. Sensorik : baik
j. Refleks : bisep (++/++), trisep (++/++), KPR (++/++), APR (++/++)

3.7 Status Mental (Pemeriksaan tanggal 18 Februari 2019)


1. Keadaan Umum
Kesadaran/ sensorium : compos mentis ( + ), somnolen ( - ), stupor ( - ),
kesadaran berkabut ( - ), konfusi ( - ), koma ( - ), delirium ( - ), kesadaran berubah
( - ), dan lain-lain
2. Penampilan
a. Sikap tubuh: biasa ( + ), diam ( - ), aneh ( - ), sikap tegang (-), kaku ( - ), gelisah
( - ), kelihatan seperti tua ( - ), kelihatan seperti muda ( - ), berpakaian sesuai
gender ( + )
b. Cara berpakaian : rapi ( + ), biasa ( - ), tak menentu ( - ), sesuai dengan situasi
( + ), kotor ( - ), kesan ( dapat/ tidak dapat mengurus diri)*
c. Kesehatan fisik : sehat ( + ), pucat ( - ), lemas ( - ), apatis ( - ), telapak tangan
basah ( ), dahi berkeringat ( ), mata terbelalak ( ).
3. Kontak psikis
Dapat dilakukan ( + ), tidak dapat dilakukan ( - ), wajar ( + ), sebentar ( - ), lama
( - ).
4. Sikap

34
Case Report Session

Kooperatif ( + ), penuh perhatian ( + ), berterus terang ( + ), menggoda ( - ),


bermusuhan ( - ), suka main-main ( - ), berusaha supaya disayangi ( - ), selalu
menghindar ( - ), berhati-hati ( - ), dependen ( - ), infantil ( - ), curiga ( - ), pasif ( - ),
dan lain-lain.
5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
a. Cara berjalan : biasa ( + ), sempoyongan ( - ), kaku ( - ), dan lain-lain
b. Ekhopraksia ( - ), katalepsi ( - ), luapan katatonik ( - ), stupor katatonik ( - ),
rigiditas katatonik ( - ), posturing katatonik ( - ), cerea flexibilitas ( - ),
negativisme ( - ), katapleksi ( - ), stereotipik ( - ), mannerisme ( - ), otomatisme( -
), otomatisme perintah ( - ), mutisme ( - ), agitasi psikomotor ( -), hiperaktivitas/
hiperkinesis ( - ), tik ( - ), somnabulisme ( - ), akathisia ( - ), kompulsi( - ),
ataksia, hipoaktivitas ( - ), mimikri ( - ), agresi (-), acting out (-), abulia ( - ),
tremor ( - ), ataksia ( - ), chorea ( - ), distonia ( - ), bradikinesia ( - ), rigiditas
otot ( - ), diskinesia ( - ), convulsi ( - ), seizure ( - ), piromania (-), vagabondage
( - ).
Ket : ( ) diisi (+) atau (-)

6. Verbalisasi dan cara berbicara


a. Arus pembicaraan* : biasa, cepat, lambat
b. Produktivitas pembicaraan* : biasa, sedikit, banyak
c. Perbendaharaan* : biasa, sedikit, banyak
d. Nada pembicaraan* : biasa, menurun, meninggi
e. Volume pembicaraan* : biasa, menurun, meninggi
f. Isi pembicaraan* : sesuai/ tidak sesuai
g. Penekanan pada pembicaraan* : Ada/ tidak
h. Spontanitas pembicaraan * : spontan/ tidak
i. Logorrhea ( - ), poverty of speech ( - ), diprosodi (-), disatria ( - ), gagap (-),
afasia ( - ), bicara kacau ( - )
7. Emosi
Hidup emosi*: stabilitas (stabil/ tidak), pengendalian (adekuat/tidak adekuat),
echt/unecht, dalam/dangkal, skala differensiasi (sempit/luas), arus emosi
(biasa/lambat/cepat).
a. Afek

35
Case Report Session

Afek appropriate/ serasi ( + ), afek in-appropriate/ tidak serasi( - ), afek tumpul ( - ),


afek yang terbatas ( - ), afek datar ( - ), afek yang labil ( - ).
b. Mood
Mood eutimik ( + ), mood disforik ( - ), mood yang meluap-luap (expansive mood) ( -
), mood yang iritabel ( - ), mood yang labil (swing mood) ( - ), mood meninggi
(elevated mood/ hipertim) (-), euforia ( - ), ectasy ( - ), mood depresi (hipotim) ( - ),
anhedonia ( - ), dukacita ( - ), aleksitimia ( - ), elasi ( - ), hipomania ( - ), mania( -
), melankolia( - ), La belle indifference ( -), tidak ada harapan ( - ).
c. Emosi lainnya
Ansietas ( + ), free floating-anxiety ( + ), ketakutan ( - ), agitasi ( - ), tension
(ketegangan) ( - ), panik ( - ), apati ( - ), ambivalensi ( - ), abreaksional ( - ), rasa
malu ( - ), rasa berdosa/ bersalah( - ), kontrol impuls ( - ).
d. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood
Anoreksia ( - ), hiperfagia ( - ), hipersomnia ( - ), variasi diurnal ( - ), penurunan
libido ( - ), konstipasi ( - ), fatigue ( - ), pica ( - ), pseudocyesis ( - ), bulimia ( - ).
Keterangan : *)Coret yang tidak perlu, ( ) diisi (+) atau (-)
8. Pikiran/ Proses Pikir (Thinking)
a. Kecepatan proses pikir (biasa/cepat/lambat)
b. Mutu proses pikir (jelas/tajam)
9. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran
Gangguan mental ( - ), psikosis ( - ), tes realitas ( terganggu/ tidak ), gangguan pikiran
formal ( - ), berpikir tidak logis (-), pikiran autistik ( - ), dereisme ( - ), berpikir magis
(-), proses berpikir primer ( - ).
10. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran
Neologisme (-), word salad (-), sirkumstansialitas ( - ), tangensialitas ( - ),
inkohenrensia ( - ), perseverasi ( -), verbigerasi ( - ), ekolalia ( - ), kondensasi (-),
jawaban yang tidak relevan (-), pengenduran asosiasi ( - ), derailment ( - ), flight of
ideas ( - ), clang association ( - ), blocking ( - ), glossolalia ( - ).
11. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran
a. Kemiskinan isi pikiran ( - ), Gagasan yang berlebihan ( - )
b. Delusi/ waham
waham bizarre ( - ), waham tersistematisasi ( - ), waham yang sejalan dengan mood
(-), waham yang tidak sejalan dengan mood ( - ), waham nihilistik ( - ), waham
kemiskinan ( - ), waham somatik ( - ), waham persekutorik ( - ), waham kebesaran (

36
Case Report Session

- ), waham referensi ( - ), though of withdrawal ( - ), though of broadcasting ( - ),


though of insertion ( - ), though of control ( - ), Waham cemburu/ waham
ketidaksetiaan ( - ), waham menyalahkan diri sendiri ( - ), erotomania ( - ),
pseudologia fantastika ( - ), waham agama (-).
c. Idea of reference
d. Preokupasi pikiran (-), egomania (-), hipokondria ( - ), obsesi ( - ), kompulsi (
- ), koprolalia ( - ), hipokondria ( - ), obsesi ( - ), koprolalia ( - ), fobia (- )
noesis ( - ), unio mystica ( - )
12. Persepsi
a. Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ), halusinasi
auditorik (-), halusinasi visual ( - ), halusinasi olfaktorik ( - ), halusinasi gustatorik ( -
), halusinasi taktil ( - ), halusinasi somatik ( - ), halusinasi liliput ( - ), halusinasi
sejalan dengan mood ( - ), halusinasi yang tidak sejalan dengan mood ( - ),
halusinosis ( - ), sinestesia ( - ), halusinasi perintah (command halusination), trailing
phenomenon ( - ).
b. Ilusi ( - )
c. Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )
13. Mimpi dan Fantasi
a. Mimpi : -
b. Fantasi : -
Keterangan : *)Coret yang tidak perlu, ( ) diisi (+) atau (-)
14. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual
a. Orientasi waktu (baik/ terganggu), orientasi tempat (baik/ terganggu), orientasi
personal (baik/ terganggu), orientasi situasi (baik/ terganggu).
b. Atensi (perhatian) ( + ), distractibilty ( - ), inatensi selektif ( - ), hipervigilance (
- ), dan lain-lain
c. Konsentrasi (baik/terganggu), kalkulasi (baik/terganggu),
d. Memori (daya ingat) : memori jangka lama/ remote ( baik ), gangguan memori
jangka menengah/ recent past ( baik ), gangguan memori jangka pendek/ baru
saja/ recent ( baik ), gangguan memori segera/ immediate ( - ). Amnesia ( - ),
konfabulasi ( - ), paramnesia ( - ).
e. Luas pengetahuan umum: baik/ terganggu
f. Pikiran konkrit : baik/ terganggu/ sulit dinilai

