Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PROPOSAL DOPS PEMERIKSAAN EKG

PADA PASIEN TN.S DENGAN STEMI DIRUANGAN

CVCU RSUP DR.M.DJAMIL PADANG

KELOMPOK :

MUHYI URFANI

HELYANA YOSEPA

KURMAINI

ABDUL AZIZ

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

ST elevation myocardial infarction (STEMI) merupakan salah satu

spektrum sindroma koroner akut (SKA) yang paling berat (Kumar dan

Canon, 2009). Pada pasien STEMI, terjadi penurunan aliran darah koroner

secara mendadak akibat oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang

sudah ada sebelumnya. Trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada

lokasi injuri vaskuler. Injuri vaskuler dicetuskan oleh faktor-faktor seperti

merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid (Alwi, 2014).

Karakteristik gejala iskemia miokard yang berhubungan dengan

elevasi gelombang ST persisten yang dilihat berdasarkan EKG dapat

menentukan terjadinya STEMI. Saat ini, kejadian STEMI sekitar 25-40%

dari infark miokard, yang dirawat di rumah sakit sekitar 5-6% dan

mortalitas 1 tahunnya sekitar 7-18% (O’Gara et al., 2013). Sekitar 865.000

penduduk Amerika menderita infark miokard akut per tahun dan

sepertiganya menderita STEMI (Yang et al., 2008)

Pada tahun 2013, ± 478.000 pasien di Indonesia didiagnosa

penyakit jantung koroner. Saat ini, prevalensi STEMI meningkat dari 25%

hingga 40% berdasarkan presentasi infark miokard (Depkes RI, 2013).

Penelitian oleh Torry et al tahun 2011-2012 di RSU Bethesda Tomohon,

angka kejadian STEMI paling tinggi dari keseluruhan kejadian SKA yaitu
82%, sedangkan untuk NSTEMI hanya 11% dan 7% pasien angina

pektoris tidak stabil. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUP

Sanglah Denpasar pada tahun 2012-2013, STEMI juga merupakan

kejadian tertinggi dari keseluruhan SKA yaitu sebesar 66,7% (Budiana,

2015).

Sumatera Barat merupakan provinsi dengan prevalensi penyakit

jantung tertinggi ke-4 di Indonesia yaitu 15,4% setelah provinsi Sulawesi

Tengah (16,9%), Aceh (16,6%) dan Gorontalo (16,0%) (Delima et al.,

2009). Berdasarkan hasil penelitian di RS Khusus Jantung Sumatera Barat

pada tahun 2011-2012, menyatakan bahwa kejadian SKA terbanyak

adalah STEMI dengan persentase sebesar 52% dari keseluruhan SKA

(Zahara et al., 2013).

Hasil penelitian di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2012

juga menunjukkan bahwa STEMI merupakan kejadian SKA yang

terbanyak dari keseluruhan kejadian SKA yang memiliki gula darah tidak

normal, yaitu sebesar 40% (Valerian et al., 2015). Penelitian lain di RSUP

Dr. M. Djamil Padang pada pasien STEMI yang dilakukan tindakan IKPP

didapatkan bahwa laki-laki lebih banyak yang menderita STEMI (87,5%)

dibandingkan perempuan dan usia terbanyak yaitu rentang 54,65±7,77

(Ilhami YR et al., 2015).

Menurut Ramrakha dan Hill (2006), pada infark miokard dengan

elevasi segmen ST, dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi infark yang

ditentukan dari perubahan EKG. Bagian anterior merupakan lokasi yang


sering ditemukan STEMI. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan sekitar

53.01% infark miokard yang berada di lokasi anterior. Hal ini disebabkan

oleh pembuluh darah arteri koronaria kiri lebih banyak mendarahi 75%

bagian jantung terutama bagian anterior jantung yang mengalami

penyumbatan oleh trombus dan spasme koroner dalam waktu yang lama

(Wagyu et al., 2013).

Pasien STEMI juga dapat dibedakan berdasarkan ada atau tidak

adanya distorsi QRS saat dilakukan pemeriksaan EKG. Berdasarkan

penelitian, pasien STEMI yang mengalami distorsi sebesar 43.1%,

sedangkan pasien STEMI tanpa distorsi QRS sebesar 56.9%. Pasien

dengan distorsi cenderung memiliki infark yang lebih besar seperti yang

dinilai berdasarkan Kilip Class II. Angka mortalitas pasien STEMI dengan

distorsi QRS lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa distorsi QRS (Mulay

dan Mukhedkar, 2013).

Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu sinyal yang dihasilkan oleh

aktifitas listrik otot jantung. EKG ini merupakan rekaman informasi

kondisi jantung yang diambil dengan memasang electroda pada ban.

Rekaman EKG ini digunakan oleh dokter ahli untuk menetukan kondisi

jantung dari pasien. Sinyal EKG direkam menggunakan perangkat

elektrokardigraf. Elektrokardiogram tetap merupakan standar emas dalam

mengidentifikasi adanyal lokasi dari infak miokard akut. ST elevasi pada

infak miokard akut dapat memprediksi ukuran infark, responnya terhadap

terapi reperfusi, dan memperkirakan prognosis dari pasien. Distorsi


terminal komplek QRS pada infark miokard akut inferior adalah jika J-

point dibandingkan dengan tingginya gelombang R lebih atau sama

dengan 0,5 pada dua atau lebih sadapan inferior (sadapan II, III, aVF).

(Baltazar, R.F,2013).

Dari hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan di ruangan

CVCU RSUP Dr. Mdjamil Padang didapatkan bahwa dari 7 orang pasien,

didapatkan 2 pasien diantaranya menderita STEMI.

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan EKG.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melaksanakan EKG pada Tn.S

b. Mahasiswa mampu menginterprestasikan hasil pemeriksaan EKG

c. Mahasiswa mampu menganalisa EKG

d. Mampu membuat rencana tindak lanjut


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Elektrokardiogram ( EKG )

Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu sinyal yang dihasilkan oleh aktifitas

listrik otot jantung. EKG ini merupakan rekaman informasi kondisi jantung

yang diambil dengan memasang electroda pada badan. Rekaman EKG ini

digunakan oleh dokter ahli untuk menentukan kodisi jantung dari pasien.

Sinyal EKG direkam menggunakan perangkat elektrokardiograf. (Baltazar,

R.F,2013).

Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktivitas listrik

jantung.Elektrikardiogram (EKG) adalah suatu grafik yang menggambarkan

rekaman listrik jantung. Kegiatan listrik jantungdalam tubuh dapat dicatat dan

direkam melalui elektroda-elektroda yang dipasang pada permukaan tubuh.

(Baltazar, R.F,2013).

B. Fungsi Elektrokardiogram ( EKG )

a. Hal-hal yang dapat diketahui dari pemeriksaan EKG adalah :

1) Denyut dan irama jantung

2) Posisi jantung di dalam rongga dada.

3) Penebalan otot jantung (hipertrofi).

4) Kerusakan bagian jantung.

5) Gangguan aliran darah di dalam jantung.


6) Pola aktifitas listrik jantung yang dapat menyebabkan gangguan irama

jantung

(Baltazar, R.F,2013)

b. Fungsi Gelombang EKG

1. Gelombang P

SA Node secara otomatis mengantarkan impuls

internodal pathway di atrium kanan dan melalui

bachman bundle dan atrium kiri

2. Gelombang QRS

Gelombang QRS akan berbeda-beda di setiap lead

tergantung arah dan besarnya arus depolarisasi

ventrikel.

3. Gelombang T

Gelombang T merupakan gambaran repolarisasi

ventrikel, gelombang T muncul setelah berakhirnya

segmen ST
C. Langkah – langkah Membaca EKG

Intepretasi Hasil EKG


Mengetahui EKG yang normal dan abnormal

1. Calibrasi
Normal calibrasi adalah 1mV (10 kotak kecil / 2 kotak besar)

2. Ritme
Normal ritme jantung adalah 50-100x/menit *guideline terbaru
Irama sinus : adalah irama gelombang P dikuti komplek QRS dan
gelombang T
-sinus rhytm : berarti detak jantung diantara 50-100x/menit
sinus takikardi : berarti detak jantung >100x/menit

sinus bradikardi : berarti detak jantung kurang dari 50x/menit

sinus aritmia : berarti detak jantung berubah setiap detik

3. Rate
Yang paling mudah menggunakan rumus 1500/Jumlah kotak kecil antara gel. R
-R
Contoh:
4.Gelombang P
Normal : Tinggi 1-3 kotak kecil
Positif pada lead I, II, aVF

