Efek samping berupa neuritis optik, buta warna merah/hijau, neuritis perifer, ruam (jarang
terjadi), pruritus, urtikaria dan trombositopenia (American Pharmacist Association,2009).
Kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan
Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z), etambutol (E) dan suntikan
streptomisin setiap hari dari UPK. Dilanjutkan 1 bulan dengan Isoniazid (H),
Rifampisin (R), Pirasinamid (Z) dan Etambutol (E) setiap hari. Setelah itu
diteruskan dengan tahap lanjutan selama 4 bulan dengan HRE yang diberikan
tiga kali dalam seminggu.
Perlu diperhatikan bahwa suntikan streptomisin diberikan setelah pasien
selesai menelan obat.
Panduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya:
Bila pada akhir tahap Intensif pengobatan pasien baru BTA positif
dengan kategori 1 atau pasien BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2,
hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan (HRZE)
setiap hari selama 1 bulan.
D. Kategori Anak
Prinsip dasar pada pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat dan diberikan selama 6 bulan.
OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahap intensif (2 bulan : Rifampicin, Isoniazid, dan
Pirazinamid) maupun tahap lanjutan (4 bulan : Rifampicin dan Isoniazid). Dosis obat juga harus
disesuaikan dengan berat badan anak.
Keterangan :
Berat badan > 30kg diberikan 6 tablet atau menggunakan OAT KDT dewasa
3KDT: kombinasi dosis tetap yang terdiri dari Rifampicin (75mg), Pirazinamid (150mg), dan
Isoniazid (50mg)
2KDT: kombinasi dosis tetap yang terdiri dari Rifampicin (75mg) dan Isoniazid (50mg)
Penggunaan obat yang lama terkadang memunculkan efek samping pada penderita TB dan
sebaiknya menjadikan perhatian bagi para pengguna OAT. Secara umum OAT dapat menyebabkan
efek samping yang tidak diinginkan seperti gatal atau kemerahan pada kulit dan gangguan fungsi
hati. Selain itu, efek samping yang sering muncul akibat penggunaan tuberculosis diantaranya yaitu
:
Sekarang ini telah tersedia obat antituberkulosis dalam bentuk kombinasi dosis tetap. Pemakaian obat
antituberkulosis- kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
Tablet OAT-KDT terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan
dengan berat badan pasien. Paduan dikemas dalam satu paket untuk satu pasien. Paduan OAT
kategori 1 dan kategori 2 disediakan dalam bentuk paket OAT-KDT, sedangkan kategori anak
sementara ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak. Dosis paduan OAT-KDT untuk berbagai
kategori dan berat badan dapat dilihat pada tabel 5.5 hingga Tabel 5.7
Keterangan:
E=Etambutol; H=Isoniazid; R=Rifampisin; Z=Pirazinamid; S=Streptomisin. Angka sebelum regimen
menunjukkan lamanya pengobatan dalam bulan. Angka indeks menunjukkan frekuensi pemberian per
minggu. Bila tidak ada angka indeks sesudah obat berarti obat diberikan tiap hari.
Paket Kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan
etambutol yang dikemas dalam bentuk blister.
Satu paket kombipak kategori 1 berisi 114 blister harian yang terdiri dari 60 blister HRZE untuk fase
intensif, dan 54 blister HR untuk fase lanjutan, masing-masing dikemas dalam dosis kecil dan
disatukan dalam 1 dos besar.
Satu paket kombipak kategori 2 berisi 156 blister harian yang terdiri dari 90 blister HRZE untuk fase
intensif, dan 66 blister HRE untuk fase lanjutan, masing-masing dikemas dalam dos kecil dan
disatukan dalam 1 dos besar. Disamping itu, disediakan 30 vial streptomisin @ 1,5 g dan pelengkap
pengobatan (60 spuit dan aquabides) untuk fase intensif.
Satu paket kombipak kategori 3 berisi 114 blister harian yang terdiri dari 60 blister HRZ untuk fase
intensif, dan 54 blister HR untuk fase lanjutan, masing-masing dikemas dalam dos kecil dan disatukan
b) Kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan
Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z), etambutol (E) dan suntikan
streptomisin setiap hari dari UPK. Dilanjutkan 1 bulan dengan Isoniazid (H),
Rifampisin (R), Pirasinamid (Z) dan Etambutol (E) setiap hari. Setelah itu
diteruskan dengan tahap lanjutan selama 4 bulan dengan HRE yang diberikan
tiga kali dalam seminggu.
Perlu diperhatikan bahwa suntikan streptomisin diberikan setelah pasien
selesai menelan obat.
Panduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya
Bila pada akhir tahap Intensif pengobatan pasien baru BTA positif dengan kategori 1 atau
pasien BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih
BTA positif, diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan.