Anda di halaman 1dari 17

acute coronary syndrome

Penyakit Jantung
Koroner (PJK)
Definisi Penyakit
Penyakit Jatung Koroner (PJK) adalah suatu kelainan yang
disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh
arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Jantung diberi
oksigen dalam darah melalui arteri-arteri koroner utama yang
bercabang menjadi sebuah jaringan pembuluh lebih kecil yang
efisien (Iman, 2001:13).
Didefinisikan sebagai PJK jika pernah didiagnosis
menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard) oleh
dokter atau belum pernah didiagnosis menderita PJK tetapi pernah
mengalami gejala/riwayat: nyeri di dalam dada/rasa tertekan
berat/tidak nyaman di dada dan nyeri/tidak nyaman di dada
dirasakan di dada bagian tengah/dada kiri depan/menjalar ke
lengan kiri dan nyeri/tidak nyaman di dada dirasakan ketika
mendaki/naik tangga/berjalan tergesa-gesa dan nyeri/tidak
nyaman di dada hilang ketika menghentikan aktifitas/istirahat
Klasifikasi Penyakit
Menurut Huon Gray (2002:113) penyakit jantung koroner
diklasifikasikan menjadi 3, yaitu Silent Ischaemia
(Asimtotik), Angina Pectoris, dan Infark Miocard Akut
(Serangan Jantung). Berikut adalah penjelasan masing-
masing klasifikasi PJK:
1. Silent Ischaemia (Asimtotik)
2. Angina Pectoris
3. Infark Miocard Akut (Serangan Jantung)
PENYEBAB PENYAKIT
Penyebab PJK terdiri dari beberapa faktor dan dinamakan
faktor risiko. Faktor risiko merupakan faktor-faktor yang keberadaannya
berkedudukan sebelum terjadinya penyakit. Secara garis besar faktor
risiko PJK dapat dibagi dua, yaitu faktor risiko yang dapat diubah /
modifiable (kolesterol, hipertensi, merokok, obesitas, diabetes melitus,
kurang aktifitas fisik, stres) dan faktor risiko yang tidak dapat diubah /
non modifiable (riwayat keluarga, jenis kelamin, usia) (Bustan,
2000:74).
PATOGENESIS
Aterosklerosis pembuluh koroner merupakan penyebab
penyakit arteri koronaria yang paling sering ditemukan. Aterosklerosis
menyebabkan penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri
koronaria, yang dapat mempersempit lumen pembuluh darah. Apabila
lumen menyempit maka resistensi terhadap aliran darah akan
meningkat dan membahayakan aliran darah miokardium. Bila penyakit
ini menjadi semakin berat, maka penyempitan lumen tersebut akan
diikuti perubahan pembuluh darah yang mengurangi kemampuannya
untuk melebar. Sehingga kebutuhan oksigen menjadi tidak stabil dan
akan membahayakan miokardium yang terletak di sebelah distal dari
daerah lesi
Perkembangan Penyakit
Penyakit jantung koroner (PJK) terjadi ketika pasokan darah ke
otot-otot dan jaringan jantung tersumbat oleh penumpukan bahan
lemak dalam dinding arteri koroner. Penyakit jantung koroner (PJK) ini
dapat dikatakan sebagai pembunuh nomor satu. Di seluruh dunia, PJK
menyebabkan kurang lebih 74.000 kematian setiap tahun. Artinya, rata-
rata 200 orang setiap hari.
Untuk Indonesia, saat ini penyakit jantung koroner menempati
posisi pertama sebagai penyebab kematian. Tingginya angka kematian
di Indonesia akibat penyakit jantung koroner (PJK) mencapai 26% dari
seluruh jumlah kematian akibat penyakit. Berdasarkan hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN), dalam 10 tahun terakhir
angka tersebut cenderung mengalami peningkatan.
Faktor Risiko
Faktor risiko penyakit jantung terdiri dari faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi, yaitu :
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi :
1. Riwayat Keluarga : PJK bisa diturunkan dari keluarga, jika salah satu
anggota keluarga mempunyai riwayat penyakit PJK. Artinya ada
kecenderungan dalam keluarga.
2. Umur : Untuk laki-laki akan semakin meningkat setelah usia mereka
45 tahun. Sedangkan untuk wanita mengalami peningkatan setelah
usia mereka 55 tahun.
3. Jenis kelamin
4. Obesitas : Obesitas dapat menyebabkan penyakit jantung karena
terlalu banyak makan.
Patofisiologi
Kolesterol yang menimbun di dinding bagian dalam pembuluh darah,
dapat mengakibatkan pembuluh darah mengalami penyempitan dan
aliran darahpun menjadi tersumbat. Akibatnya, fungsi jantung terganggu
karena harus bekerja lebih keras untuk memompa aliran darah. Seiring
perjalanan waktu, arteri-arteri koroner makin sempit dan mengeras.
Inilah yang disebut aterosklerosis.
Ateroma pada arteri koronaria akan menyebabkan stenosis, yang dapat
mengganggu aliran koroner dan menyebabkan iskemia miokard.
Penelitian menunjukkan bahwa stenosis sebesar 60% atau lebih
menyebabkan iskemia miokard, yang oleh penderita dinyatakan sebagai
nyeri yang khas disebut angina pektoris.
Nyeri angina yang khas adalah nyeri retrosternal seperti ditekan, yang
sering menjalar ke arah lengan kiri dan leher kiri hingga ke rahang dan
telinga kiri. Secara klinis, iskemik miokard dapat manifes dalam bentuk :
1. Asimtomatik
2. Angina pektoris, yang dapat berbentuk: a) Angina stabil; b) Angina
tak stabil; c) Angina varian (Prinzmetal); d) Iskemia Miokard Tenang.
3. Gagal jantung, yang bisa gagal jantung sistolik maupun diastolik,
terutama timbul pada pendertita yang telah mengalami infark
miokard.
4. Aritmia, yang dapat berbentuk bermacam-macam termasuk
kematian mendadak.
5. Infark miokard akut.
Gelaja dan Tanda
Gejala penyakit jantung koroner adalah :
• Sakit dibagian dada, sakit dibagian lengan, pundak, leher,
rahang dan juga bagian punggung
• Mengalami sesak nafas
• Keluhan pada sakit dada biasanya bervariasi terjadi.
Gejala Klinis
Nyeri dada pada angina biasanya timbul pada saat melakukan
aktivitas, misalnya sedang berjalan cepat, tergesa-gesa, atau sedang
berjalan mendaki atau naik tangga. Pada kasus yang berat, aktivitas
ringan seperti mandi atau menggosok gigi, makan terlalu kenyang,
emosi, sudah dapat menimbulkan nyeri dada. Nyeri dada tersebut
segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. Serangan angina
dapat timbul pula pada waktu istirahat atau pada waktu tidur malam.
Diagnosis
Dalam mendiagnosis angina , umumnya dokter akan awali dengan
menanyakan seputar gejala yang dialami pasien. Selain itu, dokter juga akan
menanyakan apakah pasien memiliki keluarga berpenyakit jantung atau suka
melakukan kebiasaan-kebiasaan yang dapat memicu kondisi tersebut, misalnya
suka mengonsumsi makan berlemak, merokok, atau mengonsumsi minum keras.
Untuk makin menguatkan diagnosis, beberapa pemeriksaan sederhana
juga dapat dilakukan oleh dokter, di antaranya pengukuran berat badan,
pengukuran tekanan darah, dan pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar
gula, kolesterol, serta fungsi ginjal. Selain melalui pemeriksaan darah, fungsi ginjal
juga dapat diketahui melalui tes urin. Kondisi yang berkaitan dengan ginjal
penting untuk dideteksi karena ada beberapa obat angina yang tidak boleh
digunakan oleh penderita penyakit ginjal.
Selain itu dilakukan tes pemeriksaan fisik untuk memberikan informasi
tambahan yang berguna mengenai angina ini, tes yang dilakukan yaitu:
a. Electrocardiogram (EKG)
Mengukur aktifitas elektrik jantung. Pada iskemia tipe gelombang ST-T berubah meliputi depresi,
gelombang T terbalik dan segmen ST tinggi.
b. Echocardiograhy
Mengukur denyut jantung membandingkan gerakan dinding vestibular ketika istirahat dan stress.
c. Exercise tolerance testing ( ETT)
d. Thallium stress test
Dikonjungsikan dengan ETT unutk mendeteksi kerusakan-kerusakan reversibel dan irreversibel pada
aliran darah
e. Tes Laboratorium
Pemeriksaan darah unutk mengukur total lemak, lipoprotein, dan kolesterol.
f. Sinar X
g. Angiocardiografi radionuclida
h. Keteterisasi kardiak dan arteriografi koroner.
DAFTAR PUSTAKA
• Mary Baradero, Mary Wilfrid Dayrit,Yakobus Siswadi,
2008, Kilen Gangguan Kardiovaskuler, Jakarta: EGC
• Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi.
Jakarta:EGC.
• Wajan. 2010. Kardiovaskuler. Jakarta : Medika
Salembang

Anda mungkin juga menyukai