MODUL 2
OLEH:
DEDI AKBAR
SAZA KHOIRUNNISA
SRI WAHYUNI
USHWAH CHAERANI
FITRIANI
RAHMA WATI
RAHMAWATI
MUH.ISAFARUDIN SUSANTO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
2012
TUTORIAL MODUL 1
BERAT BADAN MENURUN
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang
patomekanisme, penyakit-penyakit yang menyebabkan penurunan berat badan, pemeriksaan
penunjang untuk mengetahui penyebab penurunan berat badan, gejala-gejala lain yang
berhubungan, cara penanganan dan komplikasi dari penyakit-penyakit yang menyebabkan
penurunan berat badan, khususnya dalam bidang endokrinologi dan metabolisme .
SKENARIO 1
Seorang laki-laki umur 50 tahun, mengunjungi dokter oleh karena berat badan menurun yang
dialami sejak 3 bulan terakhir. Penderita juga mengeluh akhir-akhir ini selalu merasa lemas,
lelah dan selalu mengantuk.
KATA SULIT: -
KATA KUNCI
Laki-laki 50 tahun
Berat badan menurun sejak 3 bulan terakhir
Mengeluh lemas
Lelah
Selalu mengantuk
PERTANYAAN
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari organ-organ yang terkait?
2. Apakah yang menyebabkan penurunan berat badan serta bagaimana
patomekanismenya?
3. Apa penyebab terjadinya rasa lemas, lelah, dan selalu mengantuk? Bagaimana
patomekanismenya?
4. Jelaskan hubungan usia dan JK terhadap penurunan BB!
5. Jelaskan hubungan penurunan BB dengan pasien merasa lemah,lelah,dan selalu
mengantuk?
6. Bagaimana DD dari geajala?
7. Bagaimana etiologi penyakit yang di derita?
8. Jelaskan patomekanisme penyakit yang di derita!
9. Gejala-gejala klinis apa sajakah pada penyakit ini?
10. Bagaimana diagnosis dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang?
11. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit?
12. Bagaimana prognosis dari penyakit?
13. Apasajakah komplikasi dari penyakit ini?
14. Bagaimana pengendalian dari penyakit ini?
PEMBAHASAN
1. ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN TERKAIT
Ada emapt organ yang terkait pada penurunan berat badan,yaitu
pankreas,hepar,otot,dan sel.
o Pankreas
Pankreas dibagi menurut bentuknya :
1. Kepala (kaput) yang paling lebar terletak di kanan rongga abdomen, masuk
lekukan sebelah kiri duodenum yang praktis melingkarinya.
2. Badan (korpus) menjadi bagian utama terletak dibelakang lambung dan di
depan vertebra lumbalis pertama.
3.Ekor (kauda) adalah bagian runcing di sebelah kiri sampai menyentuh pada
limpa (lien).
Pankreas disebut sebagai organ rangkap, mempunyai dua fungsi yaitu sebagai
kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin. Kelenjar eksokrin menghasilkan
sekret yang mengandung enzim yang dapat menghidrolisis protein, lemak, dan
karbohidrat; sedangkan endokrin menghasilkan hormon insulin dan glukagon
yang memegang peranan penting pada metabolisme karbohidrat. Kedua
hormon ini langsung masuk dalam peredaran darah dan digunakan untuk
mengatur jumlah gula dalam darah. Insulin akan mengubah kelebihan glukosa
darah menjadi glikogen untuk kemudian menyimpannya di dalam hati dan
otot. Suatu saat ketika tubuh membutuhkan tambahan energi, glikogen yang
tersimpan di dalam hati akan diubah oleh glukagon menjadi glukosa yang
dapat digunakan sebagai energi tambahan.
Pankreas menghasilkan :
1. Garam NaHCO3 : membuat suasana basa.
2. Karbohidrase : amilase ubah amilum maltosa.
3. Dikarbohidrase : a.maltase ubah maltosa 2 glukosa.
b.Sukrase ubah sukrosa 1 glukosa + 1 fruktosa.
c.Laktase ubah laktosa 1 glukosa + 1 galaktosa.
4.lipase mengubah lipid asam lemak + gliserol.
