Anda di halaman 1dari 14

Farmakoterapi

Kelompok 3
Nama Anggota Kelompok:

Fandy Wisnu Budiyana 1913026001


Dinda Galuh Margaretnasari 1913026003
Salsabila 1913026005
Seritenaya Wilhelmina 1913026020
Melisa 1913026023
Dinda Permata Arda 1913026025
Salwa Thifali Cori Ramadhani 1913026029
Alya Kamilah Rusanda 1913026038
Adly Galih Rahmadana 1913026045
Ruth Inathashinta Silaban 1913026058
Assyfa Raudya Maghfira Ba'Bud 1913026059
Sitti Mujahida Tahir 1913026068
Kasus 2
Seorang wanita berusia 32 tahun datang kepoli paru RSUD dengan keluhan keringat dingin, batuk sejak 5
minggu dan sesak nafas. Hasil pemeriksaan sputum BT positif, hasil foto thorax positif dokter mendiagnosa
TB paru BT (+). Pasien memiliki riwayat 4 bulan yang lalu mendapat terapi OAT. Dokter meminta
pertimbangan kepada farmasis terkait pengobatan pasien?

Database
• Usia : 32 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Diagnosa : TB paru BT (+)
• Subjektif : keluhan keringat dingin, batuk sejak 5 minggu dan sesak nafas,
• Objektif : hasil pemeriksaan sputum BT (+), hasil foto thorax (+)
• Riwayat pengobatan : 4 bulan lalu mendapat terapi OAT
Problem Medik
Tuberculosis Paru

Subjek
Keluhan keringat dingin, batuk sejak 5 minggu dan sesak
nafas

Objek
- Hasil pemeriksaan sputum BT (+), hasil foto thorax (+)
- Riwayat pengobatan: 4 bulan lalu mendapat terapi OAT
Assigment

Pasien didiagnosis tuberkulosis paru (TB paru)


dikasus ini ditegakkan berdasarkan gejala umum TB paru yang
pada umumnya timbul seperti batuk-batuk berdahak lebih dari
tiga minggu yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa (pada
kasus ini tercatat bahwa pasien mengalami batuk selama 5
Minggu) demam, berkeringat di malam hari, anoreksia dan
penurunan berat badan, hemoptisis, rasa lemas, nyeri pada dada,
dan kedinginan.

Pasien didiagnosis TB paru BT (+) karena pada


pemeriksaan sputum (dahak) ditemukan bakteri Bakteri Tahan
Asam. Bakteri Tahan Asam (BTA/BT) adalah infeksi yang berasal
dari kuman Mycobacterium tuberculosis yang merupakan basil
gram positif yang tahan terhadap asam pada pewarnaan.
Plan
Menurut Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis (2020):
Kategori I : Kombinasi 2RHZE/4RH3.

Alasan :
Pengobatan penyakit TB yang disebabkan oleh M.tuberculosis yang masih sensitif Drug
Sensitive-Tuberculosis (DS-TB) membutuhkan kombinasi obat yang terdiri atas 4-5 jenis obat selama 6
bulan atau lebih. Standard terapi untuk pasien DS-TB meliputi kombinasi isoniazid, rifampisin,
pirazinamid dan etambutol selama 2 bulan pertama dan kombinasi isoniazid dan rifampisin saja untuk 4
bulan berikutnya.

Dosis:
Pada tahap lanjutan FDC yang berbungkus warna kuning mengandung Rifampicin dan
Isoniazid. Dan dosis pemberian serta cara minumnya akan bergantung berat badan. Bila pada obat
tertera Rifampicin/Isoniazid atau R/H 150/150 dimana mengandung rifampicin 150 mg dan izoniazid 150
mg yang dikonsumsi 3 kali dalam seminggu. Namun jumlah tablet yang dikonsumsi harus sesuai berat
badan misalnya :

Berat Badan 30 - 37 kg : 2 tablet setiap minum


Berat Badan 38 - 54 kg : 3 tablet setiap minum
Berat Badan 55 - 70 kg : 4 tablet setiap minum
Berat Badan >70 : 5 tablet setiap minum
Lanjutan...

• Sehingga bila berat badan pasien 50 kg, maka FDC tahap lanjutan
yang di minum bila dosis Rifampicin/Isoniazid 150/150 yaitu Anda
mengonsumsi 3 kali dalam seminggu, dan komsumsi 3 tablet setiap
kali minumnya.

• Untuk menghitung hari kapan anda meminumnya karena 3 kali dalam


seminggu. Jadi minum yang ke 1 dan ke 2 akan berjarak tiga hari,
minum yang ke 2 dan ke 3 akan berjarak 2 hari, dan minum yang ke 3
dan ke 1 lagi berjarak 2 hari.

• Bila hari senin minum obat, anda akan minum lagi pada hari kamis
dan sabtu. Atau, Boleh sebaliknya, senin minum obat, dan akan minum
obat lagi pada hari rabu dan jumat.
Dosis Per Hari/Kali
Tahap Lamanya Kapplet Tablet Tablet Jumlah Blister
Pengobatan Pengobatan Tablet Isoniazid Harian
Rifampisin @ Pirazinamid @ Etambutol @
@ 300 mg
450 mg 500 mg 250 mg

Tahap Intensif 2 bulan 1 1 3 3 56


(dosis harian)
Tahap 4 bulan 2 1 - - 48
Lanjutan
(dosis 3 x
seminggu)
Terapi Farmakologi

Obat-obatan yang Digunakan Dalam Terapi Tuberkulosis (golongan dan obat-obatnya).


Tuberkulostatika di bagi dalam 2 golongan :
● Obat primer : isoniazid , rifampisin , pirazinamida , etambutol ,streptomisin
(kanamisin , amikasin) . obat-obat ini paling efektif dengantoksisitas paling rendah ,
tapi harus di kombinasi untuk mencegahresistensi .
● Obat sekunder : klofazimin , fluorkinolon , sikloserin , rifabutin , dan PAS. Obat-obat
ini mempunyai kegiatan lebih lemah , dan hanya digunakan bila terjadi resistensi.
Terapi Non-farmakologi
• Sering berjemur dibawah sinar matahari pagi (pukul 6-8 pagi)
• Memperbanyak istirahat (bedrest)/istirahat yang cukup
• Menggunakan masker ketika berbicara atau batuk sehingga tidak membahayakan orang lain
• Diet sehat (pola makan yang benar), dianjurkan mengkonsumsi banyak lemak dan vitamin A
untuk membentuk jaringan lemak baru dan meningkatkan sistem imun
• Menjaga sanitasi/kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal.
• Menjaga sirkulasi udara di dalam rumah agar selalu berganti dengan udarayang baru.
• Berolahraga secara teratur, seperti jalan santai di pagi hari.
• Minum susu kambing atau susu sapi
• Menghindari kontak langsung dengan pasien TB
• Rajin mengontrol gula darah
Monitoring
• Semua pasien, PMO dan tenaga kesehatan sebaiknya
diminta untuk melaporkan gejala TB yang menetap atau
muncul kembali, gejala efek samping OAT atau terhentinya
pengobatan.
• Berat badan pasien harus dipantau setiap bulan dan dosis
OAT disesuaikan dengan perubahan berat badan.
• Dilakukan kembali pemeriksaan sputum pada akhir bulan
kelima dan keenam. Goals terapi diperoleh sputum dahak
negatif.
KIE

• Diberikan penjelasan mengenai informasi penggunaan


obat mulai dari cara pemberian, jam penggunaan, dan
dosis obat.
• Pemberian konseling terhadap kepatuhan pasien
meminum obat.
• Menyarankan agar pasien memakai masker ketika
sedang berinteraksi dengan orang lain ataupun ketika
sedang berpergian.
• Menyarankan pasien untuk tidak berkontak langsung
dengan orang lain dan tidak bergabung alat makan
atau yang lainnya dengan pasien non TB.
• Diinformasikan kepada pasien untuk melakukan
pemeriksaan kembali.
Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2005). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit


Tuberkulosis. Jakarta: Depkes RI

Irianti, T., Kuswandi., Yasin, N. M., Kusumaningtyas, R. A., (2016). Mengenal Anti
Tuberculosis. Yogyakarta: Grafika Indah.

Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.


Dirjen P3L Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai