Anda di halaman 1dari 18

TUGAS PATOFISILOGI

Dosen pengampu : Ibu Maratun Shoaliha, M.Farm

Disusun oleh :
KrisEben Nazir (0432950720027)

1
DAFTAR ISI

Patofisiologi Infark Miokard……………………………………………..3


Patofisiologi Angina Pektoris……………………………………………..5
Patofisiologi Jantung Koroner……………………………………………8
Patofisiologi Endokarditis………………………………………………..12
Patofisiologi Aritmia……………………………………………………...14
Daftar Pustaka…………………………………………………………….15

2
PATOFISIOLOGI INFARK MIOKARD
Infark miokard akut adalah istilah medis dari serangan jantung. Kondisi ini terjadi saat
aliran darah ke arteri koroner jantung mengalami penyempitan. Kedua hal ini akan
membuat otot jantung kekurangan oksigen dan mengalami kerusakan. Penyempitan
arteri koroner umumnya disebabkan oleh aterosklerosis atau penumpukan plak
kolesterol LDL, lemak jenuh, dan lemak trans pada dinding dalamnya. Saat arteri koroner
menyempit, aliran darah ke otot jantung jadi berkurang atau malah berhenti seketika. Hal
ini menyebabkan otot jantung kekurangan pasokan oksigen yang dibutuhkan untuk bisa
berfungsi. Jika ini terjadi dalam waktu lama, terjadilah kerusakan permanen pada otot
jantung.

Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya infark miokard akut adalah:

 Berusia lanjut, yaitu lebih dari 55 tahun bagi wanita dan lebih dari 45 tahun bagi
pria
 Memiliki keluarga dengan riwayat infark miokard akut
 Pernah mengalami infark miokard akut sebelumnya
 Memiliki tekanan darah tinggi yang dapat mempercepat terjadinya penumpukan
plak dan kerusakan pada pembuluh arteri
 Memiliki kadar kolesterol LDL dan trigliserida yang tinggi.
 Menderita diabetes, karena kadar gula darah yang tinggi dapat merusak
pembuluh darah dan memicu penumpukan plak
 Memiliki berat badan berlebih (overweight) atau obesitas
 Sering mengonsumsi makan tinggi lemak dan tinggi kalori, seperti makanan cepat
saji dan gorengan
 Merokok
 Kurang berolahraga

Gejala utama infark miokard akut adalah nyeri dada yang tidak kunjung hilang
walaupun sudah beristirahat. Selain itu, gejala lain yang mungkin muncul adalah
keringat dingin, mual, muntah, batuk, jantung berdebar-debar, dan pusing.

3
Penanganan Infark Miokard Akut
Orang yang mengalami infark miokard akut harus langsung berhenti melakukan
aktivitas dan segera menghubungi rumah sakit terdekat untuk mendapatkan
pertolongan.
Tindakan yang dapat dilakukan di rumah sakit meliputi PCI (percutaneous coronary
intervention) atau angioplasti serta pemberian obat-obatan untuk meringankan kerja
jantung dan menyelamatkan otot jantung.
Keberhasilan penanganan infark miokard akut sangat tergantung pada waktu. Semakin
cepat penanganan diberikan, semakin besar kemungkinan otot jantung untuk
diselamatkan. Sebaliknya jika penanganan terlambat, kerusakan otot jantung bisa meluas
dan berujung pada gagal jantung atau bahkan kematian.

4
PATOFISIOLOGI ANGINA PEKTORIS
Angina pektoris adalah nyeri dada akibat penyakit jantung koroner. Angin duduk atau
angina pectoris terjadi saat otot jantung tidak mendapatkan suplai darah yang cukup karena
pembuluh darah arteri pada jantung menyempit atau tersumbat. Angina pectoris ini bisa
terjadi kapan saja dan pada siapa saja. Nyeri akibat angina pectoris ini sering
disalahartikan sebagai gejala dari kondisi lain, seperti naiknya asam lambung dan
peradangan pada paru-paru.