5.enzim entrokinase mengubah tripsinogen tripsin dan ubah pepton
asam amino.
o Hepar
o Anatomi dan fisiologi hati
Hati adalah kelenjar terbesar dalam tubuh, berat rata-rata sekitar 1500 gr atau
2% berat badan orang dewasa normal. Hati merupakan organ lunak yang
lentur dan terbentuk oleh struktur sekitarnya. Bagian bawah hati berbentuk
cekung dan merupakan atap dari ginjal kanan, lambung, penkreas, dan usus.
Hati memiliki dua lobus utama yaitu kanan dan kiri. Setiap lobus terbagi
menjadi struktur-struktur yang disebut sebagai lobules, yang merupakan
mikroskopis dan fungsional organ. Hati manusia memiliki maksimal 100.000
lobulus.
Diantara lempengan sel hati terdapat kapiler-kapiler yang disebut sebagai
sinusoid yang merupakan cabang vena porta dan arteria hepatica. Tidak seperti
kapiler lain, sinusoid dibatasi oleh sel fagositik atau sel kupffer. Sel Kupffer
merupakan system monosy makrofag, dan fungsi utamnya adalah menelan
bakteri dan benda asing lain dalam darah. Sejumlah 50% makrofag dalam hati
adalah sel Kupffer; sehingga hati merupakan salah satu organ penting dalam
pertahanan melawan infasi bakteri dan agen toksik.
Hati memiliki dua sumber suplai darah dari saluran cerna dan limpa melalui
vena porta hepatica, dan dari aorta melalui arteri hepatica. Sekitar sepertiga
darah yang masuk adalah darah arteria dan dua pertiganya adalah darah vena
dari vena porta. Volume total darah yang melewati hati setiap menitnya adalah
1500 ml dan dialirkan melalui vena hepatica kanan dan kiri, yang selanjutnya
bermuara pada vena cava inferior. Selain merupakan organ prenkim yang
paling besar. Hati sangat penting untuk mempertahankan hidup dan berperan
dalam hampir setiap fungsi metabolic tubuh, dan terutama bertangung jawab
atas lebih dari 500 aktivitas berbeda.
o Otot
Secara fisiologis otot berfungsi sebagai
Membantu gerak rangka : karena dengan kontraksinya tubuh dapat melakukan
gerakan yang dikenal dengan gerak motorik.
Produksi panas : dengan kontraksi kuat, otot dapat membantutubuh
memproduksi panas. Misalnya : pada proses menggigil waktu kita kedinginan.
Membentuk sikap tubuh : menyokong tubuh melalui tonus ototrangka, sehingga tubuh
dapat bersikap tegak, duduk, berbaring,dsb.
2. PENYEBAB PENURUNAN BERAT BADAN:
Hilangnya lemak, air/elektrolit dan protein dapat mengakibatkan terjadinya
penurunan berat badan/ massa tubuh. Protein dan lemak merupakan sumber energi
cadangan tubuh yang disintesia oleh tubuh pada keadaan di mana energi utama
(glukosa) tidak atau sedikit dalam menghasilkan energi.Kurang atau tidak adanya
energi yang dihasilkan melalui glukosa dapat diakibatkna olehadanya gangguan
metabolisme, gangguan absorsi sel atau gangguan uptake makanan. Gangguan
metabolisme seperti hiperglikemi, atau hipertioid dapat menyebabkan terjadinya
weight loss.
a. Hiperglikemia yaitu suatu kondisi dimana kadar glukosa puasa yang lebih
tinggi dari 110 mg/dl. Hiperglikemia terjadi karena glukosa tidak dapat masuk
kedalam sel otot dan jaringan, akibatnya sel otot dan jaringan kekurangan
energy, untuk menkompensasi keadaan tersebut sel otot dan lemak mecah
cadangan energinya melalui proses glukogenolisis dan lipolisis,dan ketika
berlansung terus menerus mengakibatkan terjadinya penurunan masa otot dan
lemak yang berdampak pada penurunan berat badan.
b. Pada keadaan hipertiroid terjadi peningkatan metabolisme basal 60-100% di
atas normal,sehingga lemak dan protein yang digunakan pada keadaan basal,
akan mengalami lisis yang terjadi sangat cepat
c. Gangguan uptake makanan seperti pada keadaan anorexia. Membuat tubuh
kehilanganasupan energi dan nutrisi khusus glukosa. Jika terjadi kekurangan,
sel di dalam tubuhakan mengalami kelaparan, disamping itu tidak dapat
disintesis lemak dan proteinsebagai cadangan energi. Dengan kata lain, pada
keadaan ini selain protein dan lemak tidak disintesa, keduanya juga digunakan
sebagai energi alternatif, sehingga terjadi penurunan massa tubuh yang cukup
berarti.
