Anda di halaman 1dari 33

CASE BASID DISCUSSION

BAGIAN PERIODONTI

Gingival Enlargement

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi


Kepaniteraan Klinik di Bagian Periodonti

Oleh:

Yogi Dwi Anda

19100707360804072

Pembimbing :

drg. Netta Anggraini, MDSc. SP.Perio

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan CBD Gingival

enlargement” untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan kepanitraan

klinik modul periodonti.

Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua proses

yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Netta Anggraini, MDSc. SP.Perio

selaku dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai

pihak lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu.

Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna

sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya, karena

itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.

Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya

kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat

memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang

memerlukan.

Penulis
MODUL PERIODONTI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PADANG

HALAMAN PENGESAHAN

Telah didiskusikan CBD“GINGIVA ENLARGEMENT”guna melengkapi

persyaratan Kepaniteraan Klinik pada Modul Periodonti.

Padang, Oktober 2020


Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing

drg. Netta Anggraini, MDSc. SP.Perio


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gingiva adalah jaringan lunak yang menutupi gigi. Gingiva yang sehat

berwarna merah muda dengan tepi yang tajam menyerupai krah baju, konsistensi

kenyal dengan adanya stipling. Pertambahan ukuran gingiva adalah hal yang umum

pada penyakit gingiva. Terminologi kondisi tersebut adalah : gingival enlargement.

Gambaran klinisnya disebut hipertropi gingivitis atau hiperplasi gingiva dengan

warna merah, konsistensi lunak, tepi tumpul dan tidak adanya stipling (Andriani,

2009).

Gingiva yang sehat berwarna merah muda pucat terkadang bervariasi menjadi

warna lainnya dengan kepekatan pigmen yang terlihat. Kondisi yang sering menyertai

penyakit -penyakit gingiva yaitu perubahan ukuran yang bertambah yang disebut

gingival enlargement (Daliemunthe, 2008).

Pembengkakan gingiva hampir secara universal hasil akumulasi cairan dalam

jaringan: edema. Jaringan gingiva membesar biasanya memiliki konsistensi lunak,

biasanya lebih atau kurang eritem, dan berdarah pada saat dilakukan probing.

Pembesaran gusi yang edematous dapat benar-benar reversibel pada orang sehat, jika

plak mikroba penyebab lokal, secara teratur dan efektif dihapus oleh prosedur

membersihkan gigi mekanis. (Marakoglu dkk., 2004).


Pembesaran gingiva adalah suatu peradangan pada gingiva yang disebabkan

oleh banyak faktor baik faktor lokal maupun sistemik, yang paling utama adalah

faktor lokal yaitu plak bakteri. Tanda klinis yang muncul yaitu gingiva membesar,

halus, mengkilat, konsistensi lunak, warna merah dan pinggirannya tampak

membulat. Hal ini menimbulkan estetik yang kurang baik, sehingga memerlukan

perawatan yaitu gingivektomi (Andriani, 2009).

Pembesaran gingiva merupakan hasil dari perubahan inflamasi akut atau

kronis. Perubahan kronis lebih umum terjadi. Gambaran klinis inflamasi kronis

pembesaran gingiva adalah pada tahap awal merupakan tonjolan sekitar gigi pada

papila dan marginal gingival. Tonjolan tersebut dapat bertambah ukurannya sampai

menutup mahkota. Bisa secara lokal ataupun general dan progresnya lambat dan tidak

sakit, kecuali pada infeksi akut atau trauma (Andriani, 2009).


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gingiva

Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang melekat pada

prosesus alveolaris dan gigi (Santoso,2013). Fungsi gingiva adalah melindungi akar

gigi, selaput periodontal dan tulang alveolar terhadap rangsangan dari luar, khususnya

dari bakteri-bakteri dalam mulut (Itjiningsih, 1995). Dalam istilah awam disebut gusi

(gum) (Santoso,2013). Gingiva merupakan bagian terluar dari jaringan periodontal

yang nampak secara klinis (Prasetyo A, 2003)

Tanda-tanda gingiva yang normal yaitu berwarna merah muda atau merah

salmon , warna ini tergantung dari derajat vaskularisasi, ketebalan epitel, derajat

keratinisasi dan konsentrasi pigmen melanin. Konturnya berlekuk, berkerut-kerut

seperti kulit jeruk dan licin, konsistensinya kuat dan kenyal, melekat pada struktur

dibawahnya, melekat dengan gigi dan tulang alveolar, ketebalan free gingiva 0,5-1,0

mm, menutupi leher gigi dan meluas menjadi papilla interdental, sulkus gingiva tidak

≥2 mm, tidak mudah berdarah,tidak oedem, tidak ada eksudat, ukuran tergantung

dengan elemen seluler, interseluler dan suplai vaskuler.


