Appendicular Infiltrat
DISUSUN OLEH:
Hans Natanael 1015129
Matthew 1015162
Prita Sukam Rani 1015064
Theresia Bintang 1015157
PEMBIMBING:
dr. Selonan S. Obeng, Sp.B-KBD, FinaCS
1
RUMAH SAKIT IMMANUEL
2014
DAFTAR ISI
COVER.......................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ................................................................................................. 2
DAFTAR TABEL ......................................................................................... 4
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... 5
Identitas Pasien ............................................................................................. 6
Anamnesis ..................................................................................................... 6
Pemeriksaan Fisik ......................................................................................... 7
Pemeriksaan Penunjang ................................................................................ 8
Resume Pasien .............................................................................................. 15
Terapi ............................................................................................................ 20
Laporan Operasi ............................................................................................ 21
Diagnosis Akhir ............................................................................................ 21
Timeline ........................................................................................................ 22
Definisi Appendicitis..................................................................................... 25
Anatomi, Fisiologi, dan Embriologi Appendix.............................................. 25
Insidensi Appendicitis ................................................................................... 26
Etiologi Appendicitis .................................................................................... 27
Klasifikasi Appendicitis ................................................................................ 27
Patofisiologi Appendicitis ............................................................................. 27
Gejala Klinik Appendicitis ........................................................................... 28
Pemeriksaan Fisik Appendicitis .................................................................... 29
Pemeriksaan Penunjang Appendicitis ........................................................... 31
Diagnosis Banding ........................................................................................ 35
Penatalaksanaan Appendicitis ....................................................................... 36
Teknik Operasi Appendicitis......................................................................... 37
2
Komplikasi Appendicitis .............................................................................. 39
Prognosis Appendicitis.................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 42
DAFTAR TABEL
3
DAFTAR GAMBAR
4
IDENTITAS PASIEN
Nama :Tn. Yusak Lewi
Umur :54 tahun
No. RM :01. 173. 979
Agama :Kristen
Alamat :Komp. PPTK Gambung , Kel : Mekarsari, Kec : Pasir
Jambu - Bandung
Pekerjaan :Karyawan PLN
Masuk Tanggal :7 September 2014 (11.48)
Ruang :Obaja
Diagnosis Pre-op :Ca Jejunum Proximal T4N1MX + Atheroma scrotalis
sinistra
Diagnosis Post-op :Periappendicular infiltrat/mass + Atheroma scrotalis
sinistra
Tindakan :Appendectomy antegrade dan reseksi, Anatomosis Jejunum
distal, Extirpasi atheroma scrotalis multipel
ANAMNESIS
5
Usaha berobat : sudah berobat ke dokter dan pada tanggal 27 Agustus 2014
dilakukan pemeriksaan USG Abdomen serta tanggal 30 Agustus 2014 dilakukan
pemeriksaan CT-Scan dengan hasil suspek Ca Jejunum Proximal T4N1Mx.
RPK : Tidak ada
Kelainan darah dan Riwayat alergi : Tidak ada
Riwayat kebiasaan : Pasien tidak merokok, tidak minum alkohol.
PEMERIKSAAN FISIK
KEADAAN UMUM
TANDA VITAL
STATUS GENERALIS
Kepala
- Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
- Pupil : bulat, isokor, diameter 3 mm, refleks cahaya direk +/+, indirek+/+
Leher : dbn
Axilla : dbn
Thorax : B/P simetris kiri = kanan
6
- Pulmo : VBS +/+, Rh -/-, Wh -/-
- Cor : BJM, regular, murmur –
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN PENUNJANG
7
Eritrosit : 4.600.000 /mm3
MCV : 79 fl (L)
MCH : 27 pg/mL
MCHC : 34 g/dL
Waktu Prothrombin : 16.4 (H)
INR : 1.32
APTT : 35.4
Massa intra abdomen kiri dekat umbilikus terlihat sebagai massa bagian dari
usus, bentuk irreguer, dinding tampak tebal, terlihat bagian mirip abses, tidak
terlihat pembesaran KGB sekitar massa.