5. PR Interval
Normal: Durasi 3-5 kotak kecil

6. QRS axis (menggunakan gelombang QRS)

-Axis normal : Lead I dan aVF (+)


-Menyimpang ke kanan : Lead I (-) dan aVF (+)
-Menyimpang ke kiri : Lead I (+) dan aVF (+)
-Menyimpang ke kanan yang hebat: Lead I dan aVF (-)
*(+) : naik ke bawah, (-) : turun ke bawah

7. Gelombang QRS
Tinggi : 5-20 kotak kecil
Durasi : 1,5-3 kotak kecil
8. QT Interval
Durasi < 10 kotak kecil

9. Bentuk QRS

10. Gelombang U => tanda hipokalemi


Normal : tidak ada/tidak muncul
11. ST segment
Normalnya isoelektrik (sejajar/menyentuh garis merah) atau < 1 kotak kecil

12. Gelombang T
-Positif (+) pada Lead I, II, V3-V6
-Negatif (-) pada Lead aVR
*(+) : naik ke bawah, (-) : turun ke bawah

D. Sistem Konduksi Jantung

Jantung terdiri dari empat ruang yang berfungsi sebagai pompa system

sirkulasi darah. Yang paling berperan adalah bilik (ventrikel), sedangkan

serambi (atria) sebenarnya berfungsi sebagai ruang penyimpanan selama bilik

memompa. Ventrikel berkontraksi, ventrikel kanan memasok darah ke paru-

paru, dan ventrikel kiri mendorong darah ke aorta berulang-ulang melalui

sistem sirkulasi, fasa ini disebut systole. Sedangkan fasa pengisian atau

istirahat (tidak memompa) setelah ventrikel mengosongkan darah menuju arteri

disebut diastole.

Kontraksi jantung inilah yang mendasari terjadinya serangkaian peristiwa

elektrik dengan koordinasi yang baik. Aktivitas elektrik dalam keadaan normal

berawal dari impuls yang dibentuk oleh pacemaker di simpul SinoAtrial (SA)

kemudian melewati serabut otot atrial menuju simpul AtrioVentrikular (AV)

lalu menuju ke berkas His dan terpisah menjadi dua melewati berkas kiri dan

kanan dan berakhir pada serabut Purkinye yang mengaktifkan serabut otot

ventrikel (Kabo, P dan Karim, S 2007).


E. Teknik monitoring EKG

Saat ini 4 macam teknik monitoring EKG yang sering digunakan yaitu :

1) Teknik monitoring standar ekstremitas (metoda Einthoven) atau standard

limb leads Dalam menggunakan teknik ini, dilakukan 3 tempat monitoring

EKG yakni :

a. Lead I dibentuk dengan membuat lengan kiri (LA-left arm) elektroda

positif dan lengan kanan (RA- right arm) elektroda negatif. Sudut

orientasi 0º

b. Lead II dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda positif

dan lengan kanan (RA- right arm) elektroda negatif. Sudut orientasi 60º

c. Lead III dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda

positif dan lengan kiri (LA- left arm) elektroda negatif. Sudut orientasi

120º

2) Teknik monitoring tambahan atau augmented limb leads Dalam

menggunakan teknik ini, dilakukan 3 tempat monitoring EKG yakni :

a. aVL dibentuk dengan membuat lengan kiri (LA-left arm) elektroda

positif dan anggota tubuh lainnya (ekstremitas) elektroda negatif. Sudut

orientasi -30º

b. aVR dibentuk dengan membuat lengan kanan (RA- right arm) elektroda

positif dan anggota tubuh lainnya (ekstremitas) elektroda negatif. Sudut

orientasi -150º

c. aVF dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda positif

dan anggota tubuh lainnya (ekstremitas) elektroda negatif. Sudut


orientasi +90º monitoring EKG prekordial/ dada atau standard chest

leads monitoring EKG

(Baltazar, R.F,2013).