37
Case Report Session

g. Pikiran abstrak : baik/ terganggu/ sulit dinilai


h. Kemunduran intelek : (Ada/ tidak), Retardasi mental (-), demensia (-),
pseudodemensia ( - ).
15. Dicriminative Insight*
a. Derajat I (penyangkalan)
b. Derajat II (ambigu)
c. Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain):
d. Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab)
e. Derajat V (tilikan intelektual)
f. Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)
16. Discriminative Judgement : tidak terganggu
3.8 Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostik khusus lainnya
Laboratorium: Dalam batas normal
3.9 Pemeriksaan oleh Psikolog / petugas sosial lainnya
(Lampiran hasil penilaian di halaman belakang)
Tidak ada

3.10 Ikhtisar Penemuan Bermakna


Telah diperiksa pasien Ny. AM berusia 33 tahun, seorang ibu rumah tangga beragama

Islam, suku bangsa Minangkabau, pendidikan terakhir SMA, dan sudah menikah. Pasien

pertama kali datang ke poli jiwa RSJ Prof. HB Saanin Padang pada tahun 2016. Pasien dalam

keadaan cemas. Pasien mengaku bahwa pasien sering cemas oleh hal-hal di berita yang

mungkin dapat terjadi padanya maupun keluarga, seperti berita tentang bencana, kecelakaan,

penculikan anak, dan sebagainya. Pasien pernah mengalami trauma saat dimarahi atasannya

di tempat bekerja yang lama di Malaysia pada tahun 2008 sampai kejang sehingga membuat

pasien berhenti bekerja. Pasien mulai merasa cemas dan mudah tersinggung sejak kejadian

tersebut dan sudah beberapa kali kejang yang diduga pasien disebabkan oleh cemasnya yang

berlebihan. Pada tahun 2016 dibawa ke poli jiwa RSJ HB Saanin oleh suami karena membuat

keluarga khawatir karena pasien tidak nafsu makan dan tidur yang kurang karna terganggu

38
Case Report Session

oleh pikiran-pikiran akan terjadi sesuatu padanya atau keluarganya. Pasien rutin kontrol dan

minum obat hingga sekarang.

3.11 Formulasi Diagnosis

1. Diagnosis Multiaksial
a. Aksis I : F41.1 Gangguan cemas menyeluruh
b. Aksis II : Tidak ada diagnosis
c. Aksis III : Tidak ada diagnosis
d. Aksis IV : Tidak ada diagnosis
e. Aksis V : GAF 90-81
2. Diagnosis Banding Axis I
F41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresi
3.12 Daftar Masalah
1. Organobiologik
Tidak ada masalah
2. Psikologis
Hipersensitif
3. Lingkungan dan psikososial
Pasien dapat bersosialisasi dengan orang di sekitar
3.13 Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi :
a. Clobazam 10 mg 2x1/2
b. Nopres 20 mg 1x1/2
c. Lansoprazole 30 mg 1x1
2. Psikoterapi
a. Psikoterapi suportif
Memberikan kehangatan, empati, dan optimistik kepada pasien. Membantu pasien
mengidentifikasi dan mengekspresikan emosinya. Mengidentifikasi faktor presipitasi dan
membantu mengoreksinya. Membantu memecahkan problem eksternal secara terarah.
b. Psikoedukasi
Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak mengenai gangguan yang
dideritanya, diharapkan pasien mempunyai kemampuan yang semakin efektif untuk
mengenali gejala, mencegah munculnya gejala dan segera mendapatkan pertolongan.

