Anda di halaman 1dari 8

FARMAKOTERAPI TERAPAN

“STUDI KASUS SAKIT KEPALA”

OLEH:
KELOMPOK 5

ANNISA RAYAN O1B120049


EMILIA KRISMONIKA O1B120052
LA ODE ZULHIJA ARSY F.M O1B120061
MUH. MAHFUDZ NUR O1B120065
SRI RAHMAWATI O1B120079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
2021
SAKIT KEPALA

Sarah 34 tahun ke klinik untuk mencari solusi migrennya. Dia mengaku mendapat
migren 2 kali setiap bulan namun harus terus bekerja disamping memiliki 2 orang
anak umur 3 dan 5 tahun yang harus di rawat. Alhasil migrennya menjadi 4-5 kali per
bulan. Dia mengatakan migren terjadi di pagi hari dan menjadi lebih sering ketika
haid.

Dia mengaku sakit kepalanya terjadi kurang lebih 1 jam dengan nyeri hebat secara
unilateral dan juga temporal. Sakit kepala diawali dengan aura yang menjadi sensitive
pada cahaya dan mual. Fotofobianya menjadi lebih sering dan muntah jika sakit
kepala berat. Dia bisa tidak masuk kerja sehari jika terserang migren berat dalam
setiap bulannya. Dia juga menjadi kesulitan merawat rumah dan anak ketika migren
berat dating menyerang.

Kadang juga mengalami 3 hari serangan migren ringan ketika sedang bekerja di
kantor dan dirumah namun berkurang separuh dengan sendirinya. Untuk
mengalahkan migrennya yang mulai meningkat, dia sudah mencoba untuk berdiam di
ruangang gelap dengan menjauhkan diri dari kebisingan namun migren masih juga
selalu kembali dating.

Dia memperkirakan dengan angka antara 7 – 8 skala sakit dari 1 – 10 dimana 10


adalah yang paling buruk. Kunjungan ke klinik terakhir 3 bulan lalu dia mendapatkan
naratriptan 2,5 mg p.o saat sakit kepala dating setelah mengaku cafergot tidak efektiv,
namun itu juga tetap kurang efektif terutama dalam 3 bulan terakhir ini. Selama 2 kali
serangan, sakit kepalanya selalu kembali di akhir hari yang sama. Alhasil dia di beri
asam valproate 500 mg/hari untuk profilaksis saat kunjungan terakhirnya itu dan yang
mengejutkan dia malah mengalami peningkatan 4,5 kg BB. Dia juga mendapat
propranolol 20 mg 2 kali/hari dan mengaku pusing dan menjadi peka terhadap cahaya
lau dihentikan. Dia akhirnya meminta obat lain.

Riwayat pasien migren sejak umur 29 tahun tanpa ada gangguan di otak. Dia depresi
ringan selama 8 bukan dan mendapat bupropion SR 150 mg p.o TID dan dihentikan
sendiri 3 bulan lalu. Juga sertraline 50 mg saat tidur sejak 1 bulan terakhir. Dia juga
mendapat metoklopramid 10 mg saat migren. Kedua orangtua juga migren dimana
ibunya HT dan DM2.

Dia bekerja penuh waktu sebagai sekertaris dan ibu bagi 2 orang anak dan mengaku
tidak meminum alcohol meski merokok 1 bungkus/hari sejak 3 bulan terakhir saat
stress dan kadang-kadang cafeine. Baik dari the, minuman ringan dan kopi.Hasil
pemeriksaan fisik: TD 142/86, HR 76, RR 18, Suhu 37,2, BB 75, kg TB 153 cm

Penyelesaian

Subyektif
Data Pasien
Nama : Sarah
Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
TB : 153 cm
BB : 75 Kg

Keluhan :
Migrain terjadi dipagi hari dan menjadi sering ketika sedang haid, mengaku sakit
kepalanya terjadi kurang lebih 1 jam dengan nyeri hebat secara unilateral dan juga
temporal. Sakit kepala diawali dengan aura menjadi sensitif pada cahaya dan mual
dan menjadi sering ketika sakit kepala (photofobia).

Riwayat Keluarga:
- Kedua orangtuanya mengalami migren
- Ibu pasien mengalami HT dan DM tipe 2
Riwayat Penggobatan:
- Naratriptan 2,5 mg p.o
- Cafergot
- Asam valproate 500 mg/hari
- Propranolol 20 mg 2 x hari
- Bupropion SR 150 mg p.o TID
- Sertraline 50 mg saat tidur sejak 1 bulan terakhir.
- Metoklopramid 10 mg

Riwayat Sosial :
- Pasien bekerja penuh waktu sebagai sekretaris
- Pasien seorang ibu dengan 2 orang anak
- Mengaku tidak meminum alkohol
- Merokok 1 bungkus/hari sejak 3 bulan terakhir saat stress
- Terkadang mengkonsumsi caffeine, teh, minuman ringan dan kopi.
Obyektif
Pemeriksaan Fisik
- TD : 142/86
- HR : 76
- RR : 18
- Suhu : 37,2
- BB : 75, kg
- TB : 153 cm
Kesimpulan : BMI (32.0) obesitas kelas 2
Assesment

Problem Medik Terapi DRP


Migrain Naratriptan Interaksi Obat Naratriptan dan
Metoklopramid Metoklopramide
Cafergot Naratriptan dan Cafergot adekuat
Interaksi Metoklopramid dengan
Morfin yang menimbulkan efek
sedasi

