Disusun oleh:
Sherly Widyastuti / Kelompok Martha
NPM : 202291021
Dosen Pembimbing :
Ns.Marnila Yesni .M.Kep
Ns.Dwi Yunita Ramadhani .M.Kep
B. Penyebab
Gejala angina pektoris pada dasarnya timbul karena iskemik akut yang tidak
menetap akibat ketidak seimbangan antara kebutuhan dan suplai O2 miokard.
Beberapa keadaan yang dapat merupakan penyebab baik tersendiri ataupun bersama-
sama yaitu (Anwar, 2004) :
a. Faktor di luar jantung
Pada penderita stenosis arteri koroner berat dengan cadangan aliran koroner yang
terbatas maka hipertensi sistemik, takiaritmia, tirotoksikosis dan pemakaian obat-
obatan simpatomimetik dapat meningkatkan kebutuhan O2 miokard sehingga
mengganggu keseimbangan antara kebutuhan dan suplai O2. Penyakit paru menahun
dan penyakit sistemik seperti anemi dapat menyebabkan tahikardi dan menurunnya
suplai O2 ke miokard.
b. Sklerotik arteri koroner
Sebagian besar penderita angina tidak stabil (ATS) mempunyai gangguan cadangan
aliran koroner yang menetap yang disebabkan oleh plak sklerotik yang lama dengan
atau tanpa disertai trombosis baru yang dapat memperberat penyempitan pembuluh
darah koroner. Sedangkan sebagian lagi disertai dengan gangguan cadangan aliran
darah koroner ringan atau normal yang disebabkan oleh gangguan aliran koroner
sementara akibat sumbatan maupun spasme pembuluh darah.
c. Agregasi trombosit
Stenosis arteri koroner akan menimbulkan turbulensi dan stasis aliran darah sehingga
menyebabkan peningkatan agregasi trombosit yang akhirnya membentuk trombus dan
keadaan ini akan mempermudah terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah.
d. Trombosis arteri koroner
Trombus akan mudah terbentuk pada pembuluh darah yang sklerotik sehingga
penyempitan bertambah dan kadang-kadang terlepas menjadi mikroemboli dan
menyumbat pembuluh darah yang lebih distal. Trombosis akut ini diduga berperan
dalam terjadinya ATS.
e. Pendarahan plak ateroma
Robeknya plak ateroma ke dalam lumen pembuluh darah kemungkinan mendahului
dan menyebabkan terbentuknya trombus yang menyebabkan penyempitan arteri
koroner.
f. Spasme arteri koroner
Peningkatan kebutuhan O2 miokard dan berkurangnya aliran coroner karena spasme
pembuluh darah disebutkan sebagai penyeban ATS. Spame dapat terjadi pada arteri
koroner normal atupun pada stenosis pembuluh darah koroner. Spasme yang berulang
dapat menyebabkan kerusakan artikel, pendarahan plak ateroma, agregasi trombosit
dan trombus pembuluh darah.
Beberapa faktor risiko yang ada hubungannya dengan proses aterosklerosis antara lain
adalah :
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah antara lain umur, jenis kelamin dan riwayat
penyakit dalam keluarga.
2. Faktor risiko yang dapat diubah antara lain merokok, hiperlipidemi, hipertensi,
obesitas dan DM.
G. Pemeriksaan penunjang
a. EKG
EKG perlu dilakukan pada waktu serangan angina, bila EKG istirahat normal, stress
test harus dilakukan dengan treadmill ataupun sepeda ergometer. Tujuan dari stress
test adalah menilai sakit dada apakah berasal dari jantung atau tidak, dan menilai
beratnya penyakit seperti bila kelainan terjadi pada pembuluh darah utama akan
memberi hasil positif kuat. Gambaran EKG penderita ATS dapat berupa depresi
segmen ST, depresi segmen ST disertai inversi gelombang T, elevasi segmen ST,
hambatan cabang ikatan His dan tanpa perubahan segmen ST dan gelombang T.
