Anda di halaman 1dari 66

MEKANISME TERJADINYA BINTIK-

BINTIK MERAH DI KULIT


NAMA : FEBIO AMINO LEIDEN
NIM : FAA 112 043
Mekanisme Terjadinya Ruam Pada Pemicu

Ruam di kulit atau Petekie


Petekie adalah bintik merah keunguan kecil dan
bulat sempurna yang tidak menonjol akibat
perdarahan intradermal atau submukosa.
Petekie merupakan lesi perdarahan keunguan,
mendatar 1 sampai 4 mm, bulat, tidak memucat,
berdarah, dan dapat bergabung menjadi lesi
yang lebih besar yang dinamakan purpura.
Permeabilitas
Trombositopenia pembuluh darah
meningkat

Kebocoran pada
Terjadi cedera pada
kapiler-kapiler dan
pembuluh darah
venula-venula

* Trombosit diperlukan untuk menutup


kebocoran-kebocoran kecil dipembuluh
darah
Muncul bintik-
bintik perdarahan
yang berwarna
merah atau ungu
DAFTAR PUSTAKA

Ni Made Renny ARena, Susila Utama, Tuty ParwatiM,


KELAINAN HEMATOLOGI PADA DEMAM BERDARAH DENGUE,
Divisi Hematologi Onkologi Medik, Divisi Penyakit Tropik dan
Infeksi FK Unud RSUP Sanglah Denpasar. 2009
MEKANISME TERJADINYA
TROMBOSITOPENIA
NAMA : KARTIKA SARI
NIM : FAA 113 056
Trombositopenia

Keadaan berkurangnya jumlah trombosit di


bawah nilai normal
Jumlah trombosit darah normal
150.000-450.000/ L

secara umum disebabkan oleh 3 penyebab :


defisiensi produksi
akselerasi destruksi
distribusi abnormal
Mekanisme Trombositopenia pada DBD

Mekanisme kompleks Penurunan Peningkatan Agregasi


imun produksi destruksi trombosit trombosit akibat
trombosit oleh di RES endotel yang
sumsum tulang teraktivasi

Memberi peluang
trombosit berinteraksi
Trombositopenia dengan kolagen dalam
lapisan sub-endotel
Daftar Pustaka
Djunaedi, D. Perubahan Kadar Sitokin dan
Molekul Agregasi pada Berbagai Tingkat
Trombositopenia pada Demam Berdarah
Dengue. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 2005;
21(1): 10-16.
Rena, NMRA., Susila, U., dan Tuty PM. Kelainan
Hematologi pada Demam Berdarah Dengue.
Jurnal Penyakit Dalam. 2009; 10(3): 218-225.
PROSES PEMBENTUKAN
TROMBOSIT
NAMA : ANGGINI TSAMARATUL Q
NIM : FAA 113 049
respiratory.usu.ac.id
GANGGUAN HEMOSTASIS

NAMA : NOVIA KAISARIANTI


NIM : FAA 113 002
Hemostasis

Definisi Komponen
Proses penghentian Pembuluh darah
perdarahan dari suatu Trombosit
pembuluh darah yang rusak. Protein darah

Mekanisme Vasokonstriksi pembuluh


darah
Pembentukan sumbatan
trombosit
Pembentukan bekuan darah
Gangguan Hemostasis

Sistem vaskular
Peran system vascular dalam mencegah
perdarahan meliputi proses kontraksi
pembuluh darah (vasokonstriksi) serta aktivasi
trombosit dan pembekuan darah.
Sistem trombosit
Trombosit mempunyai peran penting dalam
hemostasis yaitu pembentukan stabilisasi
sumbat trombosit. Pembentukan sumbat
trombosit. Pembentukan sumbat trombosit
terjadi melalui beberapa tahap yaitu adhesi
trombosit, agregasi trombosit dan reaksi
pelepasan.
Sistem pembekuan darah
Proses pembekuan darah terdiri dari rangkaian
reaksi enzimatik yang melibatkan protein
plasma yang disebut sebagai factor
pembekuan darah, fosfolipid dan ion kalsium.
Factor pembekuan darah dinyatakan dalam
angka romawi yang sesuai dengan urutan
ditemukannya.
Penyakit Gangguan Hemostasis
Gangguan vaskulus
- Faktor kongenital
1. Talangiektasia hemoragika herediter (oslet-weber-
rendu)
2. Hiperelastika kutis (ehler- dan los)
- Faktor didapat (acquired)
1. Scorbut
2. Defisiensi vit. C
3. Panvaskulitis
4. Purpura anafilaktoid (purpura henoch-schenlein)
Gangguan trombosit
- Purpura trombositopenik imun (PTI)
- Purpura trombositopenia sekunder (PTS)
- Trombositopenia neonatal
Gangguan pembekuan darah
- Hemofilia
- Penyakit von willbrand
Gejala Klinis Gangguan Hemostasis
epistaksis
menorrhagia
bleeding after dental extraction
ecchymoses
bleeding from minor cuts or abrasions
gingival bleeding
postoperative bleeding
hemarthrosis
GI bleeding
Diagnosis Dan Diagnosa Banding Gangguan
Hemostasis

Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Tes penyaring
Tes khusus
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, A., & Hall, J. 2006. Buku Ajar Fisiologi


Kedokteran. Edisi 11 Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Hall E. Jhon. 2007. Buku Saku Fisiologi
Kedokteran. Edisi 11 Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Sherwood Lauralee. 2009. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi 6 Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
INTERPRETASI DATA

NAMA : RERA RICHARD RABI MEWO


NIM : FAA 113 048
Daftar Pustaka

Darmawan, Iyano. 1987. Kapita


Selekta Hematologi. Jakarta.
Gandasoebrata, R. 1989.
Penuntun Laboratorium Klinik,
Jakarta.
Daftar Pustaka

Darmawan, Iyano. 1987. Kapita


Selekta Hematologi. Jakarta.
Gandasoebrata, R. 1989.
Penuntun Laboratorium Klinik,
Jakarta.
HEMOSTASIS NORMAL DAN
FAKTOR YANG BERPERAN
NAMA : YOGI PRASETYO
NIM : FAA 113 004
HEMOSTASIS

Faktor Pendukung

Dinding
Sistem
Pembuluh
Darah Fibrinolisis

Faktor
Inhibitor
koagulasi

Trombosit
Guyton, Arthur C., dan John E Hall.2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C., dan John E Hall.2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C., dan John E Hall.2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C., dan John E Hall.2014. Buku Ajar


Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Murray Robert K., dkk. 2009. Biokimia Harper Edisi
27. Jakarta: EGC.
Sadikin, Mohamad. 2001. Biokimia Darah. Jakarta:
Widya Medika.
Price, Sylvia Anderson dan Lorraine M.Wilson.
2005. Patofisologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit Edisi6. Jakarta:EGC
DENGUE HEMORRHAGIC FEVER
(DHF)
NAMA : GILANG ARIA SANTOSA
NIM : FAA 113 003
DEFINISI
Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF) ialah penyakit demam akut terutama menyerang
pada anak-anak, dan saat ini cenderung polanya
berubah ke orang dewasa.

DHF disebabkan oleh virus dengue yang


tergolong arbovirus (Arthropod-borne
ETIOLO viruses)
GI
artinya virus yang di tularkan melalui
gigitan arthropoda misalnya nyamuk aedes
aegypt (betina).
Satrio W. Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang. Available from : digilib.unimus.ac.id/download.php?id=11426
EPIDEMIOLOGI
Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah
tropis dan sub-tropis.
Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati
urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap
tahunnya.
Sejak tahun 1968-2009, WHO mencatat negara Indonesia
sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia
Tenggara
Di Indonesia, DBD pertama kali ditemukan di kota Surabaya
pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan
24 orang diantaranya meninggal dunia (Angka Kematian :
41,3 %). Dan sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke
seluruh Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi : Demam Berdarah Dengue.
Volume 2, Agustus 2010.
PATOFISIOLOGI
Meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah (kapiler)

Kebocoran plasma

berkurangnya volume plasma

kebocoran plasma ke
Jumlah trombosit Hemoglobin
daerah ekstra vaskuler
berkurang berkurang melalui kapiler yang rusak

Trombositopenia Hipotensi Hematokrit meningkat

Satrio W. Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang. Available from : digilib.unimus.ac.id/download.php?id=11426
MANIFESTASI
KLINIS
KLASIFIKASI Demam
(WHO) Perdarahan
Derajat I (Ringan) Hepatomegali
Derajat II (Sedang) Ruam
Derajat III (Berat) Shock
Derajat IV Trombositopenia
Muntah
Diare
Kejang
Satrio W. Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang. Available from : digilib.unimus.ac.id/download.php?id=11426
FAKTOR RISIKO KOMPLIKASI
Mobilisasi penduduk Sindrom Syok
Ekonomi Dengue (SSD)
Pendidikan Ensefalopati
Pekerjaan dengue
keberadaan tempat Kelainan ginjal
penampungan air Edema paru