Plan
Tujuan terapi :
- Mengurangi nyeri dan frekuensi serangan
- Mengurangi disabilitas yang disebabkan oleh migrain
- Meningkatkan kualitas hidup

Strategi terapi :
Farmakologi
1. Morfin, morfin digunakan untuk mengatasi migrain dengan skala nyeri berat (7-
8). Dosis morfin yang direkomendasikan berdasarkan dipiro ialah 10 mg IM.
Morfin adalah salah satu obat analgesik golongan opioid kuat yang berguna
untuk mengurangi rasa nyeri yang hebat dan tidak mampu lagi diobati dengan
analgetik golongan non opioid (Heri dan Anas, 2019).
2. Amitriptilin, dosis yaang direkomendasikan yaitu 10-150 mg/hari. Sedangkan
The British Association for the Study of Headache (BASH) menganjurkan
Valproat dan Topiramat sebagai terapi pencegahan lini kedua setelah terapi lini
pertama yaitu Beta Bloker dan Amitriptilin serta Gabapentin sebagai terapi
pencegahan lini ketiga. Pengobatan valproat jangka panjang bersama dengan
obat lain berguna dalam pencegahan migren, termasuk penyekat beta, topiramat,
methisergid, dan amitriptilin, dapat mengurangi sejumlah potasium yang
menginduksi CSD dan meningkatkan nilai ambang stimulasi listrik untuk CSD
(pada binatang percobaan) (Winifred, 2009).
3. Domperidon, mual dan muntah yang terjadi sebagai efek samping morfin,
disebabkan oleh akibat morfin menstimulasi pada pusat muntah di bagian otak
medulla oblongata. Ketika pusat muntah menerima rangsangan impuls afferen
dari CTZ dimana melalui stimulasi langsung maupun tidak pada saluran
pencernaan. Pada area pusat muntah itu, terdapat banyak reseptorreseptor yang
memiliki peran dalam proses terjadinya mual dan muntah, sedangkan antiemetik
umumnya bekerja dengan menghambat neurotransmiter pada reseptor tersebut.
Impuls efferen akan melalui saraf kranialis V, VII, IX, X dan XII lalu ke saluran
gastrointestinal sehingga dapat menimbulkan efek mual dan muntah (Acalovschi,
2002) sehingga domperidon digunakan untuk mencegah mual dan muntah untuk
pemberian obat morfin. Dosis domperidon yang direkomendasikan yaitu 10 mg 3
x sehari P.O.

Terapi Non Farmakologi


Sebaiknya dengan cara menghindari agen penyebab migrain dan jika migrain telah
terjadi maka dapat dilakukan pendekatan non farmakologi seperti beristrahat atau
tidur, sebaiknya diruangan yang gelap, lingkungan yang tenang. Catatan mengenai
frekuensi, tingkat keparahan, dan durasi serangan nyeri kepala dapat membantu
mengidentifikasi penyebab migrain. Dibawah ini adalah agen yang biasanya
menyebabkan migraine :

1. Makanan : alkohol, kafein, coklat, pisang, produk kalengan, monosodium


glutamat (pada makan instan), sakarin, aspartat, makanan yang mengandung
tiramin
2. Lingkungan : suara keras, ketinggian, perubahan cuaca, asap rokok, cahaya
yang terlalu terang
3. Perubahan perilaku-fisioligik : tidur yang kurang, kelelahan, menstruasi,
menopause, aktivitas yang berlebihan, stres.

(King dan Katherine,2005).

KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)

- Informasikan kepada pasien untuk menghindari agen penyebab dari


migrainnya
- Informasikan kepada pasien aturan penggunaan obat setelah diterapi
inisial
- Edukasikan kepada pasien mengenai tingkat keparahan migrain yang
dialami agar dapat memahami keseriusan migrain yang akan berujung ke
pengobatan mandiri dan pencegahan penyebab migrain
- Informasikan cara pemberian obat dan penyimpanan obat
- Informasikan kepada pasien mengenai dosis terapi, dosis maksimum, dan
efek samping yang mungkin akan terjadi akibat pengunaan obat-obatan
- Informasikan kepada pasien mengenai kapan harus ke IGD

Monitoring dan Follow up

- Monitoring respon terapi terhadap sakit kepala yang dialami


- Monitoring derajat nyeri pasien dalam 2-4 jam dan untuk fungsi normal 3-4
jam setelah pemberian terapi inisial, jika nyeri tidak kunjung membaik,
sebaiknya ditambahkan terapi
- Monitoring efek samping obat
- Follow up harus dijadwalkan dalam 4 minggu setelah memulai pengobatan
baru untuk sakit kepala untuk menilai kemanjuran terapi
DAFTAR PUSTAKA

Acalovschi I, 2002, Postoperative Nausea and Vomiting, Curr Anaesth Critical Care,
Vol. 13.

Dipiro.JT., 2009, Pharmacoterapy Handbook 7th edition, Mc Graw Hill, New York.

Heri A.A.P, dan Anas S, 2019, Morfin : Pengunaan Klinis dan Aspek-Aspek ,
Farmaka, Vol. 17 (3).

King S, Deborah dan Katherina C. H, 2005, Headache Disorder in Pharmacology A


Pathophysiologic Approach, McGraw-Hill Companis.

Winifres, 2009, Penggunaan Obat Antiepileptik sebagai terapi Pencegahan Migren,


Neurona, Vol. 20(2).

Anda mungkin juga menyukai