Anda di halaman 1dari 18

STEMI

A. PENGERTIAN
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan
yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2)
atau yang sering disebut virus Corona. Virus ini memiliki tingkat mutasi yang tinggi dan
merupakan patogen zoonotik yang dapat menetap pada manusia dan binatang dengan
presentasi klinis yang sangat beragam, mulai dari asimtomatik, gejala ringan sampai
berat, bahkan sampai kematian.

ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara
permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degenerative maupun di
pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan enzim
jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG. STEMI adalah cermin dari pembuluh
darah koroner tertentu yang tersumbat total sehingga aliran darahnya benar-benar
terhenti, otot jantung yang dipendarahi tidak dapat nutrisi - oksigen dan mati.

Infark miokard akut (IMA) merupakan salah satu diagnosa rawat inap terserang di
Negara maju. IMA dengan elevasi ST (STEMI) merupakan bagian dari spectrum koroner
akut yang terdiri atas angka pectoris yang tidak stabil. IMA tanpa elevasi ST dan IMA
dengan elevasi STEMI umumnya secara mendadak setelah oklusi thrombus pada plak
arterosklerosis yang sudah ada sebelumnya. Infark miokard akut terjadi ketika iskemia
miokard,yang biasanya timbul sebagai akibat penyakit aterosklerosis arteri koroner,
cukup untuk menghasilkan nekrosis inversibel otot jantung.

Infark miokard Akut adalah kematian jaringan miokard diakibatkan oleh kerusakan darah
koroner miokard karena ketidakadekuatan aliran darah. Infark miokard Akut adalah
iskemia atau nekrosis pada oto jantung yang diakibatkan karena penurunan aliran darah
melalui satu atau lebih arteri coroner. Infark miokard merupakan akibat dari iskemia yang
berlangsung lebih dari 30-45 menit yang memyebabkan kerusakan selular yang
irreversible dan kematian otot atau nekrosis pada bagian miokardium.
B. ETIOLOGI

Penyebab utama infark miokard adalah kurangnya suplai darah miokard. Penyebab
penurunan suplai darah dikarenakan penyempitan kritis arteri coroner karena
ateriosklerosis atau oklusi arteri komplit / penyumbatan total arteri oleh embolus atau
thrombus, syok dan hemoragi / perdarahan. Pada kasus ini selalu terjadi
ketidakseimbangan antara suplai darah dan kebutuhan oksigen. Stemi juga terjadi jika
trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vascular, dimana injuri ini
dicetuskan oleh faktor seperti merokok, hipertensi dan akumulasi lipid.

C. PATOFISIOLOGI
Penyebab paling sering Akut Miokard Infark adalah penyempitan pembuluh darah yang
disebabkan oleh karena atheromatous. Pecahnya plak menyebabkan terjadinya agregasi
trombosit, pembentukan thrombus dan akumulasi fibrin, perdarahan dalam plak dan
beberapa tingkatan vasospasm. Keadaan ini akan mengakibatkan sumbatan baik parsial
maupun total, yang berakibat iskemi miokard. Sumbatan total pembuluh darah yang lebih
dari 4-6 jam berakibat nekrosis miokard yang irreversible tetapi reperfusi yang dilakukan
dalam waktu ini dapat menyelamatkan miokardium dan menurunkan morbiditas dan
mortalitas.

Infark miokard atau nekrosis iskemik pada miokardium, diakibatkan oleh iskemia pada
miokard yang berkepanjangan yang bersifat irreversible. Waktu diperlukan bagi sel-sel
otot jantung mengalami kerusakan adalah iskemia selama 15-20 menit. Infark miokard
hampir selalu terjadi di ventrikel kiri dan dengan nyata mengurangi fungsi ventrikel kiri,
makin luas daerah infark, makin kurang daya kontraksinya.

Secara fungsional, infark miokard menyebabkan : berkurangnya kontraksi dengan gerak


dinding abnormal, terganggunya kepaduan ventrikel kiri, berkurangnya volume denyutan,
berkurangnya waktu pengeluaran dan meningkatnya tekanan akhir diastole ventrikel kiri.

Gangguan fungsi tidak hanya tergantung luasnya infark, tetapi juga lokasinya karena
berhubungan dengan pasokan darah. Infark juga dinamakan berdasarkan tempat
terdapatnya seperti infark subendokardial, infark intramural, infark subepikardial, dan
infark transmural. Infark transmural meluas dari endokardium sampai epikardium. Semua
infark miokard memiliki daerah daerah pusat yang nekrotik/infark, dikelilingi daerah
cedera, diluarnya dikelilingi lagi lingkaran iskemik. Masing-masing menunjukkan pola
EKG yang khas. Saat otot miokard mati, dilepaskan enzim intramiokard, enzim ini
membantu menentukkan beratnya infark. Jaringan otot jantung yang mati, diganti
jaringan parut yang dapat mengganggu fungsinya.

D. TANDA DAN GEJALA

Gejala klinis

1. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus - menerus tidak mereda, bagian
bawah sternum dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala utama.
2. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak tertahankan
lagi.
3. Nyeri yang tajam dan berat yang dapat menjalar ke bahu dan terus ke bawah
menuju lengan (biasanya lengan kiri).
4. Nyeri muncul secara spontan (bukan setelah kegiatan / bekerja atau gangguan
emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan
istirahat atau nitrogliserin (NTG).
5. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
6. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pusing atau
kepala ringan dan mual muntah.
7. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena
neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor
(menyimpulkan pengalaman nyeri)

Laboratorium
1. Pemeriksaan Enzim jantung
 CK (Creatini Kinase) : Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat
pada 3-6 jam memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam
(3-5 hari).
 CK-MB: meningkat antara 2-4 jam, memuncak pada 12-20 jam dan kembali
normal pada 48-72 jam
 LDH (laktat dehidrogenase), LDH1, dan LDH2 : Meningkat dalam 24 jam dan
memakan waktu lama untuk kembali normal
 AST (/SGOT : Meningkat
2. EKG
Perubahan EKG yang terjadi selama infark akut yaitu gelombang Q nyata, elevasi
segmen ST, dan gelombang T terbalik. Perubahan- perubahan ini tampak pada
hantaran yang terletak diatas daerah miokardium yang mengalami nekrosis. Selang
beberapa waktu gelombang ST dan gelombang T akan kembali normal hanya
gelombang Q tetap bertahan sebagai bukti elektrokardiograf adanya infark lama.
E. PATHWAY / WOC

F. PENATALAKSANAAN

Tujuan penatalaksanaan medis yang dilakukan adalah memperkecil kerusakan jantung


sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi. Kerusakan jantung diperkecil
dengan cara segera mengembalikankeseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
jantung. Terapi obat-obatan, pemberian O2, tirah baring dilakukan secara bersamaan
untuk tetap mempertahankan jantung. Obat-obatan dan O2 digunakan untuk
meningkatkan suplay O2, sementara tirah baring digunakan untuk mengurangi kebutuhan
O2. Hilangnya nyeri merupakan indicator utama bahwa kebutuhan dan suplai O2 telah
mencapai keseimbangan. Dan dengan penghentian aktifitas fisik untuk mengurangi beben
kerja jantung membatasi luas kerusakan.

Ada 3 kelas obat-obatan yang digunakan untuk meningkatkan suplai oksigen; Vasodilator
untuk mengurangi nyeri jantung,missal;NTG (nitrogliserin). Anti koagulan
Missal;heparin (untuk mempertahankan integritas jantung) Trombolitik Streptokinase
(mekanisme pembekuan dalam tubuh).

G. KOMPLIKASI
1. Disfungsi ventrikuler
2. Gangguan hemodinamik
3. Komplikasi mekanik

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan enzim jantung
2. EKG
3. Tes treadmill atau exercise stress testing
4. Ekokardiografi
5. Angiografi coroner
6. Multislice Computed Tomography Scanning (MSCT)
7. Cardiac Magnetic Resonance Imaging (Cardiac MRI)
8. Radionuclear medicine

I. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1)  Data Dasar
 Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis,
sumber biaya, dan sumber informasi).
 Identitas Penanggung jawab (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan,
agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, dan
hubungan dengan pasien)
2) Riwayat Keperawatan, meliputi :
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi :
 Alasan masuk rumah sakit
 Pasien mengatakan terasa nyeri di leher dan mengatakan sakit saat menelan.
Keluhan utama :
 Pasien mengatakan nyeri dan merasa tidak nyaman pada daerah leher
 Pasien mengatakan mual dan muntah.
 Pasien mengatakan sakit saat menelan
 Kronologis keluhan : Pasien mengeluh nyeri di leher.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau
yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya
pasien mengatakan pernah mengalami infeksi pada saluran tenggorokan dan
pernah menjalani perawatan di RS.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit yang
sama.
d. Riwayat Psikososial dan Spiritual
Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak
penyakit pasien terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien,
mekanisme koping terhadap stres, persepsi pasien terhadap penyakitnya, tugas
perkembangan menurut usia saat ini, dan sistem nilai kepercayaan.
e. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Dikaji 14 kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Handerson, seperti :
1. Bernafas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk,
serta ukur respirasi rate.
2. Makan
Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS,
apakah pasien mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya.
3. Minum
Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada
perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya).
4. Eliminasi
Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar. Terutama difokuskan tentang
apakah pasien cenderung susah dalam buang air kecil (kaji kebiasaan dan
volume urine) atau mempunyai keluhan saat BAK.
5. Gerak aktivitas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan
aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah
didiagnosa mengalami Faringitis) atau saat menjalani perawatan di RS.
6. Istirahat/tidur
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pola tidur akibat penyakitnya,
misalnya gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak saat merasa nyeri di leher.
7. Pengaturan suhu tubuh
Dikaji/ukur TTV pasien untuk mengetahui keadaan umum pasien, apakah
pasien mengalami demam atau tidak. Selain itu, observasi kondisi pasien
mulai dari ekspresi wajah sampai kulit, apakah kulitnya hangat atau
kemerahan, wajahnya pucat atau tidak.
8. Kebersihan diri
Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS, bila perlu libatkan keluarga
pasien dalam melakukan perawatan diri pasien, misalnya saat mandi dan
sebagainya.
9. Rasa nyaman
Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala penyakitnya,
misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian bawah (dikaji dengan PQRST :
faktor penyebabnya, kualitas/kuantitasnya, lokasi, lamanya dan skala nyeri).
10. Rasa aman
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani
keluarganya selama di RS.
11. Sosial dan komunikasi
Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan
lingkungan sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya).
12. Pengetahuan
Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit yang diderita saat ini dan
terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya.
13. Rekreasi
Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.
14. Spiritual
Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien
menerima penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun
sebaliknya.
3). Pengkajian Fisik, meliputi :
- Keadaan Umum, yaitu dengan mengobservasi bentuk tubuh, warna kulit,
kesadaran, dan kesan umum pasien (saat pertama kali masuk RS).
- Gejala Kardinal, yaitu dengan mengukur TTV (suhu, nadi, tekanan darah, dan
respirasi).
- Keadaan Fisik, yaitu melakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi dari
kepala sampai anus, tapi lebih difokuskan pada bagian leher.
- -Pemeriksaan Penunjang, yaitu dari hasil pemeriksaan laboratorium dengan uji
kultur dan uji resistensi.
4). Anamnesa
Adanya riwayat merokok,adanya riwayat streptokokus,dan yang penting ditanyakan
apakah klien pernah mengalami nyeri/lesi pada mulut (nyeri saat menelan).

b. Diagnosa Keperawatan
1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energy/kelelahan
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi-ventilasi
3) Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakadekuatan kontraktilitas
jantung
Rencana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Stemi
Nama pasien : No. Rekam medik:
Umur pasien : Jenis kelamin :
Tgl Diagnosa Tujuan Rencana Intervensi Jam Implementasi Evaluasi
Pola Nafas Tidak Efektif  Klien mudah bernafas Mandiri S:
dan tidak ada  Pantau adanya pucat dan sianosis
Berhubungan dengan penggunaan otot bantu  Pantau efek obat pada status
 Ansietas pernapasan respirasi O:
 Posisi Tubuh  Frekuensi dan irama  Tentukan lokasi dan krepitasi
 Deformitas tulang pernapasan klien tulang dada
 Deformitas dinding dalam batas normal  Pantau kecepatan, irama,
dada Tidak ada terdengar kedalaman, dan usaha respirasi A:
 Penurunan bunyi napas tambahan  Perhatikan pergerakan dada,
energi/kelelahan kesimetrisan, penggunaan otot-otot
 Hiperventilasi bantu, serta retraksi otot P:
 Sindrom hipoventilasi supraklavikula dan interkostal
 Disfungsi  Pantau pola pernapasan :
neuromuskular bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
 Nyeri pernapasan Kussmaul, pernapasan
 Kelelahan otot-otot Cheyne-Stokes, apnea
respirasi  Pantau peningkatan kegelisahan,
 Cedera tulang belakang ansietas, dan tersengal-sengal
 Gangguan  Catat perubahan pada SaO2,
keseimbangan asam SvO2,CO2 akhir tidal, dan nulai
basa gas darah arteri (GDA), dengan
tepat
Ditandai dengan  Dokumentasikan semua data
 Perubahan gerakan pengkajian (misalnya, sensori,
dada bunyi napas, pola pernapasan, nilai
 Penurunan tekanan GDA, sputum, dan efek obat pada
inspirasi/ekspirasi pasien)
 Penurunan kapasitas  Anjurkan napas dalam melalui
vital abdomen selama periode distress
 Napas cuping hidung pernapasan
 Penggunaan otot-otot  Lakukan suction sesuai dengan
bantu pernapasan kebutuhan untuk membersihkan
sekresi pada pasien
 Anjurkan pasien untuk
mobilisasi,batuk efektif
 Informasikan kepada pasien
sebelum memulai prosedur yang
dimaksudkan, untuk menurunkan
ansietas dan meningkatkan
perasaan terkontrol
 Pertahankan oksigen aliran rendah
dengan nasal kanul, masker, dan
sungkup
 Posisikan pasien semi fowler

Kolaboratif
 Melaporkan perubahan sensori,
bunyi napas, pola pernapasan, nilai
GDA, sputum, dll sesuai dengan
kebutuhan atau protokol
 Memberikan obat bronkodilator
sesuai dengan program atau
protokol
 Memberikan tindakan nebulizer
dan udara pelembab atau oksigen
sesuai dengan program atau
protokol
 Memberikan obat nyeri untuk
pengoptimalan pola pernapasan
 Memberikan natrium bikarbonat
sesuai dengan program atau
protocol
 Melakukan tindakan haemodialisa

Pendidikan Kesehatan
 Menginformasikan kepada pasien
dan kelurga tentang teknik
relaksasi untuk meningkatkan pola
pernapasan
 Mendiskusikan perencanaan untuk
perawatan di rumah
 Mengajarkan cara batuk secara
efektif
 Menginformasikan kepada pasien
dan keluarga untuk tidak merokok
di dalam ruangan
 Menganjurkan pasien/keluarga
untuk memberitahu perawat pada
saat terjadi ketidakefektifan pola
pernapasan
Rencana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Stemi
Nama pasien : No. Rekam medik:
Umur pasien : Jenis kelamin :
Tgl Diagnosa Tujuan Rencana Intervensi Jam Implementasi Evaluasi
Gangguan Pertukaran Gas  Fungsi paru pasien Mandiri S:
dalam batas normal  Observasi bunyi paru ; frekuensi
Berhubungan dengan  Status neurologis napas, kedalaman, usaha pernapasan,
 Perubahan membran pasien dalam dan produksi sputum O:
kapiler-alveolar rentang yang  Pantau hasil gas darah dan Ambil
 Ketidakseimbangan diharapkan GDA 10-30 menit setelah perubahan
perfusi-ventilasi  Tidak dijumpai ventilator terjadi
adanya dispnea  Pantau kadar elektrolit A:
Ditandai dengan pada saat istirahat  Pantau status mental misalnya tingkat
 Dyspnea dan beraktivitas kesadaran, gelisah, dan konfusi
 Sakit kepala saat bangun  Tidak dijumpai  Observasi sianosis P:
 Gangguan penglihatan adanya gelisah,  Pantau status pernapasan dan
 AGDA tidak normal sianosis, dan oksigenasi
 PH arteri tidak normal keletihan  Jelaskan kepada pasien sebelum
 Frekuensi, irama, dan  Nilai AGDA dalam memulai pelaksanaan prosedur
kedalaman napas tidak batas normal  Kaji apakah posisi tertentu
normal menyebabkan penurunan PaO2 atau
 Warna kulit tidak normal menimbulkan ketidaknyamanan
(pucat dan kehitaman) pernafasan
 Konfusi  Monitor GDA atau oksimetri selama
 Sianosis periode penyapihan
 Diaforesis  Evaluasi semua alarm dan tentukan
 Hiperkapnia penyebabnya
 Hiperkarbia  Pertahankan resusitasi manual tetap
 Hipoksia berada pada sisi tempat tidur
 Hipoksemia sepanjang waktu
 Iritabilitas  Monitor selang dari terlepas, terlipat,
 Cuping hidung bocor, atau tersumbat
mengembang  Evaluasi tekanan/ kebocoran manset
 Gelisah  Masukan penahan gigitan atau jalan
 Somnolen nafas oral untuk mencegah gigitan
 Takikardia pada selang
 Amankan selang endotrakeal dengan
penahan atau diplester. Periksa bunyi
nafas kedua setelah melepaskan atau
mengganti plester. Perhatikan posisi
pada bibir berkenaan dengan ukuran
pada selang
 Beri pasien posisi untuk mencegah
sumbatan atau terlepasnya selang
 Restrein pasien untuk mencegah
ekstubasi sendiri, sesuai protocol unit
 Evaluasi posisi yang tepat dari selang
endotrakela dengan foto rongent
lakukan auskultasu bilateral

