Anda di halaman 1dari 39

STANDAR PELAYANAN MEDIS

RAWAT INTENSIF
( I. C. U )

RUMAH SAKIT .......................................................


SMF/ INSTALASI ANESTESIOLOGI DAN RAWAT INTENSIF
2008

KATA PENGANTAR
0

Standar Umum Pelayanan Medis Rawat Intensif / Terapi Intensif / ICU


RS.............................................
yang selama ini memang sudah ada, akhirnya bisa
selesai dilakukan revisi/penyempurnaan sejalan dengan perkembangan ilmu dan juga
guna memenuhi syarat administrasi yang dipersyaratkan oleh UU No 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran dimana dinyatakan bahwa dalam setiap praktik kedokteran
wajib memiliki dan mengacu pada Standar Pelayanan Medis.
Dalam pembuatan Standar Pelayanan Medis Rawat Intensif/ ICU untuk
RS................................ tahun 2008, kami sesuaikan dengan kondisi RS yang ada saat ini ,
namun kami juga mengacu pada :
1. UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
2. Buku Standar Pelayanan ICU oleh Ditjen Yanmed Depkes RI tahu 2003.
3. Buku Standar Umum Pelayanan Anestesiologi dan Reanimasi di RS oleh Depkes
RI Ditjen Yanmed Direktorat RS Khusus dan Swasta Th1998 dan 1999 sudah
diganti dengan SK Menkes RI No 779/Menkes/SK/VIII/2008 tentang standard
pelayanan anstesiologi dan reanimasi di rumah sakit tanggal 19 Agustus 2008.
4. DR.Dr.Iqbal Mustafa SpAn,KIC dalam Indikasi dan manajemen pasien di unit
terapi intensif. MKI Vol 14 No.1,Januari 1991 halaman 23-31.
5. Buku AD / ART IDSAI (Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi Indonesia).
6. Departement of resuscitation,St Vincent hospital. Manual of intensive care,
Melbourne,3065,Australia.
Walaupun tampaknya sudah cukup lengkap hal-hal yang diuraikan, namun
mungkin masih ada kekurangan dalam beberapa hal. Untuk ini kami akan berusaha meng
update manakala memang diperlukan. Kritik dan saran senantiasa akan kami terima guna
perbaikan Standar Pelayanan Medis Rawat Intensif RS........................................... ini.
Terima kasih.
KETUA SMF ANESTESIOLOGI
DAN RAWAT INTENSIF

,
2008
KEPALA INSTALASI ANESTESIOLOGI
DAN RAWAT INTENSIF

Mengesahkan / Mengetahui :
KETUA
KOMITE MEDIK

DIREKTUR
RS...............................................

DAFTAR ISI
Kata pengantar .........................................................................................................1
Daftar isi ...................................................................................................................2
BAB I . PENDAHULUAN .......................................................................................3
A. Historikal .......................................................................

...........3

B. Pengertian Rawat Intensif ....................................................................4


BAB II. FALSAFAH .................................................................................................7
BAB III. ORGANISASI DAN PENGELOLAAN ................................................10
A. Organisasi ...........................................................................................10
B. Pengelola pelayanan ..........................................................................11
C. Pengelola organisasi ...........................................................................14
D. Sistem pelayanan ................................................................................16
BAB IV. STANDAR PELAYANAN UMUM RAWAT INTENSIF .....................18
A. Klasifikasi / Stratifikasi. .....................................................................18
B. Prasarana ............................................................................................27
C. Sarana Alkes .......................................................................................29
D. Monitoring peralatan .........................................................................30
BAB V. PENUTUP .................................................................................................32
Lampiran lampiran ...............................................................................................33

BAB I
PENDAHULUAN
A. HISTORIKAL
Orang pertama didunia yang membuka Unit Pelayanan Rawat Intensif adalah
Byorn Ibsen pada tahun 1953 dari Kopenhagen Denmark. Pada waktu itu terjadi wabah
Polio yang menyebabkan tidak sedikit penderita yang memerlukan perawatan intensif.
Di Indonesia,unit rawat intensif pertama kali didirikan tahun 1970 di RSCM
Jakarta.
Saat ini, hampir semua RS di Indonesia mulai memerlukan adanya unit rawat
intensif ,mengingat dokter spesialis saat ini sudah menyebar sampai ke daerah dan
kebutuhan akan sarana unit rawat intensif juga sudah diperlukan oleh para dokter
spesialis tersebut. Disamping itu juga peralatan untuk sarana unit rawat intensif juga
mulai banyak,mudah didapat dan relatif dapat dibeli oleh banyak RS.
Sesuai dengan perkembangan jaman keberadaan institusi rumah sakit dituntut untuk
memberikan pelayanan prima dalam bidang kesehatan kepada masyarakat.Kebutuhan ini
sejalan dengan dua hal penting, yaitu semakin ketatnya kompetisi rumah sakit dan
seiring dengan peningkatan kesadaran dan tuntutan client/customer terhadap kualitas
pelayanan rumah sakit.
Namun kemampuan atau kompetisi pelayanan ICU masih beragam,masih ada
beberapa rumah sakit yang memiliki ICU yang memberikan pelayanan yang masih jauh
dari prima,bila ditinjau dari segi kualitas pelayanan,sarana,peralatan medik atau tenaga
profesional.Salah satu penyebab keadaan itu adalah belum adanya standar pelayanan ICU
di seluruh Indonesia,sehingga ICU didirikan berdasarkan kebijakan manajemen masingmasing rumah sakit.
Dengan diterbitkannya Buku Standar Pelayanan ICU Nasional dari Depkes RI
tahun 2003 yang menjadi dasar bagi Standar Pelayanan Rawat Intensif di
RS...................... ,maka masalah tersebut diatas dapat dipecahkan dan dapat dipakai
sebagai landasan pengukuran kualitas pelayanan.Dengan kata lain Standar Pelayanan
ICU adalah pedoman yang harus digunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi

kesehatan secara baik dengan berorientasi pada kepentingan pasien.Selain itu juga sangat
diharapkan standar ini dapat meningkatkan kemampuan pelayanan ICU yang lebih
efisien,tepat guna dan berdaya guna serta dapat dipertanggungjawabkan secara
profesional yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
B. PENGERTIAN RAWAT INTENSIF
Unit/Instalasi Pelayanan Rawat Intensif /Unit Terapi Intensif/ICU adalah unit
tersendiri dalam Rumah Sakit yang mampu memberikan perawatan 24 jam,mempunyai
staf khusus,peralatan khusus,dan ditujukan untuk menanggulangi pasien gawat yang
butuh pengawasan khusus karena penyakit,trauma atau komplikasi -komplikasi yang
diharapkan masih dapat disembuhkan.
Staf khusus adalah Intensivist (kalau ada), Dokter spesialis Anestesiologi (kalau
ada),Dokter Spesialis lain yang terdidik dibidang rawat intensif, Dokter Umum terlatih
bidang rawat intensif,perawat terlatih dan berpengalaman di ruang ICU,tenaga ahli
laboratorium,diagnostik,teknisi alat-alat pemantau dan alat-alat untuk menopang fungsi
vital serta alat untuk prosedur diagnostik.
Pasien-pasien yang masuk ruang ICU hendaknya merupakan pasien dengan satu
atau lebih gagal organ akut atau ancaman gagal sistem organ yang membutuhkan
perawatan dan alat bantu.Disamping itu harus ada harapan pulih kembali dengan terapi
dan bantuan yang tepat.
Pelayanan Medis Rawat Intensif :
1

Praktek kedokteran intensive care


Pelaksanaan pelayanan kedokteran intensive care adalah berbasis rumah sakit,
diperuntukkan dan ditentukan oleh kebutuhan pasien yang sakit kritis. Tujuan dari
pelayanan intensive care adalah memberikan pelayanan medik tertitrasi dan
berkelanjutan serta mencegah fragmentasi pengelolaan.

Pasien SAKIT KRITIS meliputi :


a. Pasien-pasien yang secara fisiologis tidak stabil dan memerlukan dokter dan
perawat,perawatan

nafas

yang

terkoordinasi

dan

berkelanjutan,sehingga

memerlukan perhatian yang teliti agar dapat dilakukan pengawasan yang konstan
dan titrasi terapi.
b. Pasien-pasien yang dalam bahaya mengalami dekompensasi fisiologis dan karena
itu memerlukan pemantauan konstan dan kemampuan tim intensive care untuk
melakukan intervensi segera untuk mencegah timbulnya penyulit yang
merugikan.
Pasien sakit kritis membutuhkan pemantauan dan tunjangan hidup khusus
yang harus dilakukan oleh suatu tim, termasuk diantaranya dokter yang
mempunyai dasar pengetahuan, ketrampilan tekhnis , komitmen waktu , dan
secara fisik segera berada ditempat untuk melakukan perawatan titrasi dan
berkelanjutan. Perawatan ini harus berkelanjutan dan bersifat proaktif, yang
menjamin pasien dikelola dengan cara yang aman, manusiawi, dan efektif, dengan
menggunakan sumber daya yang ada, sedemikian rupa sehingga memberikan
kualitas pelayanan yang tinggi dan hasil yang optimal.
1. Pelayanan intensive care
Pelayanan ICU ,bila ada ditangani oleh Intensivist, yang telah terlatih secara
formal dan mampu memberikan pelayanan tersebut, dan yang terbebas dari tugas-tugas
lain yang membebani, seperti kamar operasi, praktek atau tugas-tugas kantor. Intensivist
yang bekerja harus berpartisipasi dalam suatu sistem yang menjamin kelangsungan
pelayanan intensive care 24 jam. Hubungan pelayanan ICU yang terorganisir dengan
bagian-bagian pelayanan lain di rumah sakit harus ada dalam organisasi rumah sakit.
Bidang kerja pelayanan intensive care meliputi : (1) pengelolaan primer; (2) administrasi
unit; (3) pendidikan; dan (4) penelitian. Kebutuhan masing-masing bidang akan
bergantung dari tingkat pelayanan tiap unit.

a. Pengelolaan pasien langsung


Pengelolaan pasien langsung dilakukan secara primer oleh Intensivist/Dokter
Spesialis Anestesiologi/Dokter Spesialis lain terdidik ICU, dengan melaksanakan
pendekatan pengelolaan total pada pasien sakit kritis, menjadi ketua tim dari
berbagai pendapat konsultan atau dokter yang ikut merawat pasien. Cara kerja
yang demikian mencegah pengelolaan yang terkotak-kotak dan menghasilkan
pendekatan yang terkoordinasi pada pasien serta keluarganya.
b. Administrasi unit
Pelayanan ICU dimaksud untuk memastikan suatu lingkungan yang menjamin
pelayanan yang aman, tepat waktu dan efektif. Untuk tercapainya tugas ini
diperlukan partisipasi dari Intensivist /Dokter Spesialis Anestesiologi/Dokter
Spesialis lain terdidik ICU,pada aktivitas manajemen.
Fungsi ICU adalah memberikan bantuan fisiologis sehingga diperoleh hasil :
Pasien sembuh dan terhindar dari komplikasi sehingga bisa dikembalikan ke ruangan
untuk perawatan lebih lanjut.
Terapi spesifik yang mengatasi problem dasar
Kalaupun tak dapat diatasi, pasien meninggal dengan tenang
Sistem pengelolaan ICU adalah kerjasama berbagai disiplin ilmu kedokteran
dengan satu manajemen (multi disipliner,satu manajemen).Kerjasama yang tidak
terkoordinasi tidak hanya merugikan pasien,tetapi juga disiplin ilmu kedokteran,perawat
dan tenaga medis lain, karena akan sulit bekerja secara optimal dalam satu unit yang
tidak mempunyai arah dan tujuan yang jelas.
Prinsip terapi ICU adalah terapi dengan titrasi,dimana terapi sewaktu-waktu dapat
berubah, disesuaikan dengan kondisi pasien.Pemberian obat-obatan dibawah pantauan
yang ketat dan ini berbeda dengan terapi di ruangan lain, yaitu diberikan menurut standar
tertentu dan bila perlu diubah pada keesokan harinya atau beberapa hari kemudian.

BAB II
FALSAFAH
PEMAHAMAN : Falsafah PelayananRawat Intensif :
1. Etika kedokteran
Berdasarkan falsafah dasar saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan
pasien maka semua kegiatan di ICU bertujuan dan berorientasi untuk dapat
secara optimal, memperbaiki kondisi kesehatan pasien.
2. Indikasi yang benar
Pasien yang dirawat di ICU adalah yang memerlukan :
a. Pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara terkoordinasi dan berkelanjutan,
sehingga dapat dilakukan pengawasan yang konstan dan terapi titrasi.
b. Pemantauan yang kontinyu terhadap pasien-pasien dalam keadaan kritis yang
dapat mengakibatkan terjadinya dekompensasi fisiologis.
c. Intervensi medis segera oleh tim Intesive care
3. Kerjasama multidisipliner dalam masalah medik komplek
Dasar pengelolaan pasien ICU adalah pendekatan multi disiplin dengan tenaga
kesehatan dari beberapa disiplin ilmu terkait yang dapat meberikan kontribusinya
sesuai dengan bidang keahliannya dan bekerjasama dalam tim, dengan dipimpin
oleh seorang Intensivist/Dokter Spesialis Anestesiologi/Dokter Spesialis lain
terdidik ICU, sebagai ketua tim .
4. Kebutuhan pelayanan kesehatan pasien
Kebutuhan pasien ICU adalah tindakan resusitasi yang meliputi dukungan hidup
untuk fungsi-fungsi vital seperti Airway (fungsi jalan nafas), Breathing (fungsi
pernafasan), Circulation (fungsi sirkulasi), Brain (fungsi otak) dan fungsi organ
lain, dilanjutkan dengan diagnosis dan terapi definitif.

5. Peran koordinasi dan integrasi dalam kerjasama tim


Dengan mengingat keadaan seperti tersebut dalam butir 2 dan 4 diatas, maka
pembagian kerja tim multidisiplin adalah sebagai berikut:
a. Dokter yang merawat pasien sebelum masuk ICU melakukan evaluasi pasien
sesuai dengan bidangnya dan memberi pandangan atau usulan terapi.
b. Intensivist/Dokter Spesialis Anestesiologi/Dokter Spesialis lain terdidik ICU,
selaku ketua tim, melakukan evaluasi menyeluruh, mengambil kesimpulan,
memberi

instruksi

terapi

dan

tindakan

secara

tertulis

dengan

mempertimbangkan usulan anggota tim lain.


c. Ketua tim berkonsultasi pada konsultan lain dengan mempertimbangkan
usulan-usulan anggota tim.
6. Hak dan kewajiban dokter
Setiap dokter dapat memasukkan pasien ke ICU sesuai dengan indikasi masuk ke
ICU, karena keterbatasan jumlah tempat tidur ICU, maka berlaku asas prioritas
dan indikasi masuk.
7. Sistem manajemen peningkatan mutu terpadu
Demi tercapainya koordinasi dan peningkatan mutu pelayanan di ICU diperlukan
tim kendali mutu yang anggotanya terdiri dari beberapa disiplin ilmu, dengan
tugas utamanya memberi masukan dan bekerjasama dengan staf struktural ICU
untuk selalu meningkatkan mutu pelayanan ICU
8. Kemitraan Profesi
Kegiatan pelayanan pasien di ICU disamping multidisiplin juga interprofesi, yaitu
profesi medik, profesi perawat dan profesi lain agar dicapai hasil optimal maka
perlu ditingkatan mutu SDM secara berkelanjutan, menyeluruh dan mencakup
semua kelompok profesi.

