Anda di halaman 1dari 3

Kebahagian yang Lebur dalam Kesedihan

Di sebuah kota, hiduplah sebuah keluarga. Keluarga itu mempunyai anak


yang bernama Citra. Kehidupan dalam keluarga itu selalu di lilit oleh hutang.
Kedua orang tua Citra selalu bersyukur setiap cobaan yang menimpa mereka.
Pada suatu ketika, sang Bapak dipecat dari kantornya karena secara tidak sengaja
merusak mesin printer milik kantor tersebut. Akhirnya sang Bapak pulang dengan
wajah yang tidak karu-karuan, lalu ia menceritakan permasalahan ini kepada
istrinya.
“Bu, hari ini Bapak di pecat dari kantor." Kata sang Bapak.
“Ya mungkin itu sudah menjadi takdir kita pak." Jawab istrinya.
“Sekarang Bapak bingung mau mencari pekerjaan dimana. Sekarang ini mencari
pekerjaan tidak mudah." Kata sang Bapak.
“Ya sudah pak, tidak usah terlalu di pikirkan. Sekarang mari kita makan dulu !"
Seru istrinya untuk mengajak makan siang.
Tiba-tiba sang anak menghampiri mereka dengan keadaan sedih. Sepulang
sekolah tadi ia selalu memikirkan nilai rapornya yang dibawah rata-rata. Citra
sangat bingung sekali, karena ia takut dimarahi oleh kedua orang tuanya.
Bukannya dimarahi, justru Citra mendapati wajah kedua orang tuanya yang lagi
bersedih. Sejak kejadian inilah Citra giat belajar agar bisa meraih cita-citanya dan
agar bisa membantu masalah yang dihadapi oleh kedua orang tuanya.
Sejak saat itu pula, Ayah Citra jatuh sakit karena selalu memikirkan pekerjaan
yang tidak kunjung di dapatkan.
Pada suatu hari, Citra sedang melaksanakan Ujian kenaikan kelasnya. Demi
meraih nilai yang tinggi, Citra rajin belajar dari jauh-jauh hari. Beberapa hari
setelah melaksanakan ujian, akhirnya dia berhasil mendapatkan nilai yang
memuaskan.
Tidak disangka ia mendapat nilai terbaik dari semua nilai teman-temannya. Ketika
bel berbunyi, Citra berlari pulang dengan wajah yang sangat senang karena ia
tidak sabar untuk menunjukkan kepada orang tuanya.
Namun perasaan bahagia itu tidak berlangsung lama karena melihat sebuah jasad
yang terbaring di rumahnya. Dia melihat ibunya yang menangis karena melihat
jasad ayahnya yang sudah tertutup dengan kain kafan.
Citra pun mulai meneteskan air matanya. Betapa sedihnya Citra ketika ingin
menunjukkan nilai yang ia dapat kepada ayahnya, justru ayahnya telah terlebih
dahulu tiada.
Ia sadar bahwa kematian juga akan datang secara tiba-tiba. Ia juga sadar bahwa
untuk mebahagiakan kedua orang tuanya bukan hanya dari nilai saja. Namun
masih banyak cara yang lainnya. Jadi bagaimanapun keadaan kita, kita harus
selalu berusaha untuk membahagiakan kedua orang tua kita
Wahana Maut

Aku mempunyai pengalaman yang mengerikan lebaran tahun lalu.


Kala itu temanku berkunjung ke rumahku untuk bersilaturrahmi dan mengajakku
jalan-jalan ke kota, kami berdua pergi ke wahana bermain di sana ada berbagai
macam wahana yang sangat menantang salah satunya adalaha wahana Histeria
dan Wahana yang berputar 360 derajat penuh, aku agak lupa namanya.

    Kami sudah memegang tiket masuk untuk menaiki wahana yang sudah kami
inginkan, Histeria. Di wahana ini kami dilambungkan dari ketinggian 20 meter
lebih dari permukaan tanah, berkali-kali kami merasa ngilu jatung terasa ingin
lepas ketika dihempaskan dari atas ke bawah. Tak kusangka, wahana yang kami
naiki mati mendadak, kami yang berada di ketinggian panik. Tak ada seorangpun
yang menyangka hal ini bisa terjadi. Tak hanya aku dan temanku saja yang
berteriak minta tolong, semua orang yang berada diatas bersama kami juga terlihat
sangat ketakutan, bahkan adapula yang menangis. Rasanya nyawaku telah
melayang, aku teringat orangtuaku kala itu, dan aku menangis sambil merintih
“mama…mama…”
Setelah hampir 30 menit berada di ketinggian, beberapa petugas datang untuk
memperbaiki wahana yang kami naiki, untunglah nyawa kami dapat terselamatkan berkat
usaha mereka. Kami semua merasa lega. Aku bersyukur karena Tuhan menyelamatkan
kami semua. Sekarang aku merasa trauma ketika melihat wahana yang serupa.

Oleh karena kejadian tersebut, aku selalu berhati-hati dan waspada, sebab kita tak pernah
tahu apa yang akan menimpa kita. Hendaknya kita tanyakan dulu kepada petugas, apakah
wahana yang akan kita naiki sudah terjamin keselamatannya atau belum.
Makan Siang

Orientasi

Setelah pulang sekolah, saatnya aku untuk makan siang. Aku pergi mencari makan, tetapi
karena malas untuk berjalan jauh, akhirnya aku memutuskan membeli soto di gang
depan.Ternyata aku menemui kakakku juga sedang membeli soto itu, kemudian saat
sudah di rumah kakakku langsung memakannya, sedangkan aku menunggu soto itu
dingin.

Insiden

Padahal aku sudah tidak sabar sekali ingin makan, akhirnya aku putuskan untuk
membuka plastik soto yang masih sangat panas. Ketika aku sedang membuka plastik nya,
aku tergesa-gesa dalam membukanya.Ternyata plastik yang aku gigit membuka terlalu
besar dan membuat soto tumpah ke luar dari mangkuk dan membasahi celana ku. Saat itu
aku kaget dan malu di depan kakakku. Kakak berkata bahwa aku harus berhati-hati dan
sabar serta jangan tergesa-gesa sehingga soto tidak akan tumpah. Alhasil aku tidak jadi
untuk makan siang.

Interpretasi

Berdasarkan cerita ini, kita dapat belajar bahwa ketika mengambil keputusan apapun
jangan sampai tergesa-gesa dan harus berhati-hati. Dan mempertimbangkan akibatnya.

Anda mungkin juga menyukai