8
Tidak terlihat pembesaran KGB paraaorta
Hepar : besar lobus kanan dan kiri normal, sudut kedua lobus tampak lancip,
permukaan rata. Echodensitas homogen. Echotexture parenkim halus, tidak
terlihat nodul. Struktur vv. porta dan vv. hepatika anatomis normal, duktus biliaris
intra hepatis tidak tampak melebar.
Gall bladder : besar dan bentuk normal. Dinding tidak menebal, intra lumen tidak
terlihat massa pertumbuhan. Perigallbladder tidak terlihat koleksi cairan.
CBD : tidak terlihat melebar
Pankreas : tebal, echodensitas tampak normal. Duktus pankreatikus tidak terlihat
melebar. Tidak terlihat koleksi cairan peri pankreas. Tidak terlihat nodul
Spleen : besar, echodensitas dan echotexture normal, tidak terlihat nodul.
Ginjal kanan dan kiri : besar, dan bentuk kedua ginjal normal. Ketebalan dan
echodensitas parenkim baik. Terlihat kista simpleks kecil di parenkim ginjal kiri.
Sinus renalis kedua ginjal tidak terlihat pelebaran pelvikalises. Di ginjal kiri
terlihat batu soliter kecil.
Ureter kanan dan kiri : tidak lebar
Vesika urinaria : terisi urin, intra vesika tidak terlihat batu/ massa pertumbuhan.
Kesimpulan :
Massa di intra abdomen kiri dekat umbilikus merupakan bagian dari usus,
bentuk irreguer, dinding tampak tebal, terlihat bagian mirip abses. Curiga
massa malignancy dari usus DD/ Abses
Tidak terlihat pembesaran KGB sekitar massa.
Tidak terlihat pembesaran KGB paraaorta
Hepar, gallbladder, pancreas, dan limpa : terlihat normal
Sistem porta dan vv. hepatika : tak terlihat kelainan
Saluran empedu intrahepatik dan CBD : tidak terlihat melebar
Ginjal kanan dan vesika urinaria : tak terlihat kelainan
Nefrolithiasis kecil soliter kiri dan tampak kista simpleks kecil soliter kiri
9
CT-SCAN Whole Abdomen (30 Agustus 2014)
10
Jejunum proksimal curiga tampak massa berupa penebalan dinding
circumferential asimetris mencapai 14 mm, dan terdapat infiltrasi ke mesenterium
disekitarnya membentuk massa dengan area nekrosis, terdapat perlengketan
dengan sebagian kecil jejunum yang berdekatan, serta tidak menyebabkan
obstruksi mekanik yang berarti.
Perijejunal proksimal tampak beberapa KGB mesenterial dengan ukuran sebesar
7,3 x 4 mm.
Gaster tidak tampak massa. Colon tidak terdapat inflamasi, divertikel, polip atau
massa.
Ginjal kiri pole bawah L3 tampak satu batu kalsifikasi ukuran 9,5 mm yang
tidak menyebabkan caliectasis dan pole tengah terdapat satu kista simpleks ukuran
2.2 cm. Posisi besar bentuk normal, tidak tampak nodul solid dan fungsi ginjal
normal.
Hepar : besar bentuk normal, densitas homogen, enhancement vena porta dan
vena hepatica normal, ducti biliaris tidak dilatasi serta tidak tampak SOL
Kandung empedu, pancreas, limpa, adrenal kiri kanan, ginjal kanan, ureter
kiri kanan, vesica urinaria, dan prostat tidak tampak kelainan.
Paraaortal tidak tampak pembesaran KGB
Intraperitoneal tidak tampak ascites atau penumoperitoneum. Peritoneum dan
omentum tidak tebal.
Paru kiri kanan bawah tidak tampak bercak-bercak, kavitas, atau nodul.
Pelura kiri kanan tidak tampak efusi.
Vertebra lumbal dan pelvis tidak tampak destruksi.