Perubahan EKG pada ATS bersifat sementara dan masing-masing dapat terjadi
sendiri-sendiri ataupun sersamaan. Perubahan tersebut timbul di saat serangan angina
dan kembali ke gambaran normal atau awal setelah keluhan angina hilang dalam
waktu 24 jam. Bila perubahan tersebut menetap setelah 24 jam atau terjadi evolusi
gelombang Q, maka disebut sebagai IMA.
b. Enzim LDH, CPK dan CK-MB
Pada ATS kadar enzim LDH dan CPK dapat normal atau meningkat tetapi tidak
melebihi nilai 50% di atas normal. CK-MB merupakan enzim yang paling sensitif
untuk nekrosis otot miokard, tetapi dapat terjadi positif palsu. Hal ini menunjukkan
pentingnya pemeriksaan kadar enzim secara serial untuk menyingkirkan adanya IMA
(Anwar, 2004)
H. Pengkajian focus
1. Identitas pasien
2. Riwayat kesehatan dahulu
a. Riwayat serangan jantung sebelumnya
b. Riwayat penyakit pernafasan kronis
c. Riwayat penyakit hipertensi, DM dan ginjal
d. Riwayat perokok
e. Diet rutin dengan tinggi lemak
3. Riwayat kesehatan keluarga
4. Riwayat kesehatan sekarang
a. Faktor pencetus yang paling sering menyebabkan angina adalah kegiatan
fisik, emosi yang berlebihan atau setelah makan.
b. Nyeri dapat timbul mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan
aktivitas).
c. Kualitas nyeri: sakit dada dirasakan di daerah midsternal dada anterior,
substernal prekordial, rasa nyeri tidak jelas tetapi banyak yang
menggambarkan sakitnya seperti ditusuk-tusuk, dibakar ataupun ditimpa
benda berat/tertekan.
d. Penjalaran rasa nyeri rahang, leher dan lengan dan jari tangan kiri,
lokasinya tidak tentu seperti epigastrium, siku rahang, abdomen,
punggung dan leher.
e. Gejala dan tanda yang menyertai rasa sakit seperti: mual, muntah
keringat dingin, berdebar-debar, dan sesak nafas.
f. Waktu atau lamanya nyeri: pada angina tidak melebihi 30 menit dan
umumnya masih respon dengan pemberian obat-obatan anti angina,
sedangkan pada infark rasa sakit lebih 30 menit tidak hilang dengan
pemberian obat-obatan anti angina, biasanya akan hilang dengan
pemberian analgesic.
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. Tanda-tanda vital
c. Kepala
a. Pusing, berdenyut selama tidur atau saat terbangun
b. Tampak perubahan ekspresi wajah seperti meringis, merintih.
c. Terdapat/tidak nyeri pada rahang.
d. Leher : Tampak distensi vena jugularis, terdapat/tidak nyeri pada leher
e. Thorak
f. Jantung
Bunyi jantung normal atau terdapat bunyi jantung ekstra S3/S4
menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilitas, kalau murmur
menunjukkan gangguan katup jantung atau disfungsi otot papilar,
perikarditis.Irama jantung dapat normal teratur (vesikuler) atau
(unvesikuler) tidak teratur
g. Paru-paru
Suara nafas teratur tapi bisa juga tidak. Terdapat batuk dengan atau tanpa
produksi sputum. Terdapat sputum bersih, kental ataupun berwarna merah
muda
h. Abdomen : Terdapat nyeri atau rasa terbakar epigastrik (ulu hati), Bising
usus normal atau menurun
i. Ekstremitas : Ekstremitas dingin dan terdapat edema perifer
I. Diagnosa keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan frekuensi jantung
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dyspnea
3. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokardium
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan berkurangnya curah
jantung
J. Perencanaan keperawatan
No Diagnosa Intervensi
Tujuan & Kriteria Hasil
Keperawatan Keperawatan
1 Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan
1. Pantau tanda dan gejala penurunan curah jantung
jantung b.d keperawatan 3x24 jam
2. Posisikan klien dengan kaki ditinggikan
peningkatan diharapkan penurunan
3. Klien tirah baring total
frekuensi jantung curah jantung
4. Bantu klien dalam menghemat energi seperti istirahat
teratasi dengan KH:
sebelum dan sesudah melakukan aktivitas (makan dan minum)
1. Penurunan tekanan darah
5. Auskultasi bunyi nafas
2. Memperliha tkan irama
6. Berikan obat- obatan sesuai indikasi
dan frekuensi jantung stabil
7. Bantu klien jika akan dipasang alat-alat untuk menolong mekanik
jantung
8. Berikan terapi cairan dan diet sesuai indikasi
2 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan relaksasi napas dalam
efektif b.d dyspnea keperawatan 3x24 jam diharapkan pola 2. Monitoring tanda-tanda vital
pernapasan efektif dengan 3. Pertahankan oksigen aliran rendah dengan O2
4. Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernapan, dengan posisi
Kriteria Hasil:
kepala sedikit fleksi.
1. Irama dan frekuensi pernapasan
dalam rentang yang normal