9. Efektivitas, keselamatan dan ekonomis


Unit pelayanan ICU mempunyai ciri biaya tinggi, teknologi tinggi, multidisiplin
dan multi profesi berdasarkan asas efektivitas, keselamatan dan ekonomis
10. Kontinuitas pelayanan
Untuk efektivitas, keselamatan dan ekonomisnya pelayanan ICU, maka perlu
dikembangkan unit pelayanan tingkat tinggi (high care unit = HCU). HCU fungsi
utamanya menjadi unit perawatan antar bangsal rawat dan ICU. Di HCU tidak
diperlukan peralatan canggih seperti ICU, yang diperlukan utamanya adalah
kewaspadaan yang lebih tinggi. Ada yang menamakannya sebagai HND ( High
Nursing Dependency).

BAB III
ORGANISASI DAN PENGELOLAAN
A. ORGANISASI
Pelayanan Rawat Intensif pada beberapa RS merupakan satu Instalasi sendiri.
Namun banyak juga yang berada dibawah naungan Anestesiologi sehingga disebut
sebagai Instalasi Anestesiologi dan Rawat /Terapi Intensif.
Di

RS

............................

,berdasar

SK

Direktur

RS...............................

No .......................... tentang Pengangkatan/ penunjukan Kepala Instalasi di lingkungan


RS.......................,maka unit pelayanan rawat intensif berada dibawah naungan
Instalasi ................................. .
Seperti diketahui bahwa berdasar berbagai peraturan yang ada , maka Instalasi berada
langsung dibawah Direktur dan merupakan institusi Non Struktural. Kepala Instalasi
diangkat dan diberhentikan oleh Direktur.
Secara operasional, pelayanan Anestesiologi di IBS disebut sebagai Unit pelayanan
Anestesiologi, sedangkan pelayanan Rawat intensif di gedung ICU disebut sebagai Unit
pelayanan

Rawat intensif. Masing-masing unit dipimpin oleh seorang Kepala Unit

dengan beberapa staf dibawahnya dan kedua unit tersebut berada dibawah Instalasi
Anestesiologi dan Rawat Intensif.
Saat ini RS ......................... belum memiliki seorang Intensivist, sehingga Kepala Unit
Pelayanan Rawat Intensif dipimpin oleh seorang Dokter Spesialis .........................
Standar ini tetap menjelaskan seandainya RS dipimpin oleh seorang Intensivist maupun
bukan seorang Intensivist. Dengan demikian maka standar ini dengan sendirinya dapat
menyesuaikan diri dengan RS yang bersangkutan.
VISI RS..........................
................................................................................................................................................
MISI RS..
1........................................................................................................................................

10

2. ......................................................................................................................................
dst
MOTTO RS...................................
................................................................................................................................................
VISI UNIT PELAYANAN RAWAT INTENSIF RS ................................................
................................................................................................................................................
MISI UNIT PELAYANAN RAWAT INTENSIF RS .
1.
2.
dst
VALUE
..........................................................................................................................................
B. PENGELOLA PELAYANAN
a. INTENSIVIST ( Dokter Spesialis KIC/Konsultan Intensive Care).
Definisi Intensivist
Seorang Intensivist adalah seorang dokter yang memenuhi standar kompetensi sebagai
berikut :
a. Terdidik dan bersertifikat sebagai seorang spesialis intensive care medicine
(KIC=Konsultan Intensive Care) melalui program pelatihan dan pendidikan
yang diakui oleh perhimpunan profesi yang terkait
b. Menunjang kualitas pelayanan di ICU dan menggunakan sumber daya ICU
secara efisien
c. Mendarma baktikan lebih dari 50% waktu profesinya dalam pelayanan ICU
d. Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang memberikan pelayanan 24
jam/hari, 7 hari/seminggu
e. Mampu melakukan prosedur critical care biasa, antara lain :

11

1. mempertahankan jalan nafas termasuk intubasi trakheal dan ventilasi


mekanis
2. pungsi arteri untuk mengambil sampel arteri
3. memasang kateter intravaskuler dan peralatan monitoring, termasuk :
a. kateter arteri
b. kateter vena perifer
c. kateter vena sentral (CVP)
d. kateter arteri pulmonalis
4. pemasangan kabel pacu jantung transvenous temporer
5. resusitasi kardiopulmoner
6. pipa thorakostomi
f. melaksanakan dua peran utama
1. pengelolaan pasien
mampu berperan sebagai pemimpin tim dalam memberikan
pelayanan di ICU, menggabungkan dan melakukan titrasi layanan
pada pasien berpenyakit kompleks atau cedera termasuk gagal
organ multi-sistem. Intensivist memberikan pelayanan sendiri atau
dapat berkolaborasi dengan dokter pasien sebelumnya. Mampu
mengelola pasien dalam kondisi yang biasa terdapat pada pasien
sakit kritis seperti :
a. hemodinamik tidak stabil
b. gangguan atau gagal nafas, dengan atau tanpa memerlukan
tunjangan ventilasi mekanis
c. gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi intra
kranial
d. gangguan atau gagal ginjal akut
e. gangguan endokrin dan/ atau metabolik akut yang mengancam
nyawa
f. kelebihan dosis obat, reaksi obat atau keracunan obat
g. gangguan koagulasi
h. infeksi serius

12

i. gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi


2. manajemen unit
Intensivist berpartisipasi aktif dalam aktivitas-aktivitas manajemen
unit yang diperlukan untuk memberikan pelayanan-pelayanan ICU yang
efisien, tepat waktu dan konsisten pada pasien. Aktivitas-aktivitas tersebut
meliputi antara lain :
a. Triage, alokasi tempat tidur dan rencana pengeluaran pasien
b. Supervisi terhadap pelaksanaan kebijakan-kebijakan unit
c. Partisipasi pada kegiatan-kegiatan perbaikan kualitas yang
berkelanjutan termasuk supervisi koleksi data
d. Berinteraksi seperlunya dengan bagian-bagian lain untuk
menjamin kelancaran jalannya ICU
Untuk keperluan ini, Intensivist secara fisik harus berada di
ICU atau rumah sakit dan bebas dari tugas-tugas lainnya.
g. mempertahankan pendidikan yang berkelanjutan di critical care medicine :
1. selalu mengikuti perkembangan mutakhir dengan membaca literatur
kedokteran
2. berpartisipasi dalam program-program pendidikan kedokteran yang
berkelanjutan
3. menguasai standar-standar untuk unit critical care dan standard of care
di critical care
h. ada dan bersedia untuk berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan perbaikan
kualitas Interdisipliner.
b. DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI (Pilhan kedua)
Seorang Dokter SpAn dianggap mampu mengelola unit rawat intensif karena 50%
kurikulum Program Dokter Spesialis Anestesiologi, secara eksplisit telah mencantumkan
pengetahuan perawatan / terapi intensif dan kedokteran gawat darurat (critical care).
Seorang dokter SpAn dianggap mampu dan sudah terlatih sejak ditetapkannya S.K.
Menkes No. 134/1978 yang menyatakan bahwa UPF Anestesi dan Perawatan Intensif
berkewajiban serta berwenang mengelola uit terapi intensif disuatu rumah sakit.

13

Saat

ini

SK

tersebut

telah

diperbaharui

dengan

SK

Menkes

No.983/Menkes/SK/XI/1992 tanggal. 12 Nop.1992 a.l tentang Bagan organisasi RSU


kelas B (pendidikan) dimana istilah Unit diganti menjadi INSTALASI TERAPI
INTENSIF

dibawah langsung Wadir Yanmed dan keperawatan dan dikepalai oleh

seorang dokter non strukturil.


c. DOKTER SPESIALIS LAIN
Seorang spesialis,apakah spesialis penyakit dalam,bedah, anak,syaraf dll dapat
mengelola ICU dengan syarat memenuhi kriteria sebagai berikut :
Mempunyai skill dan knowledge bidang therapy of intensive care unit.
Mempunyai komitmen dan bertanggungjawab terhadap pengelolaan medis penderita.
Mempunyai waktu.
d. DOKTER UMUM
Sebagai dokter pelaksana pelayanan dan jaga 24 jam di Unit Rawat Intensif . Di
Rumah Sakit Umum kelas B dan A dilaksanakan oleh Dokter Peserta Program Dokter
Spesialis I/PPDS I Anestesiologi,bila di RS tsb. ada program PPDS I Anestesiologi
e. PERAWAT TERDIDIK ICU
Perawat terlatih yang berpendidikan formal ICU atau berpengalaman bidang
perawatan /terapi intensif.
C. PENGELOLA ORGANISASI
I. Ka. Unit Pelayanan Rawat Intensif /Ka.Inst.ICU (Medis)
Tugas Kepala Unit Pelayanan Rawat Intensif/ Ka.Inst.ICU :
1. Mengadakan rapat rutin dilingkungan rawat intensif
2. Menyusun, mengkoordinasikan dan memantau seluruh staf dalam
melaksanakan tugas
3. Mengupayakan serta memantau ketertiban , kedisiplinan, kebersihan,
keamanan dan kelancaran tugas di ruang Rawat Intensif
14

4. Mengerahkan dan mengatur dan membina staff


5. Menyiapkan seluruh prasarana dan sarana agar selalu lengkap dan siap
pakai
6. Melaksanakan koordinasi dengan unit lain
7. Menghadiri rapat/ pertemuan yang diselenggarakan oleh pimpinan/unit
kerja lain
8. Memantau, mengevaluasi dan membuat laporan kegiatan Ruang Rawat
Intensif
9. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan pimpinan
II. Ka. Ruang (KaRu) Unit Pelayanan Rawat Intensif (Perawat)
Tugas Kepala Ruang Rawat Intensif :
1. Merencanakan jumlah dan jenis peralatan keperawatan/medis, obatobatan yang dibutuhkan
2. Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan
keperawatan di ruang rawat intensif
3. Menyusun dan mengatur daftar dinas perawat, standar prosedur
operasional dan administrasi di ruang rawat intensif
4. Melaksanakan program orientasi kepada tenaga baru di ruang rawat
intensif
5. Melaksanakan program orientasi pada pasien baru dan keluarga
6. Mengadakan pertemuan berkala dengan staf dibawahnya
7. Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu
siap pakai
8. Meneliti kegiatan formulir sensus harian pasien ruangan
9. Meneliti pengisian daftar permintaan makanan
10. Memelihara catatan medik rekam pasien
11. Mengawasi pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di ruang
rawat intensif

15

12. Mengawasi peserta didik dari intitusi pendidikan sesuai dengan tujuan
program pendidikan yang telah ditentukan oleh instansi pendidikan
tersebut.
13. Mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan serta obat
bahan habis pakai.
14. Bekerjasama dengan kepala bidang Keperawatan dalam memberikan
penilaian DP3 ( Daftar Penilaian ) bagi tenaga yang dibawah tanggung
jawabnya .
III. Perawat Pelaksana
Tugas Perawat Pelaksana :
1. Memelihara kebersihan ruang rawat.
2. Memelihara peralatan perawatan dan medis agar selalu siap pakai.
3. Menerima pasien baru sesuai dengan prosedur.
4. Melaksanakan program orientasi kepada pasien baru dan keluarga
tentang lingkungan ruang rawat, tata tertib, fasilitas yang ada dan
penggunaannya.
5. Melaksanakan Asuhan Keperawatan/Tindakan keperawatan sesuai SK
Menkes No.139/SK/Menkes/V/2001 tentang Registrasi dan Praktik
perawat : meliputi pengkajian masalah, rencana, tindakan dan evaluasi
keperawatan kepada pasien di ruang rawat intensif.
6. Melaksanakan tugas secara shift pagi, siang, malam serta hari libur
secara bergilir.
7. Membuat sensus harian bagi petugas jaga malam.
8. Mendampingi visite dokter bila dibutuhkan.
9. Melaksanakan dokumentasi Asuhan Keperawatan yang telah
dilaksanakan.
D. SISTEM PELAYANAN
Ada beberapa bentuk pelayanan ICU yang diterapkan oleh medis. Untuk
RS........................ menggunakan sistem semi closed , dalam arti Dokter yang mengirim

16

pasien ke ICU adalah sebagai Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP). Namun
koordinator pelayanan medis tetap ada pada Dokter ICU, dalam hal ini adalah Kepala
Unit Pelayanan ICU tsb.( Intensivist/Dokter SpAn/Sp lain/Umum). DPJP setiap hari
harus melakukan visit terhadap pasiennya dan dapat melakukan konsultasi terhadap
Dokter Spesialis lain atau rawat bersama.
HUBUNGAN ORGANISASI DENGAN ICCU,PICU DAN NICU :
Banyak RS yang memiliki 1 gedung ICU namun didalamnya terdapat pelayanan
untuk ICCU,PICU dan NICU.
Dalam hal ini ,gedung ICU tetap dipimpin oleh Ka.Unit Pelayanan ICU sebagai
koordinator, sedangkan ICCU dipimpin oleh Ka.Sub Unit Pelayanan ICCU ( Dokter
SpPD/Cardiologist), untuk PICU dan NICU dipimpin oleh Ka.Sub Unit PICU dan NICU
(Dokter SpA).
Dalam hal ini biasanya Tim Perawat yang ada juga merangkap sebagai perawat di
Sub Unit Pelayanan ICCU,PICU dan NICU.
Namun bila memiliki gedung sendiri-sendiri maka ICCU ,PICU dan NICU dapat
dipimpin oleh Ka.Unit Pelayanan ICCU,Ka.Unit Pelayanan PPICU dan NICU, tentunya
dengan Tim perawat sendiri pula.

17

BAB IV
STANDAR PELAYANAN UMUM RAWAT INTENSIF
Tingkat pelayanan ICU harus disesuaikan dengan kelas rumah sakit. Tingkat
pelayanan ini ditentukan oleh jumlah staf, fasilitas, pelayanan penunjang, jumlah dan
macam pasien yang dirawat.
Pelayanan ICU harus memiliki kemampuan minimal sebagai berikut :

Resusitasi jantung paru

Pengelolaan jalan napas, termasuk intubasi trakeal dan penggunaan ventilator


sederhana

Terapi oksigen

Pemantauan EGK, pulse oksimetri terus menerus

Pemberian nutrisi enternal dan parenteral

Pemariksaan laboratorium khusus dengan cepat dan menyeluruh

Pelaksanaan terapi secara titrasi

Kemampuan melaksanakan teknik khusus sesuai dengan kondisi pasien

Memberikan tunjangan fungsi vital dengan alat-alat portabel selama transportasi


pasien gawat

Kemampuan melakukan fisioterapi dada

A. KLASIFIKASI / STRATIFIKASI
Klasifikasi atau stratifikasi pelayanan ICU
a. Pelayanan ICU PRIMER ( standar minimal )
Pelayanan ICU primer mampu memberikan pengelolaan resusitatif segera untuk pasien
gawat, tunjangan kardio-respirasi jangka pendek, dan mempunyai peran panting dalam
pemantauan dan pencegahan penyulit pada pasien medik dan bedah yang beresiko.

18

Dalam ICU dilakukan ventilasi mekanik dan pemantauan kardiovaskuler sederhana


selama beberapa jam.
Kekhususan yang harus dimiliki :
1. Ruangan tersendiri, letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang darurat dan
ruangan perawatan lain.
2. Memiliki kebijaksanaan/kriteria penderita yang masuk, keluar serta rujukan
3. Memiliki seorang dokter spesialis anestesiologi (SpAn) sebagai kepala (bila ada).
4. Ada dokter jaga 24 jam ( dua puluh empat jam ) dengan kemampuan melakukan
resusitasi jantung paru otak.
5. Konsulen yang membantu harus selalu dapat dihubungi dan dipanggil setiap saat.
6. Memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagian besar terlatih.
7. Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu ( Hb,
hematokrit, elektrolit, gula darah dan trombosit ), roentgen, kemudahan
diagnostik dan fisioterapi.
b. Pelayanan ICU SEKUNDER
Pelayanan ICU sekunder memberikan standar ICU umum yang tinggi, yang mendukung
peran rumah sakit yang lain yang telah digariskan, misalnya dokter umum, bedah,
pengelolaan trauma, bedah saraf, bedah vaskuler dan lain-lainnya. ICU hendaknya
mampu

memberikan

tunjangan

ventilasi

mekanis

lebih

lama

melakukan

dukungan/bantuan hidup lain tetapi tidak terlalu kompleks.


Kekhususan yang harus dimiliki :
1. Ruangan tersendiri, letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang darurat dan
ruangan perawatan lain.
2. Memiliki ketentuan/kriteria penderita yang masuk, keluar serta rujukan.
3. Memiliki konsultan yang dapat dihubungi dan datang setiap saat bila diperlukan.
4. Memiliki seorang kepala ICU, seorang dokter Konsultan Intensive Care (KIC)
/Intensivist, atau bila tidak tersedia ,maka Dokter spesialis anestesiologi (SpAn),
yang bertanggung jawab secara keseluruhan dan dokter jaga yang minimal

19

mampu melakukan resusitasi jantung paru ( bantuan hidup dasar dan bantuan
hidup lanjut ).
5. Mampu menyediakan tenaga perawat dengan perbandingan
Pasien : perawat sama dengan 1 : 1 untuk pasien dengan ventilator, renal
replacement therapy dan 2 : 1 untuk kasus-kasus lainnya.
6. Memiliki lebih dari 50% perawat bersertifikat terlatih perawat/terapi intensif atau
minimal berpengalaman kerja 3 ( tiga ) tahun di ICU.
7. Mampu memberikan tunjangan ventilasi mekanis beberapa lama dan dalam batas
tertentu melakukan pemantauan invasif dan usaha-usaha penunjang hidup.
8. Mampu melayani pemeriksaan laboratorium, roengent, kemudahan diagnostik dan
fisioterapi selama 24 jam.
9. Memiliki ruangan isolasi atau mampu melakukan prosedur isolasi.
c. Pelayanan ICU TERTIER ( tertinggi )
Pelayanan ICU tersier merupakan rujukan tertinggi untuk ICU, memberikan pelayanan
yang tertinggi termasuk dukungan/bantuan hidup multi-sistim yang kompleks dalam
jangka waktu yang tak terbatas.ICU ini melakukan ventilasi mekanis pelayanan
dukungan/bantuan renal ekstrakorporal dan pemantauan kardiovaskuler invasif dalam
jangka waktu yang terbatas dan mempunyai dukungan pelayanan penunjang medik.
Semua pasien yang masuk kedalam unit harus dirujuk untuk dikelola oleh spesialis
intensive care/KIC/Intensivist.
Kekhususan yang harus dimiliki :
1. Memiliki ruangan khusus tersendiri didalam rumah sakit
2. Memiliki kriteria penderita masuk, keluar dan rujukan.
3. Memiliki dokter spesialis yang dibutuhkan dan dapat dihubungi, datang setiap
saat diperlukan.
4. Dikelola oleh seorang spesialis anestesiologi ,konsultan intensive care(SpAn KIC)
atau dokter ahli konsultan intensive care yang lain yang bertanggung jawab secara
keseluruhan dan dokter jaga yang minimal mampu resusitasi jantung paru
( bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut ).

20

5. Mampu menyediakan tenaga perawat dengan perbandingan


Pasien : perawat sama dengan 1 : 1 untuk pasien dengan ventilator, renal
replacement therapy dan 2 : 1 untuk kasus-kasus lainnya.
6. Memiliki lebih dari 75% perawat bersertifikat terlatih perawatan/terapi intensif
atau minimal berpengalaman 3 tahun di ICU.
7. Mampu melakukan semua bentuk pemantauan dan perawatan/terapi intensif baik
non-invasif maupun invasif.
8. Mampu melayani pemeriksaan laboratorium, roengent, kemudahan diagnostik dan
fisioterapi selama 24 jam.
9. Memiliki paling sedikit seorang yang mampu dalam mendidik tenaga medik dan
paramedik agar dapat memberikan pelayanan yang optimal pada pasien.
10. Memiliki prosedur untuk pelaporan resmi dan pengkajian.
11. Memiliki staf tambahan yang lain, misalnya tenaga administrasi, tenaga rekam
medik, tenaga untuk kepentingan ilmiah dan penelitian.
Dengan demikan maka RS............................... masih dalam kategori Pelayanan ICU
Primer/Sekunder/Tertier ?
Rasio Perawat : Pasien ICU dapat juga mengacu (sesuai kondisi SDM ICU) :
Umumnya

1 Perawat : 2 Pasien.

Lebih khusus

1 Perawat : 1 Pasien

Minimum

1 Perawat : 3 Pasien.

d. Prosedur pelayanan perawatan / terapi ( ICU )


1. Ruang lingkup pelayanan yang diberikan di ICU
a.

Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang


mengancam nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa
menit sampai beberapa hari.

b.

Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus


melakukan pelaksanaan spesifik problema dasar.

21

c.

Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi


yang ditimbulkan oleh :
-Penyakit
-Iatrogenik

d.

Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang nyawanya pada saat itu
bergantung pada fungsi alat/mesin dan orang lain.

e. Indikasi masuk dan keluar ICU


Suatu ICU mampu menggabungkan teknologi tinggi dan keahlian khusus dalam bidang
kedokteran dan keperawatan gawat darurat yang dibutuhkan untuk merawat pasien sakit
kritis. Keadaan ini memaksa diperlukannya mekanisme untuk membuat prioritas pada
sarana yang terbatas ini apabila kebutuhan ternyata melebihi jumlah tempat tidur yang
tersedia di ICU.
Dokter yang merawat pasien mempunyai tugas untuk meminta pasiennya
dimasukkan ke ICU bila ada indikasi dan segera memindahkan ke unit yang lebih rendah
bila kondisi kesehatan pasien telah memungkinkan.
Kepala ICU bertanggung jawab atas kesesuaian indikasi perawatan pasien di ICU.
Bila kebutuhan masuk ICU melebihi tempat tidur yang tersedia, Kepala ICU menentukan
berdasar prioritas kondisi medik, pasien mana yang akan dirawat di ICU. Prosedur untuk
melakukan kebijakan ini harus dijelaskan secara rinci untuk tiap ICU. Harus tersedia
mekanisme untuk mengkaji ulang secara retrospektif kasus-kasus dimana dokter yang
merawat tidak setuju dengan keputusan kepala ICU.
f. KRITERIA MASUK
ICU memberikan pelayanan antara lain pemantauan yang canggih dan terapi yang
intensif. Dalam keadaan pengguna tempat tidur yang tinggi, pasien yang memerlukan
terapi intensif ( prioritas satu-1 ) didahulukan rawat ICU, dibandingkan pasien yang
memerlukan pemantauan intensif ( prioritas dua-2 ) dan pasien sakit kritis atau terminal
dengan prognosis yang jelek untuk sembuh ( prioritas tiga-3 ). Penilaian obyektif atas

22

beratnya penyakit dan prognosis hendaknya digunakan untuk menentukan prioritas


masuk pasien.
Pasien PRIORITAS 1 ( satu )
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif
seperti dukungan/bantuan ventilasi, infus obat-obatan vasoaktif kontinyu, dan lainlainnya.
Contoh pasien kelompok ini antara lain:
- pasca bedah kardiotoraksik
- pasien shock septic.
- gangguan atau gagal napas akut.
- gangguan atau gagal sirkulasi.
- gangguan atau gagal SSP.
- gangguan atau gagal ginjal.
Mungkin ada baiknya beberapa institusi membuat kriteria spesifik untuk masuk ICU,
seperti derajat hipoksemia, hipotensi dibawah tekanan darah tertentu. Pasien prioritas 1
(satu) umumnya tidak mempunyai batas tinjau dari macam terapi yang diterimanya (do
everything).
Pasien PRIORITAS 2 ( dua )
Pasien ini tidak dalam keadaan kritis tapi memerlukan pelayanan pemantauan canggih
dari ICU. Jenis pasien ini beresiko sehingga memerlukan terapi intensif segera,
karenanya pemantauan intensif menggunakan metoda seperti pulmonary arterial catheter
sangat menolong.
Contoh jenis pasien ini antara lain :
- mereka yang menderita penyakit dasar jantung, paru, atau ginjal akut dan berat
atau yang telah mengalami pembedahan mayor,bedah jantung.
- pasca bedah ekstensif.
- pasca Cardiac arrest dalam keadaan stabil..

23

Pasien prioritas 2 umumnya tidak terbatas macam terapi yang diterimanya, mengingat
kondisi mediknya senantiasa berubah.

Pasien PRIORITAS 3 ( tiga )


Pasien jenis ini sakit kritis, dan tidak stabil dimana status kesehatannya sebelumnya,
penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, baik masing-masing atau
kombinasinya, sangat mengurangi kemungkinan kesembuhan dan/atau mendapat manfaat
dari terapi di ICU/ pasien dengan prognosis buruk untuk sembuh.
Contoh-contoh pasien ini antara lain :
-

pasien dengan keganasan metastatik disertai penyulit infeksi.

pericardial tamponade.

sumbatan jalan napas.

pasien menderita penyakit jantung atau paru terminal disertai


komplikasi penyakit akut berat.

Pasien-pasien prioritas 3 ( tiga ) mungkin mendapat terapi intensif untuk mengatasi


penyakit akut, tetapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi
kardiopulmoner.
Pengecualian
Jenis penyakit berikut umumnya tidak mempunyai kriteria yang sesuai untuk masuk ICU,
dan hanya dapat masuk dengan pertimbangan seperti pada keadaan luar biasa, atas
persetujuan Kepala ICU. Lagi pula pasien-pasien tersebut bila perlu harus dikeluarkan
dari ICU agar fasilitas yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2,
3.( satu, dua, tiga ).
1. pasien yang telah dipastikan mengalami brain death. Pasien-pasien seperti itu
dapat dimasukkan ke ICU bila mereka potensial donor organ, tetapi hanya untuk
tujuan menunjang fungsi-fungsi organ semantara menunggu donasi organ.
2. pasien-pasien yang kompeten tetapi menolak terapi tunjangan hidup yang agresif
dan hanya demi perawatan yang nyamansaja. Sesungguhnya, pasien-pasien ini

24

mungkin mendapat manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di ICU untuk
meningkatkan kemungkinan survival nya.
3. pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
4. pasien yang secara fisiologis stabil yang secara statistik resikonya rendah untuk
memerlukan terapi ICU. Contoh-contoh pasien kelompok ini antara lain, pasien
pasca bedah vaskuler yang stabil, pasien diabetik ketoasidosis tanpa komplikasi,
keracunan obat tetapi sadar, concussion, atau payah jantung kongestif ringan.
Pasien-pasien semacam ini lebih disukai dimasukkan ke suatu unit intermediet
untuk terapi definitif dan/atau observasi.
g. KRITERIA KELUAR
Pasien PRIORITAS 1 ( satu )
Pasien prioritas 1 ( satu ) dikeluarkan dari ICU bila :
-

kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi.

atau bila terapi telah gagal dan prognosis jangka pendek jelek dengan
kemungkinan kesembuhan atau manfaat dari terapi intensif kontinyu kecil.
Contoh-contoh hal terakhir adalah pasien dengan tiga atau lebih gagal sistim
organ yang tidak berespons terhadap pengelolaan agresif.

sedikit keuntungan bila terapi diteruskan.

Pasien PRIORITAS 2 ( dua )


Pasien prioritas 2 ( dua ) dikeluarkan dari ICU bila :
-

kemungkinan untuk mendadak memerlukan terapi intensif telah berkurang.

monitoring intensif tidak diperlukan lagi.

Pasien PRIORITAS 3 ( tiga )


Pasien prioritas 3 ( tiga ) dikeluarkan dari ICU bila :

25

kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi, tetapi mereka mungkin
dikeluarkan lebih dini bila kemungkinan kesembuhannya atau manfaat dari terapi
intensif kontinyu kecil.
Contoh dari hal terakhir antara lain adalah :
i. pasien dengan penyakit lanjut ( penyakit paru kronis, penyakit jantung atau
liver terminal, karsinoma yang telah menyebar luas, dan lain-lainnya yang
telah tidak berespons terhadap terapi ICU untuk penyakit akutnya, yang
prognosis jangka pendeknya secara statistik rendah, dan yang tidak ada terapi
yang potensial untuk memperbaiki prognosisnya).
ii. MBO (mati batang otak)
iii. ARDS stadium akhir.

Kelompok pasien Masuk prioritas 2, bila ada pasien masuk prioritas 1 yang memerlukan
perawatan.
Dengan mempertimbangkan perawatannya tetap berlanjut dan sering merupakan
perawatan khusus setara pasien ICU, pengaturan untuk perawatan non-ICU yang sesuai
harus dilakukan sebelum pengeluaran dari ICU.
Pengkajian ulang kinerja
Setiap ICU hendaknya membuat peraturan dan prosedur-prosedur masuk dan keluar,
standar perawatan pasien, dan kriteria outcome yang spesifik.Kelengkapan-kelengkapan
ini hendaknya dibuat tim multidisipliner yang diwakili oleh dokter, perawat dan
administrator rumah sakit, dan hendaknya dikaji ulang dan diperbaiki seperlunya
berdasarkan keluaran pasien ( outcome ) dan pengukuran kinerja yang lain. Kepatuhan
terhadap ketentuan masuk dan keluar harus dipantau oleh tim multidisipliner, dan
penyimpangan-penyimpangan dilaporkan pada badan perbaikan kualitas rumah sakit
untuk ditindak lanjuti.

26

B. PRASARANA
Prasarana
a. Lokasi
Dianjurkan satu komplek dengan kamar bedah dan kamar pulih, berdekatan atau
mempunyai akses yang mudah ke Instalasi Gawat Darurat, laboratorium dan radiologi.
b. Disain
Standar ICU yang memadai ditentukan disain yang baik dan pengaturan ruang yang
adekuat.
c. Bangunan ICU
- Terisolasi
- Mempunyai standar tertentu terhadap :
a. Bahaya api
b. Ventilasi
c. AC
d. Exhaust fan
e. Pipa air
f. Komunikasi
g. Bakteriologis
h. Kabel monitor
- Lantai mudah dibersihkan dan rata
Area
1). Area pasien :
- Unit terbuka 12 16 m / tempat tidur

27

- Unit tertutup 16 20 m / tempat tidur


- Jarak antara tempat tidur : 2 m
- Unit terbuka mempunyai 1 tempat cuci tangan setiap 2 tempat tidur,
- Unit tertutup 1 ruangan 1 tempat tidur 1 cuci tangan
Harus ada sejumlah outlet yang cukup sesuai dengan level ICU. ICU tersier
paling sedikit 3 outlet udara tekan, dan 3 pompa hisap dan minimal 16 stop kontak untuk
tiap tempat tidur.
Pencahayaan cukup dan adekuat untuk observasi klinis dangan lampu TL day
light 10 watt/m. Jendela dan akses tempat tidur menjamin kenyamanan pasien dan
personil. Disain dari unit juga memperhatikan privasi pasien.
2). Area kerja meliputi :
- Ruang yang cukup untuk staf dan dapat menjaga kontak visual Perawat dan pasi
en.
- Ruang yang cukup untuk memonitor pasien, peralatan resusitasi
dan penyimpanan obat dan alat ( termasuk lemari pendingin ).
- Ruang yang cukup untuk mesin X-Ray mobile dan mempunyai negatif
skop.
- Ruang untuk telpon dan sistem komunikasi lain, komputer dan koleksi
data, juga tempat untuk menyimpan alat tulis dan terdapat ruang yang
cukup untuk resepsionis dan petugas administrasi.
3). Lingkungan
Mempunyai pendingin udara / AC yang dapat mengontrol suhu dan kelembaban
sesuai dengan luas ruangan. Suhu 22 - 25 dengan kelembaban 50 70%.
4). Ruang isolasi
Dilengkapi dengan tempat cuci tangan dan tempat ganti pakaian sendiri.
5). Ruang penyimpanan peralatan dan barang bersih
Ruang menyimpan monitor, ventilator, pompa infus dam pompa syringe,
peralatan dialisis, alat-alat sekali pakai, cairan, penggantung infus, troli,
penghangat darah, alat hisap, linen dan tempat penyimpanan barang dan alat
bersih.

28

6). Ruang tempat pembuangan alat / bahan kotor


Ruang untuk mambersihkan alat-alat, pemeriksaan urine, pengosongan dan
pembersihan pispot dan botol urine. Desain unit menjamin tidak ada kontaminasi.
7). Ruang perawat
Terdapat ruang terpisah yang dapat digunakan oleh perawat yang bertugas dan
pimpinannya.
8). Ruang staf Dokter
Tempat kegiatan organisasi dan administrasi termasuk kantor Kepala dan staf,
dan kepustakaan.
9). Ruang tunggu keluarga pasien
10). Laboratorium
Harus dipertimbangkan pada unit yang tidak mengandalkan pelayanan terpusat.

C. SARANA ALKES
Peralatan
a).

Jumlah dan macam peralatan bervariasi tergantung tipe, ukuran dan


fungsi ICU dan harus sesuai dengan beban kerja ICU, disesuaikan dengan standar
yang berlaku.

b).

Terdapat prosedur pemeriksaan berkala untuk keamanan alat.

c).

Peralatan dasar meliputi :


- Ventilator Mekanik.
- Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas
- Alat hisap
- Peralatan akses vaskuler
- Peralatan monitor invasif dan non invasif
- Defibrilator dan alat pacu jantung
- Alat pengatur suhu pasien
- Peralatan drain thorax
- Pompa infus dan pompa syringe

29

- Peralatan portable untuk transportasi


- Tempat tidur khusus
- Lampu untuk tindakan
- Continuous Renal Replacement Therapy/CRRS (RS tipe A).
Peralatan lain ( seperti peralatan hemodialisa,BGA/Analisa Gas Darah dan lainlain ) untuk prosedur diagnostik dan atau terapi khusus seharusnya tersedia bila secara
klinis ada indikasi untuk mendukung fungsi ICU.
Protokol dan pelatihan kerja untuk staf medik dan para medik perlu tersedia untuk
penggunaan alat-alat termasuk langkah-langkah untuk mengatasi apabila terjadi
malfungsi.

D. MONITORING PERALATAN
Monitoring peralatan
( termasuk peralatan portable yang digunakan untuk transportasi pasien )
a).

Tanda bahaya kegagalan pasokan gas

b).

Tanda bahaya kegagalan pasokan oksigen.


Alat yang secara otomatis teraktifasi untuk memonitor penurunan
tekanan pasokan oksigen, yang selalu terpasang di ventilator.

c).

Pemantauan konsentrasi oksigen.


Diperlukan untuk mengukur konsentrasi oksigen yang dikeluarkan oleh ventilator
atau sistim pernafasan.

d).

Tanda bahaya kegagalan ventilator atau diskonsentrasi sistim pernafasan.


Pada penggunaan ventilator otomatis, harus ada alat yang dapat segera
mendeteksi kegagalan sistim pernafasan atau ventilator secara terus menerus.

e).

Volume dan tekanan ventilator

30

Volume yang keluar dari ventilator harus terpantau. Tekanan jalan nafas dan
tekanan sirkuit pernafasan harus terpantau terus menerus dan dapat mendeteksi
tekanan yang berlebihan.
f).

Suhu alat pelembab ( humidifier )


Ada tanda bahaya bila terjadi peningkatan suhu udara inspirasi.

g).

Elektrokardiograf
Terpasang pada setiap pasien dan dipantau terus menerus.

h).

Pulse oksimeter
Harus tersedia untuk setiap pasien di ICU.

i).

Emboli udara
Apabila pasien sedang menjalani hemodialisis, plasmapheresis, atau alat perfusi,
harus ada pemantauan untuk emboli udara (RS tipe A).

j).

Bila ada indikasi klinis, harus tersedia peralatan untuk mengukur variabel
fisiologis lain seperti tekanan intra arterial dan tekanan arteri pulmonalis, curah
jantung, tekanan inspirasi dan aliran jalan nafas, tekanan intrakranial, suhu,
transmisi neuromuskular, kadar CO2 ekspirasi (RS tipe A).

31

BAB V
PENUTUP
Pelayanan di unit rawat intensif sebaiknya dilakukan oleh suatu tim yang solid
dan terdiri dari berbagai disiplin ilmu kedokteran,karena pasien di ICU adalah pasien
kritis yang memerlukan penanganan yang terpadu dan memerlukan tunjangan alat yang
memadai.
Seharusnya ICU dipimpin oleh seorang Intensivist, namun masih langkanya
tenaga tsb, maka Dokter Spesialis Anestesiologi dapat menggantikan kedudukan tsb.
karena dalam pendidikannya telah cukup mendapatkan ilmu tentang rawat intensif. Bila
tak ada juga,maka Dokter Spesialis lain yang telah pernah mendapatkan pelatihan rawat
intensif dapat menjadi pimpinan. Akhirnya bila tak ada juga dokter spesialis lain tsb,maka
dokter umum yang telah terlatih dibidang rawat intensif dapat mengganti
kannya.
Standar pelayanan Medik ICU ini dibuat sebagai pedoman kerja dari setiap
petugas di ICU ( Dokter,perawat) yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari RS
itu sendiri.
Standar ini bisa dilakukan perubahan/revisi tiap 3 tahun sekali,tergantung dari
perkembangan ilmu dan teknologi serta SDM yang ada.

32

LAMPIRAN - LAMPIRAN
ICU Primer

ICU Sekunder

ICU Tersier

1 tempat cuci
tangan tiap 2 tempat
tidur

1 tempat cuci
tangan tiap 2
tempat tidur

1 tempat cuci tangan


tiap 2 tempat tidur

1 tempat cuci
tangan tiap
1 tempat tidur
1/tempat tidur
-

1 tempat cuci
tangan tiap
1 tempat tidur
2/tempat tidur

1 tempat cuci
tangan tiap
1 tempat tidur
3/tempast tidur

1/tempat tidur

3/tempat tidur

2/tempat tidur

4/tempat tidur

16/tempat tidur

Air

Air

Air

Conditioned

Conditioned

Conditioned

Suhu

23-25 c

23-25 c

23-25 c

Humiditas

50-70%

50-70%

50-70%

Ruang isolasi

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

kotoran

Ada

Ada

Ada

Ruang perawat

Ada

Ada

Ruang staf dokter

Ada

Ada

DISAIN
Area pasien :
Unit terbuka12-16 m2
Unit tertutup 16-20 m2
Outlet oksigen
Vakum
Stop kontak
Area kerja ;
Lingkungan

Ruang penyimpananperalatan dan barang


bersih
Ruang tempat buang

Ruang tunggu keluarga

pasien
Laboratorium

terpusat

Ada

Ada

24 jam

24 jam

33

PERALATAN
Ventilator

Sederhana

Canggih

Canggih

Alat hisap

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Monitor tekanan darah invasif

Ada

Ada

Tekanan vena sentral

Ada

Ada

Tekanan darah

Ada

Ada

Ada

EKG dan laju jantung

Ada

Ada

Ada

Saturasi oksigen (pulse oximeter)

Ada

Ada

Ada

Kapnograf

Ada

Ada

Tekanan vena sentral

Ada

Ada

Ada

Suhu

Ada

Ada

Ada

EEG

Ada

Ada

Defibrilator dan alat pacu jantung

Ada

Ada

Ada

Alat pengatur suhu pasien

Ada

Ada

Ada

Peralatan drain toraks

Ada

Ada

Ada

Pompa infus dan pompa syringe

Ada

Ada

Bronchoscopy

Ada

Echokardiografi

Ada

Peralatan portable untuk trasportasi

Ada

Ada

Ada

Temapat tidur khusus

Ada

Ada

Ada

Lampu untuk tindakan

Ada

Ada

Ada

Hemodialisa

Ada

Ada

Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan


napas
Paeralatan akses vaskulaer :
Peralatan monitor :
Invasif :

Tekanan baji a. Pulmonalis


(Swanz Ganz)
Non invasif :

34

CRRT (Cont.Renal Repl.Th)

Ada

35

Standar Ketenagaan
Kualifikasi
Kepala
ICU

Tim

ICU Primer
ICU Sekunder
Dokter yang memiliki Dokter yang memiliki

ICU Tersier
Kepala ICU adalah

pengetahuan,

pengetahuan,

Dokter yang memiliki

ketrampilan, dan

ketrampilan, dan

pengetahuan,

pengalaman dalam

pengalaman dalam

ketrampilan, dan

bidang reanimasi,

bidang reanimasi,

pengalaman dalam

(resusitasi intensive

(resusitasi intensive care,

bidang reanimasi,

care, critical care) dan critical care) dan

(resusitasi intensive care,

pengetahuan

pengetahuan administrasi

critical care) dan

administrasi yang

yang cukup. Selain itu

pengetahuan administrasi

cukup. Selain itu juga

juga harus memiliki

yang cukup dan mampu

harus memiliki

pengetahuan dan

menyelenggarakan

pengetahuan dan

keterampilan dasar

fumgsi pendidikan dan

keterampilan dasar

General Emergency Life

penelitian. Lingkup

General Emergency

Support yang meliputi

pengetahuan dan

Life Support (GELS)

diantaranya ALS/ACLS,

pengetahuan yang harus

yang meliputi

APLS dan FCCS.

dimiliki, meliputi

diantaranya

Intensivist adalah salah

General Emergency Life

ALS/ACLS, APLS

satu tenaga pimpinan

Support (ALS/ACLS,

dan FCCS.

yang telah disiapkan

APLS dan FCCS dan

Dokter spesialis

untuk bidang ini.

Complex Multi System

anestesiologi adalah

Life Support).Intensivist

salah satu tenaga

adalah salah satu tenaga

pimpinan yang telah

pimpinan yang telah

disiapkan untuk

disiapkan untuk bidang

bidang ini.

ini.

1. Konsultan

1. Konsultan

1. Konsultan
36

Medik

Konsulen terkait

memiliki

memiliki spesialis

dan

dan harus selalu

spesialis yang

yang dapat

Perawat

siap di panggil

dapat

menanggulangi

menanggulangi

setiap saat bila

24 jam dengan

setiap saat bila

diperlukan

kemampuan

diperlukan

2. Ada dokter jaga

resusitasi jantung

2. Ada dokter jaga

2. Ada dokter jaga 24


jam dengan

paru yang

24 jam dengan

kemampuan

bersertifikat.

kemampuan

ALS/ACLS dan

ALS/ACLS

FCCS

3. Memiliki
perawat yang
terlatih dan
jumlahnya cukup

dan FCCS
3. Memiliki

3. Memiliki perawat
yang terlatih atau

perawat yang

sudah bekerja di

terlatih atau

ICU selama 3

ICU harus

berpengalaman

tahun dengan ratio

mempunyai

kerja di ICU

perawat: pasien

kemampuan

dengan ratio

lebih dari 1 :1 pada

managerial dan

perawat :

setiap shift untuk

memiliki

pasien 1 :2

kasus berat dan

sertifikat perawat

pada setiap

tidak stabil

ICU

dibutuhkan

4. Kepala perawat

4. Kepala perawat

4. Kepala perawat

ICU harus

ICU harus

mempunyai

mempunyai

kemampuan

kemampuan

managerial dan

managerial dan

memiliki sertifikat

memiliki

perawat ICU

sertifikat
perawat ICU

37

Tenaga

Tenaga administrsi di

Tenaga administrasi di

Tenaga administrasi di

non

ICU harus

ICU harus mempunyai

ICU harus mempunyai

medik

mempunyai

kemampuan

kemampuan

kemapuan

mengoperasikan

mengoperasikan

mengoperasikan

komputer yang

komputer yang

komputer yang

berhubungan dengan

berhubungan dengan

berhubungan dengan

masalah administrasi.

masalah administrasi.

masalah administrasi.

Tenaga pekarya

Tenaga laboratorium

Tenaga pekarya

Tenaga kebersihan

Tenaga farmasi

Tenaga kebersihan

Tenaga pekarya
Tenaga kebersihan

38

Anda mungkin juga menyukai