Gejala Angina Pectoris


Angina pectoris ditandai dengan nyeri dada sebelah kiri seperti tertindih, terbakar,
tertusuk ataupun terasa penuh. Rasa sakitnya dapat menjalar ke lengan, bahu, punggung,
leher, dan rahang. Gejala lain yang dapat menyertai rasa nyeri tersebut antara lain:

 Keringat yang muncul berlebihan, meski cuaca tidak panas.


 Mual.
 Lelah.
 Pusing.
 Sesak napas.

Berdasarkan karakteristik gejalanya, angina pectoris dapat dibedakan menjadi:

Stable angina
Stable angina atau angina stabil sering muncul ketika penderitanya melakukan aktivitas
yang berat atau saat mengalami tekanan emosional. Stable angina ini memiliki pola yang
teratur, dengan durasi yang singkat, biasanya tidak lebih dari 5 menit. Istirahat dan obat-
obatan biasanya akan mengurangi keluhan.

Unstable angina
Unstable angina merupakan jenis angina yang lebih berbahaya. Angina jenis ini biasanya
muncul tiba-tiba, tidak bergantung pada aktivitas yang dilakukan, dan bisa berlanjut
meskipun penderitanya sudah beristirahat.
Rentang waktu terjadinya unstable angina lebih panjang dengan intensitas nyeri yang
lebih parah daripada stable angina.

5
Gejala yang ditimbulkan angina jenis ini juga tidak hilang walau penderita sudah
beristirahat atau minum obat. Unstable angina umumnya merupakan pertanda dari
serangan jantung.

Prinzmetal’s angina
Berbeda dengan kedua jenis angina yang dijelaskan sebelumnya, Prinzmetal’s
angina disebabkan oleh adanya kekakuan di arteri jantung, sehingga terjadi penurunan
jumlah aliran darah untuk sementara waktu.
Prinzmetal’s angina merupakan jenis angina yang cukup jarang terjadi. Angina jenis ini
biasanya muncul saat istirahat, pada malam hari, ataupun di pagi hari. Intensitas
nyerinya cukup berat namun biasanya bisa mereda dengan pemberian obat-obatan.

Penyebab dan Faktor Risiko Angina Pectoris


Angina pectoris paling sering disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Penyakit
jantung koroner terjadi akibat adanya penumpukkan plak di arteri (aterosklerosis).
Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner yang
bisa memuculkan angina adalah:

 Kebiasaan merokok.
 Riwayat tekanan darah tinggi atau hipertensi.
 Kadar kolestrol jahat (LDL) dan trigliserida yang tinggi.
 Menderita diabetes.
 Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga.
 Jarang berolahraga dan tidak aktif bergerak.
 Mengalami obesitas.
 Berusia di atas 45 tahun untuk laki-laki dan di atas 55 tahun untuk wanita.

Pengobatan Angina Pectoris


Pengobatan angina pectoris bertujuan untuk mengurangi keluhan dan gejala, serta
mencegah komplikasi berupa serangan jantung. Penanganan yang diberikan kepada tiap
pasien dapat berbeda-beda, tergantung pada kondisi yang dialaminya.
Biasanya, pasien yang mengalami angina pectoris akan diberikan obat-obatan untuk
mengurangi keluhan. Di bawah ini adalah rincian dari berbagai cara pengobatan angina
pectoris:

6
Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat diberikan oleh dokter untuk meredakan gejala angina
adalah:

 Obat pengencer darah, seperti aspirin, clopidogrel, atau ticagrelor.


 Obat pelebar pembuluh darah, seperti nitrogliserin, untuk melebarkan dan
merelaksasi pembuluh darah, sehingga aliran darah ke jantung lebih baik.
 Obat penghambat beta, untuk memperlambat denyut jantung dan merelaksasi
pembuluh darah, sehingga mengurangi beban kerja jantung.
 Obat untuk mengontrol penyakit diabetes, kolesterol, dan hipertensi yang
merupakan faktor risiko dari penyakit jantung koroner penyebab angina.

Prosedur medis khusus


Apabila angina pectoris tidak mereda setelah pemberian obat-obatan, dokter mungkin
akan menganjurkan prosedur medis khusus untuk menanganinya, antara lain:

 Pemasangan ring jantung, untuk melebarkan arteri yang mengalami penyempitan


dengan meletakkan kawat khusus (ring) yang berbentuk seperti tabung di
pembuluh darah arteri jantung.
 Operasi bypass jantung, yaitu dengan mengambil pembuluh darah dari bagian
tubuh lain untuk membuat saluran aliran darah baru sebagai pengganti saluran
aliran darah yang menyempit.

7
PATOFISIOLOGI JANTUNG KORONER
Penyakit jantung koroner adalah kondisi ketika arteri koroner tersumbat oleh timbunan
lemak. Penyakit ini menimbulkan keluhan berupa nyeri dada, sesak napas, dan gejala
serangan jantung. Jika dibiarkan, penyakit jantung koroner dapat menyebabkan gagal
jantung. Penumpukan lemak pada arteri koroner membuat arteri koroner menyempit
dan menebal. Kondisi ini menyebabkan aliran darah kaya oksigen ke jantung menjadi
berkurang sehingga menimbulkan gejala penyakit jantung koroner.

Penyebab dan Gejala Penyakit Jantung Koroner


Penyakit jantung koroner terjadi ketika aliran darah ke jantung terhambat. Banyak faktor
yang bisa meningkatkan risiko tersebut, antara lain merokok, menjalani pola makan yang
tidak sehat, atau menderita penyakit tertentu, seperti tekanan darah tinggi dan kolesterol
tinggi.
Penyakit jantung koroner dapat ditandai dengan gejala sesak napas, lemas, dan nyeri
dada yang menjalar ke lengan atau punggung. Jika tidak segera ditangani, penyakit
jantung koroner dapat menyebabkan serangan jantung, gangguan irama jantung, atau
gagal jantung.
Penyakit jantung koroner disebabkan oleh kerusakan pada arteri koroner. Kerusakan
tersebut terutama disebabkan oleh penumpukan ateroma di dinding arteri. Ateroma
adalah senyawa yang terdiri dari kolesterol dan zat sisa hasil metabolisme tubuh.
Ateroma yang terus menumpuk dapat menyebabkan dinding arteri menyempit sehingga
aliran darah ke jantung menjadi terhambat. Kondisi ini disebut dengan aterosklerosis.
Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko aterosklerosis, yaitu:

Rokok
Rokok adalah faktor risiko utama penyakit jantung koroner. Kandungan nikotin dan
karbon monoksida di dalam asap rokok dapat memacu jantung bekerja lebih cepat
sehingga membebani kerja jantung. Kedua senyawa tersebut juga meningkatkan risiko
terjadinya penggumpalan darah. Di samping itu, senyawa lain pada rokok juga dapat
merusak dinding pembuluh jantung dan menyebabkan penyempitan.

8
Diabetes
Kadar gula darah tinggi bisa menyebabkan dinding pembuluh darah menebal dan
menghambat aliran darah. Penderita diabetes juga diketahui dua kali lipat lebih berisiko
terserang penyakit jantung koroner.

Trombosis
Trombosis adalah bekuan darah yang dapat terbentuk di pembuluh darah vena atau
arteri. Bila terbentuk di arteri koroner, bekuan darah ini akan menghambat aliran darah
ke jantung sehingga meningkatkan risiko serangan jantung.

Tekanan darah tinggi


Tekanan darah tinggi atau hipertensi membuat jantung harus bekerja lebih keras. Jika
tidak terkendali, hipertensi dapat menyebabkan pembuluh darah menebal dan
menyempit sehingga menghambat aliran darah.

Kolesterol tinggi
Kadar kolesterol yang tinggi (hiperkolesterolemia) dapat meningkatkan risiko
aterosklerosis. Kolesterol tinggi bisa terjadi akibat kadar kolesterol jahat (LDL) yang
berlebihan, atau kadar kolesterol baik (HDL) yang rendah.

Obesitas
Obesitas terjadi akibat penumpukan lemak dalam tubuh, yang bila dibiarkan dapat
meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit jantung koroner. Seseorang bisa
dikatakan menderita obesitas jika memiliki indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 30.

Kurang aktivitas fisik


Kurang berolahraga atau aktivitas fisik bisa menyebabkan plak menumpuk di arteri. Plak
yang makin menumpuk dan menyumbat arteri jantung dapat menyebabkan serangan
jantung. Sementara jika penyumbatan terjadi di arteri ke otak, penderita dapat terserang
stroke.

9
Pola makan tidak sehat
Risiko penyakit jantung koroner bisa meningkat akibat pola makan yang tidak sehat,
seperti terlalu banyak mengonsumsi makanan dengan kadar gula atau garam tinggi, atau
makanan yang mengandung kadar lemak jenuh dan lemak trans yang tinggi.

Riwayat kesehatan keluarga


Risiko penyakit jantung koroner lebih tinggi pada seseorang yang memiliki keluarga
dengan riwayat penyakit jantung. Risiko akan makin tinggi bila:

 Memiliki ayah atau saudara laki-laki yang terdiagnosis penyakit jantung sebelum
usia 55 tahun
 Memiliki ibu atau saudara perempuan yang terserang penyakit jantung sebelum
usia 65 tahun

Usia
Makin tua usia seseorang, makin tinggi risikonya terserang penyakit jantung koroner.
Penyakit ini lebih sering menimpa pria usia lebih dari 45 tahun dan wanita lebih dari 55
tahun.

Sleep apnea
Sleep apnea bisa menyebabkan kadar oksigen dalam darah menurun secara tiba-tiba.
Kondisi ini dapat menyebabkan tekanan darah meningkat dan meningkatkan risiko
penyakit jantung koroner.

Alkohol
Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan dapat merusak otot jantung dan
memperburuk kondisi orang yang memiliki faktor risiko penyakit jantung koroner,
seperti hipertensi dan obesitas.

Preeklamsia
Preeklamsia adalah komplikasi kehamilan yang ditandai dengan hipertensi dan kadar
protein tinggi dalam urine. Kondisi ini meningkatkan risiko gangguan pada jantung,
termasuk penyakit jantung koroner.

10
Obat-obatan untuk mengatasi penyakit jantung koroner, antara lain:

 Pengencer darah, seperti aspirin dan clopidogrel, untuk membantu mencegah


pembekuan darah
 Statin, seperti atorvastatin dan simvastatin, untuk menurunkan kolesterol dengan
membuang LDL dari darah
 Obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitors),
seperti captopril dan enalapril, untuk mengatasi hipertensi
 Angiotensin II receptor blockers (ARB), seperti valsartan dan telmisartan, untuk
menurunkan tekanan darah
 Penghambat beta (beta blockers), seperti bisoprolol dan metoprolol, untuk
mencegah angina dan mengatasi hipertensi
 Nitrat, seperti nitrogliserin, untuk melebarkan pembuluh darah sehingga aliran
darah ke jantung meningkat dan jantung tidak memompa darah lebih keras
 Antagonis kalsium, seperti verapamil dan diltiazem, untuk melebarkan otot di
pembuluh darah sehingga tekanan darah menurun
 Diuretik, untuk mengurangi kadar air dan garam dalam darah melalui urine

Bila obat sudah tidak efektif untuk mengatasi gejala, pasien akan disarankan untuk
menjalani operasi. Operasi juga dilakukan bila penyempitan pada pembuluh darah
disebabkan oleh penumpukan ateroma.
Sejumlah metode operasi yang dapat dilakukan adalah:

Pemasangan Ring Jantung


Pasang ring jantung atau angioplasti koroner dilakukan dengan memasukkan kateter ke
bagian arteri yang menyempit. Setelah itu, dokter akan memasang ring (stent) di arteri
untuk mencegah penyempitan kembali. Dengan begitu, aliran darah dapat kembali
lancar.
Prosedur ini dapat dilakukan secara terencana pada pasien dengan gejala angina, atau
sebagai tindakan darurat pada seseorang yang mengalami serangan jantung.

Bypass Jantung
Prosedur ini dilakukan dengan mengambil pembuluh darah dari bagian tubuh lain,
untuk ditempel (dicangkok) ke bagian antara pembuluh darah besar (aorta) dan arteri
dengan melewati area yang menyempit. Tujuannya adalah agar darah bisa mengalir
lancar melalui rute baru tersebut.

11
Bypass jantung dilakukan dengan membedah dada pasien. Prosedur ini umumnya
hanya dilakukan bila terdapat lebih dari satu arteri yang tersumbat.

Transplantasi Jantung
Tindakan ini dilakukan jika kerusakan jantung sudah sangat parah dan tidak dapat lagi
diatasi dengan obat-obatan. Tranplantasi jantung dilakukan dengan mengganti jantung
pasien yang rusak dengan jantung yang sehat dari pendonor.

PATOFISIOLOGI ENDOKARDITIS
Endokarditis adalah peradangan pada endokardium, yaitu lapisan di bagian dalam
jantung. Peradangan ini umumnya disebabkan oleh bakteri, tetapi bisa juga disebabkan oleh
virus atau jamur.
Endokarditis umumnya tidak menyerang orang dengan jantung yang sehat. Kondisi ini
paling berisiko terjadi pada pasien yang menderita kerusakan katup jantung, telah
menjalani operasi cangkok katup jantung, atau menderita kelainan jantung. Bila tidak
segera ditangani, endokarditis dapat merusak katup jantung dan mengganggu aliran
darah di jantung. Hal tersebut bisa memicu komplikasi berbahaya, seperti gagal jantung
atau stroke.

Penyebab Endokarditis
Endokarditis terjadi ketika kuman masuk ke aliran darah yang menuju ke jantung,
kemudian menempel di katup jantung yang mengalami gangguan atau di jaringan
jantung yang rusak. Kuman tersebut lalu berkembang biak di lapisan dalam jantung
(endokardium).
Kuman penyebab endokarditis dapat masuk ke aliran darah melalui:

 Gigi dan mulut yang tidak dirawat dengan baik sehingga kuman masuk melalui
gusi yang berdarah
 Organ lain yang terinfeksi, misalnya akibat luka terbuka di kulit, infeksi menular
seksual, atau infeksi di saluran pencernaan
 Kateter urine atau jarum infus, terutama yang telah dipasang dalam waktu yang
lama, misalnya pada pasien stroke atau cuci darah

12
 Jarum suntik yang terkontaminasi kuman, baik pada penggunaan NAPZA suntik,
pembuatan tato, maupun pemasangan tindik

Gejala Endokarditis
Gejala endokarditis bisa berkembang secara perlahan dalam hitungan minggu atau bulan
(subacute endocarditis), atau secara mendadak dalam beberapa hari (acute endocarditis).
Hal tersebut tergantung pada penyebab infeksi dan apakah penderita mengalami
gangguan di jantung.
Gejala yang dapat muncul pada penderita endokarditis adalah:

 Demam
 Menggigil
 Kelelahan
 Nyeri otot dan sendi
 Keringat berlebih di malam hari
 Detak jantung cepat
 Batuk terus-menerus
 Pembengkakan di kaki atau perut
 Sakit kepala
 Sesak napas, terutama saat beraktivitas
 Nyeri dada, terutama saat bernapas
 Bunyi jantung tidak normal
 Kulit pucat

Berikut ini adalah metode pengobatan endokarditis:

Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan oleh dokter akan disesuaikan dengan jenis kuman yang
menyebabkan infeksi. Jika penyebabnya adalah bakteri, pasien akan diberikan antibiotik
suntik selama di rumah sakit.
Perawatan di rumah sakit dapat berlangsung selama 2–6 minggu, tergantung pada
tingkat keparahan pasien. Bila kondisi sudah membaik, pasien dapat melanjutkan terapi
antibiotik di rumah. Meski begitu, pasien dianjurkan untuk kontrol secara rutin ke dokter
untuk memastikan pengobatan berjalan dengan baik.

13
Jika endokarditis disebabkan oleh jamur, dokter akan memberikan obat antijamur. Pada
beberapa kasus, pasien perlu mengonsumsi obat antijamur seumur hidup untuk
mencegah terjadinya komplikasi.

Operasi
Operasi dilakukan pada pasien yang katup jantungnya sudah rusak atau pasien yang
telah menderita endokarditis sejak lama. Operasi juga bisa dilakukan pada endokarditis
yang disebabkan oleh infeksi jamur.
Operasi bertujuan untuk membuang jaringan yang mati, penumpukan cairan, dan
jaringan parut dari area yang terinfeksi. Dokter dapat melakukan perbaikan katup
jantung atau menggantinya, tergantung kondisi kesehatan pasien.
Selain beberapa kondisi di atas, dokter juga akan menyarankan prosedur operasi jika:

 Endokarditis menyebabkan gagal jantung sehingga aliran darah menjadi


terganggu
 Demam tinggi terus berlanjut meski sedang menjalani terapi antibiotik atau
antijamur
 Endokarditis disebabkan oleh jenis jamur yang agresif atau bakteri yang kebal
terhadap antibiotik
 Muncul abses atau fistula (saluran tidak normal) di bagian dalam jantung
 Endokarditis menimbulkan gumpalan darah
 Pasien memiliki katup jantung prostetik

Dari seluruh kasus endokarditis, sekitar 15–25% pasien memerlukan prosedur operasi.

PATOFISIOLOGI ARITMIA
Aritmia adalah gangguan yang terjadi pada irama jantung. Penderita aritmia bisa merasakan
irama jantungnya terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Sebenarnya aritmia normal
terjadi pada kondisi jantung yang sehat. Namun bila terjadi terus menerus atau berulang,
aritmia bisa menandakan adanya masalah pada organ jantung.

Ada beberapa jenis aritmia yang paling sering dijumpai, yaitu:


14
 Atrial fibrilasi, yaitu kondisi ketika jantung berdetak lebih cepat dan tidak teratur.
 AV blok, yaitu kondisi ketika jantung berdetak lebih lambat.
 Supraventrikular takikardi, yaitu kondisi ketika denyut jantung terlalu cepat.
 Ventrikel ekstra sistol, yaitu kondisi ketika ada denyutan lain di luar denyut
 Ventrikel fibrilasi, yaitu kondisi ketika jantung hanya bergetar.

Gejala Aritmia
Aritmia bisa terjadi tanpa menimbulkan gejala, sehingga kadang tidak disadari oleh
penderitanya. Gejala aritmia yang dapat muncul antara lain:

 Jantung berdetak lebih cepat dari normal (takikardia)


 Jantung berdetak lebih lambat dari normal (bradikardia)
 Pusing
 Pingsan
 Cepat lelah
 Sesak napas
 Nyeri dada

Perlu diketahui, seseorang yang mengalami gejala di atas belum tentu mengalami
aritmia. Oleh karena itu, pemeriksaan oleh dokter diperlukan agar dapat diketahui apa
yang memicu gejala tersebut.