Kesimpulan :
Curiga neoplasma maligna di jejunum proksimal berupa penebalan dinding
asimetris mencapai 14 mm, dan terdapat infiltrasi ke mesenterium disekitarnya
membentuk massa dengan area nekrosis, terdapat perlengketan dengan sebagian
kecil jejunum yang berdekatan, serta tidak menyebabkan obstruksi mekanik yang
berarti. Terdapat metastase ke beberapa KGB mesenterial dengan ukuran sebesar
7,3 x 4 mm. CT-Staging T4, N1
11
Calilithiasis Ginjal kiri pole bawah L3 tampak satu batu kalsifikasi ukuran 9,5
mm yang tidak menyebabkan caliectasis dan pole tengah terdapat satu kista
simpleks ukuran 2.2 cm.
Kandung empedu, pancreas, limpa, adrenal kiri kanan, ginjal kanan, ureter kiri
kanan, vesica urinaria, dan prostat tidak tampak kelainan.
12
DIAGNOSIS BANDING
RESUME PASIEN
13
Seorang laki-laki, 54 tahun datang dengan sakit perut melilit sebelah kiri yang
hilang timbul sejak 6 bulan yang lalu. Pasien pernah sampai tak sadarkan diri jika
rasa sakit timbul. Keluhan disertai rasa kembung, mual, muntah, dan benjolan di
sekitar umbilikus sejak 4 bulan, nyeri, dan tidak semakin besar. Terjadi penurunan
berat badan sebanyak 13-14 kg selama 6 bulan terakhir.
BAB : seperti kotoran kambing, tidak berlendir, tidak berdarah.
Usaha berobat : sudah berobat ke dokter dan pada tanggal 27 Agustus 2014
dilakukan pemeriksaan USG Abdomen serta tanggal 30 Agustus 2014 dilakukan
pemeriksaan CT-Scan dengan hasil suspek Ca Jejunum Proximal T4N1Mx
RPK : Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
KEADAAN UMUM
TANDA VITAL
14
Tak jelas teraba
massa, nyeri tekan (+)
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN PENUNJANG
15
Trigliserida : 222 mg/dl (H)
Kolesterol Total : 108 mg/dl
SGOT : 21
SGPT : 33
Natrium : 137
Kalium : 4.2
Kreatinin : 0,8 mg/dl
eGFR : 107.1
Ureum : 20
GDS : 105 mg/dl (H)
Protein Total : 7.8
Albumin : 3.6 (L)
Globulin : 4.2
Massa intra abdomen kiri dekat umbilikus terlihat sebagai massa bagian dari
usus, bentuk irreguer, dinding tampak tebal, terlihat bagian mirip abses, tidak
terlihat pembesaran KGB sekitar massa.
Tidak terlihat pembesaran KGB paraaorta
Hepar : besar lobus kanan dan kiri normal, sudut kedua lobus tampak lancip,
permukaan rata. Echodensitas homogen. Echotexture parenkim halus, tidak
terlihat nodul. Struktur vv. porta dan vv. hepatika anatomis normal, duktus biliaris
intra hepatis tidak tampak melebar.
Gall bladder : besar dan bentuk normal. Dinding tidak menebal, intra lumen tidak
terlihat massa pertumbuhan. Perigallbladder tidak terlihat koleksi cairan.
CBD : tidak terlihat melebar
16
Pankreas : tebal, echodensitas tampak normal. Duktus pankreatikus tidak terlihat
melebar. Tidak terlihat koleksi cairan peri pankreas. Tidak terlihat nodul
Spleen : besar, echodensitas dan echotexture normal, tidak terlihat nodul.
Ginjal kanan dan kiri : besar, dan bentuk kedua ginjal normal. Ketebalan dan
echodensitas parenkim baik. Terlihat kista simpleks kecil di parenkim ginjal kiri.
Sinus renalis kedua ginjal tidak terlihat pelebaran pelvikalises. Di ginjal kiri
terlihat batu soliter kecil.
