G DENGAN
BRONKOPNEUMONIA DI RUANG RAWAT INAP ANAK
AKUT RSUP DR. M. DJAMIL PADANG DAN EVIDEN
BASED NURSING AROMATERAPI PEPPERMINT
TERHADAP BERSIHAN JALAN NAFAS
TIDAK EFEKTIF
OLEH:
YENLY FITRI, S.Kep
19131005
ABSTRAK
World Health Organization (WHO) menyebutkan pneumonia merupakan
penyebab kematian terbesar pada anak – anak di seluruh dunia. pada tahun 2015
prevalensi kematian pneumonia pada balita sebesar 16% sebanyak 920.136 jiwa
anak. Di Indonesia Data pada tahun 2018 didapatkan sebanyak 447.431 jiwa anak
yang mengalami pneumonia. Di Sumatera Barat Pada tahun 2017 didapatkan data
balita sebanyak 81.736 jiwa, perkiraan balita yang mengalami pneumoni 3,1%
dari jumlah balita, sedangan yang ditemukan dan ditangani sebanyak 2.719 jiwa.
Bronkopneumonia adalah inflamasi paru pada area bronkiolus dan memicu
produksi eksudat mukopurulen sehingga mengakibatkan obstruksi saluran
respiratori dan konsolidasi yang merata ke lobulus yang berdekatan. Hal ini
disebabkan masuknya jamur, virus dan bakteri ataupun benda asing ditandai
dengan panas tinggi, nafas cepat dan dangkal, batuk kering dan produktif. Asuhan
keperawatan pada pasien bronkopneumonia ini untuk mengatasi masalah yang
dirasakan salah satunya yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif. Masalah ini
muncul pada pasien karena dampak dari pengeluaran dahak yang tidak lancar
dapat menyebabkan penderita mengalami kesulitan bernafas dan merasakan sesak.
Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dengan memberikan aromaterapi
peppermint. Aromaterapi pappermint adalah suatu penyembuhan yang berasal
dari alam menggunakan daun mint sebagai tambahan baku. Aromaterapi menthol
yang terdapat pada pappermint memiliki inflamasi, karena pappermint memiliki
antibakteri sehingga membuka saluran pernafasan. Pappermint akan
melonggarkan bronkus, melancarkan pernafasan dan melegakan pernafasan
dengan menghirup pappermint secara langsung. Tujuan Mahasiswa mampu
melakukan Asuhan Keperawatan pada dimulai dengan pengkajian, menganalisa
data, menegakkan diagnosa, dan membuat intervensi. Asuhan keperawatan
diharapkan menunjukkan hasil, dengan pemberian aromaterapi peppermint
terhadap bersihan jalan nafas tidak efektif pasien dengan bronkopneumonia.
Kata Kunci:
Aromaterapi peppermint, Bersihan Jalan Nafas, Bronkopneumonia
5
ABSTRACT
The World Health Organization (WHO) states that pneumonia is the leading cause
of death in children around the world. in 2015, the prevalence of pneumonia
mortality in children under five was 16% as many as 920,136 children. In
Indonesia, data in 2018 showed that 447,431 children had pneumonia. In West
Sumatra, in 2017, there were 81,736 children under five, the estimate of
underfives who experienced pneumonia was 3.1% of the number of children
under five, while 2,719 people were found and treated. Bronchopneumonia is an
inflammation of the lungs in the bronchiolar area and triggers the production of
mucopurulent exudate resulting in respiratory tract obstruction and even
consolidation into adjacent lobules. This is due to the entry of fungi, viruses and
bacteria or foreign objects characterized by high heat, rapid and shallow
breathing, dry and productive cough. Nursing care for bronchopneumonia patients
is to overcome the problems one of them is ineffective airway cleaning. This
problem arises in patients because the impact of the non-smooth expelling of
phlegm can cause the sufferer to have difficulty breathing and feel short of breath.
To overcome this problem, you can give peppermint aromatherapy. Pappermint
aromatherapy is a natural healing remedy using mint leaves as a raw addition.
Menthol aromatherapy found in pappermint has inflammation, because
pappermint has antibacterial properties that open up the respiratory tract.
Pappermint will loosen the bronchi, improve breathing and relieve breathing by
inhaling pappermint directly. Objectives Students are able to perform nursing care
starting with assessment, analyzing data, establishing diagnoses, and making
interventions. Nursing care is expected to show results, with peppermint
aromatherapy for ineffective airway clearance of patients with
bronchopneumonia.
Keywords:
Peppermint Aromatherapy, Airway Cleansing, Bronchopneumonia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pernafasan merupakan salah satu organ penting dari bagian tubuh
manusia setelah kardiovaskuler, sehingga bila terjadi gangguan sistem
pernafasan akan mempengaruhi semua organ lain yang akan mengganggu
aktivitas manusia. Gangguan pada sistem pernafasan ini dapat disebabkan oleh
berbagai faktor penyebab diantaranya karena polusi udara, gaya hidup yang
tidak sehat, kebiasaan merokok, virus, dan bakteri (Engram,2012). Bayi dan
Anak – anak lebih rentan terhadap penyakit karena respon imunitas mereka
masih belum berkembang dengan baik. Penyakit infeksi saluran pernafasan
dilaporkan menjadi 10 penyakit utama di negara berkembang. Salah satu
penyakit saluran pernafasan adalah pneumonia (Sinaga,2019).
World Health Organization (WHO) menyebutkan pneumonia merupakan
penyebab kematian terbesar pada anak – anak di seluruh dunia. Tahun 2014
ditemukan sebanyak 930.000 jiwa anak. pada tahun 2015 prevalensi kematian
pneumonia pada balita sebesar 16% sebanyak 920.136 jiwa anak
(WHO,2017), sedangkan Pada tahun 2016 didapatkan data kematian balita
akibat pneumonia dengan jumlah 880.000 jiwa, dengan Indonesia menempati
urutan ke 2 (UNICEF,2018).
Prevalensi pneumonia di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 63,45%
dibandingkan tahun 2016 sebanyak 65,27% sedangkan pada tahun 2017
didapatkan sebanyak 51,19% yang mengalami pneumonia. Data pada tahun
2018 didapatkan sebanyak 447.431 jiwa anak yang mengalami pneumonia
dengan angka tertinggi di Papua terdapat sebanyak 35% dan yang terendahnya
di Bali sebanyak 10%. Sedangkan Sumatera Barat menempati urutan yang ke
9 dengan kasus pneumonia terbanyak (Kemenkes RI,2018).
Di Sumatera Barat jumlah balita didapatkan 81.736 juta jiwa,
diperkirakan jumlah penderita yaitu 3,91% dari jumlah balita. Kota Padang
merupakan salah satu wilayah di Sumatera Barat dengan angka kejadian
pneumonia terbanyak. Pada tahun 2017 didapatkan data balita sebanyak
1
7
81.736 jiwa, perkiraan balita yang mengalami pneumoni 3,1% dari jumlah
balita, sedangan yang ditemukan dan ditangani sebanyak 2.719 jiwa (Dinas
Kesehatan Kota Padang,2018).
Pneumonia adalah suatu inflamasi pada parenkim paru. Umumnya
pneumonia pada masa anak digambarkan sebagai bronkopneumonia.
Bronkopneumonia bentuk suatu kombinasi dari penyebaran pneumonia
lobular atau adanya infiltrat pada bagian area pada kedua lapang atau bidang
paru dan sekitar bronkhi (Sinaga,2019). Bronkopneumonia adalah suatu
peradangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau
peradangan yang terdiri pada jaringan paru dengan cara penyebaran langsung
melalui saluran pernafasan atau hematogen sampai ke bronkus (Nari,2019).
Bronkopneumonia ditandai dengan panas yang tinggi, gelisah, dispnea,
nafas cepat dan dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan produktif
(Hidayat,2011). Penyebab dari bronkopneumonia yang biasa yaitu masuknya
bacteri Streptococcus dan Mycoplasma pneumonia sedangkan untuk virus
yaitu adenoviruses, rhinovirus, influenza virus, respiratory syncytial virus
(RSV) dan para influenza virus yang masuk melalui saluran pernafasan. Pada
umumnya dikategorikan sebagai penyakit menular yang di tularkan melalui
udara dengan sumber penularan adalah penderita yang menyebarkan kuman
dalam bentuk doplet ke udara pada saat batuk, bersin dan terhirup oleh orang
di sekitar (Pramono dkk,2019).
Selain dari penyebab bakteri dan virus adapun faktor lain yang dapat
mempengaruhi peningkatan keparahan bronkopneumonia yaitu status gizi
yang kurang atau buruk, pemberian air susu ibu (ASI) tidak sampai enam
bulan, tidak mengkonsumsi suplemen zink, bayi berat badan lahir rendah,
tidak vaksinasi dasar lengkap, polusi udara, asap rokok, asap bakaran, serta
rendahnya status sosial ekonomi dan pendidikan ibu (Patria,2016).
Dampak yang muncul pada anak yang mengalami bronkopneumonia
dapat berupa fisik maupun psikologisnya. dampak fisik yang dialami anak
seperti akan terjadinya atelektasis pada paru, episema, abses paru, infeksi
sitemik, endokarditis, meningitis, dan akibat yang lebih parah lagi dapat
mengalami kematian. Proses penerapan asuhan keperawatan yang tepat
8
B. Rumusan masalah
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru yang
meluas sampai bronkioli atau peradangan yang terdiri pada jaringan paru
dengan cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau hematogen
sampai ke bronkus. Data diruang anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
pengkajian pada tanggal 4 November 2019 didapatkan jumlah kasus yang
mengalami bronkopneumonia sebanyak 1 kasus. Proses asuhan keperawatan
memegang peranan yang sangat penting dalam penyembuhan dan pencegahan
pada anak yang mengalami bronkopneumonia. Salah satu masalah
11
keperawatan yang terjadi yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif. Untuk
mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan terapi farmakologis dan
non farmakologis.
Terapi non farmakologis untuk mengatasi masalah keperawatan bersihan
jalan nafas tidak efektif yang dapat digunakan yaitu aromaterapi peppermint.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalahi penelitian adalah
bagaimana cara menerapkan intervensi untuk mengatasi bersihan jalan nafas
tidak efektif pada bronkopneumonia. Penulis dapat merumuskan masalah
sejauh mana penanganan bersihan jalan nafas tidak efektif pada
bronkopneumonia dengan pemberian aromaterapi peppermint pada anak
dengan bronkopneumonia diruang Anak Akut RSUP Dr. M. Djamil Padang.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan Analisis Asuhan Keperawatan pada
An. G dengan Bronkopneumonia di Ruang Rawat Inap Anak Akut RSUP
Dr. M. Djamil Padang dan Eviden Based Nursing aromaterapi peppermint
terhadap bersihan jalan nafas tidak efektif.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian dan membuat analisa data pada An. G
dengan Bronkopneumonia di Ruang Anak Akut RSUP Dr. M. Djamil
Padang.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An. G dengan
Bronkopneumonia di Ruang Anak Akut RSUP Dr. M. Djamil Padang.
c. Mampu membuat intervensi keperawatan pada An. G dengan
Bronkopneumonia di Ruang Anak Akut RSUP Dr. M. Djamil Padang.
d. Mampu menganalisis pemberian Aromaterapi Pappermint terhadap
bersihan jalan nafas tidak effektif di Ruang Anak Akut RSUP Dr. M.
Djamil Padang.
12
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Untuk memperdalam pengetahuan penulis terkait Asuhan keperawatan
pada Anak yang mengalami Bronkopneumonia dan mengaplikasikan ilmu
yang telah di peroleh diperkuliahan dalam praktek klinik keperawatan
pada anak dengan bronkopneumonia yang di berikan aromaterapi
peppermint terhadap bersihan jalan nafas tidak effectif di Ruang Anak
Akut RSUP Dr. M. Djamil Padang.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan diperpustakaan untuk menambah wawasan ilmu
pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan Anak khususnya pada Anak
yang mengalami Bronkopneumonia bagi semua mahasiswa STIKes
MERCUBAKTIJAYA Padang.
3. Bagi Instansi Kesehatan
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama
terhadap Anak yang mengalami Bronkopneumonia sesuai dengan Asuhan
Keperawatan serta dapat mengaplikasikan penggunaan aromaterapi
peppermint pada Anak yang mengalami Bronkopneumonia.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
8
14
mengiris, cara masuk RS, alasan masuk RS, riwayat alergi (obat,
makanan, dll) dan alat bantu yang dipakai.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien mengalami Menggigil mendadak, demam yang
tinggi dengan cepat dan berkeringat banyak, Nyeri dada seperti
ditusuk yang diperburuk dengan pernafasan dan batuk, Sakit
parah dengan takipnea jelas (25 – 45/menit) dan dispnea, Nadi
cepat dan bersambung, Bradikardia relatif, Sputum purulen,
kemerahan, bersemu darah, kental atau hijau relatif terhadap
preparat etiologis, Tanda-tanda lain: demam, krakles, dan tanda-
tanda konsolidasi lebar.
2) Riwayat kesehatan dahulu
biasanya pernah mengalami penyakit saluran pernafasan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada / tidak anggota keluarga yang mempunyai riwayat
penyakit TBC, asma dan penyakit infeksi paru lainnya (Muttaqin,
2010).
c. Pola Nutrisi/Metabolisme
1) Pola Makan dan Minum
Biasanya terjadi penurunan nafsu makan dikarenakan batuk dan
sesak nafas. Biasanya pasien minum banyak karena pasien
mengalami batuk, atau untuk mengurangi sesak nafanya.
2) Pola aktivitas/latihan
Biasanya kemampuan perawatan diri dan kebersihan diri
terganggu dan biasanya membutuhkan pertolongan atau bantuan
orang lain. Biasanya pasien kesulitan menentukan kondisi,
contohnya tidak mampu bekerja dan mempertahankan fungsi
peran dalam keluarga.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum dan TTV
a) Keadaan umum pasien lemah, letih dan terlihat sakit berat
18
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi – perfusi,
perubahan membran alveolus - kapiler
b. Pola nafas tidak efektif b.d depresi pusat pernafasan, hambatan
upaya napas, deformitas dinding dada, deformitas tulang, gangguan
neuromuskular, gangguan neurologis, imaturitas neurologis,
penurunan energi, obesitas, posisi tubuh yang menghambat ekspansi
21
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1
SDKI SLKI SIKI
Pola napas tidak Pola nafas Manajemen jalan nafas
efektif 1. Dispnea menurun Observasi
2. Penggunaan otot 1. Monitor pola nafas
bantu napas 2. Monitor bunyi nafas
menurun tambahan
3. Pernafasan 3. Monitor sputum
cuping hidung Terapeutik
menurun 1. Berikan minum hangat
4. Frekuensi nafas 2. Berikan fisioterapi
membaik dada jika perlu
3. Berikan oksigen jika
22
perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupn cairan
1000 ml
2. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
1. Koalborasi dalam
pemberian terapi jika
perlu
Gangguan Pertukaran gas Pemantauan Respirasi
pertukaran gas 1. Keseimbangan Observasi
asam basa 1. Monitor frekuensi,
2. Respon ventilasi irama, kedalaman, dan
mekanik upaya napas
3. Tingkat delirium 2. Monitor pola napas
4. Konservasi energi 3. Monitor adanya
5. Perfusi paru produksi sputum
4. Auskultasi bunyi napas
5. Monitor saturasi
oksigen
6. Monitor nilai AGD
7. Monitor adanya
sumbatan jalan napas
Teraupetik
1. Atur interval
pemantauan
respiratorik sesuai
kondisi pasien
Edukasi
1. Jelaskan kepada klien
dan keluarga tujuan
pemantauan
23
pakaian
2. Berikan cairan
oral
3. Ganti linen
setiap hari atau
lebih sering
mengalami
hiperhidrosis
4. Berikan
oksigen, jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
Nyeri akut Tingkat nyeri menurun Manajemen nyeri
Observasi
1. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
instensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
4. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah di berikan
5. Monitor efek samping
penggunaan analgesik
25
Terapeutik
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
2. Control lingkungan
yang memperberat nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Defisit nutrisi Status nutrisi membaik Manajemem Nutrisi
Observasi
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
3. Identifikasi makanan
yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrient
5. Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastrik
6. Monitor asupan
makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral hygine
26
sebagai bahan baku obat flu. Aroma mentol yang terdapat pada aromaterapi
peppermint memiliki anti inflamasi, sehingga nantinya akan menbuka saluran
pernafasan. Selain itu aroma terapi peppermint akan melonggarkan bronkus
sehingga akan melancarkan pernafasan untuk melegakan pernafasan dapat
menghirup aromaterapi peppermint secara langsung (Rasmin dkk, 2012).
Salah satu tumbuhan herbal yang memiliki aroma yang menyegarkan
adalah daun mint (menta piperita). Minyak mint merupakan minyak mudah
menguap yang berasal dari daun mint, dan diperoleh melalui proses distilasi.
Minyak mint banyak digunakan sebagai bahan baku makanan industri
makanan, minuman, dan farmasi yaitu sebagai obat antiseptik, minyak angin,
bahan pasta gigi, dan untuk membantu pernafasan. Minyak mint dalam
bentuk ekstrak memiliki berbagai macam ester terutama menthyl asetat dan
monoterpen yang menghasilkan aroma dan flavor (minty) yang bermanfaat
untuk pernafasan (Anwari,2019).
Aroma menthol yang terdapat pada daun mint memiliki anti inflamasi,
sehingga nantinya akan membuka saluran pernafasan. Selain itu, daun mint
juga akan membantu mengobati infeksi akibat serangan bakteri. Karena daun
mint akan melonggarkan bronkus sehingga akan melancarkan pernafasan.
Untuk melegakan pernafasan bisa menghirup daun mint secara langsung.
Sedangkan inhalasi sederhana adalah menghirup uap hangat dari air yang
mendidih telah dicampurkan dengan aromaterapi sebagai penghangat, misal
daun mint. Terapi inhalasi ditujukan untuk mengatasi bronkospasme,
mengencerkan sputum, menurunkan hiperaktivitas bronkus serta mengatasi
infeksi. Penggunaan terapi inhalasi ini diindikasikan untuk pengobatan asma,
penyakit paru obstruksi kronik, bronkopneumonia, tuberkulosis, dll (Rasmin
dkk,2012).
Tabel 2.2
Standar operasional prosedur (SOP) obat herbal dari daun mint menurut Goldman
(2014):
Pengertian Aromaterapi peppermint adalah suatu penyembuhan
yang berasal dari alam dengan menggunakan
aromaterapi peppermint sebagai tambahan baku.
Aroma mentol yang terdapat pada aromaterapi
28
25
31
e. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Ibu By. G mengatakan dulunya anaknya belum pernah mengalami
penyakit yang mengharuskan sampai di rawat. Ibu By. G juga
mengatakan bahwa anaknya hanya mengalami demam, batuk, dan
pilek biasa saja yang hanya di bawa kepuskesmas.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 4 November 2019 didapatkan
data ibu By. G mengatakan anaknya masih batuk, ibu By. G
mengatakan anaknya masih sesak, ibu By. G juga mengatakan anaknya
batuk disertai pilek, ibu mengatakan By. G demam, ibu mengatakan
By. G panasnya tidak turun.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu By. G mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang mengalami
penyakit yang sama dengan by. G ataupun penyakit keturunan. Ibu By.
G mengatakan ayah By. G seorang perokok aktif
33
f. Genogram
Keterangan
: Laki – Laki : pasien
: Perempuan X : meninggal
------- : tinggal serumah
Penjelasan
By. G adalah anak dari Ny. Y dan Tn. Y merupan anak ke 4 dari 4
bersaudara. By. G tinggal bersama ayah, ibu, kakak, kakek, nenek,
tante,dan sepupunya yg lain.
h. Riwayat psikososial
Ibu By. G mengatakan cemas akan kondisi anaknya saat ini karena
anaknya gelisah dan rewel.
i. Imunisasi
Tabel 3.1
No Jenis Usia Usia Usia Usia
Imunisasi Pemberian I Pemberian Pemberian Pemberian
II III IV
1 BCG 1 bulan - - -
2 Hepatitis 0 hari - - -
3 DPT 2 bulan 3 bulan 4 bulan -
34
k. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : composmentis (E4V5M6)
2. Tanda- tanda vital
RR : 43 x/menit
Nadi : 126 x/menit
Suhu : 300C
Berat badan : 8700 gram
Tinggi badan : 64 cm
3. Kepala
I : simetris kiri dan kanan, ada penggunaan otot bantu nafas, adanya
retraksi dinding dada
P : fremitus kiri dan kanan sama
P : sonor
A : adanya suara tambahan ronkhi
f. Jantung
I : ictus cordis tidak terlihat
P : ictus cordis teraba di RIC V
P : ictus cordis terletak di RIC V midclavikula sinistra
A : Reguler
g. Abdomen
I : supel, tidak ada pembengkakan abdomen
A : Bising usus 7x/menit
P : teraba lembek
P : tympani
h. Genetalia : Tidak ada edema, tidak ada pendarahan.
i. Integumen
Pucat, turgor kulit kulit kering, tidak ada kemerahan dan lesi.
j. Muskuloskoletal : By. G tidaka ada mengalami kelainan tulang dan
gerakan By. G aktif
k. Resiko cidera / jatuh : YA. By. G memiliki resiko cidera / jatuh
maka dipasang gelang kuning dan segitiga kuning disisi tempat tidur
serta selalu pasang pagar tepi tempat tidur ketika By. G tidur.
l. Pemeriksaan tumbuh kembang
1) Skrining nutrsi
Skrining Gizi Anak Usia 1 bulan - 18 tahun ( modifikasi strong –
kids )
Tabel 3.2
No Pernyataan Jawaban
1. Apakah pasien memiliki ststus Tidak (1) Ya(0)
nutrisi kurang tau buruk secara
klinis? ( anak kurus/sangat kurus
mata cekung wajah tampak
36
m. Pemeriksaan penunjang
HB 10,7 gr/dl (lk 14-18, pr 12-16)
Leukosit 9840 / mm3 (5.000-10.000)
Hematokrit 33% (lk 40-48, pr 37-43)
Trombosit 456.000/mm3 (150.000-400.000)
n. Terapi
IUFD kaen IB 15 tts/i
O2 1 liter nasal kanul
Ampicilin 4x100 mg iv
Betamidi 2x10 mg iv
Dexametosa 3 x 0,6 mg iv
Cathyrox 3x25 mg
Paracetamol 4x 40 mg
2. Analisa Data
No Data Penunjang Masalah Etiologi WOC
38
Keperawatan
1 DS : Bersihan jalan Sekresi yang Virus
Ibu By. G nafas tidak tertahan
mengatakan efektif Infeksi saluran
anaknya batuk nafas bawah
Ibu By. G
mengatakan Bronkopneumonia
anaknya batuk dan
pilek Respon hormonal
DO :
By. G tampak Antigen patogen
gelisah berikatan dengan
RR 43x/i antibodi
Bunyi nafas
tambahan ronchi Pengumpulan
pendek dari
ekspirasi Sekret menumpuk
pada bronkus
Batuk
DO : Bronkopneumonia
By. G tampak
gelisah Kolaps alveoli
By. G tampak
39
gelisah
Reaksi peningkatan
suhu tubuh
Demam
MK. Hipertermia
40
4. Intervensi keperawatan
N
SDKI SLKI SIKI
O
1. bersihan jalan nafas Bersihan jalan napas Manajemen jalan napas
tidak efektif b.d Batuk efektif Observasi
sekresi yang tertahan Produksi sputum Monitor pola napas
berkurang Monitor bunyi napas
Frekuensi napas normal Monitor sputum
Teraupetik
1. Pertahankan kepatenan
jalan napas dengan
head-tilt chin-lift
2. Posisikan semi fowler
3. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
4. Beri oksigen
Kolaborasi
41
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator bila perlu
8. Monitor
komplikasi
akibat
hipertermia
Terapeutik
5. Longgarkan
atau lepaskan
pakaian
6. Berikan cairan
oral
7. Ganti linen
setiap hari atau
lebih sering
mengalami
hiperhidrosis
8. Berikan
oksigen, jika
perlu
Edukasi
2. Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
2. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
38
39
2. Diagnosa keperawatan
Masalah keperawatan yang muncul pada An.G yaitu diantaranya
bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan, pola nafas tidak
efektif b.d Deformitas dinding dada, hipertermia b.d proses penyakit
(infeksi) (SDKI, 2017).
Besihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan ditegakan karena data yang mendukung orang tua anak
41
mengatakan anak batuk dan pilek, anak tampak gelisah, pernafasan 43x/i,
bunyi nafas tambahan ronchi, inspirasi lebih pendek dari ekspirasi.
Pola nafas tidak berhubungan dengan Deformitas dinding dada
ditegakan karena data yang mendukung orang tua mengatakan nafas
anaknya sesak, anak tampak gelisah, pernafasan cuping hidung, tampak
pucat,tampak retraksi dinding dada.
Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi)
ditegakkan karena data yang mendukung orang tua mengatakan kondisi
anaknya demam, dan panasnya tidak turun, kulit teraba hangat, pasien
tampak gelisah, suhu 380c.
Menurut teori terdapat 6 diagnosa yang dapat ditegakkan untuk
pasien dengan bronkopneumonia antara lain gangguan pertukaran gas,
bersihan jalan nafas tidak efektif, pola nafas tidak efektif, hipertermia,
defisit nutrisi dan nyeri akut (SDKI, 2017). Sedangkan menurut Amin
(2015) terdapat 7 diagnosa keperawatan yaitu ketidakefektifpan bersihan
jalan nafas, defisiensi pengetahuan, pola nafas tidak efektif, gangguan
pertukaran gas, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
intoleransi aktivitas dan resiko ketidakseimbangan elektrolit.
Menurut analisa peneliti, dari data diatas terdapat kesesuaian antara
kasus dan teori yang ada dimana diagnosa yang mendukung untuk data
yang telah didapatkan saat pengkajian kepada By. G yaitu 3 diagnosa yaitu
bersihan jalan nafas tidak efektif, pola nafas tidak efektif, dan hipertermia.
Untuk diagnosa yang lain tidak dapat diangkat oleh peneliti karena data
pendukung menegagakan diagnosa keperawatannya yang kurang. Saat
menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan SDKI (2017) kita
memerlukan 3 data mayor yang sesuai dengan kejadian yang ada.
Misalkan untuk menegakan diagnosa gangguan pertukaran gas
berdasarkan SDKI (2017) kita memerlukan data mayor yang sangat
penting berupa hasil laboratorium AGD seperti PCO2, SAO2,HCO3 dll.
Begitu juga untuk menegakkan diagnosa yang lainnya.
42
3. Intervensi keperawatan
Untuk mengatasi masalah klien perlu ditegakkan diagnosa dengan
tujuan yang akan dicapai serta kriteria hasil. Umumnya perencanaan yang
ada pada tinjauan teoritis dapat di aplikasikan dan di terapkan dalam
tindakan keperawatan sesuai dengan masalah yang ada atau sesuai dengan
prioritas masalah yang muncul pada saat dilakukan pengkajian (Nursalam,
2012)
Intervensi atau perencanaan yang dilakukan kepada By. G sesuai
dengan masalah yang di alami klien, dimana perawat menetapkan tujuan
untuk melakukan rencana tindakan keperawatan. Dalam menetapkan
tujuan perawat diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah yang perlu
diatasi melalui intervensi keperawatan (Asmadi, 2012)
Pada diagnosa pertama bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan sekresi yang tertahan, asuhan keperawatan yang telah
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu penggunaan aromaterapi
peppermint, daun mint direbus dengan air hangat, lalu dimasukkan
kedalam baskom yang di tutupi dengan handuk tipis setelah itu anak
menghirup uap dari rebusan daun mint tersebut. Daun mint telah lama
digunakan sebagai obat pelega tenggorokan. Aroma mentol yang terdapat
pada aromaterapi peppermint memiliki anti inflamasi, sehingga nantinya
akan menbuka saluran pernafasan. Selain itu aroma terapi peppermint akan
melonggarkan bronkus sehingga akan melancarkan pernafasan untuk
melegakan pernafasan dapat menghirup aromaterapi peppermint secara
langsung (Rasmin dkk, 2012).
Pada diagnosa kedua pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
deformitas dinding dada, asuhan keperawatan yang telah diberikan
melakukan pengaturan posisi supaya anak tidak mengalami sesak dan
memberikan oksigen sebanyak 1 liter .
Pada diangnosa ketiga hipertermi berhubungan proses penyakit
(infeksi), asuhan keperawatan yang telah dilakukan untuk mengatasi
masalah tersebut yaitu dengan melakukan pemberian cairan melalui
intravena dan pemberian obat pereda panas.
43
A. KESIMPULAN
Dari uraian penulis di BAB sebelumnya dapat disimpulkan beberapa
kesimpulan :
1. Data pada pengkajian keperawatan yang penulis butuhkan umumnya
dikumpulkan dari pendekatan komunikasi yang baik kepada pasien
maupun keluarga pasien yang dilakukan oleh penulis. Berdasarkan data
subjektif dan observasi yang telah dilakukan pada By. G sudah sesuai
dengan teori yang ada.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada By. G berdasarkan kondisi yang
dialami telah hampir sesuai dengan tinjauan teoritis yang ada namun pada
kasus peneliti hanya mengangkat beberapa diagnosa dengan data yang
mendukung meliputi yang pertama bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
sekresi yang tertahan, yang kedua pola nafas tidak efektif b.d deformitas
dinding dada, yang ketiga hipertermia b.d proses penyakit (infeksi).
3. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada By. G sesuai dengan teoritis
yang telah ada dan diharapkan dapat mengatasi masalah keperawatan yang
muncul.
4. Berdasarkan Rasmin dkk, (2012) Aromaterapi peppermint adalah suatu
penyembuhan yang berasal dari alam dengan menggunakan aromaterapi
peppermint sebagai tambahan baku. Aroma mentol yang terdapat pada
aromaterapi peppermint memiliki anti inflamasi, sehingga nantinya akan
menbuka saluran pernafasan. Selain itu aroma terapi peppermint akan
melonggarkan bronkus sehingga akan melancarkan pernafasan untuk
melegakan pernafasan dapat menghirup aromaterapi peppermint secara
langsung
44
45
B. Saran
1. Bagi Penulis Selanjutnya
Dengan adanya manajemen asuhan keperawatan diharapkan penulis
selanjutnya dapat menerapkan asuhan keperawatan yang sesuai dengan
standar profesi keperawatan den memperoleh pengalaman nyata serta
menambah wawasan dalam perawatan anak yang mengalami
bronkopneumonia.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk dapat menampah
sumber buku informasi dan referensi di perpustakaan institusi pendidikan
STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang dalam mempermudah mahasiswa
dalam meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam perawatan anak
dengan bronkopneumonia.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat
terutama pada ibu dan ayah untuk dapat memperhatikan tanda – tanda
bersihan jalan nafas tidak efektif pada anak yang dapat menyebabkan
dampak yang lebih serius untuk selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaf. (2012). Etiologi Dan Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :
Airlangga University Press
Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosa medis & NANDA NIC – NOC. Penerbit Medication
Jogja.
Anwari, Farida dkk. (2019). Efektifitas Kombinasi Mint (Peppermint Oil) Dan
Cairan Nebulizer Pada Penanganan Batuk Asma Bronchiale. Jurnal saint
health vol 3 No.1. STIKes RS. Anwar Medika Sidoarjo
Dinas Kesehatan Kota Padang. (2018). Profil kesehatan provinsi Sumatera Barat
tahun 2018
Kemenkes RI. (2018 - 2019). Profil data kesehatan indonesia. Jakarta : Depkes RI
Rasmin, M dkk. (2012). Prosedur tindakan bidang paru dan pernafasan diagnostik
dan terapi. Jakarta : bagian pulmonologi FK UI. Balai penerbitan FK UI
Sudarti. (2010). Kelainan dan penyakit pada bayi dan anak. Yogyakarta: Nuha
Medika
Tim Poja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar diagnosis keperawatan indonesia (1st
ed). Jakarta : dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional indonesia
Tim Poja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar luaran keperawatan indonesia (1st ed).
Jakarta : dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional indonesia
Tim Poja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan indonesia (1st
ed). Jakarta : dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional indonesia
UNICEF. (2018). Access the data : under-fite and infant mortality rates and
number of deaths, UNICEF. Available at :
https://data.uniceff.org/topic/child-survival/under-five-mortality/
BRONKOPNEUMONIA
Penurunan daya imun
Respon hormonal
Antigen berikatan dengan antibodi
Reaksi peradangan