Gambar 1. Gingiva sehat

2.2 Gingiva Enlargement

Pembesaran gingiva atau yang sering dikenal dengan istilah gingiva

enlargement adalah jaringan gusi membesar secara berlebihan di antara gigi dan atau

pada daerah leher gigi (Coletta, 2006). Dahulu pembesaran gingiva disebut sebagai

hypertrophic gingivitis atau gingiva hyperplasia. Hiperplasi adalah penambahan

jumlah sel dan hipertropi adalah peningkatan ukuran sel. Karena hiperplasi dan

hipertrofi hanya bisa didiagnosis secara histologis dan memerlukan analisis

mikroskopis jaringan, maka istilah pembesaran gingiva lebih tepat digunakan untuk

menerangkan keadaan ini.

Distribusi dan lokasi pembesaran gingiva dapat digambarkan seperti berikut :

Lokal : terbatas pada satu gingiva atau sekelompok gigi

General : meliputi gingiva seluruh rongga mulut

Marginal : pada sisi tepi gingiva

Papillary : pada papilla interdental

Diffus : meliputi bagian tepi gingiva, gingiva cekat dan papilla interdental
Diskret : seperti tumor, bisa bertangkai atau tidak bertangkai (Carranza, 2012)

Sedangkan berdasarkan skor pembesaran gingiva yaitu :

0 : Tidak ada pembesaran gingiva (gingival enlargement)

1 : Pembesaran gingiva terjadi pada papilla interdental.

2 : Pembesaran gingiva meliputi papilla interdental dan tepi gingiva/ sekurang-

kurangnya sepertiga mahkota gigi

3 : Pembesaran gingiva menutupi mahkota gigi atau lebih

2.2.1 Etiologi Gingival Enlargement

Penyebab gingival enlargement terdiri dari faktor lokal dan faktor sistemik,

faktor lokalnya adalah: kesehatan mulut yang buruk, malposisi gigi, cara menyikat

gigi yang salah, trauma oklusi, tambalan kurang baik, iritasi, cangkolan protesa, alat

orthodontik dan kebiasaan bernapas melalui mulut. Faktor sistemiknya adalah:

kelainan hormonal, malnutrisi, kelainan darah, obat- obatan dan sebab- sebab lain

yang tidak diketahui.

Gingival enlargement disebabkan juga oleh pemaparan dalam jangka waktu

yang lama oleh plak gigi. Faktor-faktor yang memudahkan penumpukan plak dan

retensi termasuk diantaranya kebersihan rongga mulut yang jelek seperti iritasi yang

disebabkan oleh abnormal anatomis dan penambalan yang tidak tepat serta alat-alat

orthodonti. Gingival enlargement dihasilkan oleh bakteri yang terbawa ke bagian

dalam jaringan sewaktu adanya benda – benda asing yang masuk (misalnya bulu sikat

gigi, pecahan biji apel, bagian cangkang lobster atau kepiting) yang tertanam kuat

kedalam gingiva (Newman., Takei., Carranza, 2006).


2.2.2 Klasifikasi Gingival Enlargement

Peningkatan dari ukuran gingiva merupakan ciri utama dari penyakit gingiva.

Berikut ini klasifikasi gingival enlargement (Carranza., Newman, 2006) :

a. Enlargement Karena Inflamasi

1. Enlargement Inflamasi Akut

 .Abses gingiva

Manifestasi klinik abses gingiva berupa lesi merah menonjol yang

terlokalisir dengan permukaan yang mengkilat, nyeri jika ditekan, terdapat

adanya eksudat yang purulen pada tepi gingiva atau papilla interdental. Dalam

24-48 jam abses menjadi fluktuasi dan dapat ruptur secara spontan sehingga

mengeluarkan eksudat purulen dari lubang abses (Carranza, 2012)

 Abses periodontal

Disebabkan karena pertumbuhan bakteri dalam periodontal pocked.

Periodontal pocked diawali dari penyakit periodontal karena infeksi gusi yang

disebabkan oleh plak bakteri, sisa makanan yg terakumulasi dan pengaruh

sistem imun tubuh. Abses periodontal bersifat sangat destruktif dan jika tidak

diterapi dengan tepat dan cepat dapat menimbulkan kerusakan yang

irreversible pada ligamen dan tulang sehingga gigi dapat tanggal dengan

sendirinya (Coletta, 2006)

2. Inflamasi kronik

Kondisi kronik biasanya merupakan komplikasi dari inflamasi akut

atau trauma. Pada tahap awal, pembesaran gingiva terjadi pada papilla
interdental dan atau tepi gingiva, kemudian akan semakin bertambah besar

hingga menutup permukaan mahkota gigi. Prosesnya berjalan lambat serta

tanpa rasa sakit, kecuali jika ada komplikasi akut atau adanya trauma

(Carranza, 2012)

Penyebab-penyebab terjadinya inflamasi kronik pada gingiva yaitu:

 Faktor lokal endogen ( gigi )

a) Kebersihan rongga mulut

Faktor lokal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal

antara lain adalah bakteri dalam plak, kalkulus, material alba dan food debris.

Semua faktor lokal tersebut terjadi akibat kurangnya kebiasaan memelihara

kebersihan gigi dan mulut. Kalkulus disebut juga tarta, yaitu suatu lapisan

deposit (bahan keras yang melekat pada permukaan gigi) mineral yang

berwana kuning atau coklat pada gigi karena dental plak yang keras. Kalkulus

tidak mengandung mikroorgaisme hidup seperti plak gigi, namun karena

struktur permukaan kalkulus yang kasar sehingga memudahkan timbunan

plak gigi (Turkkahraman dkk., 2005)

Terjadinya inflamasi pada gingiva oleh bakteri didalam plak

disebabkan karena bakteri tersebut menghasilkan enzim-enzim yang mampu

menghidrolisa komponen interseluler dari epitel gingiva dan jaringan ikat di

bawahnya (Choi, 2009). Enzim-enzim hidrolitik yang berperan pada proses

inflamasi ini yaitu enzim hialuronidase, lipase, kolagenase, betaglukoronidase,

chondrolitin sulfatase, dekarboksilase, peroksidase dan katalase dan lain


sebagainya. Hal tersebut menyebabkan iritasi pada gingiva secara terus

menerus sehingga dapat menyebabkan peradangan pada gingiva dan

mengakibatkan pembengakakan gingiva (Carranza, 2012)

Gambar 2. Akumulasi plak

Apabila plak sudah mengendap menjadi karang gigi, maka penyikatan sekeras

apapun dengan sikat gigi biasa tidak akan menghilangkannya. Satu-satunya cara

untuk mengatasi karang gigi adalah dengan pergi ke dokter gigi untuk dibersihkan

agar terhindar dari penyakit yang lebih berat.

b) Malposisi gigi atau susunan gigi yang tidak teratur

Malposisi gigi dapat terjadi bila gigi-gigi tidak terletak baik didalam lengkung

gigi yang bersangkutan, seperti berputar (rotasi) pada porosnya, miring ke arah dalam

(lingual/palatal), ke arah luar atau samping (lateral/medial). (Turkkahraman dkk.,

2005).

Susunan gigi yang tidak teratur akan memudahkan terjadinya retensi makanan

serta pembersihan gigi menjadi sangat sulit. Hal ini memicu terakumulasinya plak

dan kalkulus pada rongga mulut (Choi dkk., 2009).


Gambar 3. Malposisi gigi

c) Penggunaan prostetis atau peralatan ortodonti

Kebersihan rongga mulut akan terpengaruh oleh adanya alat ortodonti di

dalam mulut. Adanya kegagalan dalam menjaga kebersihan rongga mulut ini dapat

meningkatkan terjadinya akumulasi plak dan sejumlah lesi karies (Santoso, 2013).

Sebagian besar masalah periodontal yang timbul selama masa perawatan

ortodonti disebabkan oleh akumulasi plak. Penggunaan alat ortodonti cekat di dalam

mulut semakin meningkatkan retensi plak, yang bila tidak ditanggulangi akan

menimbulkan reaksi yang berkelanjutan seperti gingivitis dan yang lebih parah lagi

adalah periodontitis.

Pada penggunaan peralatan prostetis seperti gigi palsu dapat menyebabkan

terjadinya iritasi pada gingiva karena penggunaannya yang tidak sesuai, misalnya

pada kasus pemasangan gigi palsu yang dipasang terlalu dalam atau ukurannya yang

terlalu kecil sehingga menginduksi terjadiya iritasi gingiva (Santoso, 2013).


d) Kavitas karies

Menurut Zachrisson (1974) pencegahan terjadinya penyakit periodontal dan

karies harus didasari oleh kontrol plak yang baik. Bakteri pada plak dapat memicu

terjadinya karies pada gigi.

 Faktor lokal eksogen ( lingkungan )

(A.) Kimia

Disebabkan karena berbagai macam zat seperti fenol, asam asetat, tar, nikotin,

gas karbon monoksida dan lain sebagainya (Coletta, 2006)

 Rokok

Merokok tidak hanya menimbulkan efek secara sistemik, tetapi juga dapat

menyebabkan timbulnya kondisi patologis pada rongga mulut. Gigi dan jaringan

lunak rongga mulut, merupakan bagian yang dapat mengalami kerusakan akibat

rokok. Penyakit periodontal, karies, kehilangan gigi, resesi gingiva, lesi prakanker,

kanker mulut, serta kegagalan implant adalah kasus-kasus yang dapat timbul akibat

kebiasaan merokok (Warnakulasuriya dkk., 2010)

b. Enlargement akibat penggunaan obat

Pembesaran gingiva diketahui dapat dipengaruhi oleh penggunaaan obat seperti

antikonvulsan, immunosupresan dan antihipertensi. Obat tersebut tidak hanya

memiliki efek pada organ target, namun memiliki efek samping ke jaringan tubuh

yang lain seperti gingiva, yang dapat menyebabkan perubahan gingiva secara

histopatologi dan klinik (Dongari, 2004). Perubahan tersebut berpengaruh terhadap


proses berbicara, proses mengunyah, pertumbuhan gigi maupun dapat mengganggu

dalam hal estetika (Carranza, 2012)

Gambaran klinisnya jaringan ginigiva tidak lunak, warnanya pink pucat dan

tidak mudah berdarah. Dalam kasus yang parah, gingiva menutup mahkota gigi dan

menyebabkan penyakit periodontal. Keadaan ini dapat ditanggulangi dengan

penghentian pemakaian obat. Namun, apabila penghentian konsumsi obat tidak dapat

dilakukan diperlukan operasi penghilangan dari kelebihan ginigiva (gingivektomi).

Kondisi ini bergantung pada tingkat akumulasi plak pada gigi, keparahannya dapat

dikurangi dengan kebersihan mulut yang efektif.

Obat yang dapat menyebabkan pembesaran gingival :

 Fenitoin ( Dilantin, antikonvulsan, antiepilepsi )

Phenytoin merupakan obat antikonvulsan yang mempunyai pengaruh terhadap

jaringan gingiva yang menyebabkan gingival enlargement. Gingival enlargement

terjadi setelah 2 sampai 3 bulan penggunaan obat dan mencapai kondisi yang terparah

setelah 12 sampai 18 bulan.Mekanisme terjadinya gingival enlargement karena

penggunaan phenytoin secara pasti belum dapat ditentukan

 Cyclosporine (imunosupressan yang digunakan untuk mencegah penolakan

organ setelah transplantasi, dermatitis atopic, arthritis rheumatoid, dan sindrom

nefrotik)

Biasanya pembesaran gingiva terjadi setelah 1-3 bulan pemberian terapi. Anak-anak

dan remaja lebih rentan terkena pembesaran gingiva pada pemakaian siklosporin

dibandingkan dengan dewasa (Bergstrom, 2000). Siklosporin menyebabkan


penebalan epitel, peningkatan vaskularisasi, infiltrasi sel plasma dan limfosit serta

peningkatan jumlah fibroblast dengan akumulasi komponen matriks ekstraseluler.

 Calcium channel blocker (obat kardiovaskuler yang digunakan untuk

mengontrol kondisi hipertensi,nyeri dada dan detak jantung yang tidak beraturan,

contohnya nifedipine, amlodipine dan verapamil)

C. Enlargement berkaitan dengan penyakit dan kondisi sistemik

Beberapa penyakit sistemik dengan mekanisme yang berbeda, mengakibatkan

gingival enlargement. Pembesarannya bisa berupa pembesaran difus yang melibatkan

gingiva, berupa pembesaran pada gingiva bebas saja, atau berupa massa seperti tumor

yang diskret di interproksimal

1) Leukemia

Pembesaran dan perdarahan gingiva merupakan komplikasi oral yang paling

umum dari leukemia (Carranza, 2012). Jaringan gingiva pada penderita leukemia

menjadi lebih rentan terhadap infiltrasi sel leukemia yang menyebabkan pengeluaran

komponen molekul adhesi endotelial sehingga infiltrasi leukosit meningkat.

