Keadaan stress secara psikologis akan merangsang penurunan produksi hormon beta
endorphin yang meningkatkan tingkat ambang rangsang. Stress juga memicu ketidakteraturan
produksi hormon kortisol sehingga hipotalamus meningkatkan produksi CRH atau hormon
kortikotropin yang pada akhirnya menyebabkan kelemahan, dan penurunan daya tahan tubuh.
Jika terjadi stress pada penderita penyakit menahun akan menyebabkan ia jatuh pada kondisi
yang lebih buruk
HPA-Axis dirancang untuk memindahkan tubuh dari bahaya dengan tiba-tiba dan
berkelanjutan tenaga. Sebagai respon terhadap stres, sistem limbik mematikan bergegas
pencernaan nutrisi darah ke otot-otot panjang; merangsang hipofisis adrenal untuk
melepaskan hormon melawan dan penerbangan, amigdala.
Stres dapat mengenai semua orang dan semua usia. Stres baik ringan, sedang maupun
berat dapat menimbulkan perubahan fungsi fisiologis, kognitif, emosi dan perilaku. Stres
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu akut dan kronik (Wheaton, 1983). Sedangkan
dalam penelitian Ross dan Viowsky (1979) menyatakan bahwa efek psikologi tidak
tergantung pada jumlah stres maupun beratnya stres yang terjadi, akan tetapi tergantung pada
status stress itu sendiri, apakah stres tersebut diinginkan (desirable stress) atau tidak
diinginkan (undesirable stress). Stres yang tidak diinginkan mempunyai potensi yang lebih
besar dalam menimbulkan efek psikologik.
Menurut Prawirohusodo, stresor adalah faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres. Stresor
dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu :
Stresor fisikbiologik : dingin, panas, infeksi, rasa nyeri, pukulan dan lain-lain.
Stresor psikologis : takut, khawatir, cemas, marah, kekecewaan, kesepian, jatuh cinta dan
lain-lain.
Stresor sosial budaya : menganggur, perceraian, perselisihan dan lain-lain.
Stres yang merusak sering disebut distress, adalah ketika seseorang mendapat impuls
rangsangan secara terus-menerus dan berulang kali yang melampaui batas adaptasi. Telah
dilaporkan bahwa pekerja yang berada atau bekerja di tempat yang mempunyai tingkat
kebisingan tinggi sering mengalami gangguan kesehatan dan mudah terserang infeksi
(Budiman, 2004).
Kortisol adalah hormon stres utama dan memiliki efek pada berbagai jaringan dalam
tubuh, termasuk pada otak. Di otak, kortisol bekerja pada dua jenis reseptor - reseptor
mineralokortikoid dan glukokortikoid reseptor, dan ini dinyatakan oleh berbagai jenis neuron.
Salah satu target penting Glukokortikoid adalah hipotalamus, yang merupakan pusat
pengendali utama dari sumbu HPA.
Stresor pertama kali ditampung oleh pancaindera dan diteruskan ke pusat emosi yang
terletak di sistem saraf pusat. Dari sini, stres akan dialirkan ke organ tubuh melalui saraf
otonom. Organ yang antara lain dialiri stres adalah kelenjar hormon dan terjadilah perubahan
keseimbangan hormon, yang selanjutnya akan menimbulkan perubahan fungsional berbagai
organ target. Beberapa peneliti membuktikan stres telah menyebabkan perubahan
neurotransmitter neurohormonal melalui berbagai aksis seperti HPA (Hypothalamic-Pituitary
Adrenal Axis), HPT (Hypothalamic-Pituitary-Thyroid Axis) dan HPO (Hypothalamic-
Pituitary-Ovarial Axis). HPA merupakan teori mekanisme yang paling banyak diteliti.