F. Karakteristik dan parameter - parameter dalam Elektrokardiogram

Sinyal EKG terdiri dari gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T

(diperlihatkan pada gambar di bawah ini digunakan untuk mendeteksi

kelainan jantung atau aritmia (arrythmia). Urutan terjadinya sinyal EKG

yang dapat menimbulkan gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T

adalah sebagai berikut :

1. Setiap siklus kontraksi dan relaksasi jantung dimulai dengan depolarisasi

spontan pada nodus. Peristiwa ini tidak tampak pada rekaman EKG

2. Gelombang P merekam peristiwa depolarisasi dan kontraksi atrium (atria

contract). Bagian pertama gelombang P menggambarkan aktivitas atrium

kanan; bagian kedua mencerminkan aktivitas atrium kiri

Setelah mendapatkan sinyal EKG, denyut jantung (HR- heart rate) dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan di bawah ini :

Dengan Interval_RR = Jarak antara gelombang R dengan gelombang R

lainnya yang berdekatan terukur dalam satuan waktu (sekon) HR = Besar

denyut jantung yang dalam satuan beat per minute (BPM) (Netter, F.H2014)

G. Cara Membaca Hasil EKG

1. Tentukan Irama Jantung, irama jantung terbagi atas reguler dan irreguler.

Reguler jika iramanya teratur atau normal, jika ireguler jika iramanya tidak

teratur
2. Tentukan Heart rate

Dua cara menghitung kecepatan laju jantung ( Heart Rate ) :

a. Cara pertama

𝟑𝟎𝟎
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒐𝒕𝒂𝒌 𝒃𝒆𝒔𝒂𝒓 𝑹 − 𝑹

b. Cara kedua

𝟏𝟓𝟎𝟎
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒐𝒕𝒂𝒌 𝒌𝒆𝒄𝒊𝒍 𝒂𝒏𝒕𝒂𝒓𝒂 𝑹 − 𝑹

Kedua cara diatas digunakan apabila irama EKG teratur, bila irama

EKG tidak teratur gunakan cara berikut :

- Ambil rekaman EKG sepanjang 6 detik, hitung jumlah QRS

dalam 6 detik kemudian kalikan 10 atau ambil rekaman EKG

sepanjang 12 detik, hitung jumlah QRS kalikan 5.

3. Gelombang P

Nilai gelombang P normal :

 Tinggi : <0.25 mm

 Lebar < 0,04 detik.

4. Interval PR

Normal interval PR adalah 0,12-0,20 detik. Perhatikan apakah interval PR

memanjang atau memendek dari ukuran normal.

5. Gelombang QRS

Normal durasi QRS adalah 0,06-0,12 detik. Perhatikan amplitudo

gelombang Q dan S
6. Bentuk Gelombang

(Baltazar, R.F,2013)