Ureter kanan dan kiri : tidak lebar
Vesika urinaria : terisi urin, intra vesika tidak terlihat batu/ massa pertumbuhan.
Kesimpulan :
Massa di intra abdomen kiri dekat umbilikus merupakan bagian dari usus,
bentuk irreguer, dinding tampak tebal, terlihat bagian mirip abses. Curiga
massa malignancy dari usus DD/ Abses
Tidak terlihat pembesaran KGB sekitar massa.
Tidak terlihat pembesaran KGB paraaorta
Hepar, gallbladder, pancreas, dan limpa : terlihat normal
Sistem porta dan vv. hepatika : tak terlihat kelainan
Saluran empedu intrahepatik dan CBD : tidak terlihat melebar
Ginjal kanan dan vesika urinaria : tak terlihat kelainan
Nefrolithiasis kecil soliter kiri dan tampak kista simpleks kecil soliter kiri
17
Perijejunal proksimal tampak beberapa KGB mesenterial dengan ukuran sebesar
7,3 x 4 mm.
Gaster tidak tampak massa. Colon tidak terdapat inflamasi, divertikel, polip atau
massa.
Ginjal kiri pole bawah L3 tampak satu batu kalsifikasi ukuran 9,5 mm yang
tidak menyebabkan caliectasis dan pole tengah terdapat satu kista simpleks ukuran
2.2 cm. Posisi besar bentuk normal, tidak tampak nodul solid dan fungsi ginjal
normal.
Hepar : besar bentuk normal, densitas homogen, enhancement vena porta dan
vena hepatica normal, ducti biliaris tidak dilatasi serta tidak tampak SOL
Kandung empedu, pancreas, limpa, adrenal kiri kanan, ginjal kanan, ureter
kiri kanan, vesica urinaria, dan prostat tidak tampak kelainan.
Paraaortal tidak tampak pembesaran KGB
Intraperitoneal tidak tampak ascites atau penumoperitoneum. Peritoneum dan
omentum tidak tebal.
Paru kiri kanan bawah tidak tampak bercak-bercak, kavitas, atau nodul.
Pelura kiri kanan tidak tampak efusi.
Vertebra lumbal dan pelvis tidak tampak destruksi.
Kesimpulan :
Curiga neoplasma maligna di jejunum proksimal berupa penebalan dinding
asimetris mencapai 14 mm, dan terdapat infiltrasi ke mesenterium disekitarnya
membentuk massa dengan area nekrosis, terdapat perlengketan dengan sebagian
kecil jejunum yang berdekatan, serta tidak menyebabkan obstruksi mekanik yang
berarti. Terdapat metastase ke beberapa KGB mesenterial dengan ukuran sebesar
7,3 x 4 mm. CT-Staging T4, N1
Calilithiasis Ginjal kiri pole bawah L3 tampak satu batu kalsifikasi ukuran 9,5
mm yang tidak menyebabkan caliectasis dan pole tengah terdapat satu kista
simpleks ukuran 2.2 cm.
Kandung empedu, pancreas, limpa, adrenal kiri kanan, ginjal kanan, ureter kiri
kanan, vesica urinaria, dan prostat tidak tampak kelainan
18
TERAPI
Terapi Pre-Operasi
Dilakukan operasi :
19
Ditemukan:
Dilakukan:
DIAGNOSIS AKHIR
TIMELINE
21
PEMBAHASAN KASUS
A. DEFINISI
Appendicitis adalah peradangan yang terjadi pada Appendix vermiformis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering.
22
Gambar 1. Appendicitis
23
Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut
associated lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna
termasuk apendiks, ialah IgA. Immunoglobulin itu sangat efektif sebagai
pelindung terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak
mempengaruhi sistem imun tubuh karena jkumlah jaringan limf disini kecil
sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh
tubuh.
C. INSIDENSI
Appendicitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak
kurang dari satu tahun jarang dilaporkan. Rasio pria : wanita = 1,2-1,3 : 1.
