Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah KGK VIII, issu lima (5) dengan judul Gingiva Enlargement tanpa
halangan suatu apapun.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, baik berupa bantuan moral maupun bantuan material. Untuk itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. drg. Iriana fitiariski selaku dosen pembimbing yang telah membantu penulis
dalam penyelesaian makalah ini.
2. Semua pihak yang telah membantu penulis hingga terselesaikannya penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, merupakan bagian tersendiri bagi penulis apabila
diberikan saran dan kritik yang bersifat membangun guna meningkatkan pengetahuan
dan kesempurnaan makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para
pembaca pada umumnya.

Kediri, November 2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembesaran gingiva adalah suatu peradangan pada gingiva yang disebabkan
oleh banyak faktor baik faktor lokal maupun sistemik, yang paling utama adalah
faktor lokal yaitu plak bakteri. Tanda klinis yang muncul yaitu gingiva membesar,
halus, mengkilat, konsistensi lunak, warna merah dan pinggirannya tampak
membulat. Hal ini menimbulkan estetik yang kurang baik, sehingga memerlukan
perawatan yaitu gingivektomi.
Definisi

gingivektomi

adalah

pemotongan

jaringan

gingiva

dengan

membuang dinding lateral poket yang bertujuan untuk menghilangkan poket dan
keradangan gingiva sehingga didapat gingiva yang fisiologis, fungsional dan estetik
baik. Keuntungan gingivektomi adalah teknik sederhana, dapat mengeliminasi poket
secara sempurna, lapangan penglihatan baik, morfologi gingival dapat diramalkan
sesuai keinginan. Kontrol plak yang tidak optimal bakteri plak supragingiva yang
menimbulkan keradangan pada gingival didekatnya. Keradangan yang terjadi
menyebabkan terjadinya kekambuhan atau pembesaran gingiva, oleh karena itu
selama masa penyembuhan diperlukan oral hygiene yang baik. Bakteri plak
merupakan penyebab utama penyakit keradangan pada jaringan periodontal sehingga
tanpa kontrol plak, kesehatan periodontal tidak akan pernah tercapai. Pada gigi yang
crowded memudahkan terjadi akumulasi plak dan menyulitkan pembersihan plak.
Sebenarnya aspek keberhasilan perawatannya tergantung pada kontrol plak.

Gingivoplasti adalah restorasi kontur fisologis gingiva yang dapat membantu


mencegah terjadinya rekurensi penyakit periodontal. Pada akhirnya gingivoplasti
harus dapat meningkatkan akses untuk melakukan kontrol plak dengan efesien oleh
pasien. Biasanya prinsip-prinsip gingivoplasti digabungkan dengan gingivektomi,
kedua prosedur tersebut seringkali dilakukan bersamaan.

B. Rumusan Masalah
Apakah gingivektomi merupakan salah satu treatment pilihan untuk
penyembuhan gingival enlargement oleh karena obat-obatan?

C. Tujuan
Untuk mengetahui gingivektomi merupakan salah satu treatment pilihan untuk
penyembuhan gingival enlargement oleh karena obat-obatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gingival Enlargement
Gingiva enlargment adalah pembesaran gingiva, pertumbuhan gingiva yang
berlebihan yang disebabkan oleh pertambahan besar/size sel-sel yang dikandungnya
(hipertrofi), atau pertambahan sel-selnya (hiperplasia).

a.
b.
c.
d.
e.

Klasifikasi Pembesaran Gingiva


Berdasarkan Lokasi dan Penyebaran
Localized
: Terbatas pada gingiva beberapa gigi.
Generalized : Meliputi seluruh gingiva di dalam mulut.
Papillary
: Pada papilla Interdental.
Diffuse
: Menyerang marginal gingiva, attached gingival dan
papilla interdental.
Discrete
: Pembesaran seperti tumor (Dewi 2009).
Klasifikasi berdasarkan faktor etiologi dan patologi :
1. Grade 0

: tanpa pembesaran gingiva

2. Grade I

: pembesaran pada interdental papila

3. Grade II

: pembesaran meliputi papila dan marginal gingiva

4. Grade III

: pembesaran melebihi 1/3 dari mahkota

1. Inflammatory enlargement
Chronic inflammatory enlargement. Secara klinis tampak spt balon pada
interdental dan atau margin gingiva. Secara klinis tdk sakit, kecuali adanya
komplikasi infeksi akut atau adanya trauma. Etiologi chronic enlargement, akumulasi

plak

dan retensinya di pengaruhi oleh : OH yg buruk, adanya iritasi karena

abnormalitas anatomi, restorasi yg kurang baik & pemakaian alat ortodontik.

2. Drug induced enlargement


Gingival enlargement ~ penggunaan antikonsulvan, immunosupressan &
calcium chanel blockers. Gambaran secara umum. Terjadi pembesaran tdk
sakit, pada interdental papila, meluas hingga ke margin fasial dan lingual.
Pada perkembangannya pembesaran papila dan marginal menyatu dan
menutupi mahkota.
A. Phenytoin
Obat antikonvulsi untuk penderita epilepsi
Insiden 3-84,5% usia muda
Efek samping timbul tdk tgt dosis & lama pemberian
B. Cyclosporine
Imunosupresan, digunakan pd prosedur transplantasi
Dosis > 500 mg/hr

enlargement gingiva (30% pemakai obat)

Klinis: bentuk enlargement = phenytoin


3. Enlargement ~ sistemic diseases

Timbul ketika ada faktor lokal, kondisi pasien memperparah respon


gingiva terhadap dental plak / merupakan respon yang berlebihan.
1. ENLARGEMENT IN PREGNANCY
Pembesaran dapat terletak marginal, generalized atau single. Biasa terjadi pda
masa kehamilan. Sebagian besar penyakit gingiva selama kehamilan dapat
dicegah dengan penghilangan plak dan kalkulus

2. ENLARGEMENT IN PUBERTY
Muncul pada saat pubertas, pada remaja pria maupun wanita, t.u pada area yg
terdapat akumulasi plak. Tanda klinis berupa pembesaran ~ faktor lokal. Pada
area marginal dan interdental dengan gambaran bulbous di interproksimal
papila. Gambaran klinis ~ keradangan kronis gingival. Pembesaran akan
berkurang setelah masa pubertal lewat, ttp tidak menghilang jika faktor lokal
blm dihilangkan.

3. ENLARGEMENT IN VIT C DEFICIENCY

Defisiensi Vit C sendiri tdk menyebabkan pembesaran gingiva, ttp


menyebabkan perdarahan, degenerasi kolagen, dan udema pada jaringan ikat
gingiva.Hal ini menyebabkan perubahan respon gingiva thd plak menjadi
berlebihan . Tanda klinis terletak pada marginal, warna merah kebiruan,
permukaan halus dan mengkilat, mudah berdarah, & permukaan yang di
selimuti

pseudo

membran

terkadang

ditemukan.

4. Neoplastic enlargement ( tumor gingiva).Benign tumor, malignant tumor


Disebut juga atypical gingivitis & plasma cell gingivostomatitis. Pembesaran
pada marginal yg meluas hingga attached gingiva. Tanda klinisberupa, warna
kemerahan, bergranula, mudah berdarah, lokasi pada attached gingiva
membedakan dgn gingivitis krn plak.

5. False enlargement
1. Leukimia

10

Klinis berupa, pembesaran diffuse, marginal, terlokalisir atau general, tumor


like pada interproksimal.warna merah kebiruan , permukaan mengkilat,
konsistensi cenderung lunak dan mudah berdarah.kadang rasa sakit yang akut
timbul
2. Granulomatous diseases
Jarang ditemukan, merupakan suatu lesi acute granulomatous necrotizing
pd saluran pernafasan. Pada rongga mulut terdapat ulserasi, enlargement,
kegoyangan gigi abnormal serta respon penyembuhan lambat Warna ungu
kemerahan, cenderung mudah berdarah. Etiologi dihubungkan dgn gangguan
imunologi . Dapat menyebabkan gagal ginjal

2.5

Gingivektomi
Gingivektomi adalah pengambilan jaringan gingival yang tidak sehat yang

membentuk dinding dari poket dengan disertai skeling dan rootplanning (Manson,
1993).

Indikasi
1. Adanya poket supraboni dengan kedalaman lebih dari 4 mm, yang tetap ada
walaupun sudah dilakukan skaling dan pembersihan mulut yang cermat
berkali-kali, dan keadaan dimana prosedur gingivektomi akan menghasilkan
daerah perlekatan gingiva yang adekuat.

11

2. Adanya pembengkakan gingiva yang menetap di mana poket sesungguhnya


dangkal namun terlihat pembesaran dan deformitas gingiva yang cukup
besar. Bila jaringan gingiva merupakan jaringan fibrosa, gingivektomi
merupakan cara perawatan yang paling cocok dan dapat memberikan hasil
yang

memuaskan.

3. Adanya kerusakan furkasi (tanpa disertai cacat tulang) di mana terdapat daera
perlekatan gingiva yang cukup lebar.
4. Abses gingiva yaitu abses yang terdapat di dalam jaringan lunak.
5. Flap perikoronal.
Kontraindikasi
1. Adanya kelainan (poket) dimana diperlukan pembentukan/perbaikan kontur
dari tulang untuk memperbaiki morfologi.
2. Dasar poket terletak di daerah mukogingival junction.
3. Pada keadaan yang mementingkan estetik, seperti pada bagian anterior
maksila. (Manson, 1993).
2.5.1
1.

Prosedur Gingivektomi

Melakukan anestesi lokal yang memadai dengan teknik blok atau infiltrasi

12

2.

Mengukur kedalaman poket di daerah operasi menggunakan probe terkalibrasi.


Kedalaman ini ditandai dengan menusuk dinding luar jaringan gingiva dengan
poket marker untuk membuat titik-titik perdarahan. Apabila keseluruhan daerah
operasi telah diukur dan ditandai dengan lengkap, titik-titik perdarahan tersebut

3.

akan membentuk ragangan (outline) insisi yang harus dilakukan.


Membuat eksisi (insisi miring ke luar) awal sedikit lebih keapikal dari titik-titik
tersebut dengan pisau bermata lebar seperti Kirkland No. 15/16. Insisi dibevel
pada sudut kurang lebih 45 derajat terhadap akar gigi dan berakhir pada ujung
atau lebih ke bawah dari ujung apikal perlekatan epitel. Apabila gingiva cukup
tebal, bevel sebaiknya diperpanjang untuk menghilangkan bahu atau plato.
Kadang-kadang, akses sangat terbatas atau sulit dicapai sehingga bevel yang
cukup tidak dapat dibuat pada insisi awal. Pada keadaan ini, bevel dapat
diperbaiki nantinya, menggunakan pisau bermata lebar untuk mengerok atau bur

4.

intan kasar.
Mengeksisi jaringan di daerah interproksimal menggunakan pisau bermata kecil
seperti pisau Orban No. 1/2 . Perhatikan bahwa sudut mata pisau tersebut kira-

5.
6.

kira sama dengan sudut mata pisau yang lebar ketika melakukan insisi awal.
Jaringan gingiva yang telah dieksisi dibuang
Membersihkan deposit yang menempel pada permukaan akar dengan skaling dan
root planing. Pada tahap ini, pembuangan dinding jaringan lunak poket
periodontal membuat permukaan akar lebih mudah dicapai dan memperluas
lapang pandang operator dibandingkan pada tahap-tahap lain. Pembersihan
permukaan akar pada tahap ini menentukan keberhasilan seluruh prosedur
bedah.

13

7.

Menyempurnakan kontur gingiva seperti yang diinginkan dengan bur intan atau

8.
9.

pisau bermata lebar untuk mengerok jaringan.


Merapikan sobekan jaringan dengan gunting atau nipper .
Membilas daerah bedah dengan air steril atau larutan saline steril untuk

membersihkan pertikel-partikel yang tersisa.


10. Menekan daerah luka dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan air steril atau
larutan saline steril selama 2-3 menit, untuk menghentikan perdarahan.
11. Memasang dresing periodontal, mula-mula yang berukuran kecil, bersudut di
daerah interproksimal, menggunakan instrumen plastik. Selanjutnya, pasang
gulungan-gulungan yang lebih panjang di bagian fasial, lingual, dan palatal serta
hubungkan dengan dresing yangtelah terpasang di daerah interproksimal. Seluruh
daerah luka ditutup dengan dresing tanpa mengganggu oklusi atau daerah
perlekatan otot. Kesalahan yang sering terjadi adalah dressing yang dipasang
terlalu lebar sehingga terasa mengganggu.
12. Mengganti dresing dan membuang debris pada daerah luka setiap minggu sampai
jaringan sembuh sempurna dan dengan mudah dibersihkan oleh pasien. Epitel
akan menutupi luka dengan kecepatan 0,5 mm per hari setelah hilangnya
aktivitas mitosis awal dari epitel, 24 jam setelah operasi.
13. Setelah dressing terakhir dilepas, poles gigi dan instruksikan pasien untuk
melakukan pengendalian plak dengan baik.

2.5.2

Perawatan Pasca Oprasi


Pasien perlu diberi informasi yang lengkap tentang cara-cara perawatan

pascaoperasi. Nasehat berikut ini harus diberikan secara tertulis (Manson, 1993).
1. Hindari makan atau minum selama 1 jam.

14

2. Jangan minum-minuman panas atau alkohol selama 24 jam. Jangan berkumurkumur satu hari setelah operasi.
3. Jangan makan makanan yang keras, kasar atau lengket dan kunyahlah
makanan dengan sisi yang tidak dioperasi.
4. Minumlah analgesik bila anda merasa sakit setelah efek anestesi hilang.
Aspirin merupakan kontraindikasi selama 24 jam.
5. Gunakan larutan kumur salin hangat setelah satu hari. Gunakan larutan kumur
klorheksidin di pagi hari dan malam hari bila anda tidak dapat melakukan
pengontrolan plak secara mekanis. Larutan ini dapat langsung digunakan pada
hari pertama setelah operasi asalkan tidak dikumurkan terlalu kuat di dalam
mulut. Teh, kopi dan rokok harus dihindari bila anda menggunakan larutan
kumur klorheksidin untuk mengurangi stain.
6. Bila terjadi perdarahan, tekanlah dressing selama 15 menit dengan
menggunakan sapu tangan bersih yang sudah dipanaskan; jangan berkumur;
hubungi dokter anda bila perdarahan tidak juga berhenti.
7. Sikat bagian mulut yang tidak dioperasi saja.
8. Bila tahap pascaoperasi tidak menimbulkan gangguan namun sakit dan
bengkak timbul 2-3 hari kemudian, segeralah hubungi dokter anda.
2.6

Bedah Periodontal

15

2.6.1

Pengertian Bedah periodontal


Bedah periodontal merupakan bagian dari terapi periodontal dengan maksud

untuk meningkatkan akses dan pandangan (visibility) untuk scalling dan


rootplanning, membuang jaringan granulasi, dan memperbaki jaringan periodontal
yang rusak sebagai faktor predisposisisi bagi penyakit periodontal selanjutnya
(Turker, 1998).
Tujuan Bedah Periodontal
Tujuan bedah periodontal diantaranya adalah sebagai berikut: (Turker, 1998).
1. Menyehatkan jaringan periodontal.
2. Menciptakan estetika wajah (mulut)
3. Mengeliminasi poket untuk menghilangkan retensi plak.
4. Mengembalikan fungsi alat-alat kunyah.
2.6.2

Indikasi dan Kontra Indikasi Brdah Periodontal


Indikasi

1. Inflamasi yang persisten dengan poket sedang atau dalam


2. Keterlibatan furkasi kelas II dan III
3. Poket infrabony (dasar poket dibawah puncak alveolar) dengan atau tanpa
4.
5.

masalah mukosa gingival


Kontur tulang tidak beraturan atau crater
Poket yang tidak hilang setelah perawatan pertam

16

KontraIndikasi
1. Pasien yang tidak kooperatif
2. Adanya penyakit sistemik, seperti kardiovascular, kelainan darah, kelainan
hormonal, dan kelainan neurologis.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk melakukan bedah periodontal, yakni
(1) adanya pengetahuan tentang sterilisasi, (2) asistensi yang kompeten, (3) peralatan
yang tersedia lengkap, (4) disertai dengan model studi dan gambar. Sebelum
dilakukan bedah periodontal, berikut ini adalah prinsip umum bedah periodontal:
(Turker, 1998).
1. Persiapan pasien mencakup informed concent, re-evaluasi terapi fase 1,
premedikasi.
2. Tersedianya alat-alat emergensi
3. Pencegahan penularan infeksi
4. Sedasi dan anestesi menggunakan oral benzodiazepine.
5. Scalling dan rootplanning
6. Hemostatis
7. Periodontal pack ( pembalut periodontal)

17

2.6.4

Jenis Bedah periodontal


Ada 5 jenis bedah periodontal :

1. Kuretase
2. Gingivectomny (gingivoplasty)
3. Bedah periodontal
4. Bedah mucoginggival
5. Bedah prostetik
C. Gingivoplasti
Gingivoplasti merupakann teknik pembentukan ulang gingiva untuk
menciptakan kontur fiologis gingiva tanpa adanya poket. Gingivoplasti
sebenarnya serupa dengan gingivektomi, tetapi tujuannya berbeda. Gingivektomi
dilakukan untuk mengeliminasi poket-poket periodontal dan mencakup
pembentukan ulang bagian dari teknik gingivektomi. Tujuan utama gingivoplasti
adalah restorasi kontur fisologis gingiva yang dapat membantu mencegah
terjadinya rekurensi penyakit periodontal. Pada akhirnya gingivoplasti harus
dapat meningkatkan akses untuk melakukan kontrol plak dengan efesien oleh
pasien.

Biasanya

prinsip-prinsip

gingivoplasti

digabungkan

gingivektomi, kedua prosedur tersebut seringkali dilakukan bersamaan.

dengan

18

Gingivoplasti juga dapat dilakukan tanpa harus melakukan gingivektomi,


yaitu sebagai prosedur perawatan bila margin gingiva berbentuk tumpul dan
fibrotik. Walaupun perawatan penghalusan akar, kuretase, dan pemeliharaan oral
hygiene biasanya menghilangkan atau mengurangi deformitas yang disebabkan
oleh edema dan infiltrasi sel-sel peradangan, deformitas yang fibrotik
(hiperplasia) dapat bertahan dan tidak dapat dihilangkan dengan perawatan
tersebut, sehingga kondisi ini baik dikoreksi melalui prosedur pembedahan.
1. Indikasi Gingivoplasti
a. Apabila tidak adanya kontur fisiologis gingiva dengan jaringan
gingiva yang keras dan fibrotik tetapi mudah untuk eksisi dan
dibentuk. Tipe jaringan ini biasanya terjadi karena iritasi kronis.
b. Adanya altered passive eruption dimana gingivanya menutupi
sebagian besar mahkota anatomik
c. NUG yang rekuren yang telah mengubah bentuk gingiva
d. Hiperplasia gingival
2. Teknik gingivoplasti
Gingivoplasti biasanya dilakukan dengan menggunakan pisau
periodontal, scalpel, rotary, stone intan yang kasar , atau elektroda. Larutan
anestetikum diinjeksikan ke marginal gingiva dan papila interproksimal.
Dengan menggunakan goldman fox no.7 margin gingiva dan attached
gingiva diukir dengan bevel yang panjang dan konturnya dibentuk sesuai
rancangan

yang

diinginkan.

Perhatiakan

baikbaik

bagian

papila

interproksimal. Bagian interproksimal tidak hanya harus dibentuk sesuai

19

bentuk yang dirancangkan tetapi juga, bila mugkin diukir sedemikan


sehingga bentuknya menjadi cekung dari aspek labial. Pemotongan dimulai
dari tengah daerah col, hal ini akan memungkinkan terpotongnya sebagian
besar pucak gingiva. Pada daerah posterior pemotongan pada umumnya
lebih landai karena dimensi interdental bagian bukolingual yang lebih
besar.
a.

Nippers
Nippers merupakan alat kecil yang dpaat mengeksisi sebagaian

kecil gingiva dan bahkan tulang, bila dibutuhkan. Alat ini cukup kecil
untuk dimasukkan kedalam interdental untuk membentuk papila. Dengan
adanya nippers, pembentukan kontur jaringan bukan hanya lebih mudah,
tetapi juga membutuhkan waktu yang lebih sedikit.

b.

Scarping
Dengan menggunakan scalpel sebagai hoe, dan dengan mengangkat

instrumennya keatas dengan pasti dan bersandar pada permukaan jaringan


yang keras akan dapat melepaskan jaringan yang ingin dibuang.karena
pisau yang digunakan akan melewati sebagian permukaan labial dari gigi
geligi, kontur yang terbentuk cenderung menyesuaika dengan susunan gigi.
Hasil yang amat memuaskan akan diperoleh dengan menggunakan metode
ini.
c.

Rotary Abrasives

20

Syarat penggunaan rotary abrasives pada jaringan lunak sama saja


dengan penerapan teknik ini pada jaringan keras. Harus ada pengaliran air
pada pada instrumen seperti pada pengikisan tulang, enamel, atau dentin.
Makin tinggi kecepatan yang digunakan akan makin halus permukaan yang
dihasilkan, dan makin cepat operasi yang dilakukan, sedangkan aliran air
berperan dalam mengendalikan suhu dan mencegah terjepitnya instrumen.
Aplikasi bahan abrasif pada jaringan dilakukan dengan tekanan yang
ringan dan intermitten dengan aliran air. Hindarkan terjadi overcontouring
dengan selalu memperhatikan bentuk alami dan bentuk pemotongannya.
Membentuk lekukan jaringan diantara eminensia akar akan memberikan
hasil yang amat memuaskan dengan metode ini.

d.

Elektrokauter
Dalam

menggunakan

teknik

ini

hal

paling

penting

adalah

menggunakan aliran terendah yang paling efektif untuk melakukan


peotongan. Alasannya adalah makin besar alirannya, makin besar efek
sampingnya. Juga harus diperhatikan bahwa pelepasan tekanan pada pedal
kaki yang mengatur aliran listriknya akan menyebabkan mengalirnya
energi pada elektroda yang besarnya mendekati dua kali lipat lebih besar
dari besar aliran normalnya. Karena alasan inilah mengapa elektroda harus
dijauhkan dari jaringan bila pedal kaki baru saja dilepaskan. Dilain pihak
penggunaan elektrokauter terkadang tidak dapat dihindari karena dapat
digunakan pada kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan peralatan lainnya.

21

Keuntungan utama elektokauter adalah kemampuannya dalam menginsisi


atau memotong massa jaringan yang banyak. Karena tidak membutuhkan
tenaga yang besar dalam melakukan pemotongan, instrumen ini dapat
digunakan pada daerah yang sulit dijangkau dimana scalpel konvensional
tidak akan bisa bergerak bebas dan menjadi tidak berguna.
D. Bedah Flep periodontal
Bedah flep periodontal merupakan salah satu terapi perawatan dalam
bidang periodonsia dengan tujuan untuk eliminasi plak, kalkulus, jaringan
nekrosis dan jaringan granulasi pada kerusakan tulang dengan poket sedang
sampai dalam, serta penempatan material regeneratif. Dalam prosedur bedah
periodontal, gingival memerlukan elevasi dan reseksi untuk mendapatkan
akses ke permukaan akar dan struktur pendukung tulang.
1. Klasifikasi flep Periodontal
Flep periodontal dapat diklasifikasikan berdasarkan atas beberapa kategori
sebagai berikut:
Klasifikasi berdasarkan jaringan yang terlibat:
a. Flep ketebalan penuh atau flep mukoperiosteal (full thickness flap /
mucoperiosteal flap), yaitu flep yang terdiri dari epitel, jaringan ikat
dan periosteum tulang alveolar. Pembukaan (refeksi) flep ini akan
menyebabkan tersingkapnya tulang alveolar.Tipe flep ini digunakan
apabila diperlukan akses ke permukaan tulang seperti pada bedah
tulang.

22

b. Flep ketebalan sebagian atau flep mukosal (partial thickness flap /


mucosal flap), yaitu flep yang hanya mencakup epitel dan jaringan ikat
di bawahnya. Tulang alveolar masih ditutupi oleh lapisan jaringan ikat,
termasuk periosteum. Tipe flep ini dinamakan juga split thickness flap.
Flep ini diindikasikan apabila tidak diperlukan penyingkapan tulang
alveolar, atau flep akan di posisikan ke apikal.

Gambar 1. Disain flep berdasarkan jaringan yang terlibat. A. Flep ketebalan penuh;
B. Flep ketebalan sebagian
2. Klasifikasi berdasarkan penempatan flep sebelum dijahit
a. Flep tidak diposisikan (unrepositioned/undisplaced flap), yaitu f1ep
yang dikembalikan pada posisi semula pada waktu hendak dijahit.
b. Flep yang diposisikan (repositioned/displaced flap), yaitu flep yang
diposisikan apikal, koronal atau lateral dari posisi semula pada waktu
akan dijahit. Flep dapat diposisikan karena dengan insisi gingiva cekat
dipisahkan dari tulang alveolar, sehingga bagian gingiva yang sudah
tidak melekat dapat digeser. Flep pada sisi palatal tidak dapat
diposisikan, karena pada sisi palatal tidak ada gingiva cekat.
E. Desain flep
Ada tiga disain flep yang digunakan dalam bedah saku, yaitu :

23

1.

Flep konvensional/tradisional.
Insisi pada flep sebelah vestibular dan flep sebelah oral sampai ke atau
mendekati puncak papila interdental, sehingga papilla interdental terpotong
dua atas bagian vestibular dan bagian oral. Flep konvensional digunakan
apabila:
a. Ruang interdental terlalu sempit, sehingga keutuhan papila interdental
tidak mungkin dipertahankan.
b. Flepnya hendak diposisikan ke posisi yang baru. Tehnik bedah yang
menggunakan flep konvensional adalah modifikasi flep Widman, flep
tidak diposisikan, dan flep posisi apikal. Tipe flep ini dibuat dengan
menggunakan insisi bevel kedalam (internal bevel incision) dan
terpotongnya papilla interdental di tengah. Dengan insisi bevel
kedalam sisi interproksimal tidak
c. sepenuhnya tertutup kembali oleh flep pada waktu dijahit.

2.

Flep insisi sulkular.


Disain flep ini menggunakan insisi sulkular (sulcular incision) dan
papilla interdental terpotong di tengah. Dengan disain ini sisi interproksimal
tertutup kembali meskipun papila tidak utuh sebelum dijahit.

3.

Flep preservasi papila.


Dengan flep preservasi papila (papilla preservation flap) papila
interdental tidak terpotong karena tercakup ke salah satu flep . Disain flep ini
memberikan estetis pasca bedah yang lebih baik, dan memberikan
perlindungan yang lebih baik terhadap tulang interdental, hal mana penting

24

sekali dalam tehnik bedah yang mengharapkan terjadinya regenerasi jaringan


periodontium.
F. Insisi
1. Insisi horizontal.
Flep periodontal menggunakan insisi horizontal dan insisi vertikal.
Insisi horizontal diarahkan sepanjang tepi gingiva ke arah mesial atau distal
Ada dua insisi horizontal yang direkomendasikan, yaitu insisi bevel kedalam
(internal bevel incision) dan insisi krevikular atau insisi sulkular
(crevicular/sulcular

incision).

Insisi

ketiga

berupa

insisi

interdental

(interdentalincision) dilakukan setelah flep dibuka.


2. Insisi vertikal.
Insisi vertikal atau oblik untuk melonggarkan flep dapat dilakukan pada salah satu
atau kedua ujung insisi horizontal, tergantung pada disain flepnya dan kegunaan flep.
Insisi vertikal pada kedua ujung insisi horizontal diperlukan apabila flep hendak
diposisikan ke apikal. Insisi vertikal dibuat sampai melewati batas mukosa gingiva
agar flepnya bebas untuk diposisikan ke apical.

25

BAB III
KONSEPTUAL MAPPING

Kehilangan Jaringan Periodontal


Diagnosa
Gingival enlaergement
Rencana Perawatan
Bedah Periodontal
Intruksi Pasca Perawatan

3.2

Hipotesa

26

Gingivektomi merupakan salah satu treatment pilihan untuk penyembuhan


gingival enlargement oleh karena obat-obatan.

BAB IV
PEMBAHASAN

Gingiva enlargment adalah pembesaran gingiva, pertumbuhan gingiva yang


berlebihan yang disebabkan oleh pertambahan besar/size sel-sel yang dikandungnya
(hipertrofi), atau pertambahan sel-selnya (hiperplasia).
Pembesaran gingiva adalah suatu peradangan pada gingiva yang
disebabkan oleh banyak faktor baik faktor lokal maupun sistemik, yang paling
utama adalah faktor lokal yaitu plak bakteri. Tanda klinis yang muncul yaitu
gingiva membesar, halus, mengkilat, konsistensi lunak, warna merah dan
pinggirannya tampak membulat. Hal ini menimbulkan estetik yang kurang baik,
sehingga memerlukan perawatan yaitu gingivektomi.
Definisi gingivektomi adalah pemotongan jaringan gingiva dengan
membuang dinding lateral poket yang bertujuan untuk menghilangkan poket dan
keradangan gingiva sehingga didapat gingiva yang fisiologis, fungsional dan estetik

27

baik. Keuntungan gingivektomi adalah teknik sederhana, dapat mengeliminasi poket


secara sempurna, lapangan penglihatan baik, morfologi gingival dapat diramalkan
sesuai keinginan. Kontrol plak yang tidak optimal bakteri plak supragingiva yang
menimbulkan keradangan pada gingival didekatnya. Keradangan yang terjadi
menyebabkan terjadinya kekambuhan atau pembesaran gingiva, oleh karena itu
selama masa penyembuhan diperlukan oral hygiene yang baik. Bakteri plak
merupakan penyebab utama penyakit keradangan pada jaringan periodontal sehingga
tanpa kontrol plak, kesehatan periodontal tidak akan pernah tercapai. Pada gigi yang
crowded memudahkan terjadi akumulasi plak dan menyulitkan pembersihan plak.
Sebenarnya aspek keberhasilan perawatannya tergantung pada kontrol plak.
Gingivektomi adalah pengambilan jaringan gingival yang tidak sehat yang
membentuk dinding dari poket dengan disertai skeling dan rootplanning.

Gingivoplasti adalah restorasi kontur fisologis gingiva yang dapat


membantu mencegah terjadinya rekurensi penyakit periodontal. Pada akhirnya
gingivoplasti harus dapat meningkatkan akses untuk melakukan kontrol plak
dengan efesien oleh pasien. Biasanya prinsip-prinsip gingivoplasti digabungkan
dengan gingivektomi, kedua prosedur tersebut seringkali dilakukan bersamaan.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Gingivektomi adalah pengambilan jaringan gingival yang tidak sehat yang
membentuk dinding dari poket dengan disertai skeling dan rootplanning
2. Bedah Periodontal bagian dari terapi periodontal dengan maksud untuk
meningkatkan akses dan pandangan (visibility) untuk scalling dan
rootplanning, membuang jaringan granulasi, dan memperbaki jaringan
periodontal

28

5.2 Saran
Sebagai seorang dokter gigi, disamping harus bisa berkomunikasi dan
diagnosa yang tepat dengan anak juga diharuskan mengetahui cara perawatan
periodontal yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Matthew et al., Surgical aids to Prosthodontics,Including Osseintegrated


Implant in Pedlar J., et al 2001, Oral and Maxillofacial Surgery. Edinberg.
Churchill Livingstone
Panchal et al. Minor Preprosthetic Surgery in Dym, Harry et al. 2001. Atlas of
Minor Surgery, Philadelphia : W.B. Saunders Co.
Stephens W., Preprosthetic Oral and Maxillofacial Surgery in Donoff B.,
1997
Manual of Oral and Maxillofacial Surgery. St. Louis Mosby
Tucker. Basic Preprosthetic Surgery in Peterson et al., 1998, Contemporary
Oral
and Maxillofacial Surgery. Philadelphia W.B. Saunders Co.

29

Anda mungkin juga menyukai