Disusun oleh :
KrisEben Nazir (0432950720027)
1
DAFTAR ISI
2
PATOFISIOLOGI INFARK MIOKARD
Infark miokard akut adalah istilah medis dari serangan jantung. Kondisi ini terjadi saat
aliran darah ke arteri koroner jantung mengalami penyempitan. Kedua hal ini akan
membuat otot jantung kekurangan oksigen dan mengalami kerusakan. Penyempitan
arteri koroner umumnya disebabkan oleh aterosklerosis atau penumpukan plak
kolesterol LDL, lemak jenuh, dan lemak trans pada dinding dalamnya. Saat arteri koroner
menyempit, aliran darah ke otot jantung jadi berkurang atau malah berhenti seketika. Hal
ini menyebabkan otot jantung kekurangan pasokan oksigen yang dibutuhkan untuk bisa
berfungsi. Jika ini terjadi dalam waktu lama, terjadilah kerusakan permanen pada otot
jantung.
Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya infark miokard akut adalah:
Berusia lanjut, yaitu lebih dari 55 tahun bagi wanita dan lebih dari 45 tahun bagi
pria
Memiliki keluarga dengan riwayat infark miokard akut
Pernah mengalami infark miokard akut sebelumnya
Memiliki tekanan darah tinggi yang dapat mempercepat terjadinya penumpukan
plak dan kerusakan pada pembuluh arteri
Memiliki kadar kolesterol LDL dan trigliserida yang tinggi.
Menderita diabetes, karena kadar gula darah yang tinggi dapat merusak
pembuluh darah dan memicu penumpukan plak
Memiliki berat badan berlebih (overweight) atau obesitas
Sering mengonsumsi makan tinggi lemak dan tinggi kalori, seperti makanan cepat
saji dan gorengan
Merokok
Kurang berolahraga
Gejala utama infark miokard akut adalah nyeri dada yang tidak kunjung hilang
walaupun sudah beristirahat. Selain itu, gejala lain yang mungkin muncul adalah
keringat dingin, mual, muntah, batuk, jantung berdebar-debar, dan pusing.
3
Penanganan Infark Miokard Akut
Orang yang mengalami infark miokard akut harus langsung berhenti melakukan
aktivitas dan segera menghubungi rumah sakit terdekat untuk mendapatkan
pertolongan.
Tindakan yang dapat dilakukan di rumah sakit meliputi PCI (percutaneous coronary
intervention) atau angioplasti serta pemberian obat-obatan untuk meringankan kerja
jantung dan menyelamatkan otot jantung.
Keberhasilan penanganan infark miokard akut sangat tergantung pada waktu. Semakin
cepat penanganan diberikan, semakin besar kemungkinan otot jantung untuk
diselamatkan. Sebaliknya jika penanganan terlambat, kerusakan otot jantung bisa meluas
dan berujung pada gagal jantung atau bahkan kematian.
4
PATOFISIOLOGI ANGINA PEKTORIS
Angina pektoris adalah nyeri dada akibat penyakit jantung koroner. Angin duduk atau
angina pectoris terjadi saat otot jantung tidak mendapatkan suplai darah yang cukup karena
pembuluh darah arteri pada jantung menyempit atau tersumbat. Angina pectoris ini bisa
terjadi kapan saja dan pada siapa saja. Nyeri akibat angina pectoris ini sering
disalahartikan sebagai gejala dari kondisi lain, seperti naiknya asam lambung dan
peradangan pada paru-paru.
Stable angina
Stable angina atau angina stabil sering muncul ketika penderitanya melakukan aktivitas
yang berat atau saat mengalami tekanan emosional. Stable angina ini memiliki pola yang
teratur, dengan durasi yang singkat, biasanya tidak lebih dari 5 menit. Istirahat dan obat-
obatan biasanya akan mengurangi keluhan.
Unstable angina
Unstable angina merupakan jenis angina yang lebih berbahaya. Angina jenis ini biasanya
muncul tiba-tiba, tidak bergantung pada aktivitas yang dilakukan, dan bisa berlanjut
meskipun penderitanya sudah beristirahat.
Rentang waktu terjadinya unstable angina lebih panjang dengan intensitas nyeri yang
lebih parah daripada stable angina.
5
Gejala yang ditimbulkan angina jenis ini juga tidak hilang walau penderita sudah
beristirahat atau minum obat. Unstable angina umumnya merupakan pertanda dari
serangan jantung.
Prinzmetal’s angina
Berbeda dengan kedua jenis angina yang dijelaskan sebelumnya, Prinzmetal’s
angina disebabkan oleh adanya kekakuan di arteri jantung, sehingga terjadi penurunan
jumlah aliran darah untuk sementara waktu.