Candra A. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor Risiko


Penularan. Aspirator Vol. 2 No. 2 Tahun 2010 : 110 119.
DIAGNOSIS LABORATORIUM
Pemeriksaan uji Tourniquet/Rumple leed
Pemeriksaan Hemoglobin
Pemeriksaan Hematokrit
Pemeriksaan Trombosit
Pemeriksaan Lekosit
Pemeriksaan Bleding tme (BT)
Pemeriksaan Clothing tme (CT)
Pemeriksaan Limfosit Plasma Biru (LPB)
Pemeriksaan Imunoessei dot-blot
Satrio W. Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang. Available from : digilib.unimus.ac.id/download.php?id=11426
DENGAN SYOK
PENATALAKSANAAN Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra nasal.
Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti
Ringer laktat/asetat secepatnya.
Jika terjadi perbaikan klinis, ulangi
TANPA SYOK pemberian kristaloid 20 ml/kgBB
Berikan anak banyak minum secepatnya atau pemberian koloid 10-
20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24
larutan oralit atau jus buah, air
jam.
tajin, air sirup, susu Jika perbaikan klinis (-) tetapi ht dan hb
Berikan parasetamol turun berikan transfusi
Berikan infus sesuai dengan darah/komponen.
dehidrasi Ringer laktat/asetat Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian
kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,
Kebutuhan cairan parenteral tekanan nadi melebar), jumlah cairan
BB < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4
BB 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-
6 jam sesuai kondisi klinis dan
BB > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
laboratorium.
Pantau setiap 6 jam Cairan intravena dapat dihentikan setelah
36-48 jam.
International Child Health. Review Colaboration, Demam Berdarah Dengue: Diagnosis Dan Tatalaksana. Available from : http://www.ichrc.org/622-demam-
berdarah-dengue-diagnosis-dan-tatalaksana
PROGNOSIS
Prognosis DBD didasarkan pada kesuksesan dalam terapi dan
penatalaksanaan yang dilakukan. Terapi yang tepat dan cepat
akan memberikan hasil yang optimal. Penatalaksanaan yang
terlambat akan menyebabkan komplikasi dan
penatalaksanaan yang tidak tepat dan adekuat akan
memperburuk keadaan. Kematian karena demam dengue
hampir tidak ada.
DBD Derajat I dan II akan memberikan prognosis yang baik,
penatalaksanaan yang cepat, tepat akan menentukan
prognosis. Umumnya DBD Derajat I dan II tidak
menyebabkan komplikasi sehingga dapat sembuh sempurna.
DBD derajat III dan IV merupakan derajat sindrom syok
dengue dimana pasien jatuh kedalam keadaan syok dengan
atau tanpa penurunan kesadaran.
Satrio W. Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. Available from :
digilib.unimus.ac.id/download.php?id=11426
LUPUS ERITOMATOSUS SISTEMIK
(LES)
NAMA : KARTIKA SARI
NIM : FAA 113 056
Lupus Eritematosus Sistemik

Penyakit inflamasi autoimun kronis yang belum


jelas penyebabnya, memiliki sebaran gambaran
klinis yang luas serta tampilan perjalanan
penyakit yang beragam
Manifestasi konstitusional
Manifestasi kulit
Manifestasi muskuloskeletal
Manifestasi paru
Manifestasi kardiovaskular
Manifestasi ginjal
Manifestasi gastrointestinal
Manifestasi hemopoetik
Manifestasi neuropsikiatrik
Lupus Eritematosus Sistemik
Penyakit ini dapat mengenai berbagai
usia dan jenis kelamin, terutama pada
perempuan usia produktif (20-40
tahun)

Etiologi LES masih belum jelas, namun diduga


merupakan interaksi antara faktor genetik
(disregulasi imun, hormon) dan lingkungan (sinar
UVB, obat), yang berakibat pada terbentuk
limfosit T dan B autoreaktif yang persisten
Keterangan: Klasiikasi ini terdiri dari 11 kriteria dimana diagnosis harus memenuhi 4 dari
11 kriteria tersebut yang terjadi secara bersamaan atau dengan tenggang waktu
Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin, lekosit, hitung jenis sel, laju endap darah
(LED)
2. Urin rutin dan mikroskopik, protein kwantitatif 24
jam, dan bila diperlukan kreatinin urin.
3. Kimia darah (ureum, kreatinin, fungsi hati, proil lipid)
4. PT, aPTT pada sindroma antifosfolipid
5. Serologi ANA, anti-dsDNA, komplemen (C3,C4))
6. Foto polos thorax, pemeriksaan hanya untuk awal
diagnosis, tidak diperlukan untuk monitoring.
Edukasi
Tatalaksana
Contoh Stimulasi

