UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2020
MAKALAH JURNAL READING
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT
“ORAL ULCERS AS AN INITIAL PRESENTATION OF JUVENILE
PHEMPHIGUS: A CASE REPORT”
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2020
DAFTAR ISI
iii
2.6 Manifestasi Oral Pemfigus Vulgaris (Nailatul Husna) 60
BAB III LAPORAN KASUS 63
3.1 Kasus (Nailatul Husna) 63
3.1.1 Introduction 63
3.1.2 Laporan Kasus 64
BAB IV PEMBAHASAN 68
4.1 Diskusi Kasus (Eva Istikomah Kusuma Wardani) 68
BAB V SIMPULAN 72
5.1 Simpulan (Eva Istikomah Kusuma Wardani) 72
DAFTAR PUSTAKA 73
DAFTAR TABEL
Tabel II-1 Diagnosa Banding dari Gambaran Ulser Rongga Mulut (Chen, 2016). .6
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar II-1 Lesi Kulit Awal pada Pemfigus vulgaris (Greenberg, 2008)............13
Gambar III-2 Vesikel dan Bula yang Menyebar di Lengan dan Badan.................24
Epidermis..........................................................................................26
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Tubuh memiliki sistem imun yang berfungsi untuk melindungi dari paparan
lingkungan luar dan juga infeksi. Apabila sistem imun tidak mampu untuk
adanya bula pada kulit dan mukosa. Terdapat 0,5-3,2 kasus yang dilaporkan
dalam satu tahun per 100.000 populasi. Pemfigus dibagi lagi menjadi Pemfigus
jenis pemfigus yang paling banyak ditemukan, yaitu sebanyak 80% kasus.2
epidermis. Gambaran umum yang terjadi pada PV adalah vesikel atau bula yang
lembek pada seluruh mukosa mulut, badan, paha dan bagian-bagian ekstremitas.
Pemfigus vulgaris biasanya terjadi pada rentang usia 40-60 tahun. 3 Tidak menutup
kemungkinan bahwa PV dapat muncul pada anak-anak dan remaja kurang dari 18
orang dewasa.4
1
Juvenile pemphigus vulgaris (JPV) sangat jarang terjadi. Penyakit ini
menyerang orang dari berbagai etnis serta mengenai wanita dan laki-laki dalam
jumlah yang sama. Sebaliknya, pemfigus vulgaris pada orang dewasa cenderung
sedikit lebih dominan pada wanita. Pada pasien JPV titer autoantibodi pada tes
pada orang dewasa. Titer autoantibodi pada tes imunofluoresensi tidak langsung,
JPV.4
Pemfigus vulgaris pada dewasa dan remaja (JPV) memiliki gambaran klinis
yang mirip. Kebanyakan pasien JPV memiliki lesi mukosa dan kulit, lesi mukosa
biasanya muncul terlebih dahulu dari lesi kulit.4 Lesi oral merupakan manifestasi
awal pada pemfigus vulgaris, yaitu 50-90% kasus. Pada pasien yang mengalami
onset awal lesi oral, biasanya terjadi 2-6 bulan sampai muncul lesi pada kulit.
83% di Italia, dan 92% di Israel. Deteksi dari lesi oral selama waktu berjalannya
dengan tingkat keparahan yang progresif, dapat mengancam jiwa jika tidak
dilakukan perawatan karena kondisi dehidrasi, hilangnya protein dan infeksi yang
opportunistik.5
dimana saja pada mukosa oral, namun mukosa bukal adalah bagian yang paling
2
sering terkena, serta bagian palatum dan mukosa lingual dan labial. Gingiva
adalah bagian yang paling jarang terdapat lesi, namun apabila terdapat manifestasi
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
multiaspek yang menangkal agen asing dari lingkungan. Fungsi utama sistem
imun adalah perlindungan terhadap infeksi. Sistem imun terdiri dari dua bagian,
yaitu:1
Pertahanan garis pertama tubuh merupakan bagian yang dapat terlihat secara
langsung dan berada pada permukaan tubuh sepeti kulit, air mata, air liur,
sistem imun diproduksi sebagai sel yang belum matang atau sel induk.
4
4) Sel-B: Limfosit ini muncul di sumsum tulang dan berdiferensiasi
(antibodi).
7) Sel Plasma: Sel-sel ini berkembang dari sel-B dan merupakan sel yang
ada di lingkungan. Terdapat lima antibodi utama, yaitu IgG, IgA, IgM,
9) Sel NK (Natural Killer): Sel yang berasal dari sumsum tulang dan
terdapat dalam aliran darah dan jaringan dalam jumlah yang sedikit.
10) Neutrofil (Sel PMN atau Polimorfonuklear): Suatu jenis sel yang
mikroorganisme.
11) Monosit: Suatu jenis sel fagosit yang ditemukan dalam aliran darah
5
12) Sitokin: Protein yang sangat penting dalam tubuh dan berfungsi
13) Sel Dendritik: Sel yang penting untuk menunjukkan adanya antigen ke
imun bawaan dan sistem imun spesifik atau adaptif. Sistem imun atau imunitas
bawaan dapat menyerangagen asing dengan cara yang tidak spesifik, sedangkan
respon imun adaptif sangat spesifik dan bertarget. Namun, respon adaptif
sedangkan respon bawaan dapat bekerja secara langsung.1 Inti dari kedua respon
imun ini adalah kemampuan untuk membedakan agen asing yang masuk ke dalam
tubuh dengan jaringan kita sendiri yang perlu dilindungi. Karena kemampuan
mereka untuk merespon dengan cepat, respon bawaan biasanya yang pertama
mengingatkan dan memicu respon adaptif, yang memerlukan waktu beberapa hari
mulai berperan segera atau dalam beberapa jam dari masuknya antigen dalam
tubuh. Respon imun bawaan diaktifkan oleh sifat kimia dari antigen. 7 Respon
imun bawaan terdiri dari physical barrier, seperti kulit atau mukosa yang
6
dilindungi oleh berbagai peptida dan molekul antimikroba yang disekresikan, dan
patogen, sel-sel pada mukosa oral juga menghasilkan peptida antimikroba yang
berperan penting dalam imunitas bawaan. Beberapa protein saliva memiliki sifat
Imunitas adaptif mengacu pada respon imun spesifik antigen. Respon imun
adaptif lebih kompleks daripada respon imun bawaan. Antigen pertama harus
diproses dan dikenali. Setelah antigen telah dikenali, sistem kekebalan adaptif
antigen tersebut. Imunitas adaptif juga berperan sebagai "memori" yang membuat
efisien.3Sistem imun adaptif berfungsi saat lahir, tetapi belum sempurna untuk
respon memori yang optimal. Setiap pajanan infeksi dapat menyebabkan sel-sel
menjadi lebih aktif sehingga respon terhadap pajanan kedua terhadap infeksi yang
pertahanan garis pertama. Kulit dan mukosa bertindak sebagai penghalang fisik
untuk membantu mencegah infeksi. Ketika kulit atau mukosa rusak karena
7
penyakit, peradangan atau cedera, bakteri dapat masuk ke dalam tubuh. Bakteri
mengenali bakteri sebagai agen asing. Kemudian, neutrofil menelan bakteri dan
proses ini secara efektif dapat langsung membunuh bakteri. Namun, ketika jumlah
Dalam beberapa kasus, bakteri dihancurkan oleh kerja sama antara sel
fagosit, antibodi dan komplemen. Bakteri dilapisi dengan antibodi spesifik dan
pada molekul antibodi dan komplemen. Setelah menempel pada bakteri, sel
fagosit mulai menelan bakteri dengan memperluas diri di sekitar bakteri dan
menelannya. Setelah mikroba dicerna, kantong enzim atau bahan kimia dibuang
8
Gambar 1 Reaksi sistem imun terhadap infeksi bakteri
Cara tubuh untuk bertahan terhadap virus berbeda dengan bakteri. Virus
hanya dapat bertahan hidup dan berkembang biak di dalam sel. Hal ini
menginfeksi sel, sel melepaskan sitokin untuk mengingatkan sel lain terhadap
infeksi. "Peringatan" ini umumnya mencegah sel-sel lain dari terinfeksi. Sel T
yang bersirkulasi dan sel NK menjadi aktif terhadap invasi virus dan bermigrasi
ke area yang terinfeksi virus. Hal ini adalah mekanisme yang dapat menimbulkan
kerusakan terhadap sel host. Namun demikian, ini adalah proses yang efisien
untuk menyerang virus.Pada saat yang sama saat limfosit T membunuh virus,
tubuh terkena virus yang sama untuk kedua kalinya, antibodi membantu
9
mencegah infeksi. Sel-T memori juga diproduksi dan dengan cepat merespon
infeksi kedua, yang juga mengarah pada infeksi yang lebih ringan.6
keturunan atau pola bawaan khusus, infeksi sekunder seperti dari HIV, atau akibat
dari penyakit lain seperti kanker, diabetes, dan kecanduan alkohol. Transplantasi
organ atau stem sel, terapi kanker dan beberapa perawatan untuk penyakit
sekunder.1
dengan berkurang atau hilangnya fungsi dari satu atau lebih komponen pada
sekunder yang dapat terjadi karena infeksi sekunder dari bakteri atau virus, akibat
(gangguan fagositik), dan gangguan sistem imun adaptif (kombinasi defisiensi sel
10
tubuh mengenali organisme patogen dengan baik sehingga dapat menghindari
ancaman. Respon imun bawaan terdiri dari beberapa sel dan protein
asing tersebut rentan terhadap fagosit. Ketika terjadi kegagalan atau kecacatan
imunodefisiensi primer.8
Sel T dan sel B adalah sel utama dari sistem imun adaptif. Sel T berfungsi
untuk mengatur respon sel yang dimediasi sistem imun. Sel B berfungsi
memediasi produksi antibodi. Ketika terjadi kecacatan pada sel T dan sel B
11
maka disebut Severe combined immunodeficiencies/SCID dimana terjadi
sedikit atau tidak ada sirkulasi sel B dan sel T, sehingga mereka rentan
terkena infeksi bakteri, virus dan jamur. Kecacatan genetik yang dapat
RAG2), dan mutasi pada rantai CD3δ dan CD3ε. Terdapat beberapa
dapat muncul setelah bayi baru lahir, terlihat gambaran petechiae, memar
dan diare yang berdarah. Gangguan utama yang terjadi pada Wiskott-
12
pada lokasi mutasi gen. Mutasi gen mempengaruhi sel T dan sel B, serta
trombosit.1
secacara intravena.1
2) Defisiensi sel T
molekul CD4 atau CD8, dan sel T autoreaktif dihapus atau dihilangkan
13
kondisi imunodefisiensi yang memiliki karakteristik terjadi peningkatan
kerentanan terhadap infeksi virus dan jamur. Keparahan dari defisiensi sel
3) Defisiensi sel B
paling umum dari imunodefisiensi, yaitu sekitar 50% dari total kasus
14
dan infeksi sinus. Hal tersebut menjelaskan pentingnya antibodi dalam
rongga mulut.1,8
atau tidak adanya kadar serum imunoglobulin, namun dapat juga memiliki
berkurangnya sirkulasi sel B, serum IgG, IgA dan IgM. Common variable
IgM, serta rendah atau tidak adanya respon terhadap sistem imun.
harapan hidup lebih lama dari gangguan imunitas lainnya (>10 tahun).8
kelas atau subkelas, dan pada beberapa kasus penurunan pada formasi
15
antibodi spesifik. Defisiensi IgA memiliki karakteristik rendah atau tidak
adanya kadar serum IgA dengan kadar IgG dan IgM normal. 8 Penyakit
IgA.1
peningkatan resiko infeksi yang progresif pada pasien dengan jumlah neutrofil
yang rendah (<1000 sel/mm3). Walaupun tidak ada sumber terpercaya yang
16
merekomendasikan pengunaan antibiotik tersebut ketika jumlah neutrofil
2. Komplemen
bakteri pada pasien tersebut. Selain itu, disfungsi jalur komplemen telah
(CLL).1
klinis disertai infeksi oportunistik. Infeksi oleh bakteri intraseluler dan jamur
seringkali merupakan tanda awal infeksi HIV. Herpes zoster sering terlihat
4. Humoral (antibodi)
masuk ke dalam sel. Pasien dengan penurunan konsentrasi antibodi darah akan
17
II.3 Penyakit Autoimun (Eva Istikomah Kusuma Wardani)
atau sel imun, tetapi karakteristik utamanya adalah adanya infiltrasi limfosit pada
Sjogren’s sydrome, SLE dan multipel sklerosis. Antibodi sirkulasi dapat dideteksi
secara in vitro dengan mengikat substrat jaringan tubuh yang sesuai. Pada
penyakit (contoh, pemvigus), tetapi pada kasus lain, peran autoantibodi tidak
yang dipercaya menjadi pusat semua penyakit autoimun adalah kegagalan sistem
toleransi periferal yang secara normal mengontrol autoreaktif klon sel T.1
1. Definisi
18
lupus. Tidak seperti SLE, drug-induced lupus biasanya akan
2. Etiologi
merupakan faktor risiko dari SLE. Sembilan puluh persen orang dengan
memiliki faktor risiko SLE yang lebih tinggi pada Kaukasian. Faktor
19
penghapusan klonal, anergi, dan regulasi sel T. Pada pasien dengan
beberapa tahun.1
terjadi jika tidak ada sel T helper, dan sel T spesifik sebagai antigen
ini.1
3. Gambaran Klinis
SLE. Cutaneous lupus dapat terjadi tanpa adanya multisistem. Lesi kulit
20
diagnosa klinis dan gambaran histopatologis) dan non-spesifik lupus.
Tiga subtipe dari lesi kulit spesifik lupus antara lain: akut, subakut, dan
pada area malar dan sekitar hidung tetapi biasanya pada lipatan
nasolabial.1
21
Gambar 2. Lesi diskoid lupus pada bibir bawah (sumber : Burket’s
Bula pada lupus dan papul eritematous lokalisata terjadi pada 15-
20% kasus dan menyebabkan kulit wajah atau kulit kepala sekitar 80%
pasien SLE dan artalgia merupakan gejala utama yang terlihat pada
terjadi pada tangan, perut dan lutut merupakan tipe dari SLE.
Keterlibatan sistem saraf pusat terjadi pada 20% pasien SLE dan
22
menyerupai fibromialgia dan dapat di debiliating. Lupus pneumonitis,
pada mata yang paling sering terjadi pada pasien SLE adalah
keratokonjungtivitis.1
4. Manifestasi Oral
tipe predominan dari lesi oral adalah lesi diskoid dan ulserasi. Ulserasi
oral telah ditetapkan sebagai kriteria pada diagnosis SLE tetapi terjadi
SLE tidak mudah dibedakan dari kondisi oral umum lainnya, seperti
ciri-cirinya adalah adanya infiltrasi limfosit dan pada dasar ulser dan
discoid. Lesi oral diskoid sama dengan lesi ini dimana terjadi pada kulit
dan terlihat seperti garis keputihan dan biasanya teradiasi dari daerah
pusat eritematous yang disebut “brush border”. Mukosa bukal, gusi dan
daerah intraoral.1
23
5. Pemeriksaan
(ANAs) terjadi pada 98% pasien SLE dan merupakan tes diagnosa yang
paling sensitif untuk penyakit ini. Akan tetapi, tes ANA ini mungkin
24
trombositopenia, komplikasi trobosit dan sindrom antifosfolipid serta
6. Perawatan
hipertensi.1
25
II.3.2 Skleroderma
1. Definisi
ini adalah 18-20 per 1 juta orang, dengan prevalensi wanita 3-4 kali
tangan dan secara berkala akan timbul ulser dan esofageal dysmotility.
gejala arthritis, sindro tunel carpal, dan bengkak pada tangan dan kaki.
Ciri-ciri lainnya yaitu terjadi penebalan kulit yang luas (dari jari sampai
26
memiliki ciri adanya ikatan sklerosis yang keras dan hiperpigmentasi
bercak kecil pada kulit atau bercak kulit yang lebih besar (guttae
morphea) yang keras dan hilangnya fungsi rambut dan kelenjar keringat
2008)
2. Etiologi
kolagen pada lapisan bawah kulit dan subkutan atas yang berhubungan
27
inflamasi diawali dengan deposisi kolagen. Pada jaringan, sel T
3. Gambaran Klinis
kulit yang cepat dan keterlibatan organ dalam. Kelainan pada kulit dan
ginjal terjadi pada 70% pasien difus cutaneous sistemik sklerosis. 55%
paling sering pada penderita PSS. Terdapat hiperplasia pada arteri pada
semua kasus, penebalan kulit pada pasien PSS diawali pada jari dan
mematikan.1
4. Manifestasi Oral
dengan tanda yang terjadi pada tubuh. Bibir menjadi kaku, hilangnya
28
mengunyah. Keterlibatan esofagus dapat menyebabkan disfagia. Oral
keras dan bibir. Jika fibrosis terjadi pada otot pengunyahan akan
pennicilamin.1
Gambar 4. Manifestasi
dan menyempitnya
29
Gambar 5. Gambaran radiografi penebalan membran periodontal pada
5. Pemeriksaan
pasien dengan gejala progresif dan difus. Temuan kelainan pada hasil
30
(scars pada ujung jari atau hilangnya lapisan distal jari) dapat
6. Perawatan
dari kulit dan organ yang terlibat. Perawatan dan diagnosa awal sangat
1. Definisi
adanya peningkatan kadar enzim pada bagian otot rangka. Insidensi dan
31
penyakit ini jarang ditemukan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
menyerang semua jenis umur, tetapi yang paling banyak terkena adalah
melibatkan peran protein. Jenis sel yang ditemukan pada bagian yang
32
yang simetris.Hal ini ditandai dengan sulitnya pasien mengangkat
parah, maka hal ini dapat menyebabkan kegagalan pernafasan dan bisa
menyebabkan kematian.1
penyakit ini.1
33
Gambar Gambaran papula Gottron pada penderita polymiositis
4. Manifestasi Oral
fibrosis yang terjadi pada kelenjar saliva minor yang ditemukan pada 12
34
Terdapat nodul yang terkalsifikasi yang mungkin muncul. Lidah juga
pasien sulit untuk menelan atau disfagia. Perubahan gingiva juga dapat
5. Tatalaksana
tinggi.Dosis yang tinggi diberikan apabila obat steroid ini tidak terlalu
35
untuk diberikan Agen TNF-blocking. Terapi secara fisik juga perlu
6. Dental Treatment
yaitu salah satunya adanya lesi pada bagian gingiva.Lesi yang terdapat
imunosupresif lainnya.1
menyerang pada wanita daripada laki laki, namun RA juga bisa menyerang
pada anak usia muda tetapi belum diketahui alasan mengapa RA bisa
terjadi pada anak usia muda. RA merupakan suatu penyakit sistemik yang
36
Etiologi dari penyakit ini belum diketahui sama seperti IIM.
yaitu kelainan genetik yang kompleks, faktor imun, dan faktor infeksi.
1) Faktor genetik
dengan merokok.1
2) Faktor Imun
37
Rheumatid arthritis merupakan penyakit yang menyerang
3) Faktor Infeksi
dan lainnya. 1
38
Penyakit RA merupakan penyakit polyarthritis simetris yang
adanya rasa hangat, dan disertai adanya atrofi pada otot disekitar area
yang terlibat.
dan pembengkakan pada leher. Bagian servikal pada leher yaitu bagian
dan jarang ditemukan pada jantung, mata, dan otak. Komplikasi yang
39
Gambar Manifestasi klinis pada tangan penderita Rheumatoid
3. Manifestasi Oral
40
minocycline. Penebalan pada gingiva juga dapat terjadi apabila pasien
Medicine, 2008)
4. Diagnosis
41
merupakan kriteria untuk mendiagnosa penyakit Rheumatid arthtritis
yaitu :1
Medicine, 2008)
pemeriksaan serum untuk IgA, IgM, IgG , antibodi anti-CCP dan RF,
5. Tatalaksana
42
penyakit ini.Pasien dengan tingkat keparahan yang tinggi biasanya
untuk terapi RA. Obat yang paling sering digunakan yaitu etanercept
menghentikan aksi dari sitokin yang dihasilkan oleh TNF-α. Obat ini
samping yaitu seperti diare, sakit pada perut, reaksi alergi, dan
tumpang tindih dengan gejala pada SLE, PSS, dan DM. Prevalensi pada
43
Pada wanita penyakit MCTD gejala yang timbul baru muncul
paru paru juga merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan
kematian.1
2. Diagnosis
(>1:1000).1
44
II.4 Jenis Lesi Oral (Nailatul Husna)
klinis serupa. Mukosa oral yang tipis menyebabkan vesikel dan bula pecah dengan
cepat dan menjadi ulser. Ulser dapat semakin parah karena adanya trauma dari
gigi dan makanan, dan menjadi infeksi sekunder karena adanya flora rongga
khas pada kulit memiliki penampilan yang tidak spesifik pada mukosa oral.
karena banyak kelainan yang muncul pada mukosa oral juga menyerang kulit.
1. Makula
Makula adalah lesi datar berbatas jelas karena perbedaan dengan kulit normal
2. Papula
Papula adalah lesi padat yang memiliki peninggian di atas permukaan kulit
atau mukosa kurang dari 1 cm. Dapat muncul pada beberapa penyakit seperti
3. Plak
45
46
4. Nodul
Nodul ialah lesi yang muncul lebih dalam di dermis atau mukosa. Lesi ini
5. Vesikel
Vesikel ialah lesi yang berisi cairan bening, memiliki diameter kurang dari 1
cm
6. Bula
Bula merupakan lesi berisi cairan benin, memiliki diameter lebih dari 1 cm
7. Erosi
Erosi adalah lesi yang terjadi karena rupturnya vesikel atau bula atau trauma
8. Pustul
9. Ulser
Ulser adalah lesi dengan batas jelas, biasanya cekung dengan kerusakan epitel
10. Purpura
disebabkan darah dari pembuluh bocor ke jaringan ikat. Lesi ini tidak pucat
Tabel II-1 Diagnosa Banding dari Gambaran Ulser Rongga Mulut (Chen,
2016)
vermilio border
2. Varicella-zoster virus Papula, vesikel, pustul, krusta secara bersamaan
3. Hand-foot-mouth disease Vesikel pada palatum lunak atau tonsil
4. Oral Kandidiasis Plak putih kekuningan
Keganasan
5. Squamous cell carcinoma Berbatas tegas, hiperkeratosit makula atau papula
6. Melanoma Makula berwarna coklat dengan batas irreguler
Penyakit autoimun
7. Lupus erythematous Ruam berbentuk kupu-kupu, plak bersisik
8. Behcet’s disease Apthous ulser rekuren, ulser genital, mata
mukosa
11. Pemphigoid Bula tegang, pruritus
12. Erythema multiforme Lesi target, keterlibatan membran mukus (ulser
oral, eritem)
13. Lichen planus Pruritus, ungu, poligonal, planar, papula, plak
14. Aphthous stomatitis Satu atau multipel bulat-oval ulser, dangkal, sakit
dikenal sebagai penyakit kulit kronis yang serius, ditandai oleh adanya vesikel dan
interseluler ditemukan dalam epitel kulit dan mukosa mulut dan antibodi sirkulasi
pada lapisan superfisial granular sel. Keterlibatan mukosa bukan ciri pada jenis
1. Pemfigus vulgaris
yaitu dekade IV sampai VII dan jarang mengenai usia kurang dari 20 tahun.7
Sekitar 50% dari lesi mulai terjadi di rongga mulut. Vesikel dan bula yang
berbentuk bulat dan tegang cenderung timbul pada kulit yang semula relatif
tampak normal dan dipresipitasi oleh tekanan atau gesekan seperti dari
pengunyahan, gigi tiruan dan lain-lain. Terkadang juga terjadi pada kulit yang
2. Pemfigus Vegetans
Jenis ini merupakan suatu varian dari pemfigus vulgaris. Gejalanya tidak
sehebat pemfigus vulgaris. Sering mulai terjadi pada daerah hidung dan mulut,
aksila serta daerah anogenital. Membran mukosa sering kali terkena yang
49
ditandai oleh adanya vegetasi fungoid yang terbentuk pada erosi setelah bula
pecah, terutama mengenai batas vermilion dari merah bibir. Masa fungoid
vesikel yang kurang jelas, akantolisis yang moderat dan peradangan yang
eosinofil.6
3. Pemfigus Foliaseus
yang lebih berat. Lesi di mulut jarang ditemukan. Secara mikroskopis, vesikel
tidak begitu jelas dan terdapat pada lapisan prickle. Akantolisis pada sel lapisan
4. Pemfigus Eritematus
Merupakan jenis pemfigus yang paling ringan. Secara klinis terlihat bersisik
dan kemerahan. Biasanya terdapat pada muka, kulit kepala dan tubuh bagian
atas. Pada muka lesi terlihat seperti gambaran kupu-kupu. Lesi di dalam rongga
foliaseus.6
II.5.1 Definisi
berupa kondisi lepuhan pada permukaan kulit dan atau mukosa. Hal ini dapat
terjadi karena kerusakan atau hilangnya adhesi intersel akibat autoantibodi IgG
kadang-kadang IgA dan IgM terutama terhadap desmoglein dapat juga pada
50
dirawat dengan tepat, maka lesi akan menetap dan semakin meluas, menyebabkan
kerusakan kulit dan membran mukosa sehingga dapat terjadi kehilangan cairan
II.5.2 Etiologi
Etiologi dari pemfigus vulgaris masih belum dapat dipastikan secara jelas.
Banyak teori yang berdasarkan pada infeksi dan reaksi toksis, tetapi masih belum
ditemukannya antibodi pada lesi kulit dan mukosa yang terletak pada ruang
rematoid artritis dan penyakit syorgen. Pemfigus juga dapat disebabkan oleh
infeksi pada tubuh. Secara normal, antibodi tidak menyerang tubuh. Akan tetapi,
desmoglen. Protein tersebut terlihat pada sel di bagian terluar kulit (epidermis)
desmoglen, sel kulit dan membran mukosa tidak dapat bertahan lama dan akan
berpisah. Hal itu menyebabkan gelembung dan erosi yang menjadi ciri khas
pemfigus vulgaris.
Pemfigus vulgaris dapat terjadi pada semua usia tetapi paling sering pada usia 40-
60. Penyakit ini juga bukan merupakan penyakit menular. Pemfigus vulgaris tidak
menular dari generasi ke generasi. Akan tetapi, faktor genetik diduga berperan
II.5.3 Patofisiologi
pada lapisan bawah dari lapisan prickle sel epitel yang disebabkan oleh
hilangnya perlekatan sel ke sel pada lapisan sel epitel. Pada pemfigus vulgaris
Dengan meningkatnya cairan, ruang tersebut bertambah besar dan terbentuk bula
di atas lapisan sel basal (suprabasal). Selama proses tersebut, penderita tidak
merasakan kelainan yang khas, vesikel dan bula mudah pecah terutama di dalam
mulut. Setelah bula pecah terjadi rasa sakit yang hebat akibat terbukanya ujung
rata-rata 18 bulan. Walaupun sudah ditemukan terapinya tetapi penyakit ini tetop
serius., karena dapat menjadi fatal akibat komplikasi yang terjadi setelah
Tanpa perawatan, penyakit dapat menetap dan berakhir fatal dalam beberapa
bulan. Pada awalnya pasien tidak merasakan sakit, tetapi setelah timbul bula pada
daerah yang luas di kulit dan mukosa maka akan tampak gejala umum toksisitas
nitrogen yang buruk akibat hilangnya protein melalui daerah kulit yang tebuka
dan kesulitan penyerapan nutrisi yang baik karena terkenanya mukosa mulut.
Kematian biasanya terjadi dalam dua tahun sebagai akibat cachexia, toxemia dan
infeksi dalam darah dan paru-paru. Kondisi pasien sangat menyedihkan karena
53
kulit dan mukosanya mengalami erosi dan bau yang tidak sedap serta diperberat
Erosi kulit terasa sakit dan dapat berpengaruh pada kualitas hidup seperti
mengganggu tidur. Lesi mulut dan tenggorokan dapat berpengaruh saat makan
dan minum sehingga menyebabkan turunnya berat badan. Pemfigus vulgaris juga
dapat berpengaruh pada membran mukosa lainnya seperti area genital, yang dapat
menyebabkan sakit saat berhubungan seksual, buang air kecil dan buang air besar,
terasa pengap dan timbul krusta pada hidung, kongjungtiva nyeri, mata merah.
Daerah yang paling sering terinfeksi adalah pada rongga mulut. Rongga mulut
merupakan daerah pertama yang terinfeksi dan lesi kulit biasanya muncul
setelahnya. Bentuk paling umum dari semua tipe pemfigus, lesi awalnya berupa
vesikel atau bula, walaupun lesi pada tahap akhir penyakit dapat bervariasi seperti
Gambar II-2 Lesi Kulit Awal pada Pemfigus vulgaris (Greenberg, 2008)
Pemfigus vulgaris timbul pada usia pertengahan dan jarang mengenai usia
kurang dari 20 tahun. Seperti halnya lesi mulut manifestasi awal lesi kulit
biasanya sulit didiagnosis karena dapat berupa impetigo atau dermatitis seboroik
54
yang terinfeksi. Setelah manifestasi awal, timbul lesi dalam bentuk bula secara
menyeluruh di kulit setelah 4-12 bulan. Tanda khasnya adalah bentuk bula dengan
dinding tipis yang timbul pada mukosa atau kulit yang semula terlihat normal.5
Tanda khas penyakit dapat diketahui dengan menekan bula yang utuh,
dimana pada pasien dengan pemfigus vulgaris, bula akan membesar dengan
lain adalah tekanan pada kulit yang terlihat normal akan menyebabkan timbul lesi
baru, yang disebut tanda Nikolsky, akibat lapisan atas kulit terlepas dari lapisan
II.5.5 Diagnosis
1. Pemeriksaan Klinis
1) Secara Visual
Lesi pada kulit terlihat sebagai bula yang tidak teratur, timbul tiba-tiba,
bila telah terjadi infeksi sekunder. Bila vesikel dan bula pecah, akan terlihat
bukal, palatum lunak, bibir bawah, lidah dan gingiva. Pada lesi mulut jarang
pergelangan tangan.
Bila bagian luar dari epitelium terkelupas atau terjadi bula, berarti kohesi
tegang bila diberi tekanan dapat meluas ke lateral yang dikenal dengan
2. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan Imunopatologik
Dilakukan dengan eksisi bula yang baru terbentuk di kulit, kemudian cairan
adanya akantolisis epitel superbasal dan adanya sel Tzank. Sel-sel ini
yang jelas.
3) Biopsi
56
Biopsi dilakukan sebaiknya dari lesi kulit timbul. Diambil dari vesikel atau
bula yang berumur kurang dari 24 jam. Tetapi karena lesi tersebut jarang
pada mukosa mulut, maka biopsi diambil dari tepi lesi pada daerah
dibiopsi.
yang menimbulkan manifestasi bula besar pasa mukosa oral seperti dermatitis
bulosa yang jarang terjadi merupakan salah satu penyakit yang harus dibedakan
dengan pemfigus vulgaris juga. Dimana perbedaan dengan pemfigoid bulosa yaitu
dan letak bula subepidermal. Namun pada kasus, diagnosis banding tidak
dicantumkan karena pasien telah menunjukkan gambaran klinis dan hasil biopsi
II.5.7 Perawatan
Perawatan atau terapi untuk pemfigus dilakukan secara sistemik dan lokal.6
1. Terapi Sistemik
karena itu perawatan pada penderita pemfigus dilakukan di rumah sakit agar
dosis yang tepat. Dengan demikian diharapkan dapat mengurangi efek samping
dari kortokosteroid.
secara pasti karena etiologinya yang masih belum jelas. Selama ini yang
mg hidrokortison atau ekuivalensinya per hari. Jika tidak timbul erupsi baru
keparahan kasus dan respon lesi terhadap terapi. Jika erupsi telah terkontrol,
agen imunosupresif oral atau intravena dapat mengurangi efek kumulatif dan
efek samping.
higiene yang baik untuk mengurangi plak. Tetapi harus dilakukan hati-hati dan
dosis obat imunosupresif secara bertahap dapat mengurangi efek kumulatif dan
efek sampingnya. Terapi emas atau gold therapy digunakan terutama pada
2. Terapi Lokal
terbakar dan rasa sakit yang hebat, sehingga sangat mengganggu penderita.
Lesi di dalam rongga mulut menyebabkan rasa sakit terutama waktu berbicara,
mengunyah dan menelan. Karena erosi mulut tampak pertama kali dan paling
59
akhir sembuh, diperlukan terapi lokal untuk mengatasi rasa sakit dan
(anestetik topikal)
Selain itu dihindari obat kumur yang mengiritasi dan antiseptik topikal kuat dan
bahan-bahan kaustik seperti fenol, perat nitrat, camfon dan seng klorida
penyakit, dengan 60% kasus menunjukkan bahwa lesi oral merupakan manifestasi
awal terjadinya PV. Lesi oral biasanya berbentuk ulser ireguler yang disebabkan
oleh bula yang sangat mudah pecah pada daerah yang tidak terinflamasi. Lapisan
membentuk ulser kronis yang sakit dan berdarah, serta erosi yang sulit pulih. Tepi
lesi akan terus meluas dalam beberapa minggu hingga melibatkan sebagian besar
mukosa mulut. Pasien mengeluhkan sakit dan adanya sensasi terbakar pada
rongga mulut terutama saat makan makanan yang pedas dan asam. Lesi seringkali
muncul pada mukosa bukal, di sepanjang dataran oklusal karena area tersebut
60
mudah mengalami trauma. Palatum, lidah bagian depan, bibir bawah, gingiva
Lesi erosi yang banyak dan persisten muncul pada mukosa oral selama stase
awal PV. Terkadang, lesi erosi juga muncul di gingiva, terutama pada area free
gingiva dimana sulit diidentifikasi sebagai lesi “blister”. Pada stase lanjutan PV,
termasuk sialorrhea, halitosis dan pembentukan lanjutan dari krusta yang coklat
Pemfigus vulgaris dapat menyerang mukosa lain selain mukosa oral, yaitu
Selanjutnya blister atau benjolan yang melepuh muncul pada kulit secara
asimtomatik. Blister pada kulit cenderung utuh daripada blister pada mukosa yang
Lesi oral biasanya muncul beberapa bulan sebelum terbentuknya lesi kulit.
Jika perawatan dilakukan selama waktu periode tersebut, penyakit akan mudah
karena adanya kandidiasis dapat menutupi gambaran klinis khas dari lesi
pemfigus. Selain itu diagnosa awal juga sering meleset menjadi infeksi herpes.1
BAB III
LAPORAN KASUS
III.1.1 Introduction
menyerang orang di rentang usia 40-60 tahun. Penyakit ini jarang terjadi
yang mirip. Kebanyakan pasien JPV memiliki lesi mukosa dan kulit,
mengontrol rasa sakit dan penyebaran lesi selama fase akut. Setelah fase
kasus ini dilaporkan seorang remaja 17 tahun yang mengalami oral ulcer
62
III.1.2 Laporan Kasus
keadaan sehat, mengalami oral ulser yang sakit selama kurang lebih 3
lokal spray, tetapi efeknya terbatas dan oral ulser tidak sembuh. Pasien
menyangkal adanya infeksi atau penggunaan obat baru-baru ini. Tidak ada
ada dan muncul refactory mucositis, oleh karena itu prednisolon (0,35
kehilangan berat badan (4 kg), serta mengeluhkan oral ulser yang terasa
sakit. Berat badan pasien berada di bawah BMI : 16 kg/m 2 dengan keadaan
krusta dan jaringan nekrotik terdistribusi dari bagian luar bibir sampai
palatum lunak dan palatum keras. Vesikel bulat dan bula yang berisi
banding awal termasuk infeksi virus herpes, HIV, Behcet’s disease, dan
sel raksasa berinti banyak. Dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
63
Gambar III-6 Oral Ulser dengan Krusta dan Jaringan Nekrotik
Gambar III-7 Vesikel dan Bula yang Menyebar di Lengan dan Badan
64
dan titer negatif untuk skrining HIV, antinuklear antibodi, kultur darah,
virus herpes simpleks 1 (HSV-1) IgM, HSV-2 IgM, dan VZV IgM, namun
awal (infeksi chicken pox). Oxacilin (93 mg/kg/hari) juga diberikan untuk
yang rendah yang mungkin berhubungan dengan status nutrisi yang rendah
lembek muncul di sisi medial bilateral paha selama masa rawat inap. Oleh
65
Gambar III-8 DIF Menunjukkan IgG Terdeposit di Substansi Interseluler
pada Epidermis
pemfigus (PNP) karena usia pasien dan adanya bula pada bagian leher dan
Setelah terapi steroid, kondisi pasien pulih dengan cepat. Oral ulser
ini kondisi pasien sudah terkendali dan tanpa penggunaan obat oral.
66
BAB IV
PEMBAHASAN
yang disebabkan karena akantolisis, yaitu hilangnya kohesi antara sel epidermal.
Pemfigus vulgaris biasanya terjadi diawali pada daerah orofaring dan kemudian
menyebar ke daerah yang melibatkan tubuh, kepala dan daerah lipatan tubuh.3
Sekitar 50% hingga 90% kasus pemfigus vulgaris memiliki manifestasi awal
berupa lesi di rongga mulut sekitar 2 hingga 6 bulan sebelum menyebar ke kulit
atau membran mukosa lain, memiliki ciri khas timbulnya bula yang lunak serta
mudah pecah pada kulit dan membran mukosa, terjadi pada pasien berusia antara
30 hingga 60 tahun. Lesi bula pada mukosa rongga mulut memiliki dinding yang
tipis, mudah pecah bila terkena trauma menjadi ulser multipel kronis dan lesi
erosif yang sulit untuk sembuh, apabila terlambat atau tidak dirawat maka dapat
berakibat fatal.14 Pemfigus jarang terjadi pada anak-anak, dengan usia rata-rata 12
tahun pada data presentasi.3 Akan tetapi di India, pasien pemfigus vulgaris lebih
Stomatitis merupakan gejala yang terjadi pada 50% kasus. Epistaksis dan
serak pada tenggorokan juga terjadi pada daerah yang berhubungan dengan
hidung, faring dan laring. Sebagian besar pasien menunjukan tanda erosi oral
yang sakit, dan pada beberapa kasus ini merupakan satu-satunya manifestasi
klinis. Sebulan sebelum lesi pada kulit terjadi. Hal tersebut sesuai dengan kasus
ini.3 Beberapa penelitian memperlihatkan adanya perbedaan prevalensi lesi oral
Bulgaria, 83% di Italia dan 92% di Israel.14 Diagnosis pemfigus vulgaris sering
tertunda jika hanya lesi oral sebagai manifestasinya, dan indeks kecurigaan akan
berkurang pada pasien muda karena insidensi pemfigus vulgaris yang jarang pada
anak-anak.3
kemungkinan yang relevan adalah berkaitan dengan faktor genetik, lebih sering
miastenia gravis dan timoma), serta dapat dipicu karena penggunaan penisilin dan
ditemukannya antibodi pada lesi kulit dan mukosa yang terletak pada ruang
Lesi kulit pada pasien ini berbeda dengan tipe flaccid bula yang terjadi pada
pemfigus vulgaris. Vesikel dan bula relatif keras. Oleh karena itu, paraneoplastic
phempigus (PNP) telah diduga karena menyerupai PV. Pada PNP, gelembung
keras dengan dikelilingi eritema lebih sering terlihat pada ekskremitas daripada
castleman’s disease, dan chronic lymphocytic lymphoma. Pada pasien muda ini
serta dilengkapi endapan disepanjang zona dasar membran (BMZ) pada temuan
DIF (Direct Immunofluorescence). Hal tersebut yang menyatakan dugaan
pemfigus vulgaris.3
Umumnya terapi pilihan untuk pemfigus vulgaris hingga saat ini adalah
kortikosteroid per oral atau intra vena tergantung tingkat keparahan penyakitnya.
Dapat juga diberikan obat immunosupresan lain seperti Azathioprin sebagai terapi
penyerta bila pemberian kortikosteroid dilakukan dalam waktu yang lama untuk
Prednisolone merupakan agen pertama pada dosis 1-2 mg/kg/hari. Pada kasus ini,
baik. Ulser dan bula mulai hilang. IVIG (Intravenous Ig) (1 g/kg/hari x 2 hari)
telah diberikan sebelum steroid diberikan. Akan tetapi, lesi kulit tidak berkurang
dan terbentuk bula baru lainnya. Dosis IVIG yang digunakan untuk PV adalah 2
bulan sampai respon klinis yang memuaskan tercapai. Jumlah total siklus
bervariasi dari 19-61 bulan (rata-rata: 28.5 bulan). Indikasi untuk IVIG adalah
kurangnya respon pada prednisolone atau adanya efek samping. Diduga bahwa
satu siklus IVIG tidak cukup untuk mencapai peningkatan klinis. Tetapi secara
dengan sindrom hiperviskositas membuat IVIG adalah pilihan untuk pasien yang
pemfigus foliaceus.3
ditunjukan dengan oral ulser parah dan vesikel menyeluruh. Diagnosis ditunda
kasus ini, penyakit autoimun bula harus disebutkan pada diagnosis banding ketika
pada anak-anak memiliki lesi oral yang parah dan sulit diatasi. PNP harus
SIMPULAN
kondisi lepuhan pada permukaan kulit dan atau mukosa. Bagian tubuh yang paling
sering terinfeksi adalah pada rongga mulut dan merupakan daerah pertama yang
terinfeksi sebelum munculnya lesi pada kulit. Penyakit ini jarang terjadi pada
73
74