Anda di halaman 1dari 41

TRAUMATIK ULSER

LAPORAN STUDI KASUS MINOR

ILMU PENYAKIT MULUT

Disusun oleh :

Nailatul Husna

160112190087

Pembimbing

drg. Erna Herawati, M.Kes.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2021
JUDUL : TRAUMATIK ULSER

NAMA : NAILATUL HUSNA

NPM : 160112190087

Bandung, Juni 2021

Menyetujui :

Dosen pembimbing

drg. Erna Herawati, M.Kes

NIP. 19581223 198603 2 001

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

BAB II LAPORAN KASUS....................................................................................3

2.1 Status Klinik IPM......................................................................................3

2.1.1 Data Diri Pasien.................................................................................3

2.1.2 Anamnesa...........................................................................................3

2.1.3 Riwayat Penyakit Sistemik................................................................4

2.1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu..............................................................4

2.1.5 Pemeriksaan Klinis/Fisik...................................................................4

2.1.6 Pemeriksaan Ekstra Oral....................................................................5

2.1.7 Pemeriksaan Intra Oral.......................................................................5

2.1.8 Odontogram.......................................................................................6

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................7

2.1.10 Diagnosis dan Diagnosis Banding.....................................................7

2.1.11 Prognosis............................................................................................8

2.1.12 Rencana Perawatan............................................................................8

2.2 Status Kontrol..........................................................................................10

2.2.1 Anamnesa.........................................................................................10

2.2.2 Pemeriksaan Ekstra Oral..................................................................11

2.2.3 Pemeriksaan Intra Oral.....................................................................11

2.2.4 Pemeriksaan Penunjang...................................................................12

2.2.5 Diagnosis dan Diagnosis Banding...................................................12

2.2.6 Rencana Perawatan..........................................................................13

iii
BAB III TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................16

3.1 Traumatik Ulser.......................................................................................16

3.1.1 Definisi.............................................................................................16

3.1.2 Etiologi.............................................................................................17

3.1.3 Gambaran Klinis dan Diagnosa.......................................................18

3.1.4 Patofisiologi.....................................................................................19

3.1.5 Histopatologi....................................................................................21

3.1.6 Diagnosa Banding............................................................................22

3.1.7 Perawatan.........................................................................................28

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................31

BAB V KESIMPULAN........................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Ulser merupakan lesi sekunder yang ditandai adanya kerusakan lokal

jaringan epitel, jaringan ikat, ataupun keduanya. 1,2 Ulser pada mukosa mulut

merupakan gambaran lesi yang umum dijumpai pada berbagai kalangan usia dan

jenis kelamin. Salah satu penyebab terjadinya ulser yaitu trauma. 2 Traumatik ulser

dapat terjadi akibat trauma berupa bahan kimia, makanan atau minuman panas,

mekanis karena tergigit, penggunaan sikat gigi yang terlalu keras, perawatan alat

orthodontik cekat, gigi tiruan yang tepinya tajam dan tidak stabil.1

Prevalensi traumatik ulser cukup tinggi dan bervariasi di berbagai negara.

Penelitian oleh Castellanos, dkk tahun 2003 di Meksiko menunjukkan prevalensi

sebesar 40,24%. Negara lain yang memiliki prevalensi traumatik ulser yang cukup

tinggi yaitu di Turki sebesar 30,47%, Thailand 13,2 %, Malaysia 12,4%, dan di

Spanyol sebesar 4,7%.2,3

Traumatik ulser biasanya ditemukan pada mukosa bukal, mukosa labial,

palatum dan tepi lidah. Umumnya memiliki gambaran klinis khas berupa ulser

tunggal dengan tepi ireguler, sedikit cekung dasar kekuningan, ukuran yang

bervariasi dan permukaan ditutupi psedomembran.1,3 Ulser akan sembuh dalam

waktu 2 minggu setelah menghilangkan penyebab trauma, apabila tidak kunjung

sembuh maka perlu dicurigai adanya penyebab lain dan mungkin perlu dilakukan

biopsi.4

Makalah ini merupakan laporan kasus dari seorang pasien perempuan

berusia 19 tahun yang datang ke Departemen Ilmu Penyakit Mulut RSGM Unpad

1
2

pada bulan April 2020 dengan keluhan terdapat sariawan pada bibir bawah bagian

dalam kiri karena tidak sengaja tergigit saat makan.


BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Status Klinik IPM

2.1.1 Data Diri Pasien

Nama : Nn.AQ

NRM : 2021-

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 19 Tahun

Status : Belum Menikah

Alamat : Jalan RR

Tanggal Pemeriksaan : 30 April 2021

2.1.2 Anamnesa

Seorang pasien datang dengan keluhan terdapat sariawan pada bibir

bawah bagian dalam kiri, sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengaku keluhan

muncul karena tidak sengaja tergigit saat makan. Rasa sakit pada sariawan

tersebut bertambah ketika makan dan minum. Pasien mengaku sering

mengalami sariawan di daerah yang sama. Pasien belum mengobati

sariawannya. Pasien mengaku jarang mengonsumsi buah dan tidak

menyukai sayur, serta minum air putih hanya 5 gelas/hari. Pola istirahat

tidak teratur, karena pasien mengaku sering tidur larut malam.

Pasien menyikat giginya 2x/hari, namun tidak menyikat lidahnya.

Riwayat alergi dan penyakit sistemik disangkal. Pasien mengaku bahwa

ayahnya juga sering mengalami sariawan berulang. Pasien terakhir ke

3
4

dokter gigi 10 tahun lalu untuk mengobati sakit gigi. Pasien ingin

keluhannya diobati.

2.1.3 Riwayat Penyakit Sistemik

Penyakit Jantung : YA/TIDAK

Hipertensi : YA/TIDAK

Diabetes Melitus : YA/TIDAK

Asma/Alergi : YA/TIDAK

Penyakit Hepar : YA/TIDAK

Kelainan GIT : YA/TIDAK

Penyakit Ginjal : YA/TIDAK

Kelainan Darah : YA/TIDAK

Hamil : YA/TIDAK

Kontrasepsi : YA/TIDAK

Lain-lain : YA/TIDAK

2.1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu

Disangkal

2.1.5 Pemeriksaan Klinis/Fisik

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Suhu : Afebris/ 36,5o C

Tensi : 110/80 mmHg

Pernapasan : 18x/menit

Nadi : 78x/menit
5

2.1.6 Pemeriksaan Ekstra Oral

Kelenjar Limfe :

Submandibula : Kiri : Tidak teraba, tidak sakit

Kanan : Tidak teraba, tidak sakit

Submental : Kiri : Tidak teraba, tidak sakit

Kanan : Tidak teraba, tidak sakit

Servikal : Kiri : Tidak teraba, tidak sakit

Kanan : Tidak teraba, tidak sakit

Sirkum Oral : Tidak ada kelainan

Bibir : Simetris, merah muda tidak homogen, mengelupas/lesi

kecoklatan deskuamasi pada bibir atas dan bawah

Vermilion border : Jelas, berwarna coklat kehitaman

Lain-lain :

Wajah : Simetris, oval, cembung

Mata : Non-anemis, isokhor, non-ikhterik

TMJ : Tidak ada kelainan

2.1.7 Pemeriksaan Intra Oral


Kebersihan Mulut : Sedang

Gingiva : Terdapat lesi makula pada bagian fasial

memanjang dari regio 13-23, berwarna coklat

kehitaman, datar, difus, simetris

Oedem pada regio 13-17, 43-47, berwarna

kemerahana, permukaan licin, konsistensi lunak


6

Mukosa Bukal : Terdapat teraan gigitan bilateral sewarna mukosa,

sejajar dengan dataran oklusal, pada regio 45-47 dan

33-37

Mukosa Labial : Atas : Tidak ada kelainan

: Bawah : Terdapat 1 buah ulser berukuran +/- 2mm,

berwarna putih dikelilingi daerah eritem pudar,

ireguler, dasar cekung dan dangkal

Palatum Durum : Terdapat torus palatinus

Palatum Mole : Tidak ada kelainan

Frenulum : Sedang

Lidah : Terdapat selaput putih menutupi 2/3 dorsal lidah,

dapat diswab, tidak meninggalkan bekas eritem

Terdapat teraan gigitan bilateral, sewarna mukosa,

sejajar dataran oklusal padaregio 33-36 dan 43-46

Dasar Mulut : Tidak ada kelainan

2.1.8 Odontogram

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang


Radiologi : TDL
7

Darah : TDL

Patologi anatomi : TDL

Mikrobiologi : TDL

2.1.10 Diagnosis dan Diagnosis Banding


D/ Traumatik ulser pada mukosa labial bawah e.c trauma mekanis

Dd/ Recurrent Apthous Stomatitis

Dd/ Oral Squamous Cell Carcinoma

Dd/ Tuberculosis ulcer

D/ Pigmentasi fisiologis pada gingiva regio 12-23

Dd/ Smoker’s melanosis

Dd/ Addison’s disease

D/ Coated tongue

Dd/ Candidiasis Pseudomembran

Dd/ Oral Hairy Leukoplakia

D/ Crenated tongue

D/ Linea Alba

Dd/ Cheek biting

Dd/ Frictional keratosis

D/ Exfoliative cheilitis

Dd/ Actinic cheilitis

D/ Torus palatinus

Dd/ Eksostosis

2.1.11 Prognosis

Ad bonam
8

2.1.12 Rencana Perawatan


1. Farmakologis

R/ Clorhexidine Gluconate 0,2%


Disp. Fl. No. I (60 ml)
2 dd 1 oral coll oris
R/ vit. B12 50 mcg tab no. X
2 dd 1
R/ Vaseline album No. I 50 mg
3 dd 1 part doll oles tipis pada bibir

2. Non Farmakologis

KIE :

 Menjelaskan kepada pasien mengenai kondisi yang dialami, dan

memberi tahu bahwa kondisi tersebut tidak berbahaya dan tidak

menular

 Memberi tahu pasien diagnosa penyakit dan penyebab/pemicu

penyakit yang diderita pasien

 Menginstruksikan pasien untuk makan sehat berimbang dengan

mengkonsumsi buah, sayur, dan makanan tinggi protein seperti

daging, ikan, telur, tempe, dan tahu

 Menginstruksikan pasien untuk minum minimal 2L/hari

 Menginstruksikan pasien untuk istirahat yang cukup tidur 8jam/hari

OHI :

 Menginstruksikan kepada pasien untuk menyikat giginya 2x/hari,

pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur, serta menggunakan

alat bantu sikat lidah

Instruksikan untuk kontrol 1 minggu


9

Gambar 2-1 Traumatik Ulser pada Mukosa Labial Bawah e.c Trauma Mekanis

Gambar 2-2 Pigmentasi Fisologis pada Gingiva Bagian Fasial

Gambar 2-3 Coated Tongue dan Crenated Tongue


10

Gambar 2-4 Linea alba

Gambar 2-5 Exfoliatif Cheilitis pada Bibir Atas dan Bawah

Gambar 2-6 Torus Palatinus

2.2 Status Kontrol

Tanggal 7 Mei 2021

2.2.1 Anamnesa

Pasien datang kembali untuk kontrol 1 minggu terhadap kondisi

sariawan yang berada di bibir bawah bagian dalam kiri. Pasien mengaku

warna putih kemerahan sudah memudar dan sudah tidak terasa sakit sejak
11

3 hari lalu. Pasien mengaku sudah menggunakan obat kumur yang

diberikan 2x/hari. Pasien sudah melakukan instruksi yang diberikan untuk

lebih banyak mengonsumsi makanan bergizi seperti sayur, namun untuk

konsumsi buah dan air putih masih kurang. Pasien menyikat giginya

2x/hari, dan menyikat lidahnya namun tidak sering karena mudah mual.

Pasien ingin kondisi mulutnya diperiksa kembali.

2.2.2 Pemeriksaan Ekstra Oral

Kelenjar Limfe :

Submandibula : Kiri : Tidak teraba, tidak sakit

Kanan : Tidak teraba, tidak sakit

Submental : Kiri : Tidak teraba, tidak sakit

Kanan : Tidak teraba, tidak sakit

Servikal : Kiri : Tidak teraba, tidak sakit

Kanan : Tidak teraba, tidak sakit

Sirkum Oral : Tidak ada kelainan

Bibir : Simetris, merah muda tidak homogen

Lain-lain :

Mata : Non-anemis, isokhor, non-ikhterik

Hidung : Tidak ada kelainan

TMJ : Tidak ada kelainan

2.2.3 Pemeriksaan Intra Oral

Kebersihan Mulut : Sedang


12

Gingiva : Terdapat lesi makula pada bagian fasial memanjang dari

regio 13-23, berwarna coklat kehitaman, datar, difus,

simetris

Oedem pada regio 13-17, 43-47, berwarna kemerahana,

permukaan licin, konsistensi lunak

Mukosa Bukal : Terdapat teraan gigitan bilateral sewarna mukosa, sejajar

dengan dataran oklusal, pada regio 45-47 dan 33-37

Mukosa Labial: Atas : Tidak ada kelainan

: Bawah : Terdapat 1 buah ulser berukuran +/- 1mm,

berwarna putih (pseudomembran tipis) dikelilingi daerah

eritem pudar, ireguler, dasar datar

Palatum Durum: Terdapat torus palatinus

Palatum Mole : Tidak ada kelainan

Frenulum : Sedang

Lidah : Terdapat teraan gigitan bilateral, sewarna mukosa, sejajar

dataran oklusal padaregio 33-36 dan 43-46

Dasar Mulut : Tidak ada kelainan

2.2.4 Pemeriksaan Penunjang

Radiologi : TDL

Darah : TDL

Patologi anatomi : TDL

Mikrobiologi : TDL
13

2.2.5 Diagnosis dan Diagnosis Banding

D/ Post Traumatik ulser pada mukosa labial bawah e.c trauma mekanis

(proses penyembuhan)

Dd/ Recurrent Aphtous Stomatitis

Dd/Squamous Cell Carcinoma

Dd/Tuberculosis ulcer

D/ Pigmentasi fisiologis pada gingiva regio 12-23

Dd/ Smoker’s melanosis

Dd/Addison’s disease

D/ Post Coated Tongue a.r 2/3 dorsum lidah

Dd/ Candidiasis Pseudomembran

Dd/Oral Hairy Leukoplakia

D/ Crenated tongue

D/ Linea Alba

Dd/ Cheek biting

Dd/Frictional keratosis

D/ Post Exfoliative cheilitis

Dd/ Actinic cheilitis

D/ Torus palatinus

Dd/ Eksostosis

2.2.6 Rencana Perawatan

KIE

 Menjelaskan kepada pasien mengenai kondisi yang dialami, dan memberi

tahu bahwa kondisi tersebut tidak berbahaya dan tidak menular


14

 Memberi tahu pasien diagnosa penyakit dan penyebab/pemicu penyakit

yang diderita pasien

 Menginstruksikan pasien untuk selalu makan sehat berimbang dengan

mengkonsumsi buah, sayur, dan makanan tinggi protein seperti daging,

ikan, telur, tempe, dan tahu

 Menginstruksikan pasien untuk minum minimal 2L/hari

 Menginstruksikan pasien untuk istirahat yang cukup tidur 8jam/hari

OHI

 Menginstruksikan kepada pasien untuk menyikat giginya 2x/hari, pagi

setelah sarapan dan malam sebelum tidur, serta menggunakan alat bantu

sikat lidah

Gambar 2-7 Kontrol 1 Minggu Post Traumatik Ulser Pada Mukosa Labial Bawah

Gambar 2-8 Post Coated Tongue


15

Gambar 2-9 Post Exfoliatif Cheilitis


BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Traumatik Ulser

3.1.1 Definisi

Ulser merupakan suatu lesi berbatas jelas yang ditandai dengan

hilangnya epitel yang meluas hingga stratum basalis ditutupi gumpalan

fibrin, menyebabkan gambaran putih kekuningan. Ulser pada rongga

mulut yang timbul akibat trauma mekanis, kimiawi maupun termal yang

melukai mukosa atau pembuluh darah dan selanjutnya menyebabkan

kerusakan jaringan disebut traumatik ulser.5

Kebanyakan kasus traumatik ulser terjadi karena tidak sengaja

tergigit, iritasi gigi tiruan yang tajam, terkena gigi patah yang runcing,

biasanya pada daerah yang mudah tergigit seperti mukosa bukal (42%),

muka labial bawah (9%), dan lidah (25%).3,6 Traumatik ulser juga dapat

terjadi karena trauma iatrogenik atau karena ketidaksengajaan praktisi

kesehatan. 3

Durasi ulser biasanya terjadi selama 2-14 hari dan akan sembuh

setelah menghilangkan penyebab trauma. Perlu dicurigai penyebab lain

apabila ulser tidak kunjung sembuh setelah 14 hari, dan mungkin perlu

dilakukan biopsi.4

16
17

3.1.2 Etiologi

Penyebab timbulnya traumatik ulser diantaranya karena trauma

mekanis, kimiawi, termal, dan iatrogenik. Trauma mekanis diantaranya

tidak sengaja tergigit, tertusuk ujung sikat gigi, penggunaan gigi tiruan

yang tepinya tajam. Dalam keadaan yang tidak biasa, lesi dapat diinduksi

sendiri karena kebiasaan buruk yang dalam hal ini berkaitan dengan

masalah psikologis.6

Trauma kimiawi dapat dipicu oleh bahan tambal, anestesi lokal,

sodium hipoklorit, formokresol, aspirin topikal, oral care topikal seperti

hidrogen peroksida, larutan pembersih gigi tiruan dan obat kumur yang

dapat menyebabkan sensasi mucosal burn.7

Efek trauma termal terhadap mukosa oral seringkali terjadi karena

adanya kontak dengan zat bertemperatur tinggi, atau dingin yang ekstrim

(cryogenic burns) seperti kontak dengan bur, cairan nitrogen, dan juga

rokok. Selain itu, makanan dan minuman panas juga dapat menyebabkan

timbulnya traumatik ulser.7

Pada saat melakukan perawatan gigi, bisa saja terjadi

ketidaksengajaan praktisi yang dapat menyebabkan terlukanya mukosa.

Salah satu contohnya yaitu pada saat dokter gigi melepas atau

menggunakan cotton roll kering, tekanan negatif dari saliva ejector, atau

tidak sengaja melukai mukosa dengan instrument atau bur pada saat

menambal.3,6
18

3.1.3 Gambaran Klinis dan Diagnosa

Gambaran klinis traumatik ulser bervariasi sesuai dengan ukuran

dan intensitas dari penyebabnya, biasanya berupa lesi ulser tunggal yang

cekung, bagian tengah berwarna putih kekuningan yang merupakan

jaringan nekrotik disebut juga dengan pseudomembran dengan tepinya

berwarna kemerahan atau eritem. Permukaan lesi halus dan bentuknya

ireguler, berukuran +/- 1-8mm.8

Secara klinis traumatik ulser dapat dibedakan menjadi ulser akut

dan kronis. Ulser akut biasanya terdapat riwayat trauma, terasa sakit dan

kemerahan. Gambaran lesi ulser akut sangat mirip dengan lesi Stomatitis

apthous recurrent (SAR) dan lesi akibat penggunaan radioterapi,

permukaan lesi tertutup eksudat fibrin putih kekuningan dan tepinya

dikelilingi halo eritem. Waktu penyembuhan sekitar 7-10 hari, setelah

penyebab trauma dieliminasi. Gambaran klinis lesi akut dapat dilihat pada

gambar di bawah ini.3,6

Gambar 3-1 Ulser Akut akibat Iatrogenik6


19

Sedangkan pada ulser kronis biasanya pasen tidak mengetahui

penyebab trauma, dan rasa sakitnya cenderung ringan. Permukaan lesi

ulser kronis tertutup membran kekuningan dan peninggian margin lesi

yang menunjukkan hiperkeratosis atau indurasi, terlihat seperti gambaran

Oral Squamous Cell Carcinoma (OSCC), dapat dilihat pada gambar di

bawah ini. Indurasi terjadi karena infiltrasi sel inflamasi kronis.3,6

Gambar 3-2 Ulser Kronis pada Inferior Lateral Lidah7

Anamnesis lengkap dan identifikasi faktor penyebab trauma diperlukan

untuk penentuan diagnosis traumatik ulser. Beberapa pertanyaan harus diajukan

oleh operator seperti riwayat trauma, waktu lesi muncul, jumlah lesi, durasi dan

rekurensi lesi. Riwayat medis, obat-oban yang dikonsumsi dan riwayat keluarga

juga perlu ditanyakan untuk membantu penentuan diagnosa.3

3.1.4 Patofisiologi

Mukosa oral terdiri dari lapisan epitel gepeng berlapis yang tipis

dan rapuh yang banyak disuplai oleh pembuluh darah. Epitel oral

mempertahankan integritas struktural dengan proses pembaruan sel terus-

menerus dimana sel-sel yang dihasilkan oleh pembelahan mitosis dalam


20

lapisan terdalam bermigrasi ke permukaan untuk menggantikan sel yang

terbuka. Pembaruan sel yang berlangsung cepat, memungkinkan untuk

penyembuhan luka akan cepat terjadi, namun terjadinya kerusakan sel juga

kemungkinannya cukup tinggi. Suplai darah yang melimpah dan

kerapuhan sel epitel, menjadi risiko untuk terjadinya infeksi, inflamasi,

dan trauma meningkat.9

Perjalanan ulser traumatik diawali dengan adanya trauma yang

mengenai mukosa rongga mulut. Proses dari trauma menjadi lesi pada

rongga mulut dipengaruhi oleh banyaknya frekuensi paparan trauma dan

luas jaringan yang terlibat.5 Proses awal setelah terpapar trauma pada

mukosa rongga mulut akan terjadi perubahan fase vaskular meliputi

vasokontriksi sementara sebagai respon cedera, diikuti dengan vasodilatasi

dan peningkatan aliran darah ke daerah yang mengalami cedera.

Disamping itu ada pelepasan histamin dari sel-sel mast yang menyebabkan

peningkatan permeabilitas kapiler, aliran limfatik pun ikut meningkat

sejalan dengan aliran darah.10

Pada awal terbentuknya lesi terdapat infiltrasi limfosit yang diikuti

kerusakan epitel dan infiltrasi neutrofil ke dalam jaringan. Sel

mononuklear juga mengelilingi pembuluh darah (perivaskular), namun

tidak terlihat adanya vaskulitis. Gejala dari traumatik ulser yaitu sakit, rasa

tidak nyaman dalam 24 hingga 48 jam sesudah trauma terjadi. Mukosa

berubah menjadi makula berwarna merah, dan dalam waktu singkat bagian

tengah berubah menjadi jaringan nekrotik, serta karena adanya kehilangan

epitel maka terbentuk cekungan dangkal. Ulser akan ditutupi oleh eksudat
21

fibrin kekuningan dan apabila dasar ulser berubah warna menjadi merah

muda tanpa eksudat fibrin, menandakan lesi sedang memasuki tahap

penyembuhan. Ulser ini akan sembuh dengan sendirinya tanpa

meninggalkan jaringan parut dalam waktu 10 hingga 14 hari apabila iritan

penyebab dihilangkan karena terjadi proses keratinisasi dan pembaharuan

sel-sel epitel mukosa oral.9

3.1.5 Histopatologi

Gambaran histopatologi ulser akut menunjukkan banyaknya epitel

yang hilang dan digantikan jaringan fibrin, serta banyaknya neutrofil pada

permukaan ulser. Dasar ulser mengandung jaringan granulasi dan kapiler

yang mengalami dilatasi. Regenerasi epitel dimulai dari margin ulser,

dengan sel epitel berproliferasi diantara dasar jaringan granulasi dan fibrin

clot.3,6

Bagian dasar ulser kronis menunjukkan adanya jaringan granulasi

dan jaringan parut (fibrosis) yang ditemukan pada jaringan yang lebih

dalam. Berbagai sel inflamasi dan infiltrasi juga terlihat. Regenerasi epitel

akan terhambat apabila masih terdapat iritasi pada daerah tersebut.3,6


22

Gambar 3-3 Ulser Kronis Menunjukkan Jaringan Fibrin Menutupi Jaringan

Granulasi yang Terinflamasi6

3.1.6 Diagnosa Banding

1. Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS)

Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS) merupakan penyakit

inflamasi pada rongga mulut yang paling sering terjadi, dengan prevalensi

global sebesar 0,5% sampai 75%, predileksi pada wanita. Memiliki

karakteristik ulser yang terjadi berulang di mukosa oral pada pasien tanpa

penyakit sistemik. RAS dianggap diagnosis eksklusi karena defisiensi

hematologi, gangguan imun dan penyakit jaringan ikat dapat

menyebabkan lesi oral yang secara klinis mirip dengan lesi RAS.5,11

Gejala prodormal sensasi terbakar biasanya terjadi 2 sampai 48 jam

sebelum ulser muncul. Ulser terasa sakit, bentuknya bulat atau oval

simetris berukuran 1mm sampai 1cm. Permukaan lesi tertutup fibrin

dengan margin eritem dan paling sering muncul di mukosa non-keratin

pada pasien yang sehat tanpa penyakit sistemik. Daerah ini meliputi

mukosa labial, lateral, dan ventral lidah, dasar mulut, palatum lunak, dan

mukosa orofaringeal. Daerah yang jarang terkena RAS adalah palatum


23

keras dan gingiva cekat. Lesi dapat muncul pada mukosa berkeratin

khususnya pada pasien dengan imunodefisiensi.11,12

Faktor etiologi yang paling sering dihubungkan dengan RAS

adalah faktor genetik, defisiensi darah, imun yang tidak stabil, dan faktor

lokal seperti trauma dan merokok. Riwayat keluarga merupakan salah satu

faktor risiko terjadinya RAS. Lebih dari 40% penderita RAS memiliki

keluarga yang juga memiliki riwayat RAS. Presentase tersebut lebih tinggi

pada orang yang memiliki kedua orang tua yang memiliki riwayat RAS.

Trauma juga merupakan salah satu faktor pemicu RAS. Trauma

menentukan lokasi dari ulcer pada pasien yang terkena penyakit ini. Pada

beberapa pasien RAS juga ditemukan memiliki kekurangan vitamin B12,

asam folat, dan besi.5,6,13

Berdasarkan gambaran klinisnya, RAS dibagi menjadi tiga type :14

1) RAS Minor

Lesi RAS minor memiliki gambaran klinis ulser berukuran

kecil dengan diameter kurang dari 1cm (biasanya 2-5mm).

Waktu penyembuhan spontan 4 sampai 14 hari, tanpa terbentuk

jaringan parut. Jaringan parut ditemukan pada 8% dari kasus

RAS minor. Prevalensi RAS minor mencapai 80-90% dari total

RAS.14
24

Gambar 3-4 RAS Minor14

2) RAS Mayor

Tipe RAS mayor ini memiliki gambaran klinis ulser dengan

diameter lebih dari 1cm (biasanya 1-3 cm). Bagian tengah

ulser cekung, dan terdapat indurasi pada margin, waktu

penyembuhan bisa terjadi 10 hari sampai 6 minggu atau dapat

lebih lama. Terhitung 10% dari tipe RAS mayor ini merupakan

ulser jinak berulang pada rongga mulut. Sekitar 64% ulser

sembuh dengan jaringan parut.14

Gambar 3-5 RAS Mayor14


25

3) RAS Herpetiform

Ukuran ulser RAS herpetiform sangatlah kecil dengan

diameter 1-2mm, namun lesinya bersifat multiple, tidak

tunggal. Prevalensinya 5% dari total kasus RAS. Ulser terasa

sangat sakit dan menetap selama 7 sampai 10 hari. Multiple

ulser tersebut dapat menyatu membentuk lesi erosi yang luas.

Sebanyak 32% kasus RAS herpetiform sembuh dengan

jaringan parut.14

Gambar 3-6 RAS Herpetiform14

2. Oral Squamous Cell Carcinoma (OSCC)

OSCC merupakan keganasan sel epitel skuamosa yang merupakan

salah satu kanker rongga mulut yang paling sering terjadi, sebanyak 95%

dari semua kasus keganasan rongga mulut. Lesinya persisten pada rongga

mulut, dapat berbentuk plak berwarna merah (eritroplakia), plak putih

(leukoplakia), kombinasi plak merah dan putih (eritroleukoplakia),

eksofitik (menonjol, papillary, verruciform), endofitik (ulserasi) biasanya


26

paling sering dijumpai pada bibir. Seringkali muncul asimtomatik,

sehingga pasien tidak menghiraukan sampai lesinya terus berkembang

seiring waktu. Bentuk lesinya seperti kawah dengan tepi indurasi dan

rolled, dasarnya seperti beludru. Apabila lesi muncul pada vermilion

border, maka dapat tertutup krusta.11,15

Daerah rongga mulut yang paling sering terkena OSCC adalah

bibir bawah, dasar mulut, bagian ventral dan lateral lidah. Lesi biasanya

soliter, namun beberapa kasus ditemukan multifokal.11 Etiologi dari OSCC

belum diketahui, namun terdapat beberapa faktor predisposisi seperti

tembakau, alkohol, mikroorganisme (bakteri Treponema palidum, HPV,

Candida hyperplastic), radiasi, imunosupresi dan genetik (peningkatan

onkogen dan penurunan tumor supresor gen).15

Gambar 3-7 OSCC pada lidah dengan tepi rolled11

3. Ulser Tuberculosis

Beberapa penyakit granulomatosa seperti tuberkulosis dan kusta

dapat menyebabkan lesi ulseratif pada rongga mulut. WHO

memperkirakan 9,4 juta kasus insiden dan 11,1 juta kasus umum TB

secara global. Tuberkulosis jarang mempengaruhi mukosa mulut, kira-kira


27

1,4% dari semua kasus TB dengan rasio laki-laki dan perempuan 4 : 1.

Lesi oral klasik muncul sebagai ulkus soliter biasanya dengan daerah yang

paling sering terkena adalah di lidah, diikuti oleh gingiva, dasar mulut,

langit-langit mulut, bibir, dan mukosa bukal. Bentuk lesi ireguler dan

indurated dan sering terasa sakit.11

Gambar 3-8 Ulser Tuberkulosis pada Lateral Lidah11

3.1.7 Perawatan

Prinsip perawatan traumatik ulser ialah mengeliminasi penyebab

trauma. Selanjutnya dapat dilakukan pemberian obat untuk menghilangkan

keluhan sakit dan membantu penyembuhan.3 Terapi farmakologis yang

dapat diberikan kepada pasien diantaranya pemberian obat kumur yang

mengandung chlorhexidin gluconate 0,2%, triamcinolone acetonid topikal,

vitamin B12 dan asam folat.1,8

Pada ulser rongga mulut yang tidak ditangani dengan baik, dapat

terjadi infeksi sekunder dikarenakan banyaknya mikroorganisme yang

terdapat dalam rongga mulut. Oleh karena itu, diperlukan penanganan

dengan obat topikal yang mengandung antiseptik untuk mempercepat

penyembuhan pada lesi. Chlorhexidine gluconate 0,2% merupakan obat


28

kumur antiseptik yang termasuk golongan bisguanide, berspektrum luas.

Chlorhexidine diberikan kepada pasien untuk mengurangi kemungkinan

superinfeksi, digunakan 2x/hari sebanyak 10 ml sampai ulser sudah tidak

terasa sakit. Apabila clorhexidin digunakan dalam jangka waktu lama dan

tidak terkontrol dapat menyebabkan ketidakseimbangan mikrofloral dalam

rongga mulut yang akan memicu tumbuhnya jamur candida.16

Triamcinolone acetonide topikal merupakan obat golongan

kortikosteroid yang berfungsi untuk menekan intensitas reaksi imun,

mengontrol perluasan nekrolisis, dan mengurangi daerah inflamasi.

Kortikosteroid topikal dapat menempel pada mukosa yang lembab dan

membentuk gel adhesif yang dapat menetap selama beberapa jam. Gel

tersebut juga dapat membentuk lapisan protektif di atas ulser sehingga

dapat membuat nyaman, serta kortikosteroidnya memiliki aksi

antiinflamasi.1 Kortikosteroid bekerja dengan cara menghambat

fosfolipase A2 sehingga menghambat sintesis asam arakidonat. Asam

arakidonat merupakan prekursor dari prostaglandin dan leukoterin yang

menyebabkan timbulnya tanda-tanda inflamasi seperti rubor, kalor, tumor,

dan dolor. Konsentrasi paling efektif dari triamcinolone acetonide adalah

0,1% dan disarankan untuk diaplikasikan langsung pada ulser.3

Vitamin B12, asam folat dan zat besi dibutuhkan untuk

metabolisme protein, lemak dan karbohidrat, serta sintesis DNA,

hemoglobin juga hematopoises. Protein adalah molekul kompleks tersusun

dari asam amino yang memiliki peranan penting untuk tubuh manusia.20

Protein tersebut dibutuhkan untuk membentuk struktur sel seperti DNA


29

dan regulasi sel yaitu pada saat pembelahan sel sehingga terjadi regenerasi

sel dengan demikian akan mempercepat penyembuhan ulser.3

Terapi suportif dapat dilakukan dengan cara diet lunak, konsumsi

buah dan sayur, serta air putih. Buah dan sayur banyak mengandung

vitamin dan mineral yang bagus untuk metabolisme tubuh. Air mineral

juga mengandung beberapa mineral yang penting bagi tubuh antara lain

seperti seng, magnesium, dan tembaga. Zinc, kofaktor dalam pembentukan

kolagen, dan juga metabolisme protein, membantu melepaskan vitamin A

dari hati, dan membantu fungsi imun. Tembaga merupakan mineral

penting untuk menghubungkan kolagen. Air mineral di distribusikan ke

seluruh tubuh dalam intraseluler, interstitial, dan intravaskular dan

berperan mendistribusikan nutrisi untuk sel dan membuang produk sisa.17

Jika lesi mencapai jaringan ikat maka ulkus akan sembuh dalam

waktu 1 sampai 2 minggu. Pada setiap ulkus yang menetap melebihi 2

minggu, harus dilakukan tindakan biopsi untuk menentukan apakah ulkus

tersebut merupakan suatu keganasan.1


BAB IV

PEMBAHASAN

Seorang pasien perempuan berusia 19 tahun didiagnosis mengalami

traumatik ulser. Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan, terdapat sariawan di

bibir bawah bagian dalam yang muncul akibat tergigit pada saat makan. Pasien

merasa sakit bertambah saat makan dan minum.

Berdasarkan literatur, traumatik ulser dapat timbul akibat trauma mekanis,

yang melukai mukosa atau pembuluh darah dan selanjutnya menyebabkan

kerusakan jaringan.5 Trauma mekanis diantaranya tidak sengaja tergigit, tertusuk

ujung sikat gigi, penggunaan gigi tiruan yang tepinya tajam. 6 Selain itu, traumatik

ulser juga dapat disebabkan oleh trauma kimiawi seperti iritasi akibat anestesi

lokal, bahan tambal, dan juga trauma termal akibat makanan dan minuman

panas.6,7

Berdasarkan pemeriksaan klinis, terdapat satu buah ulser berukuran +/-

2mm berwarna putih dikelilingi daerah eritem pudar, ireguler, dasar cekung dan

dangkal pada mukosa labial bawah.

Gambaran tersebut sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa

gambaran klinis traumatik ulser berupa lesi ulser tunggal yang cekung, bagian

tengah berwarna putih kekuningan yang merupakan jaringan nekrotik disebut juga

dengan pseudomembran dengan tepinya berwarna kemerahan atau eritem.

Permukaan lesi halus dan bentuknya ireguler, berukuran +/- 1-8mm.8

30
31

Diagnosa banding dari traumatik ulser salah satunya recurrent aphthous

stomatitis (RAS) karena memiliki gambaran klinis yang mirip. Hal yang

membedakan RAS dengan traumatik ulser adalah riwayat rekurensi, bentuk lesi

RAS yang bulat atau oval dan simetris, sedangkan bentuk traumatik ulser ireguler.

Biasanya pasien RAS memiliki riwayat genetik, hormon dan imun yang tidak

stabil, sedangkan yang paling khas dari traumatik ulser yaitu adanya riwayat

trauma. 6, 11

Diagnosa banding lainnya yaitu Oral Squamous Cell Carcinoma (OSCC).

Lesinya persisten pada rongga mulut, dapat berbentuk plak ataupun ulserasi.

Seringkali muncul asimtomatik, sehingga pasien tidak menghiraukan sampai

lesinya terus berkembang seiring waktu. Bentuk lesinya seperti kawah dengan tepi

indurasi dan rolled, dasarnya seperti beludru. Apabila lesi muncul pada vermilion

border, maka dapat tertutup krusta.11,15

Adapun diagnosa banding lainnya dari traumatik ulser adalah ulser

tuberkulosis yang memiliki gambaran klinis mirip, bentuk lesi ireguler dan

indurated dan sering terasa sakit.11

Berdasarkan kasus ini, tidak dipenuhi kriteria pada pasien untuk

penegakan diagnosa RAS, OSCC dan ulser tuberkulosis, karena pasien hanya

mengalami ulser rongga mulut yang disebabkan oleh trauma. Dalam kasus ini

faktor penyebab terbentuknya ulser adalah trauma mekanis karena mukosa labial

bawah tergigit saat makan.

Proses penyembuhan traumatik ulser akan terjadi setelah faktor penyebab

trauma dihilangkan. Selanjutnya dapat dilakukan pemberian obat untuk


32

menghilangkan keluhan sakit dan membantu penyembuhan, berupa pemberian

obat kumur antiseptik yang mengandung chlorhexidin gluconate 0,2%,

triamcinolone acetonid topikal, vitamin B12 dan asam folat. Terapi suportif juga

dapat diberikan berupa diet lunak, konsumsi buah dan sayur, air mineral 2L/hari

serta istirahat yang cukup.

Pada kasus ini terapi farmakologis yang diberikan kepada pasien adalah

obat kumur antiseptik chlorhexidine gluconate 0,2% dikumur 2x/hari, untuk

membantu meningkatkan oral hygiene pasien. Selain itu, penggunaan

chlorhexidine juga dapat membantu meredakan rasa sakit, mengurangi

peradangan, mencegah kemungkinan superinfeksi, dan mempercepat

penyembuhan ulser. Kemudian pemberian vitamin B12 2x/hari.

Vitamin B12 akan membentuk asam amino yang digunakan untuk sintesis

protein yang selanjutnya akan diserap tubuh dan membentuk struktur sel seperti

DNA dan regulasi sel yaitu pada saat pembelahan sel sehingga terjadi regenerasi

sel dengan demikian akan mempercepat penyembuhan ulser.3

Pasien juga diberikan KIE untuk mengonsumsi buah dan sayur, air

minimal 2L/hari, konsumsi makanan tinggi protein dan istirahat yang cukup.

Pasien juga diberikan oral hygiene instruction (OHI) berupa sikat gigi 2x/hari

pagi setelah sarapan dan malah sebelum tidur, serta menyikat lidahnya

menggunakan tongue scrapper.

Setelah mengikuti instruksi yang diberikan, pasien mengaku rasa sakit

sudah hilang. Pada hari ke-10 sariawan pada bibir bawah bagian dalam sudah

tidak terdapat keluhan, dan masih terdapat pseudomembran tipis berukuran 1mm
33

dengan tepi eritema pudar pada daerah post traumatik ulser tersebut yang

menunjukkan ulser sedang dalam proses penyembuhan. Hal tersebut

menunjukkan berkurangnya tanda inflamasi akibat berkurangnya prostaglandin

sebagai mediator inflamasi dan sedang berlangsungnya proses regenerasi sel epitel

rongga mulut. Literatur menyebutkan bahwa proses penyembuhan traumatik ulser

akan terjadi dalam kurun waktu 7-10 hari. Proses penyembuhan pada pasien ini

tergolong normal, karena pasien mengikuti instruksi dengan baik. Pasien

menggunakan obat kumur chlorhexidine 2x/hari, mengonsumsi vitamin B12

2x/hari. Pasien juga meningkatkan konsumsi buah, dan makanan berprotein tinggi

seperti telur dan tempe, namun masih kurang dalam konsumsi sayur, sehingga lesi

ulserasi masih dalam proses penyembuhan.

Pada saat kontrol, pasien tetap diinstruksikan untuk menjaga oral hygiene

dan meningkatkan konsumsi buah, sayur, makanan tinggi protein seperti telur,

daging, tempe dan juga tahu, serta menjaga pola istirahat yang baik 8jam/hari.

Ulser pada pasien dinyatakan sedang dalam proses penyembuhan.


BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan objektif pada kasus ini

dapat ditegakan diagnosis traumatik ulser. Traumatik ulser dapat disebabkan oleh

faktor mekanis, kimiawi dan termal. Pada kasus ini penyebab terjadinya traumatik

ulser adalah trauma mekanis, yaitu tidak sengaja tergigit saat makan.

Pasien mengaku jarang mengonsumsi buah dan tidak menyukai sayur,

serta minum air putih hanya 5 gelas/hari. Pola istirahat tidak teratur, karena pasien

mengaku sering tidur larut malam.

Perawatan yang diberikan yaitu pemberian resep chlorhexidine gluconate

0,2% dikumur 2x/hari, vitamin B12 diminum 2x/hari, dan pemberian vaselin

album untuk mengobati bibir yang mengelupas. Serta pemberian KIE dan OHI

kepada pasien.

Pasien datang kembali pada hari ke-10 untuk melakukan kontrol. Pasien

mengaku telah mengikuti instruksi dengan baik, sehingga pada saat kontrol ulser

menunjukkan proses penyembuhan.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Nasution D, Setiadhi R. Challenges in Diagnosing Traumatic Ulcers : Case

Report. Makassar Dent J. 2019;8(3):121–4.

2. Anindita PS, Hutagalung B, Manoppo SKP. Gambaran Ulkus Traumatik

pada Mahasiswa Pengguna Alat Ortodontik Cekat di Program Studi

Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. J Ilm

Kedokt Gigi. 2013;1–9.

3. Herawati E, Dwiarie TA. Temuan Klinis dan Manajemen Kasus Ulserasi

Rongga Mulut Terkait Trauma Iatrogenik. J Kedokt Gigi Unpa.

2019;31(2):102–7.

4. Langlais RP, Miller CS. Color Atlas of Common Oral Diseases. 5th ed.

United States of America: Jones and Barlett Learning Books; 2017. 1–159

p.

5. Greenberg MS, Glick M, Ship J. Burket’s Oral Medicine. 11th Ed.

Hamilton: BC Decker Inc; 2008. 1–516 p.

6. Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RC. Oral Pathology Clinical Pathologic

Correlations. 4th ed. Philadelphia: Saunders; 2003. 1–527 p.

7. Fitzpatrick SG, Cohen DM, Clark AN. Ulcerated Lesions of the Oral

Mucosa : Clinical and Histologic Review. Head Neck Pathol [Internet].

2019;0(0):0. Available from: http://dx.doi.org/10.1007/s12105-018-0981-8

8. Violeta B V, Hartomo BT. Tata Laksana Perawatan Ulkus Traumatik pada

Pasien Oklusi Traumatik : Laporan Kasus. J Ilm Kedokt Gigi.

2020;8(30):86–92.

35
36

9. Cunningham S, Quinn F, Ryan M, Quinn M. Ulcerative Lesions of the Oral

Cavity. 2002;Oktober:1–11.

10. Price S., Wilson L. Patofisiologi : Konsep KLinis Proses-Proses Penyakit.

6th ed. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2005.

11. Mortazavi H, Safi Y, Baharvand M, Rahmani S. Diagnostic Features of

Common Oral Ulcerative Lesions : an Updated Decision Tree. Int J Dent.

2016;2016:1–14.

12. Schemel-suárez M, López-lópez J, Chimenos-küstner E. Oral Ulcers :

Differential Diagnosis and Treatment. Med Clin (English Ed [Internet].

2016;145(11):499–503. Available from:

http://dx.doi.org/10.1016/j.medcle.2016.04.016

13. Cawson R, Odell E. Cawson’s Essentials of Oral Pathology and Oral

Medicine. 9th ed. Elsevier Inc.; 2017.

14. Altenburg A, El-haj N, Micheli C, Puttkammer M, Abdel-naser MB,

Zouboulis CC. The Treatment of Chronic Recurrent Oral Aphthous Ulcers.

Dtsch Arztebl Int. 2014;111:665–73.

15. Soeprapto A. Ilmu Penyakit Mulut. In: Wijaya E, editor. Buku Pedoman

dan Tata Laksana Praktik Kedokteran Gigi. Yogyakarta: STPI Bina Insan

Mulia; 2017. p. 269–394.

16. Siskaningrum A. Perbedaan Efektifitas Antara Oral Hygiene Chlorhexidine

dengan Povidone Iodine Terhadap Pertumbuhan Kolonisasi Staphylococcus

Aureus dan Candida Albicans pada Klien Stroke. Universitas Airlangga;

2018.

17. Romanelli M, Clark M, Gefen A, Ciprandi G. Science and Practice of


37

Pressure Ulcer Management. 2nd ed. Springer; 2018.

Anda mungkin juga menyukai