Kolaboratif
 Melakukan konsultasi dengan dokter
tentang kebutuhan akan pemeriksaan
gas darah arteri (GDA) dan
penggunaan alat bantu yang
dianjurkan sesuai dengan adanya
perubahan kondisi pasien
 Melaporkan perubahan sehubungan
dengan pengkajian data (misalnya,
sensorium pasien, bunyi napas, pola
napas, analisis gas darah arteri,
sputum, efek dari pengobatan)
 Memberikan obat yang diresepkan
(misalnya, natrium bikarbonat untuk
mempertahankan keseimbangan asam-
basa)
 Memberikan bronkodilator, aerosol,
dan nebulasi ultrasonik sesuai dengan
keperluan pasien

Pendidikan Kesehatan
 Menjelaskan penggunaan alat bantu
yang diperlukan (oksigen, spirometer)
 Mengajarkan kepada pasien teknik
bernapas dan relaksasi
 Menjelaskan kepada pasien dan
keluarga alasan pemberian oksigen
dan tindakan lainnya
 Menginformasikan kepada pasien dan
keluarga bahwa merokok itu dilarang
 Mengajarkan kepada pasien dan
keluarga tentang perencanaan
perawatan di rumah, misalnya
pengobatan, aktivitas, alat-alat bantu,
tanda dan gejala yang perlu
dilaporkan, dan sumber-sumber di
komunitas
Rencana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Stemi
Nama pasien : No. Rekam medik:
Umur pasien : Jenis kelamin :
Tgl Diagnosa Tujuan Rencana Intervensi Jam Implementasi Evaluasi
Penurunan Curah  Tekanan darah dalam Mandiri S:
Jantung batas normal  Pantau TD, Pols,Pernapasan,suhu
 Denyut jantung dalam  Pantau tanda kelebihan cairan
Berhubungan dengan batas normal  Mengkaji toleransi aktivitas O:
 Tidak adekuat  Hipotensi ortostatik dengan memperhatikan nafas
kontraktilitas jantung tidak ada pendek, nyeri, palpitasi dan pusing
 Supply dan demand  Gas darah dalam batas  Evaluasi respon terapi oksigen
oksigen tidak seimbang normal  Pantau intake ,out put A:
 Edema perifer tidak  Auskultasi bunyi paru untuk
Ditandai dengan ada mengetahui adanya ronchi , bunyi
 Photo sinar X darah  Bunyi nafas tambahan tambahan lainnya. P:
tidak normal tidak ada  Monitor irama jantung secara
 Enzim paru tidak  Distensi vena jugularis kontiniu pada lead II
normal tidak ada  Catat dan laporkan perubahan
 Perubahan status  Status kognitif dalam pada irama jantung
mental batas normal  Rekam 12 lead EKG sesuai
 Aritmia indikasi
 Kulit pucat, dingin  Kaji dan laporkan tanda-tanda
 Perubahan EKG penurunan curah jantung seperti
 Edema (+) TD rendah, penurunan tingkat
kesadaran, nadi perifer tidak
teraba, penurunan haluaran urin,
sianosis, dispnea
 Siapkan fasilitas untuk
menurunkan kebutuhan O2
miokard seperti tirah baring,
meninggikan kepala tempat tidur,
membatasi aktifitas
 Siapkan tindakan untuk
menghindari respon valsalva
seperti menghindari mengedan dan
menahan nafas
Kolaboratif
 Memberikan obat antiaritmia,
nitrogliserin, dan vasodilator untuk
mempertahankan kontrak tilitasi
 Pasang IV line sesuai indikasi
 Berikan atropine atau
isoproterenol sesuai instruksi
 Bantu pemasangan pacu jantung
eksternal atau pacu jantung
transvena temporer
 ………………………………
REFERENSI
Coven, D. L. Medscape (2019). Acute Coronary Syndrome Treatment & Management.
Sweis, R. N. Merck Manuals (2019). Overview of Coronary Artery Disease (CAD).
Kotecha, T., & Rakhit, R. D. (2016). Acute Coronary Syndromes. Clinical Medicine
(London, England). 16(Suppl 6), pp. S43–S48.
National Institute of Health (2018). U.S. National Library of Medicine MedlinePlus. Acute
Coronary Syndrome.
Steinbaum, S. R. Webmd (2019). Angina (Ischemic Chest Pain).

Anda mungkin juga menyukai