Pembimbing :
drg. Wahyu Hidayat, Sp.PM.
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2017
DAFTAR ISI
ii
iii
PENDAHULUAN
Radang mukosa mulut atau stomatitis adalah radang yang terjadi pada
mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan. Bercak ini dapat
menyerang selaput lendir pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi serta
mulut ini disertai rasa sakit dan merupakan penyakit mulut yang paling sering
menderita penyakit ini, dan wanita lebih mudah terserang dibandingkan pria
(Scully, 2006).
defisiensi vitamin seperti zat