Prinzmetal’s angina merupakan jenis angina yang cukup jarang terjadi. Angina jenis ini
biasanya muncul saat istirahat, pada malam hari, ataupun di pagi hari. Intensitas
nyerinya cukup berat namun biasanya bisa mereda dengan pemberian obat-obatan.
Kebiasaan merokok.
Riwayat tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Kadar kolestrol jahat (LDL) dan trigliserida yang tinggi.
Menderita diabetes.
Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga.
Jarang berolahraga dan tidak aktif bergerak.
Mengalami obesitas.
Berusia di atas 45 tahun untuk laki-laki dan di atas 55 tahun untuk wanita.
6
Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat diberikan oleh dokter untuk meredakan gejala angina
adalah:
7
PATOFISIOLOGI JANTUNG KORONER
Penyakit jantung koroner adalah kondisi ketika arteri koroner tersumbat oleh timbunan
lemak. Penyakit ini menimbulkan keluhan berupa nyeri dada, sesak napas, dan gejala
serangan jantung. Jika dibiarkan, penyakit jantung koroner dapat menyebabkan gagal
jantung. Penumpukan lemak pada arteri koroner membuat arteri koroner menyempit
dan menebal. Kondisi ini menyebabkan aliran darah kaya oksigen ke jantung menjadi
berkurang sehingga menimbulkan gejala penyakit jantung koroner.
Rokok
Rokok adalah faktor risiko utama penyakit jantung koroner. Kandungan nikotin dan
karbon monoksida di dalam asap rokok dapat memacu jantung bekerja lebih cepat
sehingga membebani kerja jantung. Kedua senyawa tersebut juga meningkatkan risiko
terjadinya penggumpalan darah. Di samping itu, senyawa lain pada rokok juga dapat
merusak dinding pembuluh jantung dan menyebabkan penyempitan.
8
Diabetes
Kadar gula darah tinggi bisa menyebabkan dinding pembuluh darah menebal dan
menghambat aliran darah. Penderita diabetes juga diketahui dua kali lipat lebih berisiko
terserang penyakit jantung koroner.
Trombosis
Trombosis adalah bekuan darah yang dapat terbentuk di pembuluh darah vena atau
arteri. Bila terbentuk di arteri koroner, bekuan darah ini akan menghambat aliran darah
ke jantung sehingga meningkatkan risiko serangan jantung.
Kolesterol tinggi
Kadar kolesterol yang tinggi (hiperkolesterolemia) dapat meningkatkan risiko
aterosklerosis. Kolesterol tinggi bisa terjadi akibat kadar kolesterol jahat (LDL) yang
berlebihan, atau kadar kolesterol baik (HDL) yang rendah.
Obesitas
Obesitas terjadi akibat penumpukan lemak dalam tubuh, yang bila dibiarkan dapat
meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit jantung koroner. Seseorang bisa
dikatakan menderita obesitas jika memiliki indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 30.
9
Pola makan tidak sehat
Risiko penyakit jantung koroner bisa meningkat akibat pola makan yang tidak sehat,
seperti terlalu banyak mengonsumsi makanan dengan kadar gula atau garam tinggi, atau
makanan yang mengandung kadar lemak jenuh dan lemak trans yang tinggi.
Memiliki ayah atau saudara laki-laki yang terdiagnosis penyakit jantung sebelum
usia 55 tahun
Memiliki ibu atau saudara perempuan yang terserang penyakit jantung sebelum
usia 65 tahun
Usia
Makin tua usia seseorang, makin tinggi risikonya terserang penyakit jantung koroner.
Penyakit ini lebih sering menimpa pria usia lebih dari 45 tahun dan wanita lebih dari 55
tahun.
Sleep apnea
Sleep apnea bisa menyebabkan kadar oksigen dalam darah menurun secara tiba-tiba.
Kondisi ini dapat menyebabkan tekanan darah meningkat dan meningkatkan risiko
penyakit jantung koroner.
Alkohol
Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan dapat merusak otot jantung dan
memperburuk kondisi orang yang memiliki faktor risiko penyakit jantung koroner,
seperti hipertensi dan obesitas.
Preeklamsia
Preeklamsia adalah komplikasi kehamilan yang ditandai dengan hipertensi dan kadar
protein tinggi dalam urine. Kondisi ini meningkatkan risiko gangguan pada jantung,
termasuk penyakit jantung koroner.
10
Obat-obatan untuk mengatasi penyakit jantung koroner, antara lain:
Bila obat sudah tidak efektif untuk mengatasi gejala, pasien akan disarankan untuk
menjalani operasi. Operasi juga dilakukan bila penyempitan pada pembuluh darah
disebabkan oleh penumpukan ateroma.
Sejumlah metode operasi yang dapat dilakukan adalah:
Bypass Jantung
Prosedur ini dilakukan dengan mengambil pembuluh darah dari bagian tubuh lain,
untuk ditempel (dicangkok) ke bagian antara pembuluh darah besar (aorta) dan arteri
dengan melewati area yang menyempit. Tujuannya adalah agar darah bisa mengalir
lancar melalui rute baru tersebut.
11
Bypass jantung dilakukan dengan membedah dada pasien. Prosedur ini umumnya
hanya dilakukan bila terdapat lebih dari satu arteri yang tersumbat.
Transplantasi Jantung
Tindakan ini dilakukan jika kerusakan jantung sudah sangat parah dan tidak dapat lagi
diatasi dengan obat-obatan. Tranplantasi jantung dilakukan dengan mengganti jantung
pasien yang rusak dengan jantung yang sehat dari pendonor.
PATOFISIOLOGI ENDOKARDITIS
Endokarditis adalah peradangan pada endokardium, yaitu lapisan di bagian dalam
jantung. Peradangan ini umumnya disebabkan oleh bakteri, tetapi bisa juga disebabkan oleh
virus atau jamur.
Endokarditis umumnya tidak menyerang orang dengan jantung yang sehat. Kondisi ini
paling berisiko terjadi pada pasien yang menderita kerusakan katup jantung, telah
menjalani operasi cangkok katup jantung, atau menderita kelainan jantung. Bila tidak
segera ditangani, endokarditis dapat merusak katup jantung dan mengganggu aliran
darah di jantung. Hal tersebut bisa memicu komplikasi berbahaya, seperti gagal jantung
atau stroke.
Penyebab Endokarditis
Endokarditis terjadi ketika kuman masuk ke aliran darah yang menuju ke jantung,
kemudian menempel di katup jantung yang mengalami gangguan atau di jaringan
jantung yang rusak. Kuman tersebut lalu berkembang biak di lapisan dalam jantung
(endokardium).
Kuman penyebab endokarditis dapat masuk ke aliran darah melalui:
Gigi dan mulut yang tidak dirawat dengan baik sehingga kuman masuk melalui
gusi yang berdarah
Organ lain yang terinfeksi, misalnya akibat luka terbuka di kulit, infeksi menular
seksual, atau infeksi di saluran pencernaan
Kateter urine atau jarum infus, terutama yang telah dipasang dalam waktu yang
lama, misalnya pada pasien stroke atau cuci darah
12
Jarum suntik yang terkontaminasi kuman, baik pada penggunaan NAPZA suntik,
pembuatan tato, maupun pemasangan tindik
Gejala Endokarditis
Gejala endokarditis bisa berkembang secara perlahan dalam hitungan minggu atau bulan
(subacute endocarditis), atau secara mendadak dalam beberapa hari (acute endocarditis).
Hal tersebut tergantung pada penyebab infeksi dan apakah penderita mengalami
gangguan di jantung.
Gejala yang dapat muncul pada penderita endokarditis adalah:
Demam
Menggigil
Kelelahan
Nyeri otot dan sendi
Keringat berlebih di malam hari
Detak jantung cepat
Batuk terus-menerus
Pembengkakan di kaki atau perut
Sakit kepala
Sesak napas, terutama saat beraktivitas
Nyeri dada, terutama saat bernapas
Bunyi jantung tidak normal
Kulit pucat
Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan oleh dokter akan disesuaikan dengan jenis kuman yang
menyebabkan infeksi. Jika penyebabnya adalah bakteri, pasien akan diberikan antibiotik
suntik selama di rumah sakit.
Perawatan di rumah sakit dapat berlangsung selama 2–6 minggu, tergantung pada
tingkat keparahan pasien. Bila kondisi sudah membaik, pasien dapat melanjutkan terapi
antibiotik di rumah. Meski begitu, pasien dianjurkan untuk kontrol secara rutin ke dokter
untuk memastikan pengobatan berjalan dengan baik.
13
Jika endokarditis disebabkan oleh jamur, dokter akan memberikan obat antijamur. Pada
beberapa kasus, pasien perlu mengonsumsi obat antijamur seumur hidup untuk
mencegah terjadinya komplikasi.
Operasi
Operasi dilakukan pada pasien yang katup jantungnya sudah rusak atau pasien yang
telah menderita endokarditis sejak lama. Operasi juga bisa dilakukan pada endokarditis
yang disebabkan oleh infeksi jamur.
Operasi bertujuan untuk membuang jaringan yang mati, penumpukan cairan, dan
jaringan parut dari area yang terinfeksi. Dokter dapat melakukan perbaikan katup
jantung atau menggantinya, tergantung kondisi kesehatan pasien.
Selain beberapa kondisi di atas, dokter juga akan menyarankan prosedur operasi jika:
Dari seluruh kasus endokarditis, sekitar 15–25% pasien memerlukan prosedur operasi.
PATOFISIOLOGI ARITMIA
Aritmia adalah gangguan yang terjadi pada irama jantung. Penderita aritmia bisa merasakan
irama jantungnya terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Sebenarnya aritmia normal
terjadi pada kondisi jantung yang sehat. Namun bila terjadi terus menerus atau berulang,
aritmia bisa menandakan adanya masalah pada organ jantung.
Gejala Aritmia
Aritmia bisa terjadi tanpa menimbulkan gejala, sehingga kadang tidak disadari oleh
penderitanya. Gejala aritmia yang dapat muncul antara lain:
Perlu diketahui, seseorang yang mengalami gejala di atas belum tentu mengalami
aritmia. Oleh karena itu, pemeriksaan oleh dokter diperlukan agar dapat diketahui apa
yang memicu gejala tersebut.
Penyebab Aritmia
Aritmia terjadi ketika impuls listrik yang berfungsi mengatur detak jantung tidak bekerja
dengan baik. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh sejumlah kondisi di bawah ini:
15
Selain kondisi medis, aritmia juga dapat dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat, seperti:
Pengobatan Aritmia
Pengobatan aritmia bertujuan untuk mengatasi irama jantung yang tidak teratur. Metode
yang digunakan tergantung pada jenis gangguan irama jantung yang dialami, apakah
terlalu cepat atau terlalu lambat.
Metode pengobatan aritmia meliputi:
Obat-obatan
Obat-obatan yang diresepkan dokter untuk mengatasi aritmia adalah obat antiaritmia.
Dokter juga akan meresepkan warfarin untuk menurunkan risiko terjadinya
penggumpalan darah.
Ablasi
Dokter melakukan tindakan ablasi jantung dengan prosedur kateterisasi jantung.
Prosedur ini dilakukan dengan cara memasang satu atau lebih kateter di pembuluh darah
yang menuju ke jantung. Elektroda yang terdapat di ujung kateter akan menghancurkan
sebagian kecil jaringan di jantung yang menyebabkan gangguan irama jantung, sehingga
irama jantung menjadi normal kembali.
ICD
16
Implantable cardioverter-defribilator (ICD) adalah alat kecil yang dipasang di dada. Alat
ini digunakan pada penderita yang berisiko mengalami henti jantung mendadak. Implan
alat ini akan mendeteksi tanda henti jantung dan otomatis mengalirkan listrik untuk
mengatasinya.
Komplikasi Aritmia
Pada beberapa kasus, aritmia dapat memburuk dan menyebabkan komplikasi serius,
seperti:
Demensia
Penyakit Alzheimer
Stroke
Gagal jantung
Henti jantung mendadak
Kematian mendadak pada bayi (SIDS)
Pencegahan Aritmia
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, banyak faktor yang menyebabkan aritmia. Oleh
karena itu, pencegahannya tergantung pada penyebab aritmia tersebut. Secara umum,
artimia dapat dicegah dengan menjaga kesehatan jantung, yaitu dengan:
Berhenti merokok.
Mengonsumsi makanan sehat.
Menjaga berat badan ideal.
Berolahraga secara teratur.
Membatasi konsumsi minuman beralkohol dan ber
Menghindari konsumsi obat tanpa petunjuk dokter.
Penderita penyakit jantung perlu melakukan kontrol rutin ke dokter agar kondisi
penyakitnya tidak semakin memburuk dan menimbulkan aritmia. Penderita juga perlu
mengonsumsi obat secara teratur sesuai anjuran dokter, dan segera ke dokter begitu
gejala memburuk.
17
DAFTAR PUSTAKA
Baradero M. (2008). Seri Keperawatan Klien Ganguan Kandiovaskuler. Jakarta;
Anwar, T.B. 2004. Faktor risiko penyakit jantung koroner. Diakses 22 April 2022
Soeharto, I. 2004. Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung edisi kedua. PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
Davidson, C. 2002. Penyakit Jantung Koroner. PT Dian Rakyat, Jakarta.
18