39
Case Report Session

Menjelaskan kepada pasien untuk menyadari bahwa obat merupakan kebutuhan bagi
dirinya agar sembuh. Menjelaskan kepada keluarga pasien juga agar memahami kondisi
pasien dan membantu pasien untuk mencegah gejalanya timbul dengan perhatian dan
kenyamanan.
3.14 Prognosis
1. Quo et vitam : bonam
2. Quo et fungsionam : bonam
3. Quo et sanctionam : dubia et bonam

40
Case Report Session

BAB 4
DISKUSI

Pasien seorang perempuan berusia 33 tahun datang ke Poli Jiwa RSJ Prof. HB
Saanin Padang pada tanggal 18 Februari 2019 untuk kontrol rutin. Pasien sudah mulai
berobat sejak tahun 2016. Pasien merasa cemas, jantung berdebar-debar, dan gelisah
hampir setiap hari karena hal-hal di berita yang mungkin dapat terjadi padanya maupun
keluarga, seperti berita tentang bencana, kecelakaan, penculikan anak, dan sebagainya.
Cemas tersebut kadang mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Selain itu pasien juga
beberapa kali mengalami cemas hingga histeris dan kejang. Pasien juga sempat tidak
mau makan, dan tidur terganggu selama beberapa hari. Saat ini pasien juga mengeluh
adanya keluhan lambung seperti mual.

Atas dasar rangkaian gejala di atas, menurut PPDGJ III dapat ditegakkan
diagnosis aksis I berupa gangguan cemas menyeluruh, karena memenuhi kriteria
adanya anxietas sebagai gejala primer berupa kecemasan seperti khawatir akan terjadi
nasib buruk, gelisah, jantung berdebar-debar, dan keluhan lambung yang berlangsung
hampir setiap hari atau menonjol pada keadaan dan situasi tertentu (free
foating/mengambang). Diagnosis aksis II tidak ada diagnosis. Diagnosis aksis III tidak
ada diagnosis. Aksis IV masalah pekerjaan, yaitu dengan atasannya. Aksis V GAF
scale 90-81 karena kini gejala minimal, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian
biasa.4

Terapi yang diberikan adalah psikofarmaka dan psikoterapi. Psikofarmaka anti-


anxietas diberikan Clobazam dengan dosis 10 mg 2x1/2 dan anti-depresan nopres
(fluoxetine) 20 mg 1x1/2. Lansoprazole merupakan obat tambahan yang merupakan
Proton Pump Inhibitor (PPI) untuk mengatasi keluhan lambungnya. Clobazam
merupakan golongan benzodiazepine yang berfungsi sebagai antikonvulsan yang dapat
menyeimbangkan aliran listrik di otak dan juga dapat berfungsi sebagai anti-anxietas
karena efek sedatifnya. Dosis anjuran yaitu 2-3x sehari sebanyak 1 tablet. Nopres
merupakan merek dagang dari floxetine yang merupakan obat anti-depresan dari
golongan selective serotonine reuptake inhibitor (SSRI). Obat ini memiliki efek
samping mual, perasaan lelah, dan sakit kepala. Dosis anjuran yaitu 20-80 mg per hari.
Menjelaskan kepada pasien untuk menyadari bahwa obat merupakan kebutuhan bagi

41
Case Report Session

dirinya untuk sembuh merupakan hal yang penting demi perbaikan fungsi pada pasien
ini.18,19

Terapi psikologi berupa psikoterapi suportif dan psikoedukasi. Memberikan


kehangatan, empati, dan optimistik kepada pasien. Membantu pasien mengidentifikasi
dan mengekspresikan emosinya secara benar. Mengidentifikasi faktor presipitasi dan
membantu mengoreksinya. Membantu memecahkan problem eksternal secara terarah.
Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak mengenai gangguan yang
dideritanya, diharapkan pasien mempunyai kemampuan yang semakin efektif untuk
mengenali gejala, mencegah munculnya gejala dan segera mendapatkan pertolongan.
Serta mengedukasi keluarga pasien agar lebih perhatian dan memberi kenyamanan
kepada pasien.18