Gambar 4. Gingival enlargement karena leukemia (Arfani, A. 2011)

(http://asnuldentist.blogspot.com/2011/02/22/pembekakangusi leukemia/,
Diakses 12 Mei 2015)
a. Keadaan sistemik tubuh

1) Kehamilan

Selama kehamilan terjadi peningkatan hormon progesterone dan esterogen. Pada

trimester ke-3 kehamilan, peningkatan kedua hormon bisa mencapai 10-30 kali. Hal

ini menyebabkan perubahan permeabilitas vaskuler, memicu timbulnya edema pada

gingiva dan berpotensi menginduki terjadinya iritasi lokal pada jaringan gingiva

(Carranza, 2012). Gingiva tampak merah, mengkilat, lunak dan sering terjadi

perdarahan spontan. Reduksi spontan terjadi setelah selesai masa kehamilan dan

setelah iritasi lokal dihilangkan (D’Angio, 2001)

Gambar 5. Gingival enlargement karena kehamilan (Mozartha, M.2011)


http://bentengkehidupan.wordpress.com/2011/03/26/pembekakan-
gusi-saat-hamil/ , Diakses 12 Mei 2015)
2) Pubertas

Terjadi pada laki-laki atau perempuan remaja pada saat masa pubertas.

Pembesaran gingiva sering terjadi pada tempat akumulasi plak gigi. Manifestasi

kliniknya berupa penonjolan bulbous pada tepi dan interdental gingiva, berwarna

merah, mengkilat dan edema (Carranza, 2012)


Gambar 6. Gingival enlargement karena pubertas (Mozartha, M. 2011)
http://www.klikdokter.com/userfiles/periodental2/, Diakses
12 mei 2015)
3) Defisiensi vitamin C

Secara akut kekurangan vitamin C tidak menyebabkan perdarahan, degenerasi

kolangen dan edema dijaringan ikat gingiva. Perubahan ini mengubah respon dari

gingiva ke plak menjadi gingival enlargement. Ciri-cirinya adalah berwarna kebiruan

merah, lunak, gembur, permukaan mengkilat (Daliemunthe, 2008). Defisiensi vitamin

C mempunyai manifestasi di rongga mulut seperti gusi mudah berdarah dan

pembesaran jaringan gingiva. Pembesaran yang terjadi karena defisiensi

vitamin C merupakan respon akibat adanya plak bakteri. Defisiensi vitamin C

tidak menyebabkan hemoragik, degenerasi kolagen dan edema pada jaringan ikat

gingiva. Kombinasi efek defisiensi vitamin C akut dengan inflamasi menyebabkan

gingival enlargement yang mencolok (Yedriwati, 2006).


Gambar 7. Gingival enlargement karena defisiensi vitamin C (Syaify,A.2011)
http://www.klikdokter.com/userfiles/periodental2/, Diakses 12 mei
2015)
4) Plasma cell gingivitis (atipikal gingivitis)

Terjadi pembesaran pada tepi gingiva dan jarang terjadi pada gingiva cekat.

Gingiva tampak merah dan kasar, sangat rapuh dan bertendensi untuk berdarah.

d. Enlargement Neoplasma

Epulis adalah keadaan umum yang secara klinis digunakan untuk menandai

suatu tumor gusi. Banyak kasus yang diduga suatu epulis namun ternyata hanya suatu

inflamasi biasa. Dalam suatu survei, dari 257 kejadian tumor rongga mulut, sekitar

8% terjadi pada gingiva.

c. False enlargement

Bukan pembesaran gingiva yang sebenarnya tetapi terjadi karena pertambahan

ukuran dari tulang atau jaringan gigi. Biasaya terjadi tanpa disertai adanya keadaan

abnormal, kecuali pertumbuhan ukuran yang signifikan pada gingiva.


(1.) Didasari oleh penyakit tulang

Dapat terjadi pada penyakit Paget, fibrous displasia, ameloblastoma, osteoma,

osterosarkoma, dan lain sebagainya.

(2.) Didasari oleh jaringan gigi

Terjadi selama tahapan pertumbuhan gigi, akan nampak pada sisi labial gigi

membesar.

2.2.3 Gambaran Klinis Gingival Enlargement

Gambaran klinis dari gingival enlargement karena obat-obatan adalah :

a. Tahap awal gingiva terlihat tanda-tanda pembesaran papila interdental yang

diikuti dengan pembentukan lobul-lobul yang meluas kearah labial dan

lingual.

b. Mempunyai warna merah muda, berkonsistensi keras, kaku dan lenting.

Kadang-kadang dijumpai stippling, permukaan bergranul atau licin dan tidak

mudah berdarah.

c. Bila lesi bertambah besar, pembesaran margin gingiva dan interdental gingiva

menyatu dan berkembang menjadi massa yang besar sehingga menutupi

setengah bahkan seluruh permukaan mahkota gigi sehingga mengganggu

fungsi pengunyahan (Daliemunthe, 2008).

Gambaran klinis dari gingival enlargement kerena penyakit sistemik adalah :

a. Warna gingiva yang terlibat biasanya merah kebiru-biruan dengan permukaan

yang berkilat.

b. Konsistensinya agak padat, tetapi ada kecenderungan menjadi friabel (mudah


tercabik) dan pendarahan yang terjadi secara spontan atau dengan iritasi

ringan.

c. Inflamasi necrotizing ulcerative kadang-kadang terjadi di servikal dan gingiva

membesar dan permukaan gigi terputus.

d. Pembesaran leukemia bisa difus, marjinal, lokal atau umum.

e. Gingival enlargement pada pasien penyakit Wegener’s granulomatosis

berbentuk buah strawberry

f. Gingival enlargement pada pasien penyakit sarcoidosis gingiva cenderung

membesar secara merata dan berwarna kemerahan.

Gambaran klinis dari gingival enlargement karena pubertas adalah :

a. Pembesaran berkaitan dengan pubertas mempunyai ukuran atau besar yang

jauh melebihi pembesaran biasa yang diakibatkan oleh faktor lokal yang

setara.

b. Distribusi pada marginalis dan interdental.

c. Ciri khasnya adalah papilla interdental berbentuk berlobus - lobus.

d. Melibatkan gingiva pada permukaan vestibular sedangkan bagian oral relatif

tidak terlibat.

e. Setelah pubertas gingival enlargement berkurang tetapi hilang secara tuntas,

sebelum faktor iritan lokal dihilangkan (Daliemunthe, 2008).

Gambaran klinis dari gingival enlargement karena kehamilan adalah :

a. Lesi muncul seperti jamur, massa bulat pipih yang menonjol dari margin

gingiva atau lebih umum di ruang interproksimal.


b. Cenderung untuk memperluas lateral, dan tekanan dari lidah dan pipi

memerah. Warna kehitaman atau magenta, memiliki permukaan halus,

berkilau yang sering menunjukkan merah tua.

c. Lesi dangkal dan biasanya tidak menyerang tulang yang mendasarinya

(Newman., Takei., Carranza, 2006).

Gambaran klinis dari gingival enlargement karena defesiensi Vitamin C adalah

daerah marginalis, gingiva merah kebiru-biruan, lunak, mudah tercabik, dengan

permukaan yang licin dan berkilat. Pendarahan gingiva bisa terjadi secara spontan

atau dengan iritasi ringan. Pada permukaan gingiva sering terjadi nekrose disertai

pembentukan membran semu (Yassin, 2011).

2.3 Perawatan Gingival Enlargement

2.3.1 Gingivektomi

Secara harafiah gingivekvomi berarti eksisi dari gingiva. Dengan

disingkirkannya dinding saku yang terinflamasi akan diperbaiki visibilitas dan

aksesbilitas ke permukaan akar gigi sehingga penyingkiran iritan lokal berupa deposit

dapat dilakukan secara tuntas. Tersingkirkannya jaringan yang terinflamasi dan iritan

lokal akan menciptakan lingkungan yang menguntungkan bagi penyembuhan gingiva

dan restorasi kontur gingiva yang fisiologis.

1. Indikasi gingivektomi

a. Penyingkiran saku supraboni, tanpa melihat kedalamannya, bila

konsistensi dinding sakunya fibrous dan padat serta zona gingiva


cekatnya adekuat.

b. Penyingkiran gingival enlargement.

c. Penyingkiran abses periodontal dengan saku supraboni.

2. Kontra indikasi gingivektomi

a. Terdapat cacat tulang yang memerlukan koreksi atau pemeriksaan

bentuk dan morfologi tulang alveolar.

b. Dasar saku berada dekat atau diapikal batas muko gingiva.

c. Gingival enlargement yang terlalu besar, sepeti hiperplasia gingiva yang

diinduksi obat-obatan.

d. Karena pertimbangan estetis, khususnya pada saku disisi vestibular

anterior rahang atas.

3. Prosedur gingivektomi

a. Anestesi, sebelum melakukan gingivektomi daerah yang dikerjakan

terlebih dulu diberi anestesi lokal.

b. Penandaan dasar saku, dengan memakai alat yaitu pocketmarker.

c. Mereseksi gingiva, reseksi gingiva dapat dilakukan dengan beberapa

macam alat yaitu pisau gingivektomi, pisau bedah (skalpel), gunting, alat

bedah elektro (laser).

d. Menyingkirkan gingiva bebas dan gingiva interdental, gingiva yang telah

direseksi disingkirkan dengan menggunakan kuret. Alat kuret diselipkan

sedalam mungkin ke daerah yang diinsisi sampai berkontak dengan

permukaan gigi, lalu dengan sapuan kearah koronal jaringan yang telah

direseksi disingkirkan.
e. Penyingkiran jaringan granulasi dan kalkulus, setelah gingiva bebas dan

gingiva interdental disingkirkan akan tersingkap jaringan granulasi yang

terinflamasi dan kalkulus yang belum tersingkirkan pada fase terapi

inisial.

f. Pembersihan daerah kerja, daerah yang di gingivektomi dibilas dengan

aqudes atau larutan garam fisiologis.

g. Pemasangan pembalut periodontal, setelah bekuan darah terbentuk, luka

bedah ditutup dengan pembalut periodontal ( Daliemunthe, 2006)


BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Kasus

Seorang pasien berusia 27 tahun datang ke RSGM Baiturrahmah dengan

keluhan adanya pembengkakan pada gusi digigi geraham kecil atas yang

mengganggu penampilan dan tidak sakit, pasien menyadari adanya pembengkakan

saat berkaca. Pasien tidak merasa nyaman dengan adanya pembengkakan di gusi

tersebut.. Pemeriksaan klinis ditemukan adanya pembengkakan pada regio 14 dengan


keadaan jaringan periodontal normal, warna normal, dan tekstur permukaan stipling

(+).

3.2 Identifikasi Pasien

o Nama : Udin

o Umur : 27 tahun
o Jenis kelamin : Laki-laki

o Pekerjaan : Mahasiswi

o Alamat : Jl. Maransi

o Tanggal Pemeriksaa : 18 Maret 2020

A. Pemeriksaan subyektif

 Keluhan utama

o Pasien datang ke RSGM Baiturrahamah dengan keluhan gusi pada gigi

geraham kecil atas kanan yang membesar.

 Keluhan tambahan

o Pasien tidak nyaman dan tidak percaya diri dengan keadaan gusi yang

membesar pada gigi geraham kecil atas kanan, dan merasa terganggu saat

melakukan penyikatan gigi, dan menganggu estetis.

 Riwayat Medis Gigi dan Mulut :

o Pasien pernah melakukan penambalan

 Riwayat Penyakit Sistemik : Tidak ada

 Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada

 Alergi Obat-obatan : Tidak ada

B. Pemeriksaan obyektif

 Ekstra Oral

 TMJ : norma
 Limpnode : Normal
 Bibir : Normal
 Intra Oral
 Mukosa Lidah : normal

 Mukosa Palatum : Normal

 Mukosa Pipi : Normal

 Mukosa Bibir : Normal

 Dasar Mulut : Normal

o Gigi

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28

48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

o Kondisi jaringan periodontal gigi 14

 Jaringan periodontal : Pembesaran gingiva

 Warna : Coral pink

 Tekstur permukaan : Stipling (+)

o Pemeriksaan kebersihan mulut

Debris Calculus

Kir
V/O Kanan Ant. Total V/O Kanan Ant. Kiri Total
i

Atas 1/- 1/- 0/- 2/- Atas 0/- 0/- 0/- 0/-

Bawah -/1 -/0 -/0 -\1 Bawah -/0 -/1 -/0 -/1

Total 2/1 Total 0/1

Jumlah permukaan gigi dengan debris


DI = x 100%
Jumlah Seluruh Permukaan Gigi

3
DI = x 100% = 0,5
6

Jumlah permukaan gigi dengan calculus


CI = x 100%
Jumlah Seluruh Permukaan Gigi

1
CI = x 100% = 0,16
6

OHI = DI + CI

= 0,5+ 0 ,16

= 0,6 berada pada ketegori (baik)

C. Pemeriksaan Rontgen Foto : (-)

D. Pemeriksaan Oklusi

 Statis : Normal

 Berfungsi : Normal

 Protesa : (-)

 Diagnosis : Gigi 14 Gingival Enlargment inflamasi kronis karena kelainan

hormonal

 Prognosis : Baik

1. Pasien kooperatif

2. Pasien masih muda dan tidak mempunyai penyakit sistemik

3. OH pasien didapatkan sebesar 0.6 yang berarti baik

Skor OHI
0 – 1,2 = Baik

1,3 – 3,0 = Sedang

3,1 – 6 ,0 = Buruk
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan

Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodonsium yang menutupi gigi

dan berfungsi sebagai jaringan penyangga gigi. Salah satu penyakit gingiva yang

menggangu estetik dan fungsional gigi adalah terjadinya pembesaran gingiva

(Gingival Enlargement). Kelainan ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk

gingiva yang secara klinis terlihat lebih besar dari normal.Secara histologis

pembesaran gingiva dapat dibedakan menjadi dua bagian besar yaitu hipertrofi

gingiva dan hiperplasia gingiva. Pada hipertrofi gingiva terjadi pembesaran yang

disebabkan oleh bertambah besarnya ukuran sel-sel akibat bertambahnya fungsi kerja

tubuh sedangkan pada hiperplasia gingiva terjadi pertambahan ukuran gingiva oleh

karena adanya penigkatan jumlah sel penyusunnya. Penyebab terjadinya pembesaran

gingiva adalah karena inflamasi, penggunaan obat-obatan, kondisi atau penyakit

sistemik, dan neoplasma.

4.2 Saran

a. Disarankan kepada tenaga kesehatan gigi terutama dokter gigi agar melakukan

penyuluhan kepada pasien tentang gingival enlargement. sehingga pasien

lebih tahu dan bisa melakukan tindakan pencegahan terhadap gingival

enlargement dan mau memeriksakan kesehatan gigi dan mulut secara teratur

ke dokter gigi, sehingga kejadian gingival enlargement dapat diatasi.


b. Case base discussion ini diharapkan mahasiswa coas dapat memahami lebih

detail mengenai Gingiva Enlargement.

c. Sebaiknya diadakan penyuluhan kepada pasien tentang Gingiva Enlargement

dan pentingnya pemeriksaan gigi berkala ke dokter gigi minimal 6 bulan

sekali.
DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Periodontology (May 2000). "Parameter on acute periodontal


diseases. American Academy of Periodontology" (PDF). J. Periodontol. 71 (5
Suppl): 863–6. doi:10.1902/jop.2000.71.5-S.863. PMID 10875694.

Andarini, I. 2009. Perawatan Pembesaran Gingiva dengan Gingivektomi. Mutiara


Medika

Bergstrom, et al. A 10-year prospective study of tobacco smoking and periodontal


health. J Periodontal. 2000; 71: 1338-47.

Carranza. Clinical Periodontology. 11th ed. Philadelphia: WB Saunders Company.


2012.

Choi DS, Cha BK, Brinkman PJ, et al. Microbiologic changes in subgingival plaque
after removal of fixed orthodontic appliances. Angel Orthod. 2009;79:1149-55.

Coletta RD, Granner E. Hereditary gingival fibromatosis. USA: J Periodontol. 2006.

D’Angio GJ, Vietti TJ. Hematol Oncol Clin North Am. Old Man River: The Flow
Peridatric Oncology. 2001;5:599-607.

Daliemunthe, S.H. 2006. Terapi Periodontal. Departemen Periodonsia Fakultas


Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Medan. Hlm: 34-39.

Daliemunthe, S.H. 2008. Periodonsia. Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran


Gigi Universitas Sumatera Utara. Ed : Revisi. Medan. Hlm: 101-102.

Dongari-Bagtzoglou A, Research, Science and Theraphy Committee, American


Academy of Periodontology. Drug-associated ginggival enlargement. J
Perionontology. 2004; (10):1424-1431.

Prasetyo A, Kasno. Patologi Rongga Mulut dan Traktus Gastro Intestinalis.


Semarang: Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. 2003.

Santoso Oedijani. Oral Medicine. Semarang: IP Gigi dan Mulut. 2013. (unpublished)

Turkkahraman H, Sayin MO, Bozkurt FY, Yetkin Z, Kaya S, Onal S. Archiwire


ligination techniques, microbal colonization and periodontal statusin
orthodontically tread patiens. Angel Orthod. 2005;75:231-36.
Vol. 9 No. 1:69-73: Yogyakarta.

Warnakulasuriya S, Dietrich T, Bornstein M, Piedro E, Preshaw P, Walter C,


Wennstrom J, Bergstrom J. Oral health risks of tobacco use and effects of
cessation. International Dental Journal. 2010; 60: 7-30.

Yedriwati. 2006. Kebutuhan Vitamin C dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Tubuh


Dan Rongga Mulut. Dentika Dental Jurnal. Edisi 11. Hal 78, 82.

Anda mungkin juga menyukai