3. PENYEBAB TERJADINYA RASA LEMAS,LELAH,DAN SELALU
MENGANTUK
Penyebab selalu mengantuk adalah penurunan suplai O2 dalam otak dan penurunan
kadar insulin sehingga terjadi hiperglikemia. Mengantuk secara fisiologis diatur oleh
glandula pineale namun , pada kondisi dimana terdapat kekurangan glukosa dan
oksigen diotak dapat juga memicu terjadinya perasaan mengantuk tersebut.
Patomekanisme selalu mengantuk yang disebabkan hiperglikemia disebabkan oleh
penurunan kadar insulin sehingga kadar gula darah tidak terkontrol. Hiperglikemia
menyebabkan viscositas darah meningkat dan volume plasma menurun. Tekanan
darah menurun sehingga darah yang ke otak sedikit.
Penyebab rasa lelah dan lemas adalah penurunan utilisasi (penggunaan) glukosa oleh
jaringan, ketosis yang menyebabkan asidosis metabolik, dan peningkatan
metabolisme. Penurunan utilisasi glukosa oleh jaringan menyebabkan energi yang
dihasilkan sel berkurang sehingga dalam melakukan aktivitas sehari-hari membuat
tubuh lelah dan lemas.
4. HUBUNGAN JENIS KELAMIN TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN
Hiperglikemia
Diabetes tipe 1 : Kerusakan sel beta penkreas yang pada umumnya menjurus ke
defesiensi insulin absolut,dapat karena autoimun atau idiopatik.
Diabetes tipe 2: Bervariasi mulai yang terutama dominan resisten insulin relatif
sampai defek sekresi insulin disertai resistensi insulin
Diabetes tipe lain (contohnya diabetes melitus akibat hipertiroid) dan
Diabetes Gestasional
7. ETIOLOGI DM
Terdapat 4 organ yang yang berperanan terhadap terjadinya DM yaitu :
a. Pankreas. Sel beta pankreas yang terdapat pada daerah pulau-pulau Langerhans
merupakan tempat produksi insulin. Bila terdapat defek terhadap sekresi insulin
pancreas, maka akan menyebabkan produksi insin berkurang dan terjadilah
hiperglikemia.
b. Otot dan jaringan lemak merupakan target kerja insulin. Bila terdapat defek pada
reseptor insulin pada otot dan jaringan lemak maka akan terjadi resistensi insulin.
Walaupun produksi insulin pankreas cukup, namun dengan adanya resistensi
insulin diperifer akan menyebabkan kerja dari insulin tersebut menjadi tidak
efektif.
c. Hati, merupakan organ yang memproduksi glukosa secara endogen melalui
proses glukoneogenesis. Peningkatan produksi glukosa hati akan menyebabkan
terjadinya hiperglikemia.
Disamping keempat organ tersebut diatas, maka faktor genetik dan lingkungan
juga berperan sangat penting dalam proses terjadinya DM khususnya tipe2. DM tipe 2
biasanya ditemukan pada mereka yang mempunyai riwayat keluarga yang juga menderita
DM. Peranan faktor lingkungan dibuktikan dengan jumlah populasi penderita DM tipe 2
yang >80 % diantaranya adalah orang gemuk ( Obeis). Obeis terjadi akibat energy
required yang lebih besar dari pada Energy expenditure, dimana keadaan ini biasanya
ditemukan pada orang-orang dengan pola makan yang berlebihan dan kurang aktifitas
fisik.
Berikut ini adalah faktor-faktor risiko mayor seseorang untuk menderita DM tipe
2.