Rekomendasi
Kortikosteroid digunakan sebagai pengobatan utama lini pertama pada pasien dengan
SLE

Terminologi pembagian dosis kortikosteroid


Dosis rendah : <7.5 mg prednison atau setara perhari
Dosis sedang : >7.5 mg, tetapi <30 mg prednison atau setara perhari
Dosis tinggi : >30 mg, tetapi <100 mg prednison atau setara perhari
Dosis sangat tinggi : >100 mg prednison atau setara perhari
Terapi pulse : >250 mg prednison atau setara perhari untuk 1 hari atau
beberapa hari
Contoh Stimulasi
Dr. ABCD
SIP No. 123456/Yan-Kes/2000
Jl. Sehat Raya No. 6
Palangka Raya, 27 Mei 2016

R/ Prednison mg 5
S. lact q.s
m.f.l.a pulv d.t.d No. VII
s 1 d d pulv I p.c

Pro : An. X
Umur : 7 tahun ; 20 kg
Daftar Pustaka
Kasjmir, Y I., dkk. Rekomendasi Perhimpunan
Reumatologi Indonesia Untuk Diagnosis Dan
Pengelolaan Lupus Eritematosus Sistemik.
Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2011.
Sudewi, N P., Nia, K., Dadi, S., Zakiudin, M.,
dan Arwin, AP. Karakteristik Klinis Lupus
Eritematosus Sistemik Pada Anak. Sari
Pediatri. 2009; 11(2): 108-112.
MENGAPA DEMAM TIDAK
TURUN MESKI TELAH DIOBATI
NAMA : GILANG ARIA SANTOSA
NIM : FAA 113 003
Mengapa demam tidak turun meskipun
sudah meminum obat penurun panas?
Pada pemicu pasien diberikan obat penurun panas (tetapi tidak dikatakan
bahwa pasien mengkonsumsi obat apa dan atas resep siapa).
Besar kemungkinan pengobatan sendiri dengan diberikan obat penurun
panas hanya didasarkan atas pengetahuan orang tuanya saja.
Obat penurun panas yang sering terdapat di pasaran adalah parasetamol,
asetosal dan ibuprofen.
Asetosal dan ibuprofen tidak dianjurkan untuk diberikan pada pasien DBD.
Kedua obat tersebut bersifat asam sehingga dapat memperparah perdarahan
terutama di lambung dan menyebabkan trombositopenia Sehingga gejala
penyakit dasar yang mendasari dari demam pasien tidak sembuh-sembuh.
Berbeda hal nya apabila yang dikonsumsi pasien adalah obat golongan
parasetamol ada kemungkinan untuk sembuh pada pasien karena
parasetamol aman untuk mengatasi demam dan penggunaannya telah
direkomendasikan oleh WHO sejak 1997.
Priyambodo RH. Ibuprofen dan Asam Salisilat Tak Aman Bagi Penderita DBD. Available from :
http://www.antaranews.com/berita/56038/ibuprofen-dan-asam-salisilat-tak-aman-bagi-penderita-dbd [diakses pada : 25
mei 2016]
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PADA PEMICU
NAMA : RIRIN PUJI NURHAYATI
NIM : FAA 112 022
DBD (Demam Berdarah Dengue)
Laboratorium :
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
Hemostasis
Protein/albumin
SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase)
Ureum, Kreatinin
Elektrolit
Golongan darah dan crossmacth (uji cocok serasi) bila akan diberikan transfusi darah atau
komponen darah.
serologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue :
- IgM: terdeksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang setelah 60-
90 hari.
- IgG: pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi sekunder IgG
mulai terdeteksi hari ke-2.

Sumber : Candrashekaran V. Gambaran Enzim Transaminase pada Pasien Infeksi Dengue


Dewasa Periode Januari 2009 Desember 2009 di RSU dr. Pringadi Medan. Medan:
Universitas Sumatera Utara; 2010.
Pemeriksaan radiologis
Pada foto thorax didapatkan efusi pleura,
terutama pada hemitoraks kanan tetapi
apabila terjadi perembesan plasma hebat,
efusi pleura dapat dijumpai pada kedua
hemitoraks.
Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi
dengan pemeriksaan USG.

