Disusun Oleh :
1. Definisi
Pada blok jantung komplit, nodus sinus terus memberi cetusan secara normal,
tetapi tidak ada impuls yang mencapai ventrikel. Ventrikel dirangsang dari sel-sel pacu
jantung yang keluar dan dipertemu (frekuensi 40-60 denyut/menit) atau pada ventrikel
(frekuensi 20-40 denyut/menit) tergantung pada tingkat AV blok. Pada gambaran EKG
gelombang P dan kompleks QRS ada tetapi tidak ada hubungan antara keduanya.
Interval PP dan RR akan teratur tetapi interval RR bervariasi. Jika pacu jantung
pertemuan memacu ventrikel, QRS akan mengecil. Pacu jantung idioventrikular akan
mengakibatkan kompleks QRS yang lebar (Akhanksha, 2018).
Gangguan pada nodus AV dan/atau system konduksi menyebabkan kegagalan
transmisi gelombang P ke ventrikel (Davey, 2005). AV block merupakan komplikasi
infark miokardium yang sering terjadi (Boswick, 1988).
Blok atrioventrikular derajat tiga disebut juga sebagai blok jantung derajat tiga
atau blok jantung lengkap (Complete Heart Block / CHB) atau Total AV Block, adalah
irama jantung abnormal yang dihasilkan dari kegagalan pada sistem konduksi jantung
di mana tidak ada konduksi melalui simpul atrioventrikular (AVN), yang mengarah ke
pemisahan lengkap atrium dan ventrikel (Akhanksha, 2018).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa AV block adalah gangguan system konduksi
AV yang menyebabkan kegagalan transmisi gelombang P ke ventrikel dan ditimbulkan
sebagai bagian komplikasi IMA.
2. Etiologi
Penyebab dari tipe ini sama dengan penyebab pada AV blok pada derajat yang
lebih kecil, PR yang memanjang lebih dari 0,2 detik dapat disebabkan oleh obat-obatan
seperti digitalis, ß blocker, toksisitas digoxin, penghambatan saluran kalsium, serta
penyakit arteri koroner, berbagai penyakit infeksi, dan lesi congenital. Blok jantung
lengkap atau derajat tiga bisa terlihat setelah terjadi serangan IMA (Janice, 2009).
Dalam irama utama ini, tidak ada koordinasi antara kontraksi atrium dan
ventrikel. Karena kecepatan ventrikel sendiri sekitar 20 sampai 40 kali permenit, maka
sering penderita menyajikan tanda-tanda curah jantung yang buruk seperti hipotensi
dan perfusi serebrum yang buruk (Dharma, 2009).
3. Manifestasi klinis
a. Total AV blok sering menyebabkan bradikardia
b. Tampak tanda-tanda curah jantung yang buruk seperti hipotensi/tekanan darah
menurun dan perfusi serebrum yang buruk
c. Pusing, lemas, sinkop, dan dapat menyebabkan kematian mendadak.
(Janice, 2009).
4. Pemeriksaan Penunjang
a. EKG
Pada EKG akan ditemukan :
1) Gelombang P dan kompleks QRS ada tetapi tidak ada hubungan antara
keduanya,
2) Lebih banyak gelombang P daripada kompleks QRS
3) Interval PP dan RR akan teratur/reguler tetapi interval RR bervariasi.
(Janice, 2009).
b. Foto dada
Dapat ditunjukkan adanya pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel dan katup
c. Elektrolit
Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium, dan magnesium dapat menyebabkan
disritmia.
5. Patofisiologi
Blok jantung adalah perlambatan atau pemutusan hantaran impuls antara atrium
dan venrikel. Impuls jantung biasanya menyebar mulai dari nodus sinus, mengikuti
jalur internodal menuju nodus AV dan ventrikel dalam 0,20 detik (interval PR normal);
depolarisasi ventrikel terjadi dalam waktu 0,10 detik (lama QRS komplek).
Pada blok jantung derajat tiga atau Total AV Block, tidak ada impuls yang
dihantarkan ke ventrikel, terjadi henti jantung, kecuali bila escape pacemaker dari
ventrikel ataupun sambungan atrioventrikuler mulai berfungsi. Blok berkas cabang
adalah terputusnya hantaran berkas cabang yang memperpanjang waktu depolarisasi
hingga lebih dari 0,10 detik.