Penyebab Aritmia
Aritmia terjadi ketika impuls listrik yang berfungsi mengatur detak jantung tidak bekerja
dengan baik. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh sejumlah kondisi di bawah ini:

 Konsumsi obat pilek atau obat alergi


 Sleep apnea
 Hipertensi
 Diabetes
 Gangguan elektrolit, seperti kelebihan atau kekurangan
kalium dan hipomagnesemia
 Gangguan tiroid, misalnya hipertiroidisme
 Kelainan katup jantung
 Penyakit jantung bawaan
 Penyakit jantung koroner
 Serangan jantung
 Kardiomiopati

15
Selain kondisi medis, aritmia juga dapat dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat, seperti:

 Tidak dapat mengelola stres dengan baik


 Kurang tidur
 Merokok
 Konsumsi minuman beralkohol atau berkafein secara berlebihan
 Penyalahgunaan NAPZA

Pengobatan Aritmia
Pengobatan aritmia bertujuan untuk mengatasi irama jantung yang tidak teratur. Metode
yang digunakan tergantung pada jenis gangguan irama jantung yang dialami, apakah
terlalu cepat atau terlalu lambat.
Metode pengobatan aritmia meliputi:

Obat-obatan
Obat-obatan yang diresepkan dokter untuk mengatasi aritmia adalah obat antiaritmia.
Dokter juga akan meresepkan warfarin untuk menurunkan risiko terjadinya
penggumpalan darah.

Ablasi
Dokter melakukan tindakan ablasi jantung dengan prosedur kateterisasi jantung.
Prosedur ini dilakukan dengan cara memasang satu atau lebih kateter di pembuluh darah
yang menuju ke jantung. Elektroda yang terdapat di ujung kateter akan menghancurkan
sebagian kecil jaringan di jantung yang menyebabkan gangguan irama jantung, sehingga
irama jantung menjadi normal kembali.

Alat pacu jantung


Dokter akan memasang alat pacu jantung di bawah kulit, tepat di bawah tulang selangka.
Alat pacu tersebut berfungsi mengembalikan irama jantung yang terlalu lambat menjadi
normal.

ICD

16
Implantable cardioverter-defribilator (ICD) adalah alat kecil yang dipasang di dada. Alat
ini digunakan pada penderita yang berisiko mengalami henti jantung mendadak. Implan
alat ini akan mendeteksi tanda henti jantung dan otomatis mengalirkan listrik untuk
mengatasinya.

Komplikasi Aritmia
Pada beberapa kasus, aritmia dapat memburuk dan menyebabkan komplikasi serius,
seperti:

 Demensia
 Penyakit Alzheimer
 Stroke
 Gagal jantung
 Henti jantung mendadak
 Kematian mendadak pada bayi (SIDS)

Pencegahan Aritmia
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, banyak faktor yang menyebabkan aritmia. Oleh
karena itu, pencegahannya tergantung pada penyebab aritmia tersebut. Secara umum,
artimia dapat dicegah dengan menjaga kesehatan jantung, yaitu dengan:  

 Berhenti merokok.
 Mengonsumsi makanan sehat.
 Menjaga berat badan ideal.
 Berolahraga secara teratur.
 Membatasi konsumsi minuman beralkohol dan ber
 Menghindari konsumsi obat tanpa petunjuk dokter.

Penderita penyakit jantung perlu melakukan kontrol rutin ke dokter agar kondisi
penyakitnya tidak semakin memburuk dan menimbulkan aritmia. Penderita juga perlu
mengonsumsi obat secara teratur sesuai anjuran dokter, dan segera ke dokter begitu
gejala memburuk.

17
DAFTAR PUSTAKA
Baradero M. (2008). Seri Keperawatan Klien Ganguan Kandiovaskuler. Jakarta;
Anwar, T.B. 2004. Faktor risiko penyakit jantung koroner. Diakses 22 April 2022
Soeharto, I. 2004. Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung edisi kedua. PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
Davidson, C. 2002. Penyakit Jantung Koroner. PT Dian Rakyat, Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai