Oleh :
DENNY
190070300011052
MALANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
“Tetralogy Of Fallot (TOF)”
Oleh :
DENNY
190070300011052
Menyetujui,
(……………....……………..) (……………………..………..)
1.2. Epidemiologi
Tetralogy of fallot timbul pada +/- 3-6 per 10.000 kelahiran dan
menempati angka 5-7% dari kelainan jantung akibat congenital. Sampai
saat ini para dokter tidak dapat memastikan sebab terjadinya, akan tetapi
penyebabnya dapat berkaitan dengan factor lingkungan dan juga factor
genetic atau keduanya. Dapat juga berhubungan dengan kromosom 22
deletions dan juga Digeorge Syndrome. Ia lebih sering muncul pada laki-
laki daripada wanita. Pengertian akan embryology daripada penyakit ini
adalah sebagai hasil kegagalan dalam conal septum bagian anterior,
menghasilkan kombinasi klinik berupa VSD, pulmonary stenosis, and
overriding aorta. Perkembangan dari hipertropi ventricle kanan adalah
oleh karena kerja yang makin meningkat akibat defek dari katup pulmonal.
Hal ini dapat diminimalkan bahkan dapat dipulihkan dengan operasi yang
dini.Supit, Alice I., Kaunang. Erling D, 2012).
1.3 Etiologi
Kebanyakan penyebab dari kelainan jantung bawaan tidak diketahui,
biasanya melibatkan berbagai faktor. Faktor prenatal yang berhubungan
dengan resiko terjadinya tetralogi Fallot adalah:
1. Selama hamil, ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi virus
lainnya
2. Gizi yang buruk selama
3. Ibu yang alkoholik
4. Usia ibu diatas 40 tahun
5. Ibu menderita diabetes
6. Tetralogi Fallot lebih sering ditemukan pada anak-anak yang menderita
sindroma Down Tetralogi Fallot dimasukkan ke dalam kelainan jantung
sianotik karena terjadi pemompaan darah yang sedikit mengandung
oksigen ke seluruh tubuh, sehingga terjadi sianosis (kulit berwarna
ungu kebiruan) dan sesak nafas. Mungkin gejala sianotik baru timbul di
kemudian hari, dimana bayi mengalami serangan sianotik karena
menyusu atau menangis (Yayan A.I, 2010).
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung
bawaan juga diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen,
antara lain :
A. Faktor endogen :
1. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
2. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
3. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti
diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
B. Faktor eksogen :
1. Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau
suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide,
dextroamphetamine.aminopterin, amethopterin, jamu).
2. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
3. Pajanan terhadap sinar –X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen
tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan.
Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adaah multifaktor. Apapun
sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir
bulan kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan
kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai
1.5 Patofisiologi
Pada tetralogi fallot terdapat empat macam kelainan jantung yang
bersamaan, yaitu :
1. Darah dari aorta berasal dari ventrikel kanan bukan dari kiri, atau dari
sebuah lubang pada septum, seperti terlihat dalam gambar, sehingga
menerima darah dari kedua ventrikel.
2. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir
dari ventrikel kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal; malah
darah masuk ke aorta.
3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang
septum ventrikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta,
mengaabaikan lubang ini. 4. Karena jantung bagian kanan harus
memompa sejumlah besar darah ke dalam aorta yang bertekanan tinggi,
otot-ototnya akan sangat berkembang, sehingga terjadi pembesaran
ventrikel kanan (Yayan A.I, 2010).
Kesulitan fisiologis utama akibat Tetralogi Fallot adalah karena darah
tidak melewati paru sehinggatidak mengalami oksigenasi. Sebanyak 75%
darah vena yang kembali ke jantung dapat melintas langsung dari
ventrikel kanan ke aorta tanpa mengalami oksigenasi (Yayan A.I, 2010).
Untuk klasifikasi/ Derajat TOF dibagi dalam 4 derajat :
1. Derajat I : tak sianosis, kemampuan kerja normal
2. Derajat II : sianosis waktu kerja, kemampuan kerja kurang
3. Derajat III : sianosis waktu istirahat. kuku gelas arloji, waktu kerja
sianosis bertambah, ada dispneu.
4. Derjat IV : sianosis dan dispneu istirahat, ada jari tabuh.
1.6 Parthway
1.7 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit
(Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya
hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65
%. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2)
dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah
mungkin menderita defisiensi besi (Samik Wahab, 1996).
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah
pulmonal, tidak ada pembesaran jantung . gambaran khas jantung
tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan.
Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P
pulmonal
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan
dilatasi ventrikel kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis &
penurunan aliran darah ke paru-paru
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk
mengetahui defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan
arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer.
Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan
tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau
rendah (Samik Wahab, 1996)..
1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan deangan kemungkinan penderita Tetralogi Fallot
dapat dirawat jalan jika derajat termasuk pada derajat I, II, atau III tanpa
sianosis maupun dispneu berat. Jika penderita perlu rawat inap, apabila
Tetralogi Fallot termasuk dalam derajat IV dengan sianosis atau dispneu
berat (Yayan A.I, 2010). Berikut penatalaksanaannya:
A. Tatalaksana Penderita Rawat Inap:
1. Mengatasi kegawatan yang ada.
2. Oksigenasi yang cukup.
3. Tindakan konservatif.
4. Tindakan bedah (rujukan) :
- Operasi paliatif : modified BT shunt sebelum dilakukan koreksi total:
dilakukan pada anak BB < 10 kg dengan keluhan yang jelas. (derajat III
dan IV)
- Koreksi total: untuk anak dengan BB > 10 kg : tutup VSD + reseksi
infundibulum.
5. Tatalaksana gagal jantung kalau ada.
6. Tatalaksana radang paru kalau ada.
7. Pemeliharaan kesehatan gigi dan THT, pencegahan endokarditis
B. Tatalaksana Rawat Jalan
1. Derajat I :
- Medikametosa : tidak perlu
Operasi (rujukan ) perlu dimotivasi, operasi total dapat dikerjakan kalau
BB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada komplikasi abses otak, perlu
dilakukan operasi paliatif.
- Kontrol : tiap bulan.
2. Derajat II dan III :
- Medikamentosa ; Propanolol
- Operasi (rujukan) perlu motivasi, operasi koreksi total dapat dikerjakan
kalau BB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada komplikasi abses otak,
perlu
dilakukan operasi paliatif.
- Kontrol : tiap bulan
- Penderita dinyatakan sembuh bila : telah dikoreki dengan baik.
C. Pengobatan Pada Serangan Sianosis
a. Usahakan meningkatkan saturasi oksigen arteriil dengan cara :
- Membuat posisi knee chest atau fetus
- Ventilasi yang adekuat
b. Menghambat pusat nafas denga Morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kg im atau
subkutan
c. Bila serangan hebat bisa langsung diberikan Na Bic 1 meq/kg iv untuk
mencegah asidosis metabolik
d. Bila Hb < 15 gr/dl berikan transfusi darah segar 5 ml/kg pelan sampai
Hb 15-17
gr/dl
e. Propanolol 0,1 mg/kg iv terutama untuk prolonged spell diteruskan
dosis
rumatan 1-2 mg/kg oral
Tujuan utama menangani Tetralogi Fallot adalah koreksi primer yaitu
penutupan defek septum ventrikel dan pelebaran infundibulum ventrikel
kanan. Pada umunya koreksi primer dilaksanakan pada usia kurang lebih
1 tahun dengan
perkiraan berat badan sudah mencapai sekurangnya 8 kg. Jika syaratnya
belum terpenuhi, dapat dilakukan tindakan paliatif, yaitu membuat pirau
antara arteri sistemik dengan dengan arteri pulmonalis, misalnya Blalock-
Tausig shunt (pirau antara A. subclavia dengan cabang A. pulmonalis).
Bila usia anak belum mencapai 1 tahun(Yayan A.I, 2010).
Orang tua dari anak-anak yang menderita kelainan jantung bawaan
bisa
diajari tentang cara-cara menghadapi gejala yang timbul:
- Menyusui atau menyuapi anak secara perlahan
- Memberikan porsi makan yang lebih kecil tetapi lebih sering.
- Mengurangi kecemasan anak dengan tetap bersikap tenang.
- Menghentikan tangis anak dengan cara memenuhi kebutuhannya.
- Membaringkan anak dalam posisi miring dan kaki ditekuk ke dada
selama
serangan sianosis.
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Aktivitas / istirahat :
Gejala : keletihan / kelelahan terus menerus sepangjang hari, insomnia,
nyeri dada dengan aktivitas. Dispnea pada istirahat atau pada
pengerahan tenaga
Tanda : gelisah, perubahan status mental, misal : letargi. Tanda vital
berubah pada aktivitas
Sirkulasi :
Gejala : Riwayat hipertensi, bengkak pada kaki, abdomen, IM baru / akut
Tanda : Warna : kebiruan, pucat, abu – abu, sianotik
Edema : mungkin dependen, umum, atau pitting, khususnya
pada
ekstremitas.
Frekuensi jantung : takikardy
Tekanan nadi : mungkin sempit, menunjukan penurunan volume
sekuncup
Hepar : pembesaran/dapat teraba
Bunyi nafas : rongki
Irama jantung : disritmia, misalnya fibrilasi atrium, kontraksi
ventrikel
prematur/takikardi, blok jantung.
Punggung kuku : pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler
lambat.
Murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis
Integritas :
Gejala : ansietas, takut
Tanda : berbagai manifestasi perilaku, misalnya : ansietas, marah,
ketakutan.
Eleminasi :
Gejala : penurunan berkemih, berkemih di malam hari,
Neorosensori :
Gejala : kelemahan, pening, episode pingsan
Tanda : Letargi, diorientasi, perubahan perilaku
Pemeriksaan Diagnostik :
EKG : hipertrofi atrial atau ventrikuler, iskemia, disritmia misal takikardi,
fibrilasi atria.
Ekokardiogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik dan
serambi, perubahan dalam fungsi atau struktur katup atau area
kontraktilitas ventricular.
Rontgen dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertopi bilik atau serambi, atau perubahan
dalam pembuluh darah mencerminkan peningkatan tekanan pulmonal.
Enzim Hepar : Meningkat dalam gagal atau kongestif hepar.
AGD : gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan
(dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan
structural jantung.
b. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2
terhadap kebutuhan tubuh.
c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi
tidak adekuat, kebutuhan nutrisis jaringan tubuh, isolasi social.
d. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.
3. RENCANA INTERVENSI
a. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan
structural jantung.
Tujuan: penurunan cardiac output tidak terjadi.
Kriteria hasil: tanda vital dalam batas yang dapat diterima, bebas
gejala gagal jantung, melaporkan penurunan episode dispnea, ikut
serta dalam aktifitas yang mengurangi beban kerja jantung, urine
output adekuat: 0,5 – 2 ml/kgBB.
Rencana intervensi dan rasional:
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Setelah diberikan asuhan Kaji frekuensi Memonitor
keperawatan selama 3 x 24 jam, nadi, RR, TD adanya perubahan
diharapkan penurunan cardiac secara teratur sirkulasi jantung
output pada klien dapat diatasi, setiap 4 jam. sedini mungkin.
dengan kriteria hasil : Catat bunyi Mengetahui
- denyut nadi klien kembali jantung. adanya perubahan
normal, yaitu 90 – 140 x/mnt Kaji irama jantung.
- Klien tidak terlihat pucat. perubahan warna Pucat
- Klien tidak terlihat lemah. kulit terhadap menunjukkan adanya
- mengalami sianosis pada sianosis dan penurunan perfusi
tubuhnya. pucat. perifer terhadap tidak
adekuatnya curah
jantung. Sianosis
Pantau intake terjadi sebagai akibat
dan output setiap adanya obstruksi
24 jam. aliran darah pada
Batasi ventrikel.
aktifitas secara Ginjal berespon
adekuat. untuk menurunkna
curah jantung
dengan menahan
Berikan produksi cairan dan
kondisi psikologis natrium.
lingkungan yang Istirahat
tenang. memadai diperlukan
untuk memperbaiki
efisiensi kontraksi
jantung dan
menurunkan
komsumsi O2 dan
kerja berlebihan.
Stres emosi
menghasilkan
vasokontriksi
yangmeningkatkan
TD dan
meningkatkan kerja
jantung.
3.5 Implementasi
N Hari/tanggal Diagnosa Implementasi paraf
O /jam
1 Jumat, 21 Gangguan Monitor tanda-tanda AK
oktober pertukaran vital
2017 gas Memonitor kecepatan,
irama, kedalaman dan
kesulitan bernafas
pasien
Mencatat pergerakan
dada, catat
ketidaksimetrisan,
penggunaan otot-otot
bantu nafas, dan
reaksi otot
supraclaviculas dan
interkosta
Memonitor suara
tambahan seperti
ngorok atau mengih
Memonitor pola nafas
(misalnya bradipneu,
takipneu, hiperfentilasi,
pernafsasan kusmaul,
pernafasan 1:1,
apneustik, respirasi
beot, dan pola ataxic)
Memonitor saturasi
oxygen pada pasien
yang tersedia (seperti
SAO2, SVO2, SPO2)
sesuai dengan
protokol yang ada
Memasang sensor
pemantauan oksigen
noninfasif (misalnya
pasang alat pada jari,
hidung dan dahi)
dengan mengatur
alarm pada pasien
beresiko tinggi
(misalnya pasien yang
obesitas, melaporkan
pernah mengalami
apnea saat tidur,
mempunyai riwayat
penyakit dengan terapi
oksigen menetap, usia
extrim) sesuai dengan
prosedur yang ada.
Daftar Pustaka
Supit, Alice I., Kaunang. Erling D. (2012). Tetralogi fallot dan atresia
pulmonal. Diunduh pada tanggal 22 September 2017. Diunduh dari
https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:_uQxZEY1waEJ:https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/bio
medik/article/download/1205/975+&cd=8&hl=en&ct=clnk&gl=id
Sue. Moorhead. Dkk. 2013. Nursing Outcame Classification (NOC).
Kidlington: Elsevier
S 36,7o Ketidakefektifan
SaO2 78%
Retraksi dinding
dada
Ronkhi lobus
pertama (+/+)
diberikan terapi
O2 Nasal canul
2lpm
Terapi nebul Pz/4
jam + chest
fisiterapi +
suction
Hb 26,00 g/dL
(tinggi)
2. DS: Factor endogen (stenosis Gangguan pertukaran
gas
Klien datang pulmonal overriding aorta,
dengan keluhan menderita PJB)
demam sejak ↓
1hari sebelum TOF
MRS disertai ↓
sesak nafas dan Aliran darah ke paru
tubuh membiru menurun
Klien batuk ↓
berdahak namun O2 dalam darah↓
susah keluar ↓
sejak 4hari dan hipeksemia
demam sejak ↓
2hari sebelum Sianosis
MRS ↓
DO: Hipoksia dan laktat
Keadaan umum meningkat
pasien lemah ↓
compos mentis ↓
S 36,7o gas
RR 44 x/mnt
SaO2 78%
Bibir sianosis
Murmur (+)
Clubbing finger
(+)
Akral hangat
Retraksi dinding
dada
Hb 26,00 g/dL
(tinggi)
DS: Factor endogen (stenosis Gangguan tumbuh
Status gizi anak pulmonal overriding aorta, kembang
buruk menderita PJB)
Klien minum ↓
sufor sejak lahir TOF
Klien sudah ↓
diberi bubur usia Ketabolisme protein dan
6 bulan lemak meningkat
DO: ↓
pasien lemah ↓
(Berdasarkan prioritas)
2. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam Terapi oksigen
gas dengan gejala minor tidak ada gangguan pertukaran gas dengan Observasi
sianosis, napas cuping kriteria hasil sebagai berikut: 1. monitor kecepatan aliran oksigen
hidung, napas cepat No Indikator 1 2 3 4 5 2. monitor posisi alat terapi oksigen
dengan kondisi klinis 1 Dipsnea 3. monitor efektifitas terapi oksigen (analisa gas
TOF Keterangan: darah)
5 = membaik Terapeutik
4 = cukup membaik 1. bersihkan secret pada hidung,mulut, dan
3 = sedang trakea
2 = cukup buruk 2. pertahankan kepatenan jalan nafas
1 = buruk 3. gunakan perangkat oksigen yang sesuai
2 pCO2 dengan tingkat mobilitas pasien
Keterangan: Edukasi
5 = membaik 1. ajarkan pasien dan keluarga cara
4 = cukup membaik menggunakan oksigen di rumah
2. kolaborasi dosis penggunaan oksigen
3 = sedang 3. kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas
2 = cukup buruk dan tidur
1 = buruk
3 Pola nafas Pemantauan respirasi
Keterangan:
5 = membaik Observasi:
4 = cukup membaik 1. Memonitor frekuensi, irama, kedalaman, dan
3 = sedang
2 = cukup buruk upaya pernafasan
1 = buruk
2. Memonitor pola nafas
Terapeutik:
1. Mengatur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Edukasi:
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Diagnosa
Evaluasi TTD
Keperawatan
O:
● RR: 32x/menit
● Tidak ada sputum
● Tidak terpasang alat bantu pernapasan
● Batuk efektif
RR 3 5 5
Saturasi O2 4 5 5
Istirahat 4 5 5
A: Masalah teratasi
Gangguan S:
pertukaran gas
O:
● RR: 42x/menit
● Tidak ada retraksi dada
● Tidak terpasang alat bantu pernapasan
● Bayi bernapas spontan
● Tidak ada sianosis
● Tidak ada pernafasan cuping hidung
A: Masalah teratasi
Gangguan tumbuh S:
kembang
- Orang tua anak mengikuti saran perawat dalam
meningkatkan perkembangan anak
O:
A: Masalah teratasi
P: ACC KRS. Saat dirumah nutrisi anak tetap
dipertahankan dengan memberikan anjuran makanan
sesuai dengan saran dokter dan perawat