Insidensi tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun.Insidens Appendicitis
acuta di negara maju lebih tinggi daripada di negara berkembang, tetapi
beberapa tahun terakhir angka kejadiannya menurun secara bermakna. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat dalam menu
sehari-hari.
D. ETIOLOGI
Obstruksi pada lumen appendix adalah penyebab yang paling sering
pada appendicitis acuta. Fecalith merupakan penyebab umum dari obstruksi.
Penyebab lainnya adalah hipertrofi jaringan limfoid, tumor, biji buah-buahan,
dan parasit usus. Dari data yang ada, ditemukan adanya fecalith pada 40 %
kasus appendicitis acuta biasa, 65 % appendicitis gangrenosa tanpa perforasi
24
dan hampir 90 % pada appendicitis gangrenosa dengan perforasi. Penyebab
lain yang diduga dapat menyebabkan appendicitis adalah erosi mukosa
appendix karena parasit seperti E. histolytica. Spesies bakteri yang sering
ditemukan pada appendix adalah Escherichia coli dan Bacteroides fragilis.
E. KLASIFIKASI
Stadium appendicitis :
F. PATOFISIOLOGI
Obstruksi pada proksimal appendix menyebabkan terjadinya closed-
loop obstruksi dan sekresi normal dari mukosa appendix dengan cepat dapat
menyebabkan distensi. Kapasitas normal lumen appendix adalah 0,1 ml.
Penambahan volume hingga 0,5 ml pada bagian distal sumbatan dapat
menaikkan tekanan intralumen sampai 60 cmH2O. Distensi dari appendix
menstimulasi akhiran saraf bebas dari serabut saraf afferen visceral,
menyebabkan nyeri difus pada tengah abdomen atau daerah epigastrium.
Nyeri berpindah ke kuadran kanan bawah abdomen (titik Mc Burney’s)
dalam 6-36 jam kemudian. Peristaltik juga akan meningkat karena adanya
distensi sehingga akan muncul rasa sakit melilit pada tahap awal appendicitis.
Distensi appendix akan terus berlanjut seiring dengan sekresi mukosa dan
multiplikasi dari bakteri dalam appendix. Bertambahnya distensi ini akan
menyebabkan rasa mual, muntah dan rasa sakit akan bertambah berat. Ketika
tekanan pada organ meningkat maka tekanan vena akan exceeded. Kapiler
dan venule akan oklusi tetapi aliran arteri tetap ada. Hal ini akan
menyebabkan kongesti pembuluh darah. Proses peradangan akan berlanjut
dan akhirnya mencapai lapisan serosa dari appendix serta peritoneum parietal
menyebabkan perpindahan rasa sakit yang khas yaitu ke kuadran kanan
bawah abdomen. Pada appendiks retrocaecal atau pelvic, nyeri somatic
biasanya tertunda karena eksudat inflamasi tidak mengenai peritoneum
parietale sampai saat terjadinya rupture dan penyebaran infeksi. Nyeri pada
appendiks retrocaecal dapat muncul di punggung atau pinggang. Appendiks
25
letak pelvic yang terletak dekat ureter atau pembuluh darah testis dapat
menyebabkan peningkatan frekuensi BAK, nyeri pada testis, atau keduanya.
G. DIAGNOSIS
a. GEJALA KLINIK
Nyeri perut merupakan gejala utama dari Appendicitis acuta. Nyeri
awalnya dirasakan difus terpusat di epigastrium, menetap, kadang-kadang
disertai kram yang hilang timbul. Lamanya nyeri berkisar antara 1-12 jam,
tetapi biasanya 4-6 jam, nyeri terlokalisasi di RLQ.
Sebagian besar pasien mengalami obstipasi pada awal nyeri perut dan
banyak pasien yang merasa nyeri berkurang setelah buang air besar. Diare
timbul pada beberapa pasien terutama anak-anak.