6. Pathway
b. Atropin (0,5 sampai 1 mg) bisa diberikan dengan dorongan IV. Bila tidak ada
kenaikan denyut nadi dalam respon terhadap atropine maka bisa dimulai tetesan
isoproterenol 1 mg dalam 500 ml D5W dengan tetesan keciluntuk meningkatkan
kecepatan denyut ventrikel. Penderita yang menunjukkan blok jantung derajat tiga
memerlukan pemasangan alat pacu jantung untuk menjamin curah jantung yang
mencukupi (Boswick, 1988).
8. Komplikasi
Kompikasi Total AV Block dibedakan menjadi komplikasi akibat penyakit atau
komplikasi akibat pemasangan pacemaker.
a. Komplikasi akibat penyakit meliputi, (Sandesara, 2017 dan Jones, 2018):
1) Kematian jantung mendadak (sudden cardiac death) akibat asistole atau torsade
de pointes
2) Sinkope/ pingsan
3) Nyeri dada/perburukan penyakit jantung iskemik
4) Gagal jantung kongestif
5) Perburukan penyakit ginjal
TINJAUAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian primer :
1) Airway
Penilaian akan kepatenan jalan nafas meliputi pemeriksaan mengenai adanya
obstruksi jalan nafas, karena benda asing. Pada klien yang dapat berbicara dapat
dianggap bahwa jalan nafas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara
nafas tambahan misalnya stridor
2) Breathing
Inspeksi frekuensi nafas, apakah ada penggunaan otot bantu nafas, adanya sesak
nafas, palpasi pengembangan paru, auskultasi adanya suara nafas tambahan
seperti ronchi, wheezing, kaji adanya trauma pada dada yang dapat
menyebabkan takipnea dan dispnea.
3) Circulation
Dilakukan pengkajian dan monitor secara teratur status hemodinamik, warna
kulit, dan tanda-tanda vital terutama nadi dan tekanan darah.
4) Disability
Nilai tingkat kesadaran serta ukuran dan reaksi pupil
b. Pengkajian sekunder :
Meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat menggunakan format
AMPLE (Alergi, Medikasi, Post illness, Last meal, dan Event/environment, yang
berhubungan dengan kejadian perlukaan).
c. Defisit pengetahuan: proses penyakit dan prosedur terapi b.d kurangnya paparan
informasi
NOC:
Pengetahuan: proses penyakit dan prosedur terapi
1) Familiar terhadap nama penyakit
2) Mampu mendiskripsikan proses penyakit
3) Mampu mendiskripsikan penyeban, tanda dan gejala, komplikasi dari penyakit
NIC:
Pembelajaran : proses penyakit
1) Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit
2) Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana kaitannya dengan anatomi dan
fisiologi tubuh
3) Identifikasi kemungkinan penyebab dan tanda dan gejala umum penyakit
4) Berikan informasi tentang kondisi klien dan hasil pemeriksaan diagnostik
5) Instruksikan klien untuk melaporkan tanda dan gejala kepada petugas
Pembelajaran : prosedur/perawatan
1) Informasikan klien waktu dan lama waktu pelaksanaan prosedur/perawatan
2) Kaji tingkat pengetahuan klien tentang prosedur yang akan dilakukan
3) Jelaskan tujuan prosedur/perawatan dan hal-hal yang perlu dilakukan setelah
prosedur/perawatan
4) Instruksikan klien menggunakan tehnik koping untuk mengontrol beberapa
aspek selama prosedur/perawatan (relaksasi da imagery)
DAFTAR PUSTAKA
Jones, Janice., et al. (2009). Perawatan Kritis Seri Panduan Klinis. Jakarta: Erlangga.
Jones, M. W., Napier L. Rhythm. (2018). Atrioventicular Block, Second Degree. Retrieved
from https://www.ncbi.nlm.gov/books/NBIC482359/
Prince & Wilson. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed.6. Vol. 1.
Jakarta: EGC.