TINJAUAN PUSTAKA
Asidosis
Asidosis dapat terjadi pada penyakit ginjal menahun akibat kegagalan
ginjal untuk mengekskresikan asam-asam hasil pencernaan dan metabolisme.
Sebagai contoh, pada asidosis tubulus ginjal, terjadi gangguan spesifik pada
kemampuan pembentukan urin yang asam, dan biasanya fungsi ginjal lainnya
normal.(Ganong, 2008)
Pada kasus seperti acute kidney injury, gangguan fungsi ginjal seperti yang
sudah disebutkan diatas rentan terjadi, oleh karena pengawasan akan status
hemodinamik dan faal ginjal tidak dimonitor secara ketat, sehingga dapat
menimbulkan prognosis yang buruk apabila tidak ditangani dengan segera.
AKIN
Stage 1 Peningkatan serum kreatinin 0.3 mg/dL atau Peningktan <0.5 mL/kg/h
150200% dari baseline selama >6 jam
Stage 2 Peningkatan serum kreatinin >200300% dari baseline <0.5 mL/kg/h
selama >12 jam
Stage 3 Peningkatan serum kreatinin >300% baseline (atau serum Cr <0.3 mL/kg/h
4.0 mg/dL dengan peningkatan akut 0.5 mg/dL) selama 24 jam
atau anuria
selama 12 jam
Sumber : (International Journal of Nephrology and Neurovascular
Disease, 2010)
Dalam hal ini AKI bersifat umum namun berbahaya, tetapi masih dapat
diobati. Bahkan gangguan akut yang minor dalam fungsi ginjal memiliki
prognosis buruk. Oleh karena itu deteksi dini dan pengobatan AKI dapat
meningkatkan hasil yang cukup efektif dalam menentukan Renal Replacement
Therapy (RRT). (KDIGO, 2012)
Penggunaan definisi AKI berdasarkan serum kreatinin (SCr) dan urine
output (RIFLE dan AKIN) telah diusulkan dan divalidasi terutama untuk
kebutuhan dalam pelatihan, penelitian, dan kesehatan masyarakat. (KDIGO, 2012)
Bila faktor prarenal dapat diatasi, faal ginjal akan menjadi normal kembali,
tetapi jika hipovolemia berlangsung lama, maka akan terjadi kerusakan pada
parenkim ginjal. (Ngastiyah, 2005)
2.3.3. Patogenesis
Patogenesis AKI bersifat kompleks. Yang mendasari terjadinya AKI
adalah iskemia dan toksin yang merupakan faktor utama memicu terjadinya
cedera, meskipun kejadian awal mungkin berbeda, cedera yang timbul berikutnya
akan melibatkan jalur yang sama. Sebagai contoh, AKI yang berhubungan dengan
iskemia disebabkan penurunan aliran darah ginjal di bawah batas autoregulasi
aliran darah. Berbagai tanggapan molekul yang "maladaptif" dan stereotip
kemudian terjadi, respon ini menyebabkan cedera sel endotel dan epitel setelah
onset reperfusi. (Sutton, et al., 2002)
Faktor seperti vasokonstriksi, leukostasis, hambatan vaskular, apoptosis,
kelainan pada modulator imun dan faktor pertumbuhan merupakan bentuk dasar
dari intervensi terapeutik rasional pada AKI. Namun, banyak dari terapi yang
ditargetkan telah gagal, tidak dapat disimpulkan, atau belum dilakukan. (Ronco,
2003)
Mengingat beberapa jalur tumpang tindih pada AKI, terapi mungkin perlu
ditargetkan pada mekanisme terjadinya AKI yang secara bersamaan dilakukan
untuk mencapai keberhasilan. (Kelly, et al., 2004)
2.3.4. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis AKI, dapat dilakukan beberapa hal, yaitu:
2.3.4.2. Urinalisis
Pemeriksaan sedimen urin merupakan tindakan yang krusial dalam
mendiagnosis AKI, seperti sel epitel tubular ginjal, debris selluler, muddy
brown cellular cast mendukung diagnosis AKI. Selain itu protein urin dalam
jumah besar (> 3.0 g/ 24 jam) dan cast sel darah merah merupakan indikasi
sekunder AKI terhadap acute glomerulonephritis atau vasculitis. (Akcay et al.,
2010)
2.3.5. Penatalaksanaan
Pasien yang mengalami AKI memiliki perhatian khusus terhadap status
hemodinamik. Pertama, karena hipotensi menyebabkan penurunan perfusi ginjal
dan jika parah atau berkelanjutan, dapat mengakibatkan cedera ginjal. Kedua,
cedera ginjal mengalami kehilangan autoregulasi dari aliran darah, suatu
mekanisme yang mempertahankan aliran yang relatif konstan meskipun terjadi
perubahan tekanan darah di atas titik tertentu (Sekitar 65 mmHg). (KDIGO, 2012)
2.3.5.1. Minocycline
Minocycline adalah generasi kedua antibiotik tetrasiklin. Minocycline
dikenal memiliki efek antiapoptotic dan anti-inflamasi. Ketika diberikan 36 jam
sebelum iskemia ginjal, minocycline mengurangi apoptosis sel tubular dan
pelepasan mitokondria sitokrom c, p53, dan bax. (Kelly et al., 2004)