Manifestasi Skor
26
Gejala Rasa nyeri berpindah 1
Anoreksia 1
Mual/muntah 1
Suhu meningkat 1
Hasil Leukositosis 2
laboratorium
b. PEMERIKSAAN FISIK
Pada Apendicitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling,
sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi perut.
27
Gambar 3. Psoas sign
28
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pasien appendicitis biasanya didapatkan adanya leukositosis, yaitu
15.000/mm3, 90% pasien memiliki jumlah leukosit diatas 10.000/mm3.
Pasien appendicitis akut tanpa komplikasi jarang memiliki jumlah
leukosit > 18.000/mm3. Jumlah leukosit > 18.000 (20.000-30.000)
meningkatkan kemungkinan adanya perforasi. Sedangkan jumlah
leukosit > 30.000 jarang dijumpai dan lebih mengarah pada proses
infeksi akut lain.
29
ascendens dan Ileum terminal.
Udara Intraperitoneal
c. Ultrasonografi
Pada kasus appendicitis akut akan tampak adanya struktur yang
aperistaltik, blind-ended, keluar dari dasar caecum. Dinding apendiks
nampak jelas, dapat dibedakan, diameter luar lebih dari 6mm, adanya
gambaran “target”, adanya appendicolith, adanya timbunan cairan
periappendicular, nampak lemak pericecal echogenic prominent.
30
Gambar 6. Gambaran appendicolith dan kumpulan cairan periappendiceal
d. CT scan
Diameter appendix akan nampak lebih dari 6mm, ada penebalan dinding
appendiks, setelah pemberian kontras akan tampak enhancement
gambaran dinding appendix. CT scan juga dapat menampakkan
gambaran perubahan inflamasi periappendicular, termasuk diantaranya
inflammatory fat stranding, phlegmon, free fluid, free air bubbles,
abscess, dan adenopathy.
31
Gambar 7. Gambar CT Scan axial menunjukkan inflamasi appendix dan
adanya appendicolith (tanda panah)
I. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari Appendicitis dapat bervariasi tergantung dari usia dan
jenis kelamin.
32
Pada infark omentum, dapat terraba massa pada abdomen dan
nyerinya tidak berpindah.
J. PENATALAKSANAAN
Penanganan pasien dengan suspek Appendicitis acuta yaitu
1. Pemasangan infus dan pemberian kristaloid untuk pasien dengan gejala
klinis dehidrasi atau septikemia.
2. Puasakan pasien, jangan berikan apapun per oral
3. Pemberian obat-obatan analgetika harus dengan konsultasi ahli bedah.
4. Pemberian antibiotika i.v. pada pasien yang menjalani laparotomi.
33
5. Pertimbangkan kemungkinan kehamilan ektopik pada wanita usia subur
dan didapatkan beta-hCG secara kualitatif.
Antibiotika preoperative :
A. Open Appendectomy
34
Horizontal Oblique
35
sayatan
M.rectus abd.
2 lapis
M.rectus abd.
ditarik ke
medial
36
Gambar 10. Lokasi insisi yang sering digunakan pada Appendectomy
B. Laparoscopic Appendectomy
K. KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling sering dari appendicitis adalah perforasi. Perforasi
dari Appendix dapat menyebabkan timbulnya appendicular infiltrat
Appendicular infiltrat dalah Infiltrat / massa yang terbentuk akibat mikro atau
makro perforasi dari Appendix yang meradang yang kemudian ditutupi oleh
omentum, usus halus atau usus besar. Jika proses tersebut terus berlangsung
akan terjadi pembentukan nanah yang disebut dengan appendicular abscess,
dan juga dapat menyebabkan timbulnya peritonitis. Faktor utama yang
menyebabkan terjadinya perforasi adalah adanya keterlambatan dalam
diagnosis dan penanganan dari Appendicitis acuta. Semakin lama penundaan
diagnosis dan penanganan, semakin cepat terjadi perforasi. Angka kejadian
perforasi yang timbul 36 jam setelah onset adalah sekitar 15%. Jika diagnosis
Appendicitis telah ditegakkan, maka terapi pembedahan harus secepatnya
dilaksanakan.
