Oleh :
Pembimbing :
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2021
Abstrak
menjadi subjek perawatan dental apapun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menilai tingkat stres hormon kortisol dalam serum, tekanan darah dan denyut
Pasien dan Metode : Penelitian klinis ini mencakup pasien dengan indikasi
Hasil : Tidak ada perbedaan statistik yang penting antar grup, untuk kadar kortisol
sebelum, selama dan sesudah ekstraksi gigi terlepas dari anestesi yang digunakan,
sementara nilai sistol dan diastol yang lebih tinggi pada pasien hipertensi dicatat
Kesimpulan : Terdapat peningkatan sistol dan diastol yang signifikan pada kedua
grup pasien hipertensi dan normotensi, (terlepas dari anestesi yang digunakan
Pada kadar kortisol dan denyut nadi, hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan
1. Pendahuluan
Stres didefiisikan sebagai respon tubuh terhadap tekanan faktor eksternal.
(American Institute of Stress) Stres disebabkan berbagai macam faktor, rasa sakit
sebagai agen tunggal adalah salah satunya, selain itu stres dapat meningkatkan
rasa sakit. Reaksi pertama tubuh terhadap stres adalah reaksi alarm, dimana
mempengaruhi korteks adrenal, disaat yang sama faktor stres menstimulasi sistem
aliran darah dari saluran pencernaan ke otot dan organ aktif lainnya, serta
dengan ekstraksi gigi lebih besar dibandingkan stres yang timbul selama
perawatan dental rutin yang lain. Pasien yang menjalani operasi bedah mulut
memproduksi steroid dalam jumlah yang besar dibandingkan dengan pasien sehat
Perhatian khusus ditujukan untuk pasien hipertensi. Tekanan sistol dan diastol
yang tinggi berhubungan erat dengan usia pasien. Pasien dengan tekanan darah
Stomatological Center, Kosovo. Studi klinis prospektif ini terdiri dari pasien yang
terindikasi ekstraksi gigi, yang dibagi menjadi 2 grup : grup 1- pasien normotensi
(40 pasien) dan grup 2- pasien hipertensi (40 pasien). Grup 1 dan 2 selanjutnya
dibagi lagi menjadi 2 subgrup. Pasien pada subgrup 1 diberi perlakuan anestesi
lokal lidokain dengan adrenalin (larutan anestesi lidokain 2ml 2% 1:100.000
adrenalin (2% tanpa adrenalin 2ml). Setiap pasien melalui data anamnesis dan
Sampel darah kedua diambil selama perawatan (dari ekstraksi gigi atau
debridemen)
Sampel darah yang diambil untuk menilai kadar stres yang berasal dari hormon
kortisol menggunakan metode RIA. Tiap sampel darah yang diambil sebanyak
Kosova. Hasil kadar kortisol yang didapat dianalisa dengan kurva standar. Hasil
Konversikan hasil dari nmol/L (nM) dalam mg/L dengan cara mengalikan
koefisien 0,326. Untuk menganalisa data disaat yang sama dilakukan kontrol
kualitas data, sehingga sampel kontrol digunakan untuk hasil kualitas keamanan.
Sampel ini dibuat sama seperti sampel penelitian dan dianalisis menggunakan
metode statistik yang sama. Nilai normal kortisol adalah : saat pagi dari 260
sampai 720 nM, dan 50 sampai 350 nM saat malam hari. Tekanan darah diukur
dengan alat manual Sprengler Official 7, sementara denyut nadi dan saturasi
debridemen)
Hasil dari semua pengukuran dibandingkan dengan nilai normal dari setiap
parameter.
Analisis statistik
Tes yang digunakan untuk analisis statistik adalah Kruskal Walis test
dan Dunn’s Multiple Comparison test, One Way ANOVA dan Bonferroni
3. Hasil
terlepas dari jenis anestesi yang digunakan tidak ditemukan perbedaan statistik
yang penting antar grup pasien hipertensi dan normotensi, H vs. N, P>0.05 (Tabel
1)
Hasil yang sama juga terlihat pada kadar kortisol selama ( H vs.N, P>0.05)
dan sesudah ( H vs. N, P>0.05) ekstraksi gigi, terlepas dari jenis anestesi yang
antara nilai tekanan sistolik sebelum, selama dan sesudah ekstraksi pada grup
pasien hipertensi (H) dan grup pasien normotensi (N), (P<0.0001) terlepas dari
lebih tinggi pada pasien hipertensi dibandingkan dengan pasien yang tekanan
signifikan antara nilai diastolik sebelum, selama dan sesudah ekstraksi pada grup
pasien hipertensi (H) dan pada grup pasien normotensi (N), (P<0.0001) terlepas
diastol lebih tinggi pada pasien hipertensi dibandingkan dengan pasien yang
denyut nadi sebelum, selama, dan sesudah ekstraksi gigi antar grup pasien
normotensi dan hipertensi, terlepas dari jenis anestesi yang digunakan, H vs. N,
4. Diskusi
berlebih pada pasien dibandingkan saat pasien menjalani prosedur dental lain.
Pasien yang sedang menjalani operasi bedah mulut memproduksi stroid dalam
jumlah besar dibandingkan dengan pasien sehat yang tidak sedang dalam
perawatan dental. Banks, meneliti kadar kortisol selama prosedur bedah mulut,
dan menunjukkan bahwa kortisol tetap meningkat 7 jam setelah perawatan bedah.
Sementara itu, Walker menjelaskan hubungan kortisol dan rasa sakit melalui
stimulasi pulp elektrik dan terjadi peningkatan kadar kortisol 10 menit setelah
stimulasi.
kortisol yang jelas dalam saliva setelah selesai dilakukan ekstraksi sebanyak 80%
kasus sebagai hasil stres yang diproduksi setelah ekstraksi, yang lebih dari
perawatan rutin dental. Hasil yang sama ditunjukkan oleh penelitian Chamani.
bisa disimpulkan peningkatan tekanan darah yang terjadi saat ekstraksi gigi
berdasarkan tekanan darah dasar atau stres mental, tetapi disebabkan oleh gigi
yang diekstraksi dan jumlah anestesi yang digunakan untuk mengontrol rasa sakit.
Stres yang disebabkan oleh rasa sakit merupakan faktor penentu dalam
dan hipertensi selama ekstraksi gigi, selain itu Nakamura pada penelitiannya
menyimpulkan adanya peningkatan pada sistol selama ekstraksi gigi. (+10.8 +/-
3.5 mmHg).
sistolik, khususnya setelah dilakukan ekstraksi gigi. Hal tersebut dikaitkan dengan
munculnya perasaan cemas saat dilakukan atau setelah ekstraksi gigi. Tekanan
dalam meningkatnya tekanan darah selama perawatan bedah mulut. Selain itu
faktor psikologis juga menjadi salah satu alasan meningkatknya tekanan darah
selama ekstraksi gigi. Namun, tingkat kecemasan atau dampak stres mental dapat
yang menjalani ekstraksi gigi terlepas dari anestesi yang digunakan dengan atau
Nilai denyut nadi bervariasi bergantung pada gigi mana yang diekstraksi,
dan jumlah anestesi lokal yang digunakan untuk mengontrol rasa sakit saat
signifikan pada tekanan arteri sistol, diastol, dan denyut nadi pada semua
pengukuran pada pasien normotensi dan hipertensi. Pada penelitian lain yang
dengan penyakit jantung iskemik yang menjalani perawatan restorasi gigi terjadi
hipertensi dan normotensi selama ekstraksi gigi dengan anestesi, dengan atau
ekstraksi gigi pada pasien hipertensi dan normotensi, serta menyimpulkan bahwa
peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi selama perawatan bedah mulut
5. Kesimpulan
Hasil dari penelitian ini menunjukkan peningkatan sistol dan diastol tekanan
darah pada kedua grup (terlepas dari anestesi yang digunakan dengan atau tanpa
vasokonstriktor) pasien hipertensi dan normotensi, yang menjalani perawatan
ekstraksi gigi. Khususnya pada pasien hipertensi dimana perubahan tersebut lebih
signifikan. Pada kadar kortisol dan denyut nadi, hasil penelitian ini menunjukkan