Riwayat keluarga inti menderita diabetes tipe 2 (orang tua atau kakak atau adik)
Tekanan darah tinggi (>140/90 mm Hg)
Dislipidemia: kadar trigliserida (lemak) dalam darah yang tinggi (>150mg/dl)
atau kadar kolesterol HDL <40mg/dl
Riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa
Terganggu (GDPT)
Riwayat menderita diabetes gestasional atau riwayat melahirkan bayi dengan
berat lahir lebih dari 4.500 gram
Makanan tinggi lemak, tinggi kalori
Gaya hidup tidak aktif (sedentary)
Obesitas atau berat badan berlebih (berat badan 120% dari berat badan ideal)
Usia tua, di mana risiko mulai meningkat secara signifikan pada usia 45 tahun
Riwayat menderita polycystic ovarian syndrome, di mana terjadi juga resistensi
insulin
Semua penyebab diabetes tipe 2 umumnya karena gaya hidup yang tidak sehat.
Hal ini membuat metabolisme dalam tubuh yang tidak sempurna sehingga membuat
insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik. Hormon insulin dapat diserap
oleh lemak yang ada dalam tubuh. Sehingga pola makan dan haya hidup yang tidak sehat
bisa membuat tubuh kekurangan insulin
Diabetes Melitus tipe 2 merupakan suatu kelainan yang heterogenik dengan karakter
utama hiperglikemia kronis. Meskipun pola pewarisannya belum jelas, dikatakan memiliki
peran yang kuat dalam munculnya DM tipe 2 ini. Faktor genetik ini akan berinteraksi dengan
faktor lingkungan seperti gaya hidup, diet, rendahnya aktivitas fisik, obesitas, dan tingginya
kadar asam lemak bebas. Pada DM tipe 2 ini terjadi :
Defek Sekresi Insulin
Defek sekresi insulin berperan penting bagi munculnya DM tipe 2. Pada hewan coba,
jika sel-sel Beta pankreas normal, resistensi insulin tidak akan menimbulkan hiperglikemia
karena sel ini memiliki kemampuan meningkatkan sekresi insulin sampai 10 kali lipat.
Hiperglikemia akan terjadi sesuai dengan derajat kerusakan sel Beta yang menyebabkan
turunnya sekresi insulin.
Pelepasan insulin dari sel Beta pankreas sangat tergantung pada transpor glukosa
melewati membran sel dan interaksinya dengan sensor glukosa yang akan menginduksi
peningkatan glukokinase. Induksi glukokinase akan menjadi langkah pertama serangkaian
proses metabolik untuk melepaskan granul-granul berisi insulin. Kemampuan transpor
glukosa pada DM tipe 2 sangat menurun sehingga kontrol sekresi insulin bergeser dari
glukokinase ke sistem transpor glukosa. Defek ini dapat diperbaiki oleh sulfonilurea.
Kelainan yang khas terjadi pada DM tipe 2 adalah ketidakmampuan sel Beta
meningkatkan sekresi insulin dalam waktu 10 menit setelah pemberian glukosa oral atau
tumpul dan lambatnya pelepasan insulin fase akut. Hal ini akan dikompensasi pada fase
lambat dimana sekresi insulin pada DM tipe 2 terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan
orang normal. Meskipun terjadi kompensasi, tetapi kadar insulin tetap tidak mampu
mengatasi hiperglikemia yang ada atau terjadi defisiensi relatif yang menyebabkan keadaan
hiperglikemia sepanjang hari.
Hilangnya fase akut juga berimplikasi pada terganggunya supresi produksi glukosa
endogen setelah makan dan meningkatnya glukoneogenesis melalui stimulasi glukagon.
Glukosa Produk Hati
Hati merupakan jaringan yang sensitif terhadap insulin. Pada keadaan normal, insulin
dan glukosa akan menghambat pemecahan glikogen dan menurunkan glukosa produk hati.
Pada DM tipe 2 terjadi peningkatan glukosa produk hati yang tampak pada tingginya kadar
glukosa puasa. Mekanisme gangguan produksi glukosa hati belum sepenuhnya jelas. Pada
penelitian yang dilakukan pada orang sehat, peningkatan kadar insulin portal sebesar 5 U/ml
di atas nilai dasar akan menyebabkan lebih dari 50% penekanan produksi glukosa hati. Untuk
mencapai hasil demikian, penderita DM tipe 2 membutuhkan kenaikan kadar insulin portal
yang lebih tinggi. Hal tersebut menunjukkan terjadinya resistensi insulin pada hati.