37
Komplikasi lain yang bisa timbul pada Appendicitis adalah adanya
sumbatan (blockage) pada usus. Hal ini terjadi karena peradangan di sekitar
Appendix menyebabkan otot polos usus berhenti bekerja. Jika usus yang ada
di atas sumbatan terisi cairan dan gas, maka abdomen akan terdistensi dan
akan terjadi mual dan muntah. Karena itu, diperlukan pemasangan drain lewat
hidung dan esophagus ke dalam gaster dan usus.
Infeksi
Infeksi merupakan komplikasi yang sering muncul setelah
operasi appendectomy. Lokasi infeksi yang paling sering adalah
daerah subkutan dan rongga abdomen. Angka kejadiannya
tergantung kepada tahap keparahan Appendicitis, usia pasien,
kondisi fisiologik pasien, jenis lukanya, dan tingkat sterilitas dari
instrumen operasi yang digunakan. Pada umumnya, pasien dengan
Appendicitis acuta yang belum mengalami perforasi memiliki
kecenderungan infeksi kurang dari 5% dan angka kecenderungan
terbentuknya abscess adalah kurang dari 1%. Insiden terjadinya
infeksi subkutan cukup rendah pada operasi appendectomy dengan
laparoskopi.
Bowel Obstruction
Obstruksi intestinal dapat muncul setelah operasi appendektomi
laparotomi. Angka kejadiannya adalah antara 1% hingga 1,3%.
Gejala-gejala obstruksi dapat muncul pada 6 bulan pertama setelah
operasi.
Infertilitas
38
Operasi appendectomy dapat menyebabkan komplikasi berupa
terpotongnya Tuba falopii pada wanita yang dapat berakibat
terjadinya infertilitas.
Komplikasi lainnya
Komplikasi-komplikasi lain yang dapat muncul setelah operasi
appendectomy, antara lain adalah infeksi saluran kencing,
pneumonia, dan berbagai komplikasi lain yang merupakan infeksi
nosokomial. Pasien-pasien yang berusia lanjut memiliki
kecenderungan lebih tinggi untuk mendapatkan komplikasi-
komplikasi ini. Disamping itu, dapat pula terjadi komplikasi berupa
fecal fistula setelah operasi appendectomy. Biasanya hal ini terjadi
pada kasus-kasus Appendicitis perforata.
L. PROGNOSIS
Dengan terapi yang baik dan tindakan operasi, prognosis kasus
appendicitis cukup baik. Angka mortalitas untuk kasus appendicitis acuta
kurang dari 0,1 %. Angka mortalitas untuk kasus appendicitis acuta dengan
komplikasi, berkisar antara 0,2-0,8 %. Pada kasus anak dan orang tua, angka
mortalitas akan meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
39
Jaffe, B.M., Berger., D.H. 2005. The Appendix. In : Brunicardi, Andersen, Billiar,
Dunn, Hunter, Pollock : Schwartz’s Principles of Surgery 8th Edition. New
York : The McGraw-Hill Companies, Inc. p. 1119-35.
Kevin P., Lally., Charles S. Cox, JR., Richard J. Andrassy. 2004. Appendix. In :
Beauchamp, Evers, Mattox. Sabiston Textbook of Surgery 17th Edition.
Philadelphia : Elsevier Saunders. p. 1381-97.
Soybel DI. Appedix In: Surgery Basic Science and Clinical Evidence Vol 1. Ed:
Norton JA, Bollinger RR, Chang AE, Lowry SF, Mulvihill SJ, Pass HI,
Thompson RW. New York: Springer Verlag Inc. 2000: 647-62
Sjamsuhidjat dan Wim de Jong. 2000. Apendiks, dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah.
EGC.. Jakarta. h.640-646.
Way LW. Appendix. In: Current Surgical Diagnosis & Treatment. 11 edition.
Ed:Way LW. Doherty GM. Boston: McGraw Hill. 2003:668-72.
40