42
Case Report Session

BAB 5
KESIMPULAN

Generalized Anxiety Disorder (GAD) adalah kekhawatiran yang berlebihan dan


bersifat pervasif, disertai dengan berbagai simtom somatik, yang menyebabkan
gangguan signifikan dalam kehidupan sosial atau pekerjaan pada penderita, atau
menimbulkan stres yang nyata. Kecemasan dapat terjadi karena faktor psikologis atau
biologi. Faktor psikologis berupa psikoanalitik, perilaku, dan eksistensial, sedangkan
faktor biologi berupa otonom sistem saraf dan neurotransmitter.
Pasien dengan GAD mengalami rasa khawatir yang berlebihan, tidak realistis,
dan persisten, yang berhubungan dengan tegang otot, gangguan konsentrasi,
hiperaktivitas otonom, gelisah, dan insomnia. Pasien dengan GAD biasanya mencari
dokter umum atau dokter penyakit dalam untuk membantu gejala somatik mereka.
Tatalaksana dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu manajemen krisis, farmakoterapi,
dan psikoterapi.

43
Case Report Session

DAFTAR PUSTAKA

1. Maria, Josetta. Cemas Normal atau Tidak Normal. Program Studi Psikologi. Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Kaplan, H., Sadock, Benjamin. Gangguan Kecemasan dalam Sinopsis Psikiatri: Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi ke-7 Jilid 2. Jakarta: Bina RupaAksara. 1997.
3. Janet, M. Torpy MD. Generalized Anxiety Disorder. The Journal of The American
Medical Assosiation. 2011.
4. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III dan DSM V.
Edisi ke-1. Jakarta. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Universitas Atma Jaya: 2013
5. Gregory, Fricchion MD. Generalized Anxiety Disorder. The New England Journal of
Medicine. 2004.
6. Effective Recognition and Treatment of Generalized Anxiety Disorder in Primary
Care. The Journal of Clinical Psychiatry. 2004
7. Evelyn, Behar, dkk. Current theoretical models of generalized anxiety disorder
(GAD): Conceptual review and treatment implications. Journal of Anxiety Disorder.
2009.
8. Sadock, Benjamin J. Sadock, Virginia A. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri
Klinis. Edisi ke-2. Jakarta. Penerbit Buku EGC: 2014.
9. Benjamin J, Virginia A. Kaplan and Sadock's Synopsis of PsychiatryBehavioral
Sciences/Clinical Psychiatry. Philadelphia (USA): LippincottWilliams & Wilkins;
2007
10. Nugroho TE, Pujo JL, Nurcahyo WI (2011). Tinjaun Pustaka: Fisiologi dan
Patofisiologi Aksis Hipotalamus-Hipofisis-Adrenal. Jurnal Anestesiologi Indonesia, 3
(2): 123-137
11. Guyton AC dan Hall JE (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke 11. Jakarta:
EGC
12. Smith SN dan Vale WW (2006). The Role Of The Hypothalamic – Pituitary -Adrenal
Axis in Neuroendocrine Responses to Stress. Clinical Neuroscience, 8 (4): 383 -395
13. Reus, Victor I. Mental Disorders. Kasper, Dennis L et al. Harrison’s Principles of
Internal Medicine. 19th Edition. New York. McGraw Hill: 2015. P 2708-2709.
14. Kusumadewi I, Elvira SD. Gangguan Panik. Dalam: Buku Ajar Psikiatri Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi Kedua. Badan Penerbit FK UI. Jakarta: 2013.
Hal 258-263
15. Greist JH & Jefferson JW. Anxiety disorder. In: Review of General Psychiatry. 5th Ed. Baltimore:
Vishal. 2000. Cp.21.
16. McLean PD & Woody SR. Panic diorder and agoraphobia. In: Anxiety Disorders
inAdults. Vancouver: Oxford University Press; 2001. Cp.
17. Stein DJ, Hollander E et al. Textbook of Anxiety Disorders. American Psychiatric
Publishing. 2009. 399-435
18. Anxiety Medication. Helpguide guideline. Januari 2013. Diunduh tanggal 02 April
2017.
19. Antidepressan, Anxyolitics Drugs. MIMS Guideline. April 2011. Diunduh tanggal 02
April 2017.

44

Anda mungkin juga menyukai