Peningkatan produksi glukosa hati juga berkaitan dengan meningkatnya glukoneogenesis
akibat peningkatan asam lemak bebas dan hormon anti insulin seperti glukagon.
Resistensi Insulin
Organ target utama insulin adalah otot, hati dan jaringan lemak. Resistensi insulin
disinonimkan dengan terganggunya pembuangan glukosa yang distimulasi insulin. Untuk
mencapai normoglikemia dibutuhkan kadar plasma insulin yang lebih tinggi sehingga terjadi
hiperinsulinemia yang menjadi penanda resistensi insulin. Pada otot dan jaringan lemak
ditemukan kelainan kaskade sinyaling insulin yang berakibat gangguan aktivitas transporter
glukosa yang diregulasi insulin (GLUT-4). Selain itu pada beberapa kasus didapatkan
penurunan aktivitas tirosin kinase dan IRS-1 (Insulin Receptor Substrat-1). Hiperglikemia
kronik dan asam lemak bebas yang tinggi turut berperan dalam munculnya resistensi insulin
melalui glukotoksisitas dan lipotoksisitas.
13. KOMPLIKASI
A. Komplikasi Akut
1. Koma hipoglikemia
2. Ketoasodosis Diabetika (KAD)
3. Hiperosmolar nonketotik (HONK)
B. Komplikasi Kronik
1. Makroangiopati
Makroangipati disebut juga dengan arterioselerosis diabetik yaitu penebalan dan
hilangnya elastisitas dinding arteri yang melibatkan pembuluh darah besar, pembuluh
darah jantung, pembuluh darah tepi, serta pembuluh darah otak. Pasien diabetes
melitus dengan kelainan makrovaskuler dapat memberikan gambaran kelainan pada
tungkai bawah, baik berupa ulkus maupun gangren diabetik. Pasien dengan gangguan
serebrovaskuler dapat memberikan gambaran sisa berupa kelumpuhan. Infark jantung
juga dapat terjadi akibat kelainan makrovaskuler. Berbeda dengan biasanya, pasien
pada diabetes melitus rasa nyeri dada sering tidak dijumpai (silent infarction) akibat
adanya neuropati.
2. Mikroangiopati
Makroangiopati terjadi pada kapiler dan arteriol biasanya mengenai pembuluh darah
kecil. Proses adhesi dan egregasi trombosit yang kemudian terbentuk mikrotrombus
merupakan basis biokimiawi utama. Disfungsi endotel dan trombosis merupakan
biang keladinya.
a. Ratinopati diabetik
Pasien dengan retinopati diabetik akan dapat mengalami gejala penglihatan kabur
sampai kebutaan. Keluhan penglihatan kabur tidak selalu disebabkan oleh retinopati.
Katarak pada pasien Diabetes Melitus terjadinya lebih dini dibanding pada
populasinormal.
b. Nefropati diabetika
Pasien dengan nefropati diabetik dapat menunjukan gambaran gagal ginjal menahan
seperti lemas, mual, pucat sampai keluhan sesak nafas akibat penimbunan cairan.
Adanya gagal ginjal dibuktikan dengan kenaikan kadar kreatinin/ureum serum.
Adanya proteinuria pada persistensi tanpa adanya kelainan ginjal yang lain
merupakan salah satu tanda awal nefropati diabetik.
3. Neuropati diabetika
Keluhan yang tersering adalah berupa kesemutan dan rasa lemah. Pada pasien dengan
neuropati autonom diabetika mungkin dapat dijumpai gejala berupa mual, gembung,
muntah dan diare terutama pada malam hari. Manifestasi neuropati otonom diabetik
lain adalah adanya hipotesis orthostatik serta adanya keluhan gangguan pengeluaran
keringat. Terkadang pula dapat terjadi inkontinensia fatal maupun urin.
Rentan infeksi, seperti tuberkolosis paru, gingivitis, dan infeksi saluran kemih.
14. PENGENDALIAN DM