OLEH:
KELOMPOK 5
Sarah 34 tahun ke klinik untuk mencari solusi migrennya. Dia mengaku mendapat
migren 2 kali setiap bulan namun harus terus bekerja disamping memiliki 2 orang
anak umur 3 dan 5 tahun yang harus di rawat. Alhasil migrennya menjadi 4-5 kali per
bulan. Dia mengatakan migren terjadi di pagi hari dan menjadi lebih sering ketika
haid.
Dia mengaku sakit kepalanya terjadi kurang lebih 1 jam dengan nyeri hebat secara
unilateral dan juga temporal. Sakit kepala diawali dengan aura yang menjadi sensitive
pada cahaya dan mual. Fotofobianya menjadi lebih sering dan muntah jika sakit
kepala berat. Dia bisa tidak masuk kerja sehari jika terserang migren berat dalam
setiap bulannya. Dia juga menjadi kesulitan merawat rumah dan anak ketika migren
berat dating menyerang.
Kadang juga mengalami 3 hari serangan migren ringan ketika sedang bekerja di
kantor dan dirumah namun berkurang separuh dengan sendirinya. Untuk
mengalahkan migrennya yang mulai meningkat, dia sudah mencoba untuk berdiam di
ruangang gelap dengan menjauhkan diri dari kebisingan namun migren masih juga
selalu kembali dating.
Riwayat pasien migren sejak umur 29 tahun tanpa ada gangguan di otak. Dia depresi
ringan selama 8 bukan dan mendapat bupropion SR 150 mg p.o TID dan dihentikan
sendiri 3 bulan lalu. Juga sertraline 50 mg saat tidur sejak 1 bulan terakhir. Dia juga
mendapat metoklopramid 10 mg saat migren. Kedua orangtua juga migren dimana
ibunya HT dan DM2.
Dia bekerja penuh waktu sebagai sekertaris dan ibu bagi 2 orang anak dan mengaku
tidak meminum alcohol meski merokok 1 bungkus/hari sejak 3 bulan terakhir saat
stress dan kadang-kadang cafeine. Baik dari the, minuman ringan dan kopi.Hasil
pemeriksaan fisik: TD 142/86, HR 76, RR 18, Suhu 37,2, BB 75, kg TB 153 cm
Penyelesaian
Subyektif
Data Pasien
Nama : Sarah
Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
TB : 153 cm
BB : 75 Kg
Keluhan :
Migrain terjadi dipagi hari dan menjadi sering ketika sedang haid, mengaku sakit
kepalanya terjadi kurang lebih 1 jam dengan nyeri hebat secara unilateral dan juga
temporal. Sakit kepala diawali dengan aura menjadi sensitif pada cahaya dan mual
dan menjadi sering ketika sakit kepala (photofobia).
Riwayat Keluarga:
- Kedua orangtuanya mengalami migren
- Ibu pasien mengalami HT dan DM tipe 2
Riwayat Penggobatan:
- Naratriptan 2,5 mg p.o
- Cafergot
- Asam valproate 500 mg/hari
- Propranolol 20 mg 2 x hari
- Bupropion SR 150 mg p.o TID
- Sertraline 50 mg saat tidur sejak 1 bulan terakhir.
- Metoklopramid 10 mg
Riwayat Sosial :
- Pasien bekerja penuh waktu sebagai sekretaris
- Pasien seorang ibu dengan 2 orang anak
- Mengaku tidak meminum alkohol
- Merokok 1 bungkus/hari sejak 3 bulan terakhir saat stress
- Terkadang mengkonsumsi caffeine, teh, minuman ringan dan kopi.
Obyektif
Pemeriksaan Fisik
- TD : 142/86
- HR : 76
- RR : 18
- Suhu : 37,2
- BB : 75, kg
- TB : 153 cm
Kesimpulan : BMI (32.0) obesitas kelas 2
Assesment
Plan
Tujuan terapi :
- Mengurangi nyeri dan frekuensi serangan
- Mengurangi disabilitas yang disebabkan oleh migrain
- Meningkatkan kualitas hidup
Strategi terapi :
Farmakologi
1. Morfin, morfin digunakan untuk mengatasi migrain dengan skala nyeri berat (7-
8). Dosis morfin yang direkomendasikan berdasarkan dipiro ialah 10 mg IM.
Morfin adalah salah satu obat analgesik golongan opioid kuat yang berguna
untuk mengurangi rasa nyeri yang hebat dan tidak mampu lagi diobati dengan
analgetik golongan non opioid (Heri dan Anas, 2019).
2. Amitriptilin, dosis yaang direkomendasikan yaitu 10-150 mg/hari. Sedangkan
The British Association for the Study of Headache (BASH) menganjurkan
Valproat dan Topiramat sebagai terapi pencegahan lini kedua setelah terapi lini
pertama yaitu Beta Bloker dan Amitriptilin serta Gabapentin sebagai terapi
pencegahan lini ketiga. Pengobatan valproat jangka panjang bersama dengan
obat lain berguna dalam pencegahan migren, termasuk penyekat beta, topiramat,
methisergid, dan amitriptilin, dapat mengurangi sejumlah potasium yang
menginduksi CSD dan meningkatkan nilai ambang stimulasi listrik untuk CSD
(pada binatang percobaan) (Winifred, 2009).
3. Domperidon, mual dan muntah yang terjadi sebagai efek samping morfin,
disebabkan oleh akibat morfin menstimulasi pada pusat muntah di bagian otak
medulla oblongata. Ketika pusat muntah menerima rangsangan impuls afferen
dari CTZ dimana melalui stimulasi langsung maupun tidak pada saluran
pencernaan. Pada area pusat muntah itu, terdapat banyak reseptorreseptor yang
memiliki peran dalam proses terjadinya mual dan muntah, sedangkan antiemetik
umumnya bekerja dengan menghambat neurotransmiter pada reseptor tersebut.
Impuls efferen akan melalui saraf kranialis V, VII, IX, X dan XII lalu ke saluran
gastrointestinal sehingga dapat menimbulkan efek mual dan muntah (Acalovschi,
2002) sehingga domperidon digunakan untuk mencegah mual dan muntah untuk
pemberian obat morfin. Dosis domperidon yang direkomendasikan yaitu 10 mg 3
x sehari P.O.
Acalovschi I, 2002, Postoperative Nausea and Vomiting, Curr Anaesth Critical Care,
Vol. 13.
Dipiro.JT., 2009, Pharmacoterapy Handbook 7th edition, Mc Graw Hill, New York.
Heri A.A.P, dan Anas S, 2019, Morfin : Pengunaan Klinis dan Aspek-Aspek ,
Farmaka, Vol. 17 (3).