H. Pemasangan EKG

V1 : Ruang Interkostal Iv Garis Sternal Kanan

V2 : Ruang Interkostal Iv Garis Sternal Kiri

V3 : Pertengahan Antara V2 Dan V4 V3 : Pertengahan Antara V2 Dan V4

V4 : Ruang Interkostal V Garis Midklavikula Kiri

V5 : Sejajar V4 Garis Aksila Depan V5 : Sejajar V4 Garis Aksila Depan

V6 : Sejajar V5 Garis Aksila Tengah

(Baltazar, R.F,2013)
BAB III

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

A. Jenis Tindakan

Pemasangan EKG dan membaca hasil EKG

B. Pasien yang menjadi target

Seorang klien bernama Tn. S umur (56th). Klien masuk ke CVCU


pada tanggal 13 Mei 2019, tinggal di Jl. Swakarya Andalas Padang, klien
di diagnosa dengan STEMI. Klien masuk dengan keluhan nyeri pada
pertengahan dada kurang dari 20 menit dengan tiba-tiba saat istirahat.
Pada saat pengkajian tanggal 13 Mei 2019 jam 08.00 klien mengeluh
masih nyeri dada di kiri dan kanan, klien mengatakan nyeri bila banyak
bergerak, klien nyeri seperti di timpa benda berat, klien mengatakan sesak
nafas timbul bila terasa nyeri. Hasil monitor didapatkan TD: 128/72
mmHg, Nadi: 66x/i, RR: 20x/i, Suhu: 36,5ºC, SPO² 99%. Klien terpasang
O2 binasal 4 liter, klien terpasang IVFD Nacl 20tts/ 24 jam. Hasil
pemeriksaan fisik pada jantung, inspeksi: ictus cordis tidak tampak,
palpasi: ictus cordis teraba di RIC ke II, perkusi: atas (RIC ke II, kanan
LSB, kiri: LMCS RIC ke V, auskultasi: BJ1-BJ2 reguler, gallop
C. Tindakan Prosedur

 Mengucapkan salam

 Memperkenalkan diri

 Menjelaskan tujuan

 Lanjut pemasangan EKG

 V1 : Ruang interkostal IV Garis Sternal Kanan


 V2 : Ruang interkostal IV Garis Sternal Kiri

 V3 : Pertengahan Antara V2 Dan V4 V3 : Pertengahan Antara V2

Dan V4

 V4 : Ruang Interkostal V Garis Midklavikula Kiri

 V5 : Sejajar V4 Garis Aksila Depan V5 : Sejajar V4 Garis Aksila

Depan

 V6 : Sejajar V5 Garis Aksila Tengah

D. Intrepetasi hasil pemeriksaan

Pasien bernama Tn. S, agama yang dianut pasien yaitu islam dengan

diagnosa medis ADHF. Pasien dengan ADHF tindakan yang akan

dilakukan yaitu dengan pemasangan EKG untuk melihat hasil pemeriksaan

EKG pada pasien denganADHF.

Hasil intrepetasi sebagai berikut :

a. Irama :

b. HR :

c. Gelombang P :

d. Interval P-R :

e. Interval QRS :

f. Bentuk Gelombang :
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu sinyal yang dihasilkan oleh

aktifitas listrik otot jantung. EKG ini merupakan rekaman informasi

kondisi jantung yang diambil dengan memasang electroda pada badan.

Rekaman EKG ini digunakan oleh dokter ahli untuk menentukan kodisi

jantung dari pasien, EKG sangat diperlukan dalam pemeriksaan khususnya

dengan penyakit jantung

Stemi adalah suatu kondisi kasus gawat daruratan yang dapat

mempengaruhi kondisi kritis, apabila tidak segera mendapatkankan

perawatan dan tindakan yang tepat akan menyebabkan kematian. Tindakan

yang dapatb dilakukan pada pasien dengan ADHF (Acute Decompensated

Heart Failure) adalah dengan pemasangan EKG untuk menentukan

kondisi jantung pada Tn. S.

B. Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan melalui makalah ini

kepada tenaga kesehatan khususnya yang memiliki izin untuk melakukan

tindakan EKG lebih memperhatikan privasi dan kenyamanan pasien klien

agar klien merasa nyaman .


DAFTAR PUSTAKA

Baltazar, R.F., (2013). Basic and Bedside Electrocardiography. Baltimore,MD :

Lippincott Williams & Wilkins.

Guyton, A.C dan Hall. J.E (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11.

Jakarta : EGC.

Kabo, P dan Karim, S (2007). EKG dan Penanggulangan Beberapa Penyakit

Jantung untuk Dokter Umum. Jakarta : FK UI.

Netter, F.H (2014). Atlas of human anatomy. 6th ed: Elsevier. Silverthorn, Dee

Unglaub., (2013). Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC.


PERSETUJUAN TINDAKAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Tempat/ tanggal lahir :

Alamat :

Bersama ini menyatakan kesediaanya untuk dilakukan tindakan pemeriksaan yang

meliputi pemasangan EKG.

Demikian surat persetujuan ini saya buat tanpa ada paksaan dari pihak manapun

agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui Padang, Mei 2019

Pemeriksa Pembuat Pernyataan

( ) ( )

Anda mungkin juga menyukai