Sumber : Candrashekaran V. Gambaran Enzim Transaminase pada Pasien Infeksi Dengue


Dewasa Periode Januari 2009 Desember 2009 di RSU dr. Pringadi Medan. Medan:
Universitas Sumatera Utara; 2010.
ITP (Idiopathic Thrombocytopenic Purpura)
Pemeriksaan darah tepi untuk menyingkirkan
kemungkinan pseudotrombositopenia, sindrom trombosit
raksasa yang diturunkan (inherited giant platelet
syndrome), dan kelainan hematologi lainnya.
Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang pada anak dengan
dugaan ITP dengan kasus yang meragukan atau tidak khas.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan pada penderita ITP
adalah mengukur antibodi yang berhubungan dengan
trombosit (platelet-associated antibody) dengan
menggunakan direct assay.

Sumber : Setyoboedi B. Purpura Trombositopenik Idiopatika pada Anak (Patofisiologi, Tata


Laksana Serta Kontroversinya). Sari Pediatri, Vol. 6, No. 1, Juni 2004: 16-22.
SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
Hemoglobin, lekosit, hitung jenis sel, laju endap darah (LED)
Urin rutin dan mikroskopik, protein kwantitatif 24 jam, dan bila diperlukan
kreatinin urin
Kimia darah (ureum, kreatinin, fungsi hati, profil lipid)
PT (Prothrombin Time), APTT (Activated Partial Thromboplastin Time) pada
sindroma antifosfolipid
Serologi ANA, anti-dsDNA, komplemen (C3,C4)
Foto polos thorax. Pemeriksaan hanya untuk awal diagnosis, tidak
diperlukan untuk monitoring:
- Setiap 3-6 bulan bila stabil
- Setiap 3-6 bulan pada pasien dengan penyakit ginjal aktif.
Tes imunologik awal yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis SLE
adalah tes ANA generik
Sumber : Perhimpunan Reumatologi Indonesia.
Diagnosis dan Pengelolaan Lupus Erimatosus
Sistemik. 2011.
HUBUNGAN BINTIK MERAH
DENGAN DEMAM PADA PEMICU
NAMA : ANGGINI TSAMARATUL Q
NIM : FAA 113 049
Aktivasi makrofag yang
Virus bereplikasi di
Infeksi virus dengue me-fagositosis kompleks
makrofag
virus antibody non
netralisasi

Diproduksi limfokin Aktivasi T helper dan T


Interferon gamma akan
dan interferon gamma sitotoksik
mengaktivasi monosit

Sekresi TNF-Alfa, IL-1, Disfungsi sel endotel Kebocoran plasma


PAF,il-6 dan histamine

Bintik-bintik merah Sel darah merah keluar

Setiati, S. et al (2009) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 5.Interna Publishing. Jakarta.Hal.2774
FASILITAS DAN PELAYANAN BPJS

NAMA : RIRIN PUJI NURHAYATI


NIM : FAA 112 022
Fasilitas BPJS
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan
Fasilitas kesehatan penunjang yang tidak
bekerjasama secara langsung dengan BPJS
Kesehatan namun merupakan jejaring dari
fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun
fasilitas kesehatan tingkat lanjutan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
Pelayanan Kesehatan Yang Dijamin
Pelayanan kesehatan tingkat pertama,
meliputi pelayanan kesehatan non spesialistik
Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan,
meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan dan
rawat inap
Persalinan
Ambulan
Pelayanan Kesehatan Yang Tidak Dijamin
Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur
dalam peraturan yang berlaku;
Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaan darurat;
Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja
terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja
sampai nilai yang ditanggung oleh program jaminan kecelakaan kerja;
Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan lalu
lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang ditanggung oleh program jaminan
kecelakaan lalu lintas;
Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;
Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;
Pelayanan untuk mengatasi infertilitas;
Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);
Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat
dan/atau alkohol;
Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau
akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri;
Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk
akupuntur, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif
berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology
assessment);
Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai
percobaan (eksperimen);
Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;
Perbekalan kesehatan rumah tangga;
Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat,
kejadian luar biasa/wabah; dan
Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat
jaminan kesehatan yang diberikan.
Daftar Pustaka
Sumber : Panduan Layanan bagi Peserta BPJS
Kesehatan. Available:
http://www.sdm.depkeu.go.id/doc/Buku_Pan
duan_Layanan_bagi_Peserta_BPJS_Kesehatan.
pdf

Anda mungkin juga menyukai