Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

SYOK SEPSIS

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kegawatdaruratan


Dosen Pengampu : Ns. Rida Darotin, S. Kep., M.Kep

Disusun Oeh :
KELOMPOK 5

1. Inayah Fitriyah (16010171)


2. Shehvia Ainida Rosadi (17010121)
3. Siska Wulandari (17010123)
4. Tristiana Dewi (17010124)
5. Ulfatul Lutfiah (17010166)
6. Wara Dinar Amanda (17010168)
7. Zhenvio Gilang A. (17010171)
8. Rindinaicha Suhulatul M. (17010172)
9. Nur Aini (17010173)
10. Dendy Harda Maulana (17010175)
11. Ery Irianto Dwi S. (17010177)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) Dr. SOEBANDI


Jalan dr. Soebandi no. 99 Jember, Telp/fax: (0331) 483536
E-mail : info@stikesdrsoebandi.ac.id Website : www.stikesdrsoebandi.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bacteremia adalah invasi aliran darah oleh mikroorganisme menular.
Bacteremia yang berat adalah sepsis. Pelepasan racun oleh mikroorganisme (bakteri
gram negatif) menyebabkan host makrofag menghasilkan zat-zat pertahanan
seperti kinins, sitokin, komplemen dan prostaglandin menyebabkan vasodilatasi,
peningkatan permeabilitas kapiler, kebocoran plasma ke jaringan dan penurunan
tekanan darah (syok septic). Pengaturan suhu yang tak terkontrol, depresi miokard
dan beberapa kegagalan sistem organ terjadi. Komplikasi yang terjadi adalah
Disaminated Intravaskuler Coagulation (DIC) dan Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS). Frekuensi tersering dari traktus urinarius, Gastrointestinal dan
paru-paru, Ekstrim khususnya pada usia yang rentan, seperti korban luka bakar,
diabetes, pasien kanker dan pasien yang baru-baru dilakukan prosedur inviasif.
Pasien sepsis umumnya adalah orang tua dengan infeksi saluran kemih yang
telah berkembang menjadi masalah sistemik. Pasien terasa hangat dan memerah,
agak gelisah, dan suhu meningkat (warm shock) berkembang menjadi cold shock
ini sering oleh karena vasokonstriksi perifer dan hipotensi. Keadaan seperti ini
sering hadir, disertai dengan hiperventilasi karena asidosis metabolik. Tekanan nadi
yang melebar sering terjadi.
Syok adalah kondisi yang mengancam jiwa dimana tekanan darah turun
terlalu rendah untuk mempertahankan hidup. Setiap kondisi yang mengurangi
kemampuan jantung untuk memompa secara efekktif atau penurunan aliran balik
vena dapat menyebabkan syok.
Syok bukanlah merupakan suatu diagnosis. Syok merupakan suatu sindrom
klinis kmpleks yang mencakup sekelompok keadaan dengan berbagai manifestasi
hemodinamik, tetapi petunjuk yang umum adalah tidak memadainya fungsi
jaringan. keadaan hipoperfusi ini memperburuhk hantaran oksigen dan nutrisi, serta
pembuangan sisa-sisa metabolit pada tingat jaringan. Hipoksia jaringan akan
menggeser metabolisme dari jalur oksidatif ke jalur anaerob, yang mengakibatkan
pembentukan asam laktat. Kekacauan metabolisme yang berlarut-larut , yang pada
puncaknya akan menyebabkan kemunduran sel dan kerusakan multisystem.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi Syok Sepsis?
1.2.2 Bagaimana etiologi Syok Sepsis?
1.2.3 Bagaimana manifestasi klinis Syok Sepsis?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi Syok Sepsis?
1.2.5 Bagaimana penalaksanaan Syok Sepsis?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi Syok Sepsis.
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana etiologi Syok Sepsis.
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis Syok Sepsis.
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi Syok Sepsis.
1.3.5 Untuk mengetahui bagaimana penalaksanaan Syok Sepsis.

1.4 Manfaat
1.4.1 Memberikan informasi pada mahasiswa mengenai Syok Sepsis.
1.4.2 Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang asuhan keperawatan tentang
Syok sepsis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Syok Sepsis


Syok septik adalah jenis syok distributive yang berhubungan dengan aktivasi
sistem respon inflamasi dan biasanya ditandai dengan peningkatan cardiac output,
penurunan resistensi pembuluh darah sistemik, hipotensi dan redistribusi aliran
darah regional mengakibatkan hipoperfusi jaringan . Bentuk lain dari syok
distributif meliputi pancreatitis, luka bakar, fulminant hepatic failure, trauma
multiple, toxic shock syndrome, anafilaksis dan anafilaktoid obat-obatan atau racun
termasuk gigitan serangga, reaksi transfuse, dan keracunan logam berat. Jenis syok
ini ditandai dengan adanya peningkatan kapasitas vaskuler Pada pasien dengan
infeksi sistemik dapat diklasifikasikan menjadi Systemik Inflamatory Response
Syndrome (SIRS), sepsis, sepsis berat dan syok septic.
Sepsis adalah suatu keadaan ketika mikroorganisme menginvasi tubuh dan
menyebabkan respon inflamasi sitemik. Sepsis adalah sindrom inflamasi respon
sistemik dengan bukti infeksi. Sindrome inflamasi respons sistemik adalah bila
ditemukan dua dari kondisi :
1. Demam ( Suhu oral >38oc) atau hipotermia (< 36oc)
2. Takipneu (>24x/menit)
3. Takikardia (denyut jantung >90x/menit)
4. Leukositosis (>12.000/L), Leukopenia (<4000) atau >10% neutrofil batang.

2.2 Etiologi Syok Sepsis


Sepsis dapat merupakan respons terhadap infeksi yang disebabkan oleh setiap
golongan mikroorganisme. Hampir semua mikroorganisme dapat menyebabkan
sepsis atau syok septik. Meskipun bakteri gram-negatif dan gram positif merupakan
penyebab sebagian besar kasus, namun sepsis dapat terjadi pada penyakit yang
disebabkan oleh jamur, mikobakterium, riketsia, virus atau protozoa. Penyebab dari
sepsis terbesar adalah bakteri gram negatif dengan presentase 60% - 70% kasus
yang menghasilkan berbagai produk dapat menstimulasi sel imun. Sepsis yang
disebaban oleh gram negative tidak bisa dibedakan dengan sepsis yang disebabkan
oleh bakteri gram positif hanya dengan karakteristik klinis saja, namun
epidemologi, host dan faktor-faktor klinis meningkatkan kemungkinan organism
tertentu. Misalnya Eschericia coli adalah agen etiologi yang paling sering
menunjukkan sepsis terutama pada infeksi saluran kemih yang merupakan sumber
infeksi. Kejadian infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negative lainnya,
staphylococci, streptococci, anaerob, candida, dan organism lain yang sangat
ditentukan oleh faktor epidemologi dan host yang dapat diidentifikasi dengan
riwayat menyeluruh dan pemeriksaan fisik.

2.3 Manifestasi Klinis Syok Sepsis


Gejala klinis sepsis biasanya tidak spesifik, biasanya didahului oleh tanda-
tanda sepsis non-spesifik meliputi demam, menggigil, takikardia, takipnea,
hipotensi, dan gejala kostitutif seperti lelah, malasise, gelisah, kebingungan.
Kemungkinan sepsis harus segera dicurigai pada pasien dengan infeksi setempat
yang mendadak mengalami keluhan tersebut. Respon septic dapat terjadi lebih
lambat dan memiliki manifestasi yang tidak begitu nyata. Sebagian pasien sepsis
dapat memperlihatkan suhu tubuh yang normal atau bahkan hipotermia, tidak
terdapatnya gejala panas paling sering ditemukan diantara neonatus, pasien-pasien
lansia, pasien uremia dan alkoholisme.
Peninggian kadar laktat terjadi secara dini dan kenaikan ini sebagian
disebabkan oleh oleh peningkatan glikolisis dalam jaringan perifer. Dengan
timbulnya hipoperfusi, hipoksia jaringan menghasilkan lebih banyak lagi asam
laktat sehingga memperburuk asidosis metabolic. Konsentrasi guula darah sering
meningkat terutama pada pasien diabetes mellitus, kendati glukoneogenesis yang
terganggu dan pelepasan insulin yang berlebihan juga dapat menyebabkan
hipoglikemia.
Gejala sepsis tersebut dapat menjadi lebih berat pada penderita usia lanjut,
penderita diabetes, kanker, gagal organ utama, dan pasien dengan granulositopenia
yang sering diikuti gejala MODS (multiple organ dysfunction syndrome) sampai
dengan terjadinya syok sepsis.
Tanda-tandanya MODS (multiple organ dysfungtion syndrome) dengan terjadinya
komplikasi :
a. Sindroms distress pernapasan dewasa
b. Koagulasi intravascular
c. Gagal ginjal akut
d. Perdarahan usus
e. Gagal hati
f. Disfungsi sistem saraf pusat
g. Gagal jantung
h. Kematian

2.4 Patofisiologi Syok Sepsis


Infeksi sistemik yang terjadi biasanya karena kuman Gram negatif yang
menyebabkan kolaps kardiovaskuler. Endotoksin basil Gram negatif ini
menyebabkan vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas arteriovena
perifer. Selain itu, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler. Peningkatan kapasitas
vaskuler karena vasodilatasi perifer menyebabkan terjadinya hipovolemia relatif,
sedangkan peningkatan peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan
kehilangan cairan intravaskuler ke intertisial yang terlihat sebagai odem. Pada syok
septik hipoksia, sel yang terjadi tidak disebabkan oleh penurunan perfusi jaringan
melainkan karena ketidakmampuan sel untuk menggunakan oksigen karena toksin
kuman. Gejala syok septik yang mengalami hipovolemia sukar dibedakan dengan
syok hipovolemia (takikardia, vasokonstriksi perifer, produksi urin < 0.5 cc/kg/jam,
tekanan darah sistolik turun dan menyempitnya tekanan nadi). Pasien-pasien sepsis
dengan volume intravaskuler normal atau hampir normal, mempunyai gejala
takikaridia, kulit hangat, tekanan sistolik hampir normal, dan tekanan nadi yang
melebar.

2.5 Penatalaksanaan Syok Sepsis


Pasien dengan syok septic memerlukan pemantauan cepat dan agresif serta
penatalaksanaan dalam unit perawatan kritis penatalaksanaannya melibatkan
seluruh sistem organ yang memerlukan pendekatan tim dari bebagai disiplin antara
lain:
1. Terapi-terapi definitive
a. Identifikasi dan singkirkan sumber infeksi
b. Multipel antibiotik spektrum luas
2. Terapi-terapi suportif
a. Pulihkan volume intra vaskuler
b. Pertahankan curah jantung yang adekuat
c. Pastikan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
d. Berikan lingkungan metabolik yang sesuai
3. Terapi-terapi penelitian
a. Anti histamine
b. Nalokson
c. Inhibitor neutrophil
d. Inhibitor prostagladin (obat-obat anti inflamatori nonsteroidal
e. Steroid
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN SYOK SEPSIS

A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
Selalu menggunakan pendekatan ABCDE.
Airway
 Yakinkan kepatenan jalan napas
 Berikan alat bantu napas jika perlu
 Jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan
bawa segera mungkin ke ICU
Breathing
 Kaji jumlah pernapasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang
signifikan
 Kaji saturasi oksigen
 Periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan
asidosis
 Berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask
 Auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada
 Periksa foto thorak
Circulation
 Kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan
 Monitoring tekanan darah, tekanan darah <>
 Periksa waktu pengisian kapiler
 Pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar
 Berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel
 Pasang kateter
 Lakukan pemeriksaan darah lengkap
 0Catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang
dari 360C
 Siapkan pemeriksaan urin dan sputum
 Berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.
Disability
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal
sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat kesadaran dengan
menggunakan AVPU.
Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat
suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.
2. Pengkajian Sekunder
a. Aktivitas dan istirahat
Subyektif : Menurunnya tenaga/kelelahan dan insomnia
b. Sirkulasi
- Subyektif : Riwayat pembedahan jantung/bypass cardiopulmonary,
fenomena embolik (darah, udara, lemak)
- Obyektif : Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya
hipoksemia), hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock)
- Heart rate : takikardi biasa terjadi
- Bunyi jantung : normal pada fase awal, S2 (komponen pulmonic) dapat
terjadi disritmia dapat terjadi, tetapi ECG sering menunjukkan normal
- Kulit dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin. Cyanosis biasa
terjadi (stadium lanjut)
c. Integritas Ego
- Subyektif : Keprihatinan/ketakutan, perasaan dekat dengan kematian
- Obyektif : Restlessness, agitasi, gemetar, iritabel, perubahan mental.
d. Makanan/Cairan
- Subyektif : Kehilangan selera makan, nausea
- Obyektif: Formasi edema/perubahan berat badan, hilang/melemahnya
bowel sounds
e. Neurosensori
- Subyektif atau Obyektif : Gejala truma kepala, kelambatan mental,
disfungsi motorik
f. Respirasi
- Subyektif : Riwayat aspirasi, merokok/inhalasi gas, infeksi pulmolal
diffuse, kesulitan bernafas akut atau khronis, “air hunger”
- Obyektif : Respirasi : rapid, swallow, grunting
g. Rasa Aman
- Subyektif : Adanya riwayat trauma tulang/fraktur, sepsis, transfusi darah,
episode anaplastic
h. Seksualitas
- Subyektif atau obyektif : Riwayat kehamilan dengan komplikasi
eklampsia

B. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan O2 , edema paru.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload dan
preload.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan cardiac
output yang tidak mencukupi.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
C. Intervensi
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan O2 edema paru.

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


( NOC) (NIC)
Setelah dilakukan tindakan Airway Managemen :
keperawatan selama ... x 24
Ø Buka jalan nafas
jam . pasien akan :  posisikan pasien untuk
Ø TTV dalam rentang normal memaksimalkan ventilasi (
Ø Menunjukkan jalan napas yang fowler/semifowler)
paten  Auskultasi suara nafas , catat
Ø Mendemostrasikan suara napas adanya suara tambahan
yang bersih, tidak ada sianosis  identifikasi pasien perlunya
dan dypsneu. pemasangan alat jalan nafas buatan
 Monitor respirasi dan status O2
Ø Monitor TTV.
Implementasi :
 Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi (
fowler/semifowler)
 Auskultasi suara nafas , catat adanya suara tambahan
 Menidentifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
 Monitor respirasi dan status O2 .Monitor TTV.

Evaluasi :
S: Pasien mengatakan pola nafasnya sudah membaik
O: RR normal (20x/ menit)
A: Dalam batas normal
P: Masalah teratasi

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload dan


preload.
Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
( NOC) (NIC)
Setelah dilakukan tindakan Cardiac care :
keperawatan selama ... x 24 jam  Catat adanya tanda dan gejala
. pasien akan : penurunan cardiac output
Menunjukkan TTV dalam  Monitor balance cairan
rentang normal  Catat adanya distritmia jantung
Tidak ada oedema paru dan  Monitor ttv
tidak ada asites  Atur periode latihan dan istirahat
Tidak ada penurunan kesadaran untuk hindari kelelahan
Ø Dapat mentoleransi aktivitas dan  Monitor status pernapasan yang
tidak ada kelelahan. menandakan gagal jantung.
Implementasi :
 Mencatat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
 Monitor balance cairan
 Catat adanya distritmia jantung
 Monitor TTV
 Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
 Memmonitor status pernapasan yang menandakan gagal jantung.

Evaluasi:
S: Pasien mengatakan sudah tidak odem paru
O: Menunjukkan TTV dalam rentang normal
A: Dalam batas normal
P: Masalah teratasi

3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.


Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
( NOC) (NIC)
Setelah dilakukan tindakan Fever Treatment :
keperawatan selama ... x 24  Memobservasi tanda-tanda vital
jam . pasien akan : tiap 3 jam.
Suhu tubuh dalam rentang  Memberi kompres hangat pada
normal bagian lipatan tubuh ( Paha dan
Tidak ada perubahan warna kulit aksila ).
dan tidak ada pusing  Memonitor intake dan output
Nadi dan respirasi dalam rentang  Monitor warna dan suhu kulit
normal  Memerikan obat anti piretik

Temperature Regulation
 Memberi banyak minum ( ± 1-1,5
liter/hari) sedikit tapi sering
 Mengganti pakaian klien dengan
bahan tipis menyerap keringat.

Implementasi :
 Memobservasi tanda-tanda vital tiap 3 jam.
 Memberi kompres hangat pada bagian lipatan tubuh ( Paha dan aksila ).
 Memonitor intake dan output
 Monitor warna dan suhu kulit
 Memerikan obat anti piretik

Temperature Regulation
 Memberi banyak minum ( ± 1-1,5 liter/hari) sedikit tapi sering
 Mengganti pakaian klien dengan bahan tipis menyerap keringat.

Evaluasi;
S: Pasien mengatakan tidak merasa menggigil
O: Suhu normal 37oC
A: Dalam batas normal
P: Masalah teratasi

4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan cardiac output


yang tidak mencukupi.
Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
( NOC) (NIC)
Setelah dilakukan tindakan Management sensasi perifer:
keperawatan selama ... x 24  Memmonitor tekanan darah dan
jam . pasien akan : nadi apikal setiap 4 jam
Tekanan sisitole dan diastole  Meninstruksikan keluarga untuk
dalam rentang normal mengobservasi kulit jika ada lesi
Menunjukkan tingkat kesadaran  Memonitor adanya daerah tertentu
yang baik yang hanya peka terhadap panas
atau dingin
 Kolaborasi obat antihipertensi.

Implementasi :
 Memmonitor tekanan darah dan nadi apikal setiap 4 jam
 Meninstruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi
 Memonitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas atau
dingin
 Kolaborasi obat antihipertensi.

Evaluasi:
S: Paien mengatakan sudah tidak pusing lagi
O: Tekanan darah normal (120/80 MmHg)
A: Dalam batas normal
P: Masalah teratasi

5. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen.
Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
( NOC) (NIC)
Setelah dilakukan tindakan Activity Therapy
keperawatan selama ... x 24  Mengkaji hal-hal yang mampu
jam . pasien akan : dilakukan klien.
Berpartisipasi dalam aktivitas  Membantu klien memenuhi
fisik tanpa disertai peningkatan kebutuhan aktivitasnya sesuai
tekanan darah nadi dan dengan tingkat keterbatasan klien
respirasi  Memberi penjelasan tentang hal-hal
Mampu melakukan aktivitas yang dapat membantu dan
sehari-hari secara mandiri meningkatkan kekuatan fisik klien.
TTV dalam rentang normal  Melibatkan keluarga dalam
Status sirkulasi baik pemenuhan ADL klien
 Menjelaskan pada keluarga dan
klien tentang pentingnya bedrest
ditempat tidur.

Implementasi :
 Mengkaji hal-hal yang mampu dilakukan klien.
 Membantu klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sesuai dengan
tingkat keterbatasan klien
 Memberi penjelasan tentang hal-hal yang dapat membantu dan
meningkatkan kekuatan fisik klien.
 Melibatkan keluarga dalam pemenuhan ADL klien
 Menjelaskan pada keluarga dan klien tentang pentingnya bedrest
ditempat tidur.

Evaluasi ;
S: Pasien mengatakan sudah bisa melakukan aktifitas sehari-hari
O: Status sirkulasi baik (Nadi : 90x/ menit, RR : 20X/ menit )
A: Dalam batas normal
P: Masalah teratasi

6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.


Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
( NOC) (NIC)
Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction
keperawatan selama ... x 24 jam  Menkaji tingkat kecemasan
. pasien akan :  Jelaskan prosedur pengobatan
Mampu mengidentifikasi dan perawatan.
mengungkapkan gejala cemas  Memberi kesempatan pada
TTV normal keluarga untuk bertanya tentang
Menunjukkan teknik untuk kondisi pasien.
mengontrol cemas.  Memberi penjelasan tiap prosedur/
tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien dan manfaatnya
bagi pasien.
 Memberi dorongan spiritual.

Implementasi :
 Menkaji tingkat kecemasan
 Jelaskan prosedur pengobatan perawatan.
 Memberi kesempatan pada keluarga untuk bertanya tentang kondisi
pasien.
 Memberi penjelasan tiap prosedur/ tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien dan manfaatnya bagi pasien.
 Memberi dorongan spiritual.

Evaluasi:
S: Pasien mengatakan sudah tidak mencemaskan kondisinya
O: Pasien sudah mampu mengontrol teknik untuk mengontrol cemas.
A: Dalam batas normal
P: Masalah teratasi
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Syok septik adalah jenis syok distributive yang berhubungan dengan aktivasi
sistem respon inflamasi dan biasanya ditandai dengan peningkatan cardiac output,
penurunan resistensi pembuluh darah sistemik, hipotensi dan redistribusi aliran
darah regional mengakibatkan hipoperfusi jaringan. Sepsis adalah suatu keadaan
ketika mikroorganisme menginvasi tubuh dan menyebabkan respon inflamasi
sitemik.
Pasien dengan syok septic memerlukan pemantauan cepat dan agresif serta
penatalaksanaan dalam unit perawatan kritis penatalaksanaannya melibatkan
seluruh sistem organ yang memerlukan pendekatan tim dari bebagai disiplin antara
lain, terapi definitive dan terapi suportif.
DAFTAR PUSTAKA

Alexander R H, Proctor H J. Shock. Dalam buku: Advanced Trauma Life Support Course
for Physicians. USA, 1993 ; 75 - 94
Atkinson R S, Hamblin J J, Wright J E C. Shock. Dalam buku: Hand book of Intensive
Care. London: Chapman and Hall, 1981; 18-29.
Bartholomeusz L, Shock, dalam buku: Safe Anaesthesia, 1996; 408-413
Franklin C M, Darovic G O, Dan B B. Monitoring the Patient in Shock. Dalam buku:
Darovic G O, ed, Hemodynamic Monitoring: Invasive and Noninvasive Clinical
Application. USA : EB. Saunders Co. 1995 ; 441 - 499.
Haupt M T, Carlson R W. Anaphylactic and Anaphylactoid Reactions. Dalam buku:
Shoemaker W C, Ayres S, Grenvik A eds, Texbook of Critical Care. Philadelphia,
1989 ; 993 - 1002.
Thijs L G. The Heart in Shock (With Emphasis on Septic Shock). Dalam kumpulan
makalah: Indonesian Symposium On Shock & Critical Care. Jakarta-Indonesia,
August 30 - September 1, 1996 ; 1 - 4.
Wilson R F, ed. Shock. Dalam buku: Critical Care Manual. 1981; c:1-42.
Zimmerman J L, Taylor R W, Dellinger R P, Farmer J C, Diagnosis and Management of
Shock, dalam buku: Fundamental Critical Support. Society of Critical Care
Medicine, 1997.

Anda mungkin juga menyukai