OLEH KELOMPOK II :
V.C.AGNES BATTA
TRIVONIA JENITA
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan bimbingan-Nya, kami dapat mengerjakan tugas kami secara tepat waktu.
Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan tugas kami ini.
Kami sadar tugas yang kami kerjakan masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca bagi kami agar kedepannya
kami dapat menyelesaikan tugas dengan lebih baik
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
Agar Mahasiswa mengetahui Anatomi Fisiologi dari Ginjal, dan Pengertian dari OTAK
Agar Mahasiswa mengetahui Etiologi, Komplikasi, Patofisiologi, dari STROKE
Agar Mahasiswa mengetahui Penatalaksaan dari STROKE
Agar Mahasiswa mengetahui Tinjauan Keperawatan dari STROKE
BAB II
PEMBAHASAN
Anatomi otak
Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100
triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar),
serebelum (otak kecil), brainsterm (batang otak), dan diensefalon (Satyanegara,
1998).
Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks
serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis yang merupakan
area motorik primer yang bertanggung jawab untuk gerakan gerakan voluntar, lobur
parietalis yang berperanan pada kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi
sensorik yang lebih tinggi tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik
untuk impuls pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks
penglihatan primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna.
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh duramater yang
menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang memisahkannya dari bagian posterior
serebrum. Fungsi utamanya adalah sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan
memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk
mempertahankan keseimbangan sikap tubuh.
Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas adalah medula oblongata, pons
dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata merupakan pusat refleks yang
penting untuk jantung, vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan,
pengeluaran air liur dan muntah. Pons merupakan mata rantai penghubung yang
penting pada jaras kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan
serebelum. Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi
aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan desenden dan pusat
stimulus saraf pendengaran dan penglihatan.
Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus, epitalamus dan
hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan pengintegrasi subkortikal
yang penting. Subtalamus fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi
pada subtalamus akan menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan gerakan
kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus berperanan
pada beberapa dorongan emosi dasar seseorang. Hipotalamus berkaitan dengan
pengaturan rangsangan dari sistem susunan saraf otonom perifer yang menyertai
ekspresi tingkah dan emosi.
2. Nervus Cranialis
a. Nervus olvaktorius
Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi, membawa rangsangan aroma
(bau-bauan) dari rongga hidung ke otak.
b. Nervus optikus
Mensarafi bola mata, membawa rangsangan penglihatan ke otak.
c. Nervus okulomotoris
Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital (otot pengerak bola mata)
menghantarkan serabut-serabut saraf para simpati untuk melayani otot siliaris dan
otot iris.
d. Nervus troklearis
Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital. Saraf pemutar mata yang pusatnya
terletak dibelakang pusat saraf penggerak mata.
e. Nervus trigeminus
Bersifat majemuk (sensoris motoris) saraf ini mempunyai tiga buah cabang.
Fungsinya sebagai saraf kembar tiga, saraf ini merupakan saraf otak besar,
sarafnya yaitu:
1) Nervus oltamikus: sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala bagia depan
kelopak mata atas, selaput lendir kelopak mata dan bola mata.
2) Nervus maksilaris: sifatnya sensoris, mensarafi gigi atas, bibir atas palatum,
batang hidung, ronga hidung dan sinus maksilaris.
a. Stroke Iskemik
Stroke iskemik yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu atau lebih arteri
besar pada sirkulas serebrum. Obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan ( trombus). Yang
terbentuk didalam pembuuh darah otak atau pembuluh darah ogan distal. Terdapat
beragam penyebab stroke trombotik dan emboli primer termasuk ateroslerosis, atreritis,
keadaan hiperkoagulasi dan penyakit jantung dn struktural. Penyebab lain stroke iskemik
adalah vasospasme yang sering merupakan respons vaskuler reaktif terhadap perdarahan
kedalam ruang antara araknoid dan piamater menigen ( Price & Wilson, 2006).
Sebagian besar stroke iskemik tidak menimbulkkan nyeri, karena jaringan otak tidak
peka terhadap nyeri. Namun, pembuluh darah besar dileher dan batang otak memiliki
banyak reseptor nyeri sehingga cedera pada pembuluh darah ini serangan iskemik dapat
menimbulkkan nyeri kepala.
Tanda utama storke adalah munculnya secara mendadak satu atau lebih devisit
neurologik focal. Devisit tersebut mungkin engalami perbaikan dengan cepat, mengalami
perburukan yang progresif atau menetap. Gejala umum berupa lemas diwajah, lengan
atau tungkai, terutama disalah satu sisi tubuh.
Hubungan yang erat antara gejala yang berkaitan dengan pembuluh darah tertentu dan
manifestasi klinis yang sebenarnya pada seorang karena beberapa faktor, antara lain
(Price & Wilson, 2006) ;
1) Terdapat variasi individual pada sirkulasi kolateral dalam kaitannya dengan
sirkulasi willisi
2) Cukup banyak terdapat anastomosis leptomeningen antara arteri serebri anterior,
media dan posterior dikorteks serebrum
3) Setiap arteri srerbri memiliki sebuah daerah sentral yang mendapat darah darinya
dan suatu daerah suplai perifer, atau daerah perbatsan yang mungkin mendapat
darah dari arteri lain
4) Berbagai sistemik dan metabolik berpern dalam menentukkan gejala yang
ditimbulkan oleh proses patologik tertentu.
Gambaran klinis utama yang berkaitan dengan insufisiensi arteri keotak disebut sindroma
neurovaskuler. Hal ini terutama berlaku bagi iskemik dan infark akibat trombosis dan embolus.
Walauun perdarahan didaerah vaskuler ytang sama mungkin emnimbulkkan efek yang berbeda
karena dalam perluasannya kearah dalam, perdarahan dpat mengenai teritoriallebih dari satu
pembuluh. Selain itu, perdarahan menyebabkan pergeseran jaringan dan meningkatkan tekanan
intrakranial. Gejala yang terjadi pada stroke hemoragik antara lain : nyeri kepala berat, mual
muntah, kehilangan kesadaran semantara atau persistem, tekanan darah sangat tinggi (Giraldo.
2007).
b. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi sekitar 20% dari seluruh kasus stroke (Geraldo, 2007).
Pada strooke ini lesi vaskuler intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi
perdarahan di subaranoid atau langsung kejaringan otak. Perdarahan dapat secra cepat
menimbulkan gejala neurogenik karena tekanan pada struktur saraf didalam tengkorak.
Iskemia adalah konsekuensi sekunder dari perdarahan yang spontan maupun traaumatik.
Mekanisme terjadinya iskemia tersebut karena adanya tekanan pada pembuluh darah
akibat ekstravasasi darah kedalam tengkorak yang volumenya tetap dan vasospasme
reaktif pembuluh darah yang terpajan didalam ruang antara lapisan araknoid dan
piameter menigen. Biasanya stroke hemoragik secara cepat menyebabkan kerusakan
fungsi otak dan kehilangan kesadaran (Price & Wilson, 2006).
2.2 ETIOLOGI
Gangguan pasokan aliraan darah keotak dapat terjadi dimana saja didalam arteri yang
mmbentuk sirkulasi willisi yaitu arteri karotis interna dan sistem vetebrobasilar dan semua
cabangnya. Secara umum, apabila aliran drah kejaringan otak terputus selama 15-20 menit akan
terjadi infark atau kematian jaringan (Price & Wilson, 2006). Price & Wilson, 2006
menambahkan bahwa patologi yang mendasari gangguan peredaraan darah otak yaitu :
Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti pada arteriosklerosis dan
trombosis, robeknya dinding pembuluh darah atau peradangan.
Berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya pada syok dan
hiperviskositas darah
Gangguan alian darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung atau
pembuluh darah ekstrakranium
Ruptur vaskular di dalam jaringan otak atau ruang subaraknoid
2.3 PATOFISIOLOGI
Stroke iskemik
Iskemik pada otak akan me gakibatkan perubahan pada sel neuron itak secara bertahap.
Tahap pertama diawali dengan penurunan aliran darah sehingga me nyebabkan sel – sel neuron
akan kekurangan oksigen dan nutrisi. Hal ini akan menyebabkan kegagalan metabolisme dan
penurunan energi yang dihasilkan oleh sel neuron tersebut. sedangkan pada tahap II,
ketidakseimbangan suplei dan kebutuhan oksigen tersebut memicu respon inflamsi dan diakhiri
dengan kematian sel serta opoptosis terhadapnya.
Proses cedera pada susunan saraf pusat ini menyebabkan berbagai hal, anatara lain
gangguan permeabilitas pada sawar darah otak, kegagalan energi, hilangnya homestasi ion sel,
asidosis, peningkatan kalsium ekstrasel, dan toksisitas yang dipicu oleh keberadaan radikal
bebas.
Stroke hemaragik
Elemen – elemen vasoaktif yang keluar akibat kondisi iskemik dan penurunan tekanan
perfusi menyebabkan daerah yang terkena darah dan sekitarnya mengalamai kenaikan tekanan.
Gejala neurologis timbul merupakan dampak dari ekstravasasi darah ke jaringan otak yang
memicu terjadinya nekrosis.
Perdarahan subarakhnoid terjadi akibat pembuluh darah disekitar permukaan otak yang
pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke subarakhnoid. Perdarahan subarakhnoid ini
umumnya disebabkan oleh rupturnya aneurisme sakular atau perdarahan dari arteriovenous
malformation.
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark
bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya
sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah
ke otak dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan
paru dan jantung). Atherosklerotik sering/ cenderung sebagai faktor penting terhadap otak,
thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis,
dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Thrombus dapat pecah dari dinding
pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia
jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti
disekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu
sendiri. Edema 21 dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa
hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan. Oleh karena thrombosis
biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral
oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi
akan meluas pada dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika
sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma
pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau
ruptur. Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral menyebabkan kematian dibandingkan dari
keseluruhan penyakit cerebro vaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak,
peningkatan tekanan intracranial menyebabkan herniasi otak. Jika sirkulasi serebral terhambat,
dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel
untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia
serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung
(Muttaqin, 2008).
PATHWAY
MEROKOK,
STRES,OBESITAS, DM,
ALKOHOL
DARAH KEOTAK
Kekuatan
otot, menelan
Hambtan
mobilitas
fisik Perubahan nutrisi
kurang dari keb. tubuh
Mobilitas
Defisit perawatan
diri.
FAKTOR RESIKO
1. Hipertensi ; efek jangaka panjang dari peningkatan tekanan darah adalah kerusakan
dinding arteri yang akan memudahkan terjadinya penebalan atau penyempitan dinding
arteri atau pecahnya pembuluh darh.
2. Diabetes Melitus; DM dapat menimbuakan perubahan pada sistem pembuluh darah dan
jantung. DM juga mempercepat arteroskleosis lebih berat, lebih tersebar, sehingga resiko
penderita stroke meninggal lebih besar.
3. Merokok : kebiasaan merokok juga terkait langsung dengan kadar kolesterol dalam
darah. Merokok bisa mengurangi kadar HDL dan meningkatkan kadar LDL, sehingga
pengeruh merokok terhadap stroke tidak terjadi secara langsung melainkan melalui
peningkatan kadar kolesterol darah.
4. Obesitas ; hubungan obesitas dengan stroke terlihat jelas dengan pengukuran lingkar
perut dibandingkan dengan IMT. IMT bisa menurun sejalan dengan usia, sehingga pada
saat penelitian bisa saja IMT yang diukur sudah jauh berdeda.
5. Konsumsi Alkohol : konsumsi alkohol bisa meningkatkan resiko stroke, tetapi tidak
secara langsung, melainkan melalui faktor lain. Alkohol di anggap sebagai pengencer
darah ringan yang dapat mencegah bekuan yang terbentuk di pembuluh darah.
6. Riwayat penyakit keluarga : resiko terhadap stroke terkait dengan garis keturunan. Para
ahli mengatakan adanya gen resesif yang memengaruhinya. Gen tersebut terkait dengan
penyakit yang merupakan faktor pemicu stroke (hipertensi, DM, penyakit jantung
koroner, dan kelainan pada pembulih daruh yang bersifat menurun).
a. Kehilangan Motorik : strroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan
kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Karena neuron motor atas
melintas, gangguan kontrol motorik volunter pada salah satu sisi tubuh dapat
menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak.
b. Kehilangan Komunikasi : Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalh bahasa
dan komunikasi. Disfungsi bahsa dan komunikasi disebabkan oleh hal berikut, yaotu
Disartria ( kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan biacara yag sulit dimengerti
disebabkan oleh paralisis (kelemahan sebagian pada tubuh) otot yang bertangung
jawab untuk menghasilkan bicara.
Disfasia atau afasia (kehilangan bicara).
Apraksia ( ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya), seperti pasien mengambil sisir dan berusaha menyisir rambutnya.
c. Gangguan Persepsi Visual, disfungsi gangguan persepsi visual karena gangguan jaras
sensori primer diantara mata dan korteks visual.
d. Kerusakan Fungsi Kognitif dan Efek Psikologik : bila kerusakan terjadi pada lobus
frontal, memori, atau funsi intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak.
Disfungsi dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam
pemahaman , lipa dan kurang motivasi yang menyebabkan pasien ini ,menghadapi
masalah frustasi dalam program rehabilitasi mereka.
e. Disfungsi Kandung Kemih : setelah stroke klien mengalami ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena
kerusakan kontrol motorik dan postural. Setelah stroke kandung kemih juga akan
mengalami kerusakan sensasi dalam respon terhadap pengisisan kandung kemih. Kontrol
sfingter urinarius eksternal hilang atau berkurang.
2.5 KOMPLIKASI
2.6 PENATALAKSANAAN
Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi diuretik untuk menurunkan edema
serbral, yang mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral. Antikoagulan
dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya trombosis atau embolisasi dari
tempat lain dalam sistem kardiovaskuler. Medikasi antikoagulan dapat diresepkan karena
trombosit memainkan peran sangat penting dalam pembentukkan trombus dan embolisasi.
Penatalaksanaan Komplikasi
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pola Persepsi dan manajemen Kesehatan
Kaji sensori dan motorik dari klien apaakah menururn atau hilang, mudah terjadi
injury, perubahan persepsi dan orientasi.
Pola Nutrisi Metabolik
Kaji apaah adanya mual, muntah, daya sensori hilang dilidah, dipipi, diteinga dan
disfagia.
Pola Eliminasi
Kajji apakah adanya perubahan kebiasaan BAB dan BAK misalnya inkontinentia
urine, anuria, distensi Kndung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang,
Pola Aktivitas dan Latihan
Kaji apakah klien mengalamai kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya
rasa, paralisis, hemiplegi, dan mudah lelah.
Pola Kognitif dan Persepsi
Kaji apakah adanya gangguan penglihatan ( penglihatan kabur), dispalopia,
lapang pandang menyempit. Hilangnya daya sensori pada bagian yang
berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang sama dimuka.
Pola Persepsi Konsep Diri
Kaji adanya emosi labil, fespon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikkan diri.
Pola Tidur dan Istirahat
Kaji apakah klien mudah lelah dan susah tidur.
Pola Peran dan Hubungan
Kaji apakah adanya gangguan dalam berinteraksi. Ketidakmampuan
berkomunukasi.
Pola Toleransi Stress Koping
Kaji apakah klien mampuy mengambil keputusan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b.d penyumbatan aliran darah arteri
dan vena d.d aanya penurunan kesadaran dengan mengukur GCS secara
kuantitatif
b. Gangguan Mobilisasi
c. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d menumpuknya secret akibat kurang
mobilisasi dan kurangnya batuk efektif.
d. Hambatan komunikasi verbal b.d gangguan fisiologis d/d
e. Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik d/d
f. Ketidakefektifan pola napas b.d faktor fisiologis d/d
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
makan d/d
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b.d penyumbatan aliran darah arteri dan
vena.
NOC : setelah dilakukan tindakan keperawatan ..x 24 jam diharapkan perfusi
jaringan klien efektif dengan KH :
Fungsi neurology meningkat
Kelemahan berkurang
Fungsi motorik mwningkat
Fungsi sensorik meningkat
TTV stabil
NIC :
Observasi keadaan umum dan tingkat kesadaran pasien
Monitor TTV klien
Dorong keluarga untuk biacara kepada klien
Kolaborasi dengan pemberian obat diuretik osmotik.
b. Hambatan komunikasi verbal b.d gangguan fisiologis
NOC: setelah dilakakukan tindakan keperwatan selama ... x24 jam maka
diharapkan kemampuan komunikasi klien meningkat dengan KH :
Penggunaan isyarat
Peningkatan bahasa lisan
Kemampuan interpretasi meningkat.
NIC :
Monitor kecepatan bicara, tekanan, kuantitas, volume dan diksi
Monitor proses kognitif dan fisiologi terkait dengan kemampuan
bicara
Instrusikan kepada klien untuk biacar pelan.
Kolaborasi bersama keluarga dan ahli terapis tentang mengembangkan
rencana agar kita berkomunukasi secra efektif.
Ijinkan klien uuntuk sering mendengar suara biacar dengan cara tepat.
c. Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik
NOC : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..24 jam maka
diharapkan defisit perawatan diri klien optimal dengan KH :
Mandi teratur
Kebersihan badan terjaga
Kebutuhan sehati-hari terpenuhi
NIC :
Beri pujian pada klien untuk alasan berubah
Banyu klien mengidentifikasi tujuan spesifik berubah
Bantu klien dalam mengindentifikasi perilaku sasaran yang perlu
diubah utnuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Jelaskna pada pasien mengenai fungsi dari tanda dan pemicu yang
menyebabkan terjadinya perilaku.
Dorong pasien untuk memasangkan perilaku yang diinginkan dengan
penanda yang ada.
d. Ketidakefektifan pola napas b.d faktor fisiologis
NOC : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... 24 jam maka
diharapkan pola nafas klien efektif dengan KH : menunjukkan jalan nafas
paten, irama nafas normal, frekuensi nafas normal dan tidak ada suara nafas
tambahan.
NIC :
Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan bernapas.
Catat pergerakan dada, ketidaksimetrisan, penggunaan oto bantu
pernapasan, dan fretraksi oto supraclavicular.
Monitor suara napas tambahan
Monitior pola napas
Monitor saturasi oksigen
Monitor keluihan pasien tentang sesak napas, termasuk kegiatan yang
meningkatkan keluhan.
e. Hambatan mobilitas fisik b.d kelemahan otot
NOC : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam maka
diharapkan terjadi peningkatan mobilisasi dengan KH :
Peningkatan fungsi dan kekuatan otot
ROM aktif dan pasif meningkat
Perubahan posisi yang adekuat
Fungsi motorik adekuat.
NIC :
Berikan posisi terapeutik
Jangan berikan teknan pada bagian tubuh yang terganggu
Topang leher dengan tepat
Pertahankan possisi yang tepat ;pada saat mengatur posisi pasien
Berikan tempat tidur yang tidak terlalu keras dan juga tidk terlalau
empuk
Monitor kemampuan pasien saat terpasang penopang
Monitor keutuhan kulit dibawah korset
Lakukan latihan ROM pada ektremitas yang terganggu
Ajrakan anggota keluarga untuk mengatur posisi pasien dan
melakukan ROM dengan tepat.
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan makan.
NOC : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .. x 24 jam maka
diharapkan terjadi peningkatan status nutrisi dengan KH :
Mengkonsumsi nutrisi yang adekuat
Identifikasi kebutuhan nutrisi
Bebas dari tanda malnutrisi
NIC :
Tentukan status gizi pasien dan kemampuan utnuk memnuhi
kebutuhan nutrisi
Identifikasi alergi atau intoleransi yang dimiliki pasien
Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagi pasien.
Instrusilkan pasien untuk mengenai kebutuhan nutrisi.
D. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Mencapai peningkatan Mobilisasi
a) Kerusakan kulit terhindar, tidak ada kontraktur dan footdrop
b) Berpartisipasi dalam program latihan
c) Mencapai keseimbangan saat duduk.
d) Penggunaan sisi tubh yang tidak sakit untuk kompensasi hilangnya fungsi
pada sisi yang hemiplegia.
2. Tidak mengeluh adanya nyeri bahu
a) Adanya mobilisasi baku : latihan bahu
b) Lengan dan tangan dinauikan sesuai interfal
3. Dapat merawat diri ; dalam bentuk perawatan kebersihan dan menggunaklan
adaptasi terhadap alat-alat.
4. Pembuangan kandung kemih dapat diatur.
5. Berpartisipasi dalam program meningkatkan kognitif.
6. Adanya peningkatan komunikasi
a) Mempertahankan kulit yang utuh tanpa adanya krusakan ; memperlihatkan
turgor kulit tetap normal dan berpartisipasi dalam aktivitas
mengembalikan tubuuh dan posisi.
7. Anggota keluarga memperlihatkan tingkh laku yang positif dan menggubakan
mekanisme koping
a) Mendukung program latihan
b) Turut aktiv ambil bagian dalam proses rehabilitasi
8. Tidak terjadi komplikasi
a) Tekanan darah dan kecepatan jantung dalam batas normal untuk pasien,
b) Gas darah arteri dalam batas normal
E. DISCHARGE PLANING.
a. Latihan kebugaran jasmani dengan mengencangkan otot lengan, berdiri lemah lama
dan olaraga secara teratur paling sedikit tiga kali seminggu
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth/editor, Suzzane C. Smeltzer,
Brenda G. Bare ; alih bahasa, Agung Waluyo ... [et al.] ; editor edisi bahasa Indonesia, Monica
Ester ... [et al.,]. –Ed. 8.-Jakarta : EGC, 2001.