Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN

INFARK MIOCARD AKUT ( IMA )


PEMBIMBING :
Parta Suhanda, S.Kp, M.Biomed

Disusun oleh :

FRENGKI EKO WIBOWO


P27906120014

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


POLTEKKES BANTEN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
A. KONSEP PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Akut Miokard Infark atau yang sekarang dikenal dengan Sindrom Koroner Akut
(SKA) adalah suatu istilah atau terminologi yang digunakan untuk menggambarkan
spektrum keadaan atau kumpulan proses penyakit yang meliputi angina pektoris tidak
stabil/APTS (unstable angina/UA), infark miokard gelombang non-Q atau infark
miokard tanpa elevasi segmen ST (Non-ST elevation myocardial
infarction/NSTEMI), dan infark miokard akut gelombang Q atau infark miokard akut
dengan elevasi segmen ST (ST elevation myocardial infarction/STEMI). (Nurarif,
Kusuma, 2015 ).
Infark miokard akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena sumbatan
pada arteri koroner. Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya aterosklerotik pada
dinding arteri koroner sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan otot jantung. (M.
Black, Joyce, 2014).
2. ETIOLOGI
1.      Faktor penyebab
a.    Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor:
1.    Faktor pembuluh darah : Aterosklorosis, Spasme, Arteritis.
2.    Faktor sirkulasi : Hipotensi, Stenosos Aurta, Insufisiensi
3.    Faktor darah : Anemia, Hipoksemia, Polisitemia.
b.    Curah jantung yang meningkat :
1.Aktifitas berlebihan
2. Emosi
3. Makan terlalu banyak
4. Hypertiroidisme
c. Kebutuhan oksigen miocard menigkat pada :
1.    Kerusakan miocard
2.    Hypertropimiocard
3.    Hypertensi diastolic

1
2.      Faktor predisposisi
a.    Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
1.    Usia lebih dari 40 tahun
2.    Jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat
setelah menopause
3.    Hereditas
4.    Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam
b.    Faktor resiko yang dapat diubah:
1.    Mayor : Hiperlipidemia, Hipertensi, Merokok, Diabetes, Obesitas, Diet tinggi
lemak jenuh, kalori.
2.    Minor : Inaktifitas fisik, pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius,
kompetitif), Stress psikologis berlebihan, (Nurarif, Kusuma, 2015)

3. MANIFESTASI KLINIS
1.    Lokasi substernal, rerosternal, dan prekordial.
2.    Sifat nyeri : rasa sakit sperti ditekan, rasa terbakar, rasa tertindih benda berat,
seperti ditusuk, rasa diperas, dan dipelintir.
3.    Nyeri hebat pada dada kiri menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri.
4.    Nyeri membaik dengan istirahat atau dengan obat nitrat.
5.    Faktor pencetus : latihan fisik, stres emosi, udara dingin, dan sesudah makan.
6.    Gejala yang menyertai : keringat dingin, mual, muntah, sulit bernapas, cemas dan
lemas.
7.    Dipsnea.
8.    Pada pemeriksaan EKG
a.    Fase hiperakut (beberapa jam permulaan serangan).
1.    Elevasi yang curam dari segmen ST.
2.    Gelombang T yang tinggi dan lebar.
3.    VAT memanjang.
4.    Gelombang Q tampak.
b.    Fase perkembangan penuh (1-2 hari kemudian).
1.    Gelombang Q patologis

2
2.    Elevasi segmen ST yang cembung ke atas.
3.    Gelombang T yang terbalik (arrowhead)
c.    Fase resolusi (beberapa minggu/bulan kemudian).
1.    Gelombang Q patologis tetap ada.
2.    Segmen ST mungkin sudah kembali iseolektris.
3.    Gelombang T mungkin sudah menjadi normal.
4. PATOFISIOLOGI
IMA dapat dianggap sebagai titik akhir dari PJK. Tidak seperti iskemia sementara
yang terjadi dengan angina, iskemia jangka panjang yang tidak berkurang akan
menyebabkan kerusakan ireversibel terhadap miokardium. Sel-sel jantung dapat
bertahan dari iskemia selama 15 menit sebelum akhirnya mati. Manifestasi iskemia
dapat dilihat dalam 8 hingga 10 detik setelah aliran darah turun karena miokardium
aktif secara metabolic. Ketika jantung tidak mendapatkan darah dan oksigen, sel
jantung akan menggunakan metabolisme anaerobic, menciptakan lebih sedikit
adenosine trifosfat (ATP) dan lebih banyak asam laktat sebagai hasil sampingannya.
Sel miokardium sangat sensitif terhadap perubahan pH dan fungsinya akan menurun.
Asidosis akan menyebabkan miokarium menjadi lebih rentan terhadap efek dari
enzim lisosom dalam sel. Asidosis menyebabkan gangguan sistem konduksi dan
terjadi disritmia. Kontraktilitas juga akan berkurang, sehingga menurunkan
kemampuan jantung sebagai suatu pompa. Saat sel miokardium mengalami nekrosis,
enzim intraselular akan dilepaskan ke dalam aliran darah, yang kemudian dapat
dideteksi dengan pengujian laboratorium. (M.Black, Joyce, 2014 )
Dalam beberapa jam IMA, area nekrotik akan meregang dalam suatu proses yang
disebut ekspansi infark. Ekspansi ini didorong juga oleh aktivasi neurohormonal yang
terjadi pada IMA. Peningkatan denyut jantung, dilatasi ventrikel, dan aktivasi dari
system renin-angiotensin akan meningkatkan preload selama IMA untuk menjaga
curah jantung. Infark transmural akan sembuh dengan menyisakan pembentukan
jaringan parut di ventrikel kiri, yang disebut remodeling. Ekspansi dapat terus
berlanjut hingga enam minggu setelah IMA dan disertai oleh penipisan progresif serta
perluasan dari area infark dan non infark. Ekspresi gen dari sel-sel jantung yang
mengalami perombakan akan berubah, yang menyebabkan perubahan structural

3
permanen ke jantung. Jaringan yang mengalami remodelisasi tidak berfungsi dengan
normal dan dapat berakibat pada gagal jantung akut atau kronis dengan disfungsi
ventrikel kiri, serta peningkatan volume serta tekanan ventrikel. Remodeling dapat
berlangsung bertahun-tahun setelah IMA. (M.Black, Joyce,2014 )
Lokasi IMA paling sering adalah dinding anterior ventrikel kiri di dekat apeks, yang
terjadi akibat trombosis dari cabang desenden arteri coroner kiri. Lokasi umum
lainnya adalah (1) dinding posterior dari ventrikel kiri di dekat dasar dan di belakang
daun katup/ kuspis posterior dari katup mitral dan (2) permukaan inferior
(diafragmantik) jantung. Infark pada ventrikel kiri posterior terjadi akibat oklusi arteri
coroner kanan atau cabang sirkumfleksi arteri coroner kiri. Infark inferior terjadi saat
arteri coroner kanan mengalami oklusi. Pada sekitar 25 % dari IMA dinding inferior,
ventrikel kanan merupakan lokasi infark. Infark atrium terjadi pada kurang dari 5 %. .
(M.Black, Joyce, 2014)
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.    CKMB berupa serum creatinin kinase (CK) dan fraksi MB merupakan indikator
penting dari nekrosis miokard Creatinin Kinase (CK) meningkat pada 6-8 jam setelah
awitan infark dan memuncak antara 24 & 28 jam pertama. Pada 2-4 hari setelah
awitan AMI normal.
b.    Dehidrogenase laktat (LDH) mulai tampak melihat pada serum setelah 24 jam
pertama setelah awitan dan akan tinggi selama 7-10 hari.
c.    Petanda biokimia seperti troponin I (TnI) dan troponin T (TnT) mempunyai nilai
prognostik yang lebih baik dari pada CKMB. Troponin C, TnI dan TnT berkaitan
dengan kontraksi dari sel miokard. (Nurarif, Kusuma, 2015 ).
Manifestasi klinis yang berhubungan dengan IMA berasal dari iskemia otot jantung
dan penurunan fungsi serta asidosis yang terjadi. Manifestasi klinis utama dari IMA
adalah nyeri dada yang serupa dengan angina pectoris tetapi lebih parah dan tidak
berkurang dengan nitrogliserin. Nyeri dapat menjalar ke leher, rahang, bahu,
punggung atau lengan kiri. Nyeri juga dapat ditemukan di dekat epigastrium,
menyerupai nyeri pencernaan. IMA juga dapat berhubungan dengan manifestasi
klinis yang jarang terjadi berikut ini. (M.Black, Joyce, 2014)

4
a.    Nyeri dada, perut, punggung, atau lambung yang tidak khas.
b.    Mual atau pusing.
c.    Sesak napas dan kesulitan bernapas.
d.   Kecemasan, kelemahan, atau kelelahan yang tidak dapat dijelaskan
e.    Palpitasi, keringat dingin, pucat
Wanita yang mengalami IMA sering kali datang dengan satu atau lebih manifestasi
yang jarang terjadi di atas, (M.Black, Joyce, 2014 ).
6. KLASIFIKASI
a.    Angina tidak stabil
Angina pectoris adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan nyeri dada atau
ketidaknyamanan yang disebabkan oleh penyakit arteri koronari, pasien dapat
menggambarkan sensasi seperti tekanan, rasa penuh, diremas, berat atau nyeri. Agina
pectoris  disebabkan oleh iskemia mycocardium reversible dan sementara yang
dicetuskan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen mycocardium dan
suplai oksigen mycocardium yang berasal dari penyempitan arterosklerosis arteri
koroner.
- Klasifikasi angina :
1.    Angina stabil (dikenal sebagai angina stabil kronis, angina pasif, atau angina
ekssersional). Nyeri yang dapat diprediksi, nyeri terjadi pada saat aktifitas fisik atau
stress emosional dan berkurang dengan istirahat atau nitrogliserin.
2.    Angina tidak stabil juga disebut angina pra infark atau angina kresendo yang
mengacu pada nyeri dada jantung yang biasanya terjadi pada saat istirahat.
3.    Angina varian yang juga dikenal sebagai angina Prizmental atau angina
vasospatik, adalah bentuk angina tidak stabil.
b.   Infark Miokard Akut tanpa elevasi ST (NSTEMI)
Disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau peningkatan kebutuhan oksigen
miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner.
c.    Infark Miokard Akut dengan elevasi ST (STEMI)
Umumnya terjadi jika aliran darah koroner meurun secara mendadak setelah oklusi
trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Ini disebabkan karena

5
injuri yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi
lipid.
Penentuan kelas angina pectoris menurut Canadian Cardiovascular Society
Classification System:
Kelas 1     Aktifitas fisik biasa tidak menyebabkan angina, seperti berjalan, menaiki
tangga. Angina terjadi dengan aktifitas fisik yang berat, cepat atau lama pada saat
kerja atau rekreasi.
Kelas 2     Terjadi sedikit keterbatasan dalam melakukan aktifitas biasa. Angina
terjadi ketika berjalan atau menaiki tangga dengan cepat, berjalan mendaki, berjalan
atau menaiki tangga setelah makan,  pada saat dingin, pada saat ada angin, dalam
keadaan stress emosional, atau selama beberapa jam setelah bangun. Angina terjadi
ketika berjalan lebih dari dua blok dan menaiki lebih dari satu anak tangga biasa
dengan kecepatan normal dan dalam kondisi normal.
Kelas 3  Aktifitas fisik biasa terbatas secara nyata. Agina terjadi ketika berjalan satu
sampai dua blok dan menaiki satu anak tangga dalam kondisi normL dengan
kecepatan normal.
Kelas 4  Aktifitas fisik tanpa ketidaknyamanan tidak mungkin dilakukan, gejala
angina dapat timbul saat istirahat, ( Nurarif, Kusuma, 2015).
a. Infark Miokard Subendokardial
Infark Miokard Subendokardial terjadi akibat aliran darah subendokardial yang relatif
menurun dalam waktu yang lama sebagai akibat perubahan derajat penyempitan arteri
koroner atau dicetuskan oleh kondisi-kondisi seperti hipotensi, perdarahan dan
hipoksia (Rendy & Margareth, 2012).
b. Infark Miokard Transmural
Pada lebih dari 90% pasien infark miokard transmural berkaitan dengan trombosis
koroner. Trombosis sering terjadi di daerah yang mengalami penyempitan
arteriosklerosik. Penyebab lain lebih jarang di temukan (Rendy & Margareth, 2012).
7. KOMPLIKASI
Perluasan infark dan iskemia paska infark, aritmia, (sinus bradikardi,
supraventrikular, takiaritmia, aritmia ventrikular, gangguan konduksi), disfungsi otot
jantung (gagal jantung kiri, hipotensi, dan syok), infark ventrikel kanan, defek

6
mekanik, ruptur miokard, aneurisma ventrikel kiri, perikarditis, dan trombus mural.
(Nurarif, Kusuma, 2015 )
Kemungkinan kematian akibat komplikasi selalu menyertai IMA. Oleh karena itu,
tujuan kolaborasi utama antara lain pencegahan komplikasi yang mengancam jiwa
atau paling tidak mengenalinya. (M.Black, Joyce, 2014 )
Disritmia. Disritmia merupakan penyebab dari 40 % hingga 50 % kematian setelah
IMA. Ritme ektopik muncul pada atau sekitar batas dari jaringan miokardium yang
iskemik dan mengalami cedera parah. Miokardium yang rusak juga dapat
mengganggu system konduksi, menyebabkan disosiasi atrium dan ventrikel (blok
jantung). Supraventrikel takikardia (SVT) kadang kala terjadi sebagai akibat gagal
jantung. Reperfusi spontan atau dengan farmakologis dari area yang sebelumnya
iskemik juga dapat memicu terjadinya ventrikel disritmia. (M.Black, Joyce, 2014 )
Syok kardiogenik. Syok kardiogenik berperan hanya pada 9 % kematian akibat IMA,
tetapi lebih dari 70 % klien syok meninggal karena sebab ini. Penyebabnya antara lain
(1) penurunan kontraksi miokardium dengan penurunan curah jantung, (2) disritmia
tak terdeteksi, dan (3) sepsis. (M.Black, Joyce, 2014 )
Gagal jantung dan edema paru. Penyebab kematian paling sering pada klien rawat
inap dengan gangguan jantung adalah gagal jantung. Gagal jantung melumpuhkan 22
% klien laki-laki dan 46 % wanita yang mengalami IMA serta bertanggung jawab
pada sepertiga kematian setelah IMA. (M.Black, Joyce, 2014 )
Emboli paru. Emboli paru (PE) dapat terjadi karena flebitis dari vena kaki panggul
(trombosis vena) atau karena atrial flutter atau fibrilasi. Emboli paru terjadi pada 10
% hingga 20 % klien pada suatu waktu tertentu, saat serangan akut atau pada periode
konvalensi. (M.Black, Joyce, 2014 )
Infark miokardum berulang. Dalam 6 tahun setelah IMA pertama, 18 % laki-laki dan
35 % wanita dapat mengalami IMA berulang. Penyebab yang mungkin adalah
olahraga berlebih, embolisasi, dan oklusi trombotik lanjutan pada arteri coroner oleh
atheroma. (M.Black, Joyce, 2014 )
Komplikasi yang disebabkan oleh nekrosis miokardium. Komplikasi yang terjadi
karena nekrosis dari miokardium antara lain aneurisme ventrikel, ruptur jantung
(ruptur miokardium), defek septal ventrikel (VSD), dan otot papiler yang ruptur.

7
Komplikasi ini jarang tetapi serius, biasanya terjadi sekitar 5 hingga 7 hari setelah
MI. Jaringan miokardium nekrotik yang lemah dan rapuh akan meningkatkan
kerentanan terkena komplikasi ini. (M.Black, Joyce, 2014 )
Perikarditis. Sekitar 28 % klien dengan MI akut transmural akan mengalami
pericarditis  dini (dalam 2 hingga 4 hari). Area yang mengalami infark akan
bergesekan dengan permukaan pericardium dan menyebabkan hilangnya cairan
pelumas. Gesekan friksi pericardium dapat didengar di area prekardial. Klien
mengeluh bahwa nyeri dada memburuk dengan gerakan, inspirasi dalam, dan batuk.
Nyeri pericarditis akan mereda dengan duduk dan condong ke depan. (M.Black,
Joyce, 2014 )
Sindrom dressler (perikarditis akut). Sindrom dressler, suatu bentuk pericarditis,
dapat terjadi paling akhir enam minggu hingga beberapa bulan setelah IMA.
Walaupun agen penyebabnya tidak diketahui, diduga terjadi karena faktor autoimun.
Klien biasanya datang dengan demam berlangsung satu minggu atau lebih, nyeri
dadaperikardium, gesekan friksi pericardium, dan kadang kala pleuritis dengan efusi
pleura. Ini merupakan fenomena yang akan sembuh sendiri dan tidak ada pengobatan
yang telah diketahui. Terapi meliputi aspirin, prednisone, dan analgesic opioid untuk
nyeri. Terapi antikoagulasi dapt memicu tamponade kordis dan harus dihindari pada
klien ini. (M.Black, Joyce, 2014 ).

8
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian
merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya.
Kemampuan mengidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada tahap ini
akan menentukan diagnosis keperawatan. Oleh karena itu, pengkajian harus
dilakukan secara teliti dan cermat sehingga seluruh kebutuhan perawatan pada
pasien dapat diidentifikasi. Kegiatan dalam pengkajian adalah penumpulan data
baik subyektif maupun obyektif dengan tujuan menggali informasi tentang status
kesehatan pasien
( Nikmatur, 2012 ).
1Identitas Klien Perlu ditanyakan : nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku, agama,
nomor register, pendidikan, tanggal MRS, serta pekerjaan yang berhubungan
dengan stress atau sebab dari lingkungan yang tidak menyenangkan. Jenis kelamin
lebih sering terjadi pada laki ± laki umur 35 tahun dan wanita lebih dari 50 tahun
( Shoemarker, 2011 ). 2.2.1.2Riwayat Kesehatan 1)Alasan Masuk Rumah Sakit
Penderita dengan infark miokard akut mengalami nyeri dada, perut, punggung,
atau lambung yang tidak khas, mual atau pusing, sesak napas dan kesulitan bernapas
( Asikin, 2016).
2)Keluhan Utama Pasien Infark Miokard Akut mengeluh nyeri pada dada
substernal, yang rasanya tajam dan menekan sangat nyeri, terus menerus dan
dangkal. Nyeri dapat menyebar ke belakang sternum sampai dada kiri, lengan kiri,
leher, rahang, atau bahu kiri. Nyeri miokard kadang-kadang sulit
dilokalisasi dan nyeri mungkin dirasakan sampai 30 menit tidak hilang dengan
istirahat atau pemberian nitrogliserin.
3)Riwayat Penyakit Sekarang Pada pasien infark miokard akut mengeluh nyeri pada
bagian dada yang dirasakan lebih dari 30 menit, nyeri dapat menyebar samapi
lengan kiri, rahang dan bahu yang disertai rasa mual, muntah, badan lemah dan
pusing.
4) Riwayat Penyakit Dahulu Pada klien infark miokard akut perlu dikaji mungkin
pernah mempunyai riwayat diabetes mellitus, karena diabetes mellitus terjadi

9
hilangnya sel endotel vaskuler dan berakibat berkurangnya produksi nitri
oksida sehingga terjadi spasme otot polos dinding pembuluh darah .
5) Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat penyakit jantung keluarga, diabetes
mellitus, peningkatan kolesterol darah, kegemukan, hipertensi, yang beresiko
diturunkan secara genetik berdasarkan kebiasaan keluarganya.
6) Riwayat Psikososial Rasa takut, gelisah dan cemas merupakan psikologis yang
sering muncul pada klien dan keluarga. Hal ini terjadi karena rasa sakit, yang
dirasakan oleh klien. Perubahan psikologis tersebut juga muncul akibat
kurangnya pengetahuan terhadap penyebab, proses dan penanganan penyakit
infark miokard akut. Hal ini terjadi dikarenakan klien kurang kooperatif dengan
perawat .
7 )Pemeriksaan Fisik
(1)B1 ( Breathing ) Pemeriksaan fisik pada sistem pernapasan sangat mendukung
untuk mengetahui masalah pada pasien dengan gangguan sistem
kardiovaskuler. Pemeriksaan ini meliputi :
(1 Inspeksi bentuk dada Untuk melihat seberapa berat gangguan sistem
kardiovaskuler. Bentuk dada yang biasa ditemukan adalah :
(1Bentuk dada thoraks phfisis (panjang dan gepeng).
(2 Bentuk dada thoraks en bateau (thoraks dada burung).
(3 Bentuk dada thoraks emsisematous (dada berbentuk seperti tong).
((4)) Bentuk dada thoraks pektus ekskavatus (dada cekung ke dalam).
((5)) Gerakan pernapasan : kaji kesimetrisan gerakan pernapasan pasien.
(2)) Palpasi rongga dada Tujuannya : melihat adanya kelainan pada thoraks,
menyebabkan adanya tanda penyakit paru dengan pemeriksaan sebagai berikut :
((1)) Gerakan dinding thoraks saat inspirasi dan ekspirasi.
((2)) Getaran suara : getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa yang diletakkan
pada dada pasien saat pasien mengucapkan kata ± kata.
(3)) Perkusi Teknik yang dilakukan adalah pemeriksaan meletakkan falang
terakhir dan sebagian falang kedua jari tengah pada tempat yang hendak
diperkusi. Ketukan ujung jaritengah kanan pada jari kiri tersebut dan lakukan
gerakan bersumbu pada pergelangan tangan. Posisi pasien duduk atau berdiri.

10
(4)) Auskultasi
((1)) Suara napas normal.
((2)) Trakeobronkhial, suara normal yang terdengar pada trakhea seperti meniup
pipa besi, suara napas lebih keras dan pendek saat inspirasi. ((3))
Bronkovesikuler, suara normal di daerah bronkhi, yaitu sternum atas ( torakal 3-).
((4)) Vesikuler, suara normal di jaringan paru, suara napas saat inspirasi dan ekspirasi
sama.
(2)B2 ( Blood )
(1)) Inspeksi : inspeksi adanya jaringan parut pada dada pasien. Keluhan lokasi
nyeri biasanya didaerah substernal atau nyeri diatas perikardium. Penyebaran nyeri
dapat meluas di dada. Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan bahu
dan tangan.
(2)) Palpasi : denyut nadi perifer melemah. Thrill pada infark miokard akut tanpa
komplikasi biasanya ditemukan.
(3)) Perkusi : batas jantung tidak mengalami pergeseran.
(4)) Auskultasi : Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume
sekuncup yang disebabkan infark miokard akut. Bunyi jantung tambahan akibat
kelainan katup biasanya tidak ditemukan pada infark miokard akut tanpa komplikasi.
(3)B3 ( Brain )
(1)) Pemeriksaan neurosensori Ditujukan terhadap adanya keluhan pusing, berdenyut
selama tidur, bangun, duduk atau istirahat dan nyeri dada yang timbulnya mendadak.
Pengkajian meliputi wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis,
merintih, meregang, menggeliat, menarik diri dan kehilangan kontak mata.
(4)B4 ( Bladder )
Output urin merupakan indikator fungsi jantung yang penting. Penuruan
haluaran urine merupakan temuan signifikan yang harus dikaji lebih lanjut
untuk menentukan apakan penurunan tersebut merupakan penurunan produksi
urine ( yang terjadi bila perfusi ginjal menurun ) atau karena ketidakmampuan pasien
untuk buang air kecil. Daerah suprapubik harus diperiksa terhadap adanya massa
oval dan diperkusi terhadap adanya pekak yang menunjukkan kandung kemih
yang penuh ( distensi kandung kemih ).

11
(5)B5 ( Bowel )
Pengkajian harus meliputi perubahan nutrisi sebelum atau pada masuk rumah
sakit dan yang terpenting adalah perubahan pola makan setelah sakit. Kaji penurunan
turgor kulit, kulit kering atau berkeringat, muntah dan penurunan berat badan.
Refluks hepatojuguler. Pembengkakan hepar terjadi akibat penurunan aliran
balik vena yang disebabkan karena gagal ventrikel kanan. Hepar menjadi besar,
keras, tidak nyeri tekan dan halus. Ini dapat diperiksa dengan menekan hepar
secara kuat selama 30 ± 60 detik dan akan terlihat peninggian vena jugularis
sebesar 1 cm.

(6)B6 ( Bone )
Pengakajian yang mungkin dilakukan adalah sebagai berikut :
(1)) Keluhan lemah, cepat lelah, pusing, dada rasa berdenyut, dan berdebar.
(2)) Keluhan sulit tidur ( karena adanya orthopnea, dispnea noktural paroksimal,
nokturia, dan keringat pada malam hari ).
(3)) Istirahat tidur : kaji kebiasaan tidur siang dan malam, berapa jam pasien tidur
dalam 24 jam dan apakah pasien mengalami sulit tidur dan bagimana perubahannya
setelah pasien mengalami gangguan pada sistem kardiovaskuler. Perlu diketahui,
pasien dengan IMA sering terbangun dan susah tidur karena nyeri dada dan sesak
napas.
(4)) Aktivitas : kaji aktivitas pasien dirumah atau dirumah sakit. Apakah ada
kesenjangan yang berarti misalnya pembatasan aktivitas.
Aktivitas pasien biasanya berubah karena pasien merasa sesak napas saat beraktivitas.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan dalam alveoli sekunder
kegagalan fungsi jantung.
B. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan curah jantung.
C. Nyeri akut b.d hipoksia miokard ( oklusi arteri koroner ).
D. Penurunan curah jantung b.d perubahan laju, irama, dan konduksi elektrikal.
E. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplay oksigen miokard
dan kebutuhan, adanya iskemia/nekrosis jaringan miokard.

12
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA HASI KEPERAWATAN

1 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan - Posisikan pasien


gas b.d akumulasi tindakan keperawatan untuk
cairan dalam alveoli selama x/24 jam memaksimalkan
sekunder kegagalan diharapkan pasien ventilasi
fungsi jantung. menunjukkan pola - Lakukan fisioterapi
nafas tidak efektif dada jika perlu
yang dibuktika - Keluarkan sekret
dengan status dengan batuk efektif
respirasi tidak - Monitoring
terganggu respirasi dan status

Kriteria Hasil : oksigen

1)Mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi
dan oksigenasi yang
adekuat

2) Memelihara
kebersihan paru dan
bebas dari tanda
tanda distress
pernafasan

3) Tanda ± tanda
vital dalam rentang
normal TD : 90/60
mmHg sampai
120/80 mmHg

13
Nadi : 60 ± 100

x/menit

RR : 16 ±24 x/menit

2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan - Lihat pucat,


perfusi jaringan tindakan sianosis, kulit
perifer b.d penurunan keperawatan selama dingin, lembab.
curah jantung. x/24 jam diharapkan Catat kekuatan
mampu nadi perifer.
mempertahankan - Pantau pemasukan
curah jantung adekuat haluaran urine
guna meningkatkan - Rekam pola EKG
perfusi jaringan secara periodik
otak, paru, ginjal, selama periode
jantung, dan serangan dan catat
ekstremitas Kriteria adanya disritmia
Hasil : atau perluasan

1) Tekanan systole iskemia tau infar

dan diastole dalam miokard.

rentang yang Kolaborasi tim medis


diharapkan untuk terapi dan

2) Tidak ada tindakan

ortostatik hipertensi 1. Anti-disritmia :


3) Tidak ada tanda Lidocaine,
± tanda peningkatan Amiodaron ( bila
tekanan intrakranial ( ada indikasi klinis
tidak lebih dari 15
2. Vasodilator :
mmHg )
nitrogliserin ( isosorbid
dinitrat/ISDN ), ACE

14
inhibator ( captopril ) 3.
Inotropic : Dopamin
atau Dobutamin ( jika
tekanan darah turun ) 4.
Oksigenasi per nasal
kanul atau masker
sesuai

indikasi

5. Pemasangan

pacemaker atau kateter


Swanganz ( bila ada
AV blok komplet atau
total )

6. CABG ( Coronary
Artery Bypass
Grafting) jika ada
indikasi klinis

7. PTCA (Percutaneous
Transluminal Coronary
Angioplasty ) atau
Coronary Artery
Stenting jika ada
indikasi klinis

- Observasi reaksi
atau efek terapi,
efek samping,
toksisitas. Laporkan

15
kepada dokter bila
didapatkan tanda
tanda toksitas
- Hindari respon
valsava yang
merugikan ( saat
BAB ). Atur diet
yang diberikan
- Pertahankan intake
cairan maksimal
2000 ml/24 jam ( bil
tidak ada edema
3 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan - Observasi rekasi
hipoksia miokard tindakan keperawatan nonverbal dari
( oklusi arteri selama x/24 jam ketidaknyamanan
koroner ). diharapkan nyeri - Kontrol lingkungan
berkurang yang dapat

Kriteria Hasil : mempengaruhi nyeri


seperti suhu
1) Mampu
ruangan,
mengontrol nyeri
pencahayaan, dan
( tahu penyebab nyeri,
kebisingan
mampu menggunakan
- Ajarkan tentang
tehnik
teknik non
nonfarmakologi untuk
farmakologi
mengurangi nyeri )
- Berikan analgetik
2) Melaporkan untuk mengurangi
bahwa nyeri nyeri
berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri

16
3) Mampu
mengenali nyeri
( skala, intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri )

4) Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
4 Penurunan curah Setelah dilakukan - Auskultasi bunyi
jantung b.d tindakan keperawatan jantung. Cata
perubahan laju, selama x/24 jam adanya gallop S3
irama, dan konduksi diharapkan tidak dan S4, murmur,
elektrikal. terjadi penurunan serta suara tambahn
curah jantung lainnya

Kriteria Hasil : - Auskultasi suara


nafas
1) Tanda vital
- Pantau denyut dan
dalam rentang
ritme jantung.
normal ( Tekanan
Dokumentasikan
Darah, Nadi,
disritmia melalui
Respirasi )
telemetri.
2) Dapat - Berikan makanan
mentoleransi yang kecil dan
aktivitas, tidak ada mudah dicerna.
kelelahan Batasi asupan

3) Tidak ada edema kafein

paru, perifer dan - Kolaborasi dengan

tidak ada asites tenaga kesehatan


lain dalam
4) Tidak ada
pemberian bat ±
penurunan kesadaran

17
obatan sesuai
indikasi, misalnya
obat antidisritmia.
5 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan - Catat denyut dan
b.d tindakan keperawatan ritme jantung, serta
ketidakseimbangan selama x/24 jam perubahan tekanan
antara suplay oksigen diharapkan pasien darah sebelum,
miokard dan mampu bertoleransi selama, dan setelah
kebutuhan, adanya dengan aktivitas aktivitas sesuai
iskemia/nekrosis Kriteria Hasil : indikasi. Nyeri
jaringan miokard. dada dan sesak
1) Berpartisipasi
nafas mungkin
dalam aktivitas fisik
terjadi
tanpa disertai
peningkatan tekanan - Motivasi pasien

darah, nadi, dan RR untuk melakukan


tirah baring. Batasi
2) Mampu
aktivitas yang
melakukan aktivitas
menyebabkan nyeri
sehari-hari (ADLs)
dada atau respons
secara mandiri 3)
jantung yang
Mampu berpindah
buruk. Berikan
dengan atau bantuan
aktivitas pengalihan
alat
yang bersifat
4) Status respirasi : nonstres
pertukaran gas dan - Instruksikan pasien
ventilasi adekuat untuk menghindari
peningkatan
5) Sirkulasi status
tekanan abdominal,
baik
misalnya mengejan
saat buang air besar
- Jelaskan pola

18
peningkatan tingkat
aktivitas, misalnya
bangun untuk pergi
ke toilet atau
duduk dikursi,
ambulasi progresif,
dan beristirahat
setelah makan.
- Evaluasi tanda dan
gejala yang
mencerminkan
intoleransi terhadap
tingkat aktivitas
yang ada atau
memberitahukan
pada perawat atau
dokter

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat dan pasien. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan
yang berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dimana tindakan dilakukan dan
diselesaikan, sebagaimana di gambarkan dalam rencana yang sudah dibuat di atas.
5. EVALUASI KEPERAWATAN
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat
pada tahap ini adalah memahami respon terhadap intervensi keperawatan.
Kemampuan mengembalikan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta
kemampuan dalam menghubungkan tindakan-tindakan keperawatan pada kriteria
hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri 2 kegiatan yaitu:

19
a. Evaluasi formasi menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan
intervensi dengan respon segera.
b. Evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status
klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap
perencanaan. Disamping itu, evaluasi juga sebagai alat ukur suatu tujuan yang
mempunyai kriteria tettentu yang membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak
tercapai atau tercapai sebagian.
1) Tujuan Tercapai
Tujuan dikatakan teracapai bila klien telah menunjukkan perubahan kemajuan
yang sesuai dengan keiteria yang telah ditetapkan
2) Tujuan tercapai sebagian
Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak tercapai secara
keseluruhan sehingga masih perlu dicari berbagai masalah atau penyebabnya,
seperti klien dapat makan sendiri tetapi masih merasa mual, setelah makan
bahkan kadang-kadang muntah.
3) Tujuan tidak tercapai
Dikatakan tidak tercapai apabila tidak menunjukkan adanya perubahan kearah
kemajuan sebagaimana kriteria yang diharapkan.

AUHAN KEPERAWATAN PADA TN. H DENGAN STEMI ANTERIOR

A. PENGKAJIAN

20
1. Identitas pasien
Nama pasien : Tn.H
Usia : 50 th
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Sopir
Pendidikan : SD
Alamat : Gempol Pasuruan
Diagnosa medis : Stemi Anterior
No RM : 0038xxxx
Tanggal pengkajian : 27-12-2019
2. Riwayat Penyakit
 Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keluhan Utama: pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri menjalar ke
punggung.
2) Riwayat penyakit sekarang: pasien mengatakan saat dirumah mengeluh
nyeri dada sebelah kiri kemudian hilang saat dipakai istirahat. Pada tanggal
27 Desember 2018 saat bekerja pasien merasakan nyeri kembali dibagian
dada sebelah kiri dan sesak, pukul 20.00 WIB pasien dibawa ke IGD RSUD
Bangil dan diberikan tindakan pemasangan masker NRBM 10 Lpm. Pukul
21.00 WIB pasien dipindahkan ke ruang melati. Pada saat pengkajian pasien
mengatakan nyeri dada sebelah kiri menjalar ke punggung seperti diremas
±remas dengan skala 6, dan nyeri hilang timbul.
 Riwayat Keperawatan Sebelumnya
Riwayat Kesehatan yang lalu pasien mengatakan tidak pernah memiliki
riwayat penyakit seperti HT dan DM, tidak pernah melakukan operasi, dan
tidak memiliki alergi makanan atau obat.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan
2) Lingkungan rumah dan komunitas

21
Lingkungan rumah tidak kotor, ventilasi rumah baik, pasien
mengatakan sering mengikuti acara dilingkungan rumah seperti
pengajian.
3) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Pasien mengatakan sering begadang saat masuk malam di tempat kerja,
dan jarang melakukan olahraga.
3. Status cairan dan nutrisi
Nafsu makan baik, saat di Rumah pasien makan 1 porsi sedang
sebanyak 3x sehari, dan saat di RS pasien makan 3x sehari 1 porsi habis.
Pasien selalu mengkonsumsi air putih dengan jumlah 1,5 Liter/hari. Pasien
mengatakan tidak ada pantangan dan tidak melakukan diet.
4. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Lemah
2) Tanda Vital :
(1) Tensi : 130/80 mmHg
(2) Suhu : 36ºC
(3) Nadi : 100 x/menit
(4) Respirasi : 28 x/menit
3) Respirasi (B1)
Bentuk dada normal chest, tidak ada skoliosis pada susunan ruas tulang
belakang, irama nafas tidak teratur dengan jenis dispnea, terdapat retraksi
otot bantu pernafasan, perkusi thorax sonor, getaran sama kanan kiri pada
vokal premitus, menggunakan alat bantu nafas NRBM 10 Lpm, dan terdapat
suara nafas wheezing, pasien mengatakan sesak dan letih setelah
beraktivis
4) Kardiovaskuler (B2)
Terdapat nyeri dada, irama jantung reguler, ictus cordisteraba kuat pada
ICS V Midclavicula, dunyi jantung S1 dan S2 Tunggal, CRT <2 detik, tidak
terdapat sianosis, tida terdapat clubbing finger, dan tidak ada pembesaran
JVP.
P = Nyeri timbul saat beraktivitas

22
Q = Nyeri seperti diremas ±remas
R = Nyeri dada sebelah kiri menjalar ke punggung
S = Skala nyeri 6
T = Nyeri hilang timbul
Lain-lain : Hasil Lab CK-MB 366,3 mg/dL, Troponin I 11,400 ng/mL,
dan pada hasil EKG terdapat ST Elevasi pada V2 dan V3
5) Persyarafan (B3)
Kesadaran composmentis dengan GCS 456, orientasi baik, tidak terdapat
kaku kejang dan kaku kuduk, tidak ada nyeri kepala, dan tidak ada kelainan
nervus cranialis. Istirahat dirumah ± 6 Jam, saat di RS ± 7 Jam, dan sering
terbangun.
6) Genetourinaria (B4)
Bentuk alat kelamin normal dan bersih, terpasang kateter dengan
jumlah 1300/24 Jam dengan warna kuning dan bau khas.
7) Pencernaan (B5)
Keadaan mulut bersih, mukosa bibir kering, terdapat caries, dan saat di
RS tidak menggosok gigi tetapi melakukan oral hygiene menggunakan
listerine. Pasien tidak mengalami kesulitan menelan dan tidak ada
pembesaran tonsil. Tidak ada nyeri abdomen, tidak kembung dan peristaltik
usus 10 x/menit. Pasien mengatakan saat dirawat di RS belum BAB.
8) Muskuloskeletal Dan Integumen (B6)
Tidak terdapat fraktur, tidak ada dislokasi, akral pucat, turgor kulit baik,
tidak ada oedema, dan kekuatan otot 5 5 5 5
9) Pengindraan (B7)
Pada mata tidak menggunakan alat bantu penglihatan dan pasien bisa
melihat dengan jelas, konjungtiva anemis, sklera putih. Ketajaman
penciuman normal, tidak ada sekret dan mukosa hidung lembab. Pada
telinga tidak ada keluhan. Perasa normal ( bisa merasakan manis, pahit,
asam, asin )
10) Endokrin (B8)
Pada pasien tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan tidak ada

23
pembesaran kelenjar parotis. Tidak terdapat luka gangren.
11) Data Psikososial
Pasien mengatakan merasa bangga terhadap tubuhnya, karena pasien
merasa sempurna dengan apa yang diberikan Allah SWT. Pasien sebagai
kepala keluarga dan sebagai kakek merasa sangat puas terhadap statusdan
posisinya didalam keluarga. Pasien sudah mampu menjadi ayah dari anakanaknya, tetapi
saat sakit tidak bisa mencari uang. Harapan pasien ingin
cepat sembuh dan bisa cepat pulang untuk berkumpul dengan anggota
keluarganya, dan menganggap bahwa penyakit yang dideritanya merupakan
ujian dari Allah dan memasrahkan semua kepada tim medis untuk
melakukan yang terbaik bagi kesembuhan pasien. Selama di RS pasien
sering dijenguk oleh keluarga dan hubungan pasien dengan keluarga sangat
baik.
12) Data Spiritual
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien adalah pemeluk agama
islam yang taat beribadah selama di rumah dan dirumah sakit, dan pasien
yakin akan sembuh dari penyakitnya.
13) Data Penunjang
Nama : Tn. H
Jenis kelamin : Laki ±Laki
Alamat : Gempol ±pasuruan
Tanggal Pemeriksaan : 27-12-2019
Diagnosa Klinis : Stemi Anterior

 LABORATORIUM

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI KETERANGAN

24
NORMAL
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Leukosit ( WBC ) 12,60
Neutrofil 9,0
Limfosit 2,5
Monosit 1,0
Eosinofil 0,1
Basofil 0,1
Neutrofil % 71,3 % 39,3 -73,7
Limfosit % 19,7 % 18,0 - 48,3
Monosit % 7,6 % 4,40 - 12,7
Eosinofil % L0,6 % 0,600 - 7,30
Basofil % 0,8 % 0,00 - 1,70
Eritrosit ( RBC ) L4,429 10³/uL 4,6 - 6,2
Hemoglobin L13,41 g/Dl 13,5 - 18,0
( HGB ) L37,38 % 0 -54
Hematokrit 84,39 um³ 81,1 -96,0
( HCT ) 30,28 pg 27,0 -31,2
MCV H35,88 g/dL 31,8 -35,4
MCH L10,00 % 11,5 -14,5
MCHC 270 10³/uL 115 -366
RDW 6,999 fL 6,90 -10,6
PLT
MPV
KIMIA KLINIK H184 mg/dL < 150
LEMAK 218 mg/dL < 200
Trigliserida H68,75 mg/dL > 34
Kolesterol H118,63 mg/dL < 100
Kolesterol HDL
Kolesterol LDL H24 mg/dL 7,8 ±20,23

25
FAAL GINJAL 1,041 mg/dL 0,8 ±1,3
BUN
Kreatinin
PEMERIKSAAN 366,3 mg/dL < = 24
PATOLOGI
KLINIK 11,400 ng/mL < 0,02
CK-MB
JANTUNG
Troponin I 138,30 mmol/L 135 ±147
ELEKTROLIT L3,38 mmol/L 3,5 ±5
ELEKTROLIT 103,70 mmol/L 95 ±105
SERUM 1,220 mmol/L 1,16 ±1,32
Natrium ( Na )
Kalium ( K ) 130 mg/dL < 200
Klorida ( CI )
Kalsium Ion
GULA DARAH
Gula Darah
Sewaktu

 EKG
Penjelasan : Pada V2 dan V3 ditemukan ST elevasi
 THORAK
Hasil Foto thorax pada pasien Infark Miokard Akut
Hasil Foto Thorax :
Cor : besar dan bentuk kesan normal
Pulmo : tak tampak infiltrat/nodul
Sinus phrenicocostaliskanan kiri tajam
Tulang ±tulang tampak baik
Kesimpulan :
Saat ini foto thorax tak tampak kelainan

26
5. TERAPI
Inf. NS 500 cc/24Jam : Untuk mengatasi atau mencegah
kehilangan sodium yang disebabkan dehidrasi, keringat berlebih.
Inj. Omeprazole 40 mg : Untuk mengurangi produksi asam
lambung, mencegah dan mengobati gangguan pencernaan atau nyeri ulu hati.
Inj. Lovenox 2x0,6 cc ( SC ) : Untuk mengurangi resiko serangan
jantung.
PO. Atrovastatin 1x20 mg : Untuk menurunkan kolesterol Jahat
(LDL) serta meningkatkan jumlah kolesterol baik (HDL)
PO. ISDN 3x5 mg : Untuk mngatasi nyeri dada.
B. ANALISA DATA

N DATA ETIOLOGI PROBLEM


O
1 Ds : Pasien Pola nafas tidak Pola nafas tidak
mengatakan sesak efektif disebabkan efektif
nafas dan nyeri dada oleh hambatan upaya
Do : nafas
a. Keadaan umum:
sakit sedang
b. GCS : 15
c. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 28 x/menit
S = 36º C
d. Nafas tidak teratur
e. Terdapat suara
nafas
tambahan : Wheezing
f. Terdapat alat bantu

27
pernafasan
g. Menggunakan
NRBM 10 Lpm
2 Ds : Pasien Nyeri akut disebabkan Nyeri akut
mengatakan nyeri oleh agen penyendera
dada fisiologis
sebelah kiri dan
menjalar ke
punggung
Do :
a. Pasien tampak
meringis pada
wajahnya
b. Pasien tampak
memegangi
dadanya
c. Pasien terlihat
waspada
d. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 28 x/menit
S = 36ºC
e. PQRS
P = Nyeri timbul saat
beraktivitas
Q = Nyeri seperti
diremas ±remas
R = Nyeri dada
sebelah kiri menjalar
ke punggung

28
S = Skala nyeri 6
T = Nyeri hilang
timbul

3 Ds : badannya terasa Intoleransi aktifitas Intoleransi aktifitas


lemah dan lelah disebabkan oleh
setelah aktivitas serta ketidakseimbangan
dada terasa sesak antara suplai dan
Do : kebutuhan oksigen
a. Pasien tampak
lemah
b. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 28 x/menit
S = 36º C
c. ADL dibantu
keluarga dan
perawat

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d egen penyendera fisiologis ( D. 0077 )
2. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas ( D. 0005 )
3. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ( D.
0056 )

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN KRITERIA KEPERAWATAN
HASIL

29
1 Nyeri akut Setelah Observasi - Untuk
dilakukan asuhan - Identifikasi lokasi, mengetahui
keperawatan karakteristik, intervensi yang
selama 2x24/ durasi, frekuensi, akan dilakukan
jam, diharapkan : kualitas, intensitas - Untuk tingkat
tingkat nyeri - Identifikasi skala nyeri pasien
menurun, dengan nyeri - Untuk
kriteria hasil: - Identifikasi faktor mengetahui
- Keluhan nyeri yang faktor apa saja
menurun memperberat yang
- Meringis nyeri menimbulkan
menurun - Monitor nyeri terhadap
- Sikap protektif keberhasilan pasien
menurun terapi yang telah - Untuk
( L. 08066 ) diberikan mengetahui
Teraupetik keberhasilan
- Berikan teknik terapi sejauh
non farmakologi mana
untuk mengurangi - Untuk
nyeri mengurangi
Edukasi nyeri tanpa
- Anjurkan teknik obat/tidak
non dengan obat
farmakalogogi - Supaya tidak
- Anjurkan ketergantungn
menggunakan dengan obat
analgetik secara untuk
tepat ISDN 3x5 mengurangi
mg. nyeri
- Untuk
( I. 08238 ) mengurangi

30
nyeri dengan
obat
2 Pola nafas tidak Setelah Obsevasi - Untuk
efektif dilakukan asuhan - Monitor bunyi mengetahui ada
keperawatan nafas tambahan atau tidak
selama2 x24/ - Monitor pola bunyi
jam, diharapkan : nafas tambahan
pola nafas Teraupetik - Untuk
membaik, - Posisikan sesuai mengetahui
dengan kriteria kebutuhan pasien frekuensi,
hasil: ( semi fawler ) durasi,
- Dispnea - Lakukan kedalaman saat
menurun fisioterapi dada bernafas
- Penngunaan - Berikan oksigen - Supaya
alat bantu nafas Edukasi menguragi
menurun - Anjurkan teknik sesak pada
- Frekuensi nafas batuk efektif pasien
membaik ( I. 01011 ) - Untuk
( L. 01004 ) menghilangkan
dahak jika ada
- Untuk
membantu
dalam bernafas
3 Intoleransi Setelah Observasi - Untuk
aktifitas dilakukan asuhan - Identifikasi faktor mengetahui
keperawatan yang faktor apa saja
selama 2x24/ mengakibatkan kah yang
jam, diharapkan : kelelahan mempengaruhi
toleransi aktifitas - Monitor kelelahan kelelahan
meningkat, fisik - Untuk
dengan kriteria Teraupetik memantau
hasil:

31
- Frekuensi nadi - Lakukan latihan seberapa jauh
meningkat rentang gerak pasien dapat
- Keluhan lelah aktif/pasif beraktifitas
menurun - Berikan aktifitas - Supaya melatih
- Sesak saat diktraksi yang aktifitas pasien
aktifitas menyenangkan - Supaya melatih
menurun Edukasi aktifitas pasien
( L. 05047 ) - Anjurkan tirah tanpa merasa
baring lelah
- Anjurkan aktifitas - Untuk
secara bertahap menghemat
( I. 05178 ) dan
mengurangi
kelelahan
- Supaya otot
tidak kaku dan
aktifitas tetap
ada dan
kelelahan dapat
diminimalisisr

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

HARI DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


/TANGGA KEPERAWATA KEPERAWATAN KEPERAWATAN
L N

32
Selasa/28- Nyeri akut Observasi S : Pasien mengatakan
12-2019 Mengidentifikasi lokasi, nyeri dada sebelah
karakteristik, durasi, kiri sudah jarang
frekuensi, kualitas, timbul dengan skala
intensitas 4,
- Mengidentifikasi skala nyeri seperti diremas-
nyeri remas
- Mengidentifikasi faktor O:
yang memperberat nyeri 1. Keadaan umum :
- Memonitor keberhasilan lemah
terapi yang telah 2. Kesadaran
diberikan composmentis, GCS. 15
Teraupetik 3. TTV :
- Mengajarkan teknik TD = 130/80 mmHg

non farmakologi untuk N = 90 x/menit

mengurangi nyeri RR = 22 x/menit

Edukasi S = 36’C

- Menganjurkan teknik 4. Wajah Tampak

non farmakalogogi sedikit meringis

- Menganjurkan 5. Pasien masih

menggunakan analgetik memegangi daerah

secara tepat ISDN 3x5 dada yang nyeri tetapi

mg. jarang-jarang
A : Masalah
Keperawatan Teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi
yang telah direncanakan
Selasa/28- Pola nafas tidak Obsevasi S : Pasien
12-2019 efektif - Memonitor bunyi nafas mengatakan masih
tambahan sedikit merasa sesak di

33
- Memonitor pola nafas dada
Teraupetik O:
- Memposisikan sesuai 1. Mendemonstrasikan
kebutuhan pasien ( semi latihan nafas dalam
fawler ) dengan bantuan
- Melakukan fisioterapi 2. Menunjukkan pola
dada pada pasien jika nafas ( pasien tidak
perlu merasa tercekik, irama

- Memberikan oksigen nafas, frekuensi

Edukasi pernafasan dalam

- Menganjurkan teknik rentang normal, tidak

batuk efektif ada suara nafas


abnormal )
3. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 22 x/menit
S = 36º C
4. Masih menggunakan
alat bantu
pernafasan o2
NRBM 10 LPM
A : Masalah
Keperawatan Teratasi
sebagian
P : lanjutkan Intervensi
yang telah di
rencanakan
Selasa/ 28- Intoleransi Observasi S : Pasien mengatakan
12-2019 aktifitas - Mengidentifikasi faktor badannya masih sedikit
yang mengakibatkan lemas saat melakukan

34
kelelahan aktivitas
- Memonitor kelelahan O:
fisik 1. Kulit teraba hangat
Teraupetik 2. Pasien mampu
- Melakukan latihan melakukan ADL
rentang gerak aktif/pasif dengan bantuan
- Memberikan aktifitas 3. Pasien mampu
diktraksi yang berpindah dari satu
menyenangkan tempat ke tempat yang
Edukasi lain
- Menganjurkan tirah 4. TTV :

baring TD = 130/80 mmHg

- Menganjurkan aktifitas N = 90 x/menit

secara bertahap RR = 22 x/menit


S = 36º C
A : Masalah
Keperawatan Teratasi
sebagian
P : lanjutkan Intervensi
yang telah direncanakan
Rabu/ 29- Nyeri akut Observasi S : Pasien mengatakan
12-2019 Mengidentifikasi lokasi, nyeri dada sebelah
karakteristik, durasi, kiri sudah jarang
frekuensi, kualitas, timbul dengan skala
intensitas 3,
- Mengidentifikasi skala nyeri seperti diremas
nyeri ±remas
- Mengidentifikasi faktor O:
yang memperberat nyeri 1. Keadaan umum :
- Memonitor keberhasilan lemah
terapi yang telah 2. Kesadaran

35
diberikan composmentis, GCS. 15
Teraupetik 3. TTV :
- Mengajarkan teknik TD = 130/80 mmHg
non farmakologi untuk N = 90 x/menit
mengurangi nyeri RR = 22 x/menit
Edukasi S = 36’C
- Menganjurkan teknik 4. Wajah Tampak
non farmakalogogi rileks
- Menganjurkan 5. Pasien sudah tidak
menggunakan analgetik memegangi daerah
secara tepat ISDN 3x5 dada yang nyeri
mg. A : Masalah
Keperawatan Teratasi
P : Intervensi
dihentikan, pasien
pulang
Rabu/ 29- Pola nafas tidak Obsevasi S : Pasien mengatakan
12-2019 efektif - Memonitor bunyi nafas sudah tidak merasa
tambahan sesak lagi dan merasa
- Memonitor pola nafas lebih baik
Teraupetik O:
- Memposisikan sesuai 1. Mendemonstrasikan
kebutuhan pasien ( semi latihan nafas dalam
fawler ) secara mandiri

- Melakukan fisioterapi 2. Menunjukkan jalan

dada pada pasien jika nafas paten ( pasien

perlu tidak merasa tercekik,

- Memberikan oksigen irama nafas, frekuensi

Edukasi pernafasan, dalam

- Menganjurkan teknik rentang normal, tidak

batuk ada suara nafas

36
efektif normal )
3. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 22 x/menit
S = 36’ C
4.sudah tidak
menggunakan alat
bantu pernafasan
A : Masalah
Keperawatan Teratasi
P : Intervensi
dihentikan, pasien
pulang
Rabu/ 29- Intoleransi Observasi S : Pasien mengatakan
12-2019 aktifitas - Mengidentifikasi faktor badannya sudah
yang mengakibatkan tidak lemah dan tidak
kelelahan sesak lagi saat
- Memonitor kelelahan aktivitas
fisik O:
Teraupetik 1. Kulit teraba hangat
- Melakukan latihan 2. Pasien mampu
rentang gerak aktif/pasif melakukan ADL
- Memberikan aktifitas secara mandiri

diktraksi yang 3. Pasien mampu

menyenangkan berpindah dari satu

Edukasi tempat ke tempat yang

- Menganjurkan tirah lain tanpa bantuan alat

baring dan orang lain

- Menganjurkan aktifitas 4. TTV :

secara bertahap TD = 130/80 mmHg

37
N = 90 x/menit
RR = 22 x/menit
S = 36º C
A : Masalah
Keperawatan Teratasi
P : Intervensi
dihentikan, pasien
pulang

DAFTAR PUSTAKA

Huda Nurarif, Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis Dan NANDA NIC-NOC. Jakarta : Mediaction Publishing.
M. Black. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika
Rendy, M Clevo Dan Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medical Bedah
Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika
Rohmah, Nikmatur & Saiful Walia. (2012). Proses Keperawatan Teori & Aplikasi.
Yogyakarta : AR RUZZ MEDIA

38
Asikin M, Nuralamsyah M, Susaldi. (2016). Keperawatan Medical Bedah Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta : Erlangga
PPNI. 2018. SIKI/SDKI/ALKI, Jakarta : DPP PPNI

39

Anda mungkin juga menyukai