LATAR BELAKANG
Penyakit Jantung Koroner (PJK) ialah penyakit jantung yang terutama disebabkan
karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau spasme atau kombinasi
keduanya. Penyakit ini masih menjadi masalah baik di negara maju maupun negara
berkembang dikarenakan PJK merupakan penyakit pembunuh no 1 di Dunia. Di USA setiap
tahunnya 550.000 orang meninggal karena penyakit ini. Di Eropa diperhitungkan 20-40.000
orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. Hasil survei yang dilakukan Departemen
Kesehatan RI menyatakan prevalensi PJK di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat.
Bahkan, sekarang (tahun 2000-an) dapat dipastikan, kecenderungan penyebab kematian di
Indonesia bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit kardiovaskular (antara lain PJK) dan
degeneratif. Manifestasi klinik PJK yang klasik adalah angina pektoris. Angina pectoris ialah
suatu sindroma klinis di mana didapatkan sakit dada yang timbul pada waktu melakukan
aktivitas karena adanya iskemik miokard. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi > 70%
penyempitan arteri koronaria. Angina pektoris dapat muncul sebagai angina pektoris stabil
(APS, stable angina), dan keadaan ini bisa berkembang menjadi lebih berat dan menimbulkan
Sindroma Koroner Akut (SKA) atau yang dikenal sebagai serangan jantung mendadak (heart
attack) dan bisa menyebabkan kematian.
C. ETIOLOGI
Penyakit jantung coroner dapat disebabkan oleh beberapa hal :
1. Penyempitan (stenosis) dan penciutan (spasme) arteri koronaria, tetapi
penyempitan bertahap akan memungkinkan berkembangnya kolateral yang cukup
sebagai pengganti.
2. Aterosklerosis, menyebabkan sekitar 98% kasus PJK.
3. Penyempitan arteri koronaria pada sifilis, aortitis takayasu, berbagai jenis arteritis
yang mengenai arteri coronaria, dll.
4. Faktor Resiko:
a.
Merokok
d. Kolesterol tinggi
e.
Keturunan
D. MANIFESTASI KLINIS
Semua Semua pasien PJK memiliki pengalaman dan tanda-tanda secara fisik dan
gejala PJK dari waktu ke waktu yaitu mengalami perasaan nyeri di dada, kegelisahan atau
perasaan sakit pada kaki, pinggang, perut, tulang rusuk, rahang, sendi, tulang belakang,
tenggorokan dan tulang leher belakang, merasa lemah, lelah, dan kehilangan energi, nafas
pendek, pusing, sakit kepala, tidak mampu untuk melakukan pekerjaan dengan normal
sebagai akibat dari obesitas.
E. PATOFISIOLOGI
Penyakit Jantung Koroner sering terjadi pada orang yang memiliki satu atau lebih
faktor resiko seperti: obesitas, merokok, hipertensi, dll. Faktor-faktor ini menyebabkan
interaksi fibrin dan patelet sehingga menimbulkan cidera endotel pembuluh darah koroner.
Interaksi tersebut menyebabkan invasi dan akumulasi lipid yang akan membentuk plak
fibrosa. Timbunan plak menimbulkan lesi komplikata yang dapat menimbulkan tekanan pada
pembuluh darah dan apabila rupture dapat terjadi thrombus. Thrombus yang menyumbat
pembuluh darah menyebabkan aliran darah berkurang, sehingga suplai O2 yang diangkut
darah kejaringan miokardium berkurang yang berakibatpenumpukan asam laktat. Asam laktat
yang meningkat menyebabkan nyeri dan perubahan PH endokardium yang menyebabkan
Anamnesa riwayat kesehatan klien dan keluarga dahulu apakah mempunyai riwayat penyakit
jantung
Gejala:
Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tak berhubungan dengan aktivitas), tidak
hilang dengan istirahat atau nitrogliserin.
Lokasi: tipikal pada dada anterior, substernal, prekordia dapat menyebar ke tangan, rahang,
wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrum, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
Kualitas: chrushing, menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat.
Intensitas: biasanya 10 pada skala 1-10, mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah
di alami.
Tanda: wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintih, meregang, menggeliat,
menarik diri, kehilangan kontak mata, respon otomatis perubahan frekuensi atau irama
jantung, tekanan darah, pernafasan, warna kulit atau kelembaban, kesadaran.
d. Integritas ego
Gejala: menyangkal gejala penting atau adanya kondisi, takut mati, perasaan ajal sudah dekat,
marah pada penyakit atau perawatan yang tak perlu, kuatir tentang keluarga, kerja dan
keuangan.
Tanda: menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku
menyerang, focus pada diri sendiri atau nyeri.
e.
Pernafasan
Gejala: dispnea dengan atau tanpa kerja, dispnea nocturnal, batuk dengan atau tanpa produksi
sputum, riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda: peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak atau kuat, pucat atau sianosis, bunyi
nafas bersih atau krekels atau mengi, sputum bersih merah muda kental.
f.
g. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istirahat)
h. Sirkulasi dan TTV
Tekanan darah: dapat normal atau tidak, perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk
atau berdiri.
Nadi: dapat normal, penuh atau tidak kuat atau lemah atau kuat kualitasnya dengan pengisian
kapiler lambat, tidak teratur ( disritmia ).
Bunyi jantung: bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung atau
penurunan kontraktilitas atau complain ventrikel.
Murmur: Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung.
Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
Edema: distensi vena juguler, esema dependent, perifer, edema umum, krekles mungkin ada
dengan gagal jantung atau ventrikel.
Warna: Pucat atau sianosis, kuku datar, pada membran mukosa dan bibir.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG (Elektrokardiografi)
Adanya gelombang patologik disertai peninggian S-T segmen yang konveks dan diikuti
gelombang T yang negative dan simetrik. Kelainan Q menjadi lebar (lebih dari 0,04 sec) dan
dalam (Q/R lebih dari ).
2. Laboratorium
Hal ini terjadi karena kerusakan otot, maka enzim intra sel dikeluarkan ke dalam aliran
darah. Normal 0-1 mU/mL.
Nomal kurang dari 12 mU/mL. kadar enzim ini naik pada 12-24 jam setelah serangan.
Normal kurang dari 195 mU/mL. kadar enzim biasanya baru mulai naik setelah 48 jam.
3.
Hiperglikemi ringan.
4. Kateterisasi : Angiografi koroner untuk mengetahui derajat obstruksi.
5. Radiology : Pembesaran dari jantung.
Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung, peningkatan frekuensi, dila
Perfusi jaringan tidak efektif b/d menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan, asido
Definisi :
Penurunan pemberian oksigen dalam kegagalan memberi makan jaringan pada tingkat k
Gangguan pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan perifer yan
Definisi : Kelebihan atau kekurangan dalam oksigenasi dan atau pengeluaran karbondio
Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi cairan dan natrium ol
Definisi : Retensi cairan isotomik meningkat
Cemas b/d penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan, perubahan peran dalam lingk
Definisi :
Perasaan gelisah yang tak jelas dari ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai resp
merupakan peringatan adanya ancaman yang akan datang dan memungkinkan individu
Intoleransi aktivitas b/d curah jantung yang rendah, ketidakmampuan memenuhi metab
DAFTAR PUSTAKA
Anonym,
Cara
Kerja
Jantung,
tersedia
di
www.wikipedia.org,
http://id.wikipedia.org/wiki/Jantung#Cara_Kerja_Jantung, (diakses 23 Maret 2012)
Corwin Elizabeth J. Buku saku pathofisiologi. Edisis 3, alih bahasa Nike Budi Subekti, Egi Komara
Yuda, Jakarta: EGC, 2009.
Docterman dan Bullechek. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4, United States Of
America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.
Elizabeth G. Nabel, M.D., and Eugene Braunwald, M.D, A Tale of Coronary Artery Disease and
Myocardial Infarction, tersedia di The New England Journal of Medicine www.google.co.id,
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra1112570, (diakses 23 Maret 2012)
Guyton, Arthur C, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Panyakit, Edisi 3, Jakarta: EGC, 1997.
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States Of America:
Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.
Taufik,
Maulana,
penyakit
Jantung
Koroner,
tersedia
di
www.scribd.com,
http://www.scribd.com/doc/3161769/JANTUNG-KORONER, (diakses 23 Maret 2012)
Nanda International. Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan klassifikasi, Jakarata: EGC, 2009.