Anda di halaman 1dari 5

Cerita Fantasi

Nama : Najla Ghania Salsabila

Kelas : VII C

Sekolah : SMPS Cendana Duri

Ciman Si Pahlawan Tanaman


Pada suatu hari, seperti biasa Ciman datang ke sekolah paling awal dari murid - murid
lainnya, hingga kelas belum di buka. Ia pun langsung menyirami tanaman - tanaman sekolah
karena hari ini ia piket kelas. Di sekolahnya, orang yang piket kelas wajib membersihkan
kelasnya dan juga tanaman yang ada di depan kelas yang bertugas piket.

Saat ia sedang menyirami bunga, ia termenung bingung karena memikirkan mengapa


tanaman di sekolahnya selalu layu semua, dan pada saat itu ada suara bisikan seseorang yang
sangat asing didengar oleh Ciman. “Percuma saja kamu menyirami bunga - bunga ini, bunga ini
tidak akan pernah subur” terdengar suara bisikan seseorang. “Kita tidak boleh pesimis seperti itu,
siapa kamu?” Tanya Ciman yang tidak mengetahui asal suara itu. “Akulah peri Phoeby yang satu
- satunya memiliki mesin waktu dan bahan ramuan - ramuan unik untuk manusia. Soal tanaman
ini, konon 100 tahun yang lalu sekolah ini dulu adalah sekolah sihir yang mengajarkan mantra –
mantra jahat untuk menghancurkan kaum manusia. Aku dipanggil peri Zink untuk membantu
tanaman ini untuk subur melalui kamu, kamu dapat meminta 3 permintaan yang akan
kukabulkan. Tapi ada satu syarat, permintaan kamu harus berguna untuk menyuburkan tanaman -
tanaman ini” jelas peri Phoeby sambil menunjukkan badannnya pada Ciman. “Baiklah! Tapi
mengapa tanaman ini bisa layu hanya karena sekolah sihir tersebut? Dan mengapa aku yang
dipilih untuk membuat tanaman ini subur?” tanya Ciman penasaran. “Karena, ada seorang anak
yang berpenyakit albino hingga ia dibully oleh teman - temannya setiap saat. Karena ia tidak
memiliki teman, ia memendam rasa bencinya hingga ia mengutuk seluruh tanaman di sekolahnya
agar layu selama – lamanya, ada satu syarat agar bisa menyuburkan tanaman tersebut yaitu
mencabut sebuah tongkat kayu yang diduga tongkat sihir anak albino itu saat mengutuk tanaman,
tongkat itu terletak di depan kelasnya yang sekarang terletak di depan kelas Ciman. Dan juga
kamu dipilih untuk menyuburkan tanaman ini karena kamu adalah anak keturunan seorang raja
peri” jawab peri Phoeby. “Keturunan seorang raja peri?” tanya Ciman kaget. “Iya, kakekmu
adalah seorang raja peri, bahkan ayahmu adalah seorang peri yang memiliki kekuatan untuk
berubah wujud menjadi manusia, hanya ayahmu yang bisa melakukan itu dari bermiliaran peri di
dunia ini” jawab peri Phoeby. “Hah? Kalau aku keturunan seorang peri, apakah aku seorang
peri?” tanya Ciman lagi. “Tidak, kamu bukan peri. Kamu adalah makhluk berjenis Faber. Faber
adalah jenis makhluk yang bisa meminta 1 permintaan yang akan dikabulkan oleh peri yang
diutus oleh peri Zink, yaitu aku.Oh iya, peri Zink bertugas untuk mengutus seorang peri untuk
mengabulkan permintaan seorang Faber yang sudah ditentukan. Aku akan mengabulkan 1
permintaanmu saat kamu sudah menyuburkan tanaman ini. Oh iya, selama ini belum ada yang
bisa mencabut tongkat ini, kalau kamu mau coba, kamu harus mencabutnya pada saat 100 detik
setelah makhluk itu mengutuk tanaman ini” Jelas peri Phoeby, dan tiba – tiba ada suara bel yang
menandakan jam pelajaran pertama dimulai. “Baiklah aku belajar dulu ya, terima kasih infonya
sampai jumpa” kata Ciman sambil melambai tangannya.

“Triiing” terdengar suara bel yang menandakan sekolah berakhir, waktunya untuk
pulang. Semua murid menyalami gurunya sambil bergantian. Tiba – tiba, saat Ciman keluar
kelas terlihat peri Phoeby menunggu. “Apa yang kamu lakukan disini? Nanti teman – temanku
bisa melihatmu dan menangkapmu” Kata Ciman. “Tidak akan, yang hanya bisa melihatku hanya
makhluk Faber, Peri, dan Fixust. Oh iya, aku lupa menjelaskanmu bahwa Fixust adalah makhluk
yang punya kekuatan dan kekuatan tersebut dapat dipilih sesuai kemauan sendiri” kata peri
Phoeby. “Oh begitu” jawab Ciman singkat. “Kamu harus ke laboratorium aku, kamu dapat
meminta 3 permintaan yang tadi pagi aku jelaskan” ajak peri Phoeby sambil menarik badan
Ciman ke langit. “Wah, Menabjubkan! Apakah ini tempat laboratoriummu?” tanya Ciman. “Iya,
ini tempat bahan ramuan – ramuan dan mesin waktuku jadi silahkan mulai permintaanmu” Kata
peri Phoeby. “Baiklah. Selama aku belajar tadi aku memikirkan permintaan tersebut, pertama
aku meminta agar kamu membuatkanku ramuan untuk mencabut tongkat yang ada di tanah
tanaman tersebut” kata Ciman. “Baiklah!” kata peri Phoeby yang langsung menyiapkan bahan –
bahan ramuan tersebut.

Setelah 5 menit kemudian, ramuan tersebut sudah selesai. “Lalu apa lagi
permintaanmu?” tanya peri Phoeby. “Yang kedua, beri aku ramuan tersebut” kata Ciman. Peri
Phoeby pun langsung memberi ramuan yang berbentuk cairan tersebut dan Ciman langsung
meminumnya. “Lalu apa lagi? Ingat ini permintaan terakhirmu” kata peri Phoeby mengingatkan.
“Yang ketiga, aku mau pergi ke 1000 tahun yang lalu untuk segera mencabut tongkat itu” jawab
Ciman dengan tegas. “Baiklah, kamu harus duduk di mesin waktu ini, nanti biar aku yang
mengatur waktunya” kata peri Phoeby.Ciman pun langsung duduk di mesin waktu dan dalam
sekejap dia langsung berada pada 1000 tahun yang lalu tepatnya di sekolah sihir tersebut. Dia
pun sembunyi di semak – semak dan tiba – tiba terlihat ada seorang anak albino yang terlihat
baru keluar kelas yang diikuti oleh temannya “Ursula jelek, kayak bebek” ejek teman –
temannya. “Oh, jadi namanya Ursula” kata Ciman dengan suara kecil. Ursula pun membaca
mantra untuk mengutuk tanaman tersebut menjadi layu selama – lamanya “ Nalemaska,
kimchianalsi layubzikal sisisisiz”kata Ursula. Dalam sekejap mata seluruh tanaman di depan
kelasnya pun layu. Dan tiba – tiba tongkatnya langsung menancap pada tanah tumbuhan tersebut.
Tidak lupa Ciman menghitung dari 1 sampai 100 “1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,…” dia berusaha konsentrasi
semaksimal mungkin. “94, 95, 96, 97, 98, 99” dia langsung meloncat dari semak – semak
tersebut dan langsung mencabut tongkat tersebut sehingga seluruh tanaman menjadi subur. Tiba
– tiba, dia langsung berada pada kursi mesin waktu milik peri Phoeby. Terlihat peri Phoeby
tersenyum lebar pada Ciman, begitu juga Ciman, ia tersenyum lebar pada peri Phoeby karena
merasa puas dan juga tentunya bangga. “Antarkan aku ke depan kelasku sekarang juga” kata
Ciman yang begitu semangat untuk melihat tanaman subur di depan kelasnya. Tanpa basa – basi
peri Phoeby langsung mengantarkannya ke depan kelasnya. Ciman tersenyum lebar dan juga
terharu karena telah menyuburkan tanaman di depan kelasnya yang selama ini layu. “Jadi apa
permintaanmu? Oh iya, kamu harus memikirkannya betul – betul matang ya” kata peri Phoeby.
“Bisakah aku memintanya besok? Aku ingin memikirkannya betul – betul dulu” pinta Ciman.
“Tentu saja boleh, besok pagi aku akan menunggumu di depan kelasmu persis seperti pertama
kali kita bertemu tadi pagi, sampai jumpa” kata peri Phoeby sambil melambaikan tangannya.
“Sampai jumpa!” kata Ciman yang juga melambaikan tangannya.

Ia tidak bisa tidur semalaman karena memikirkan apa yang akan dia minta pada peri
Phoeby, yang terpenting ia harus meminta sesuatu yang berguna untuk semua orang. “Apa yah
yang akan aku minta pada peri Phoeby besok pagi? Apa yang bisa berguna untuk orang lain,
kalau bisa semua orang?” tanya Ciman pada dirinya sendiri. Beberapa menit kemudian, ia
menemukan permintaannya “Oh iya, aku minta itu sajalah!” kata Ciman yang senang sudah
menemukan permitaannya.

Besok paginya ia bangun dengan semangat, mandi dengan semangat, berpakaian


dengan semangat, sarapan dengan semangat, dan berangkat dengan semangat. Sesampainya di
sekolah, seperti biasa ia datang paling awal dan sekolah masih sepi. Dan pada saat ia menuju
kelas, mata Ciman langsung tertuju pada cahaya kecil berwarna merah muda. Iya! Itu adalah peri
Phoeby. Ciman langsung berlari menuju peri Phoeby. “Peri Phoeby, aku sudah tahu apa yang
akan aku minta!” kata Ciman dengan semangat. “Betulkah?” tanya peri Phoeby semangat. “iya!”
kata Ciman. “Apakah itu?” tanya peri Phoeby penasaran. “Aku meminta agar semua makhluk di
dunia ini tidak memiliki kekurangan ataupun cacat agar tidak ada satupun orang yang dibully!”
jawab Ciman dengan penuh keyakinan. “Wah,permintaan yang bagus! Aku tidak berpikir sampai
kesana. Baiklah akan kukabulkan” kata peri Phoeby. “ximan ximan ximansukasaisukip” kata
peri Phoeby membaca mantra dengan mata tertutup. Dunia seakan – akan diguncangkan saat peri
Phoeby membaca mantra. 5 detik kemudian dunia seperti semula. “Terima kasih peri Phoeby,
kamu sudah mengabulkan permintaanku!” kata Ciman sangat senang. “Justru aku yang harus
berterima kasih, kamu sudah membuat misiku di dunia bumi selesai. Aku akan pergi ke tempat
asalku, sampai jumpa. Aku tidak akan pernah melupakanmu” kata peri Phoeby meneteskan air
mata. “Pergi? Kamu tidak boleh pergi, aku akan merindukanmu peri Phoeby” kata Ciman yang
juga meneteskan air mata. “Jika aku tidak kembali ke tempat asalku, aku akan mati” kata peri
Phoeby dengan jujur. “Mati? Baiklah, tapi jangan pernah lupakan aku. Sampai jumpa” kata
Ciman. “Sampai jumpa” kata peri Phoeby yang langsung terbang ke tempat asalnya.
Tiba – tiba ada temannya dari belakangnya. “Kok pagi – pagi sudah nangis?” tanya
Timmy, teman sekelasnya. “Eh, tidak apa – apa kok” kata Ciman yang langsung menghapus air
matanya. “Oh, ya sudah ke kelas yuk! Itu kelas kita sudah dibuka” kata Timmy yang langsung
menarik Ciman untuk ke kelas. Tiba – tiba terdengar suara bel, semua anak – anak pun langsung
masuk ke kelas. Selama pembelajaran dimulai,Ciman terus saja bengong memikirkan peri
Phoeby. Hingga tidak ada ilmu yang masuk ke otaknya hari ini.

Sepulang sekolah, ia langsung meletakan tasnya dan segera ke ruang kerja ayahnya.
“Pa...” kata Ciman lembut. “Iya, kenapa Ciman?” tanya papanya yang bingung kenapa tiba – tiba
anaknya ke tempat kerjanya. “Papa jawab jujur ya, apakah papa seorang peri yang bisa berubah
wujud menjadi manusia?” tanya Ciman terus terang. “Hah? Bu..bukan kok. Kok tiba – tiba nanya
itu?” tanya papa balik. “Tidak ada. Hanya nanya saja, tadi Ciman baru saja baca dongeng tentang
itu” jawab Ciman yang menyembunyikan rahasia. “Oh begitu, kita bantu mama masak yuk!”
kata papa yang langsung mengalihkan topic pembicaraan. “Yuk!” kata Ciman yang masih curiga
pada papanya. Saat mau tidur, ia masih memikirkan papanya. Dia bingung harus percaya pada
peri Phoeby atau pada papanya sendiri. “Percaya pada peri Phoeby atau papa?” tanya Ciman
dalam hati pada dirinya sendiri.

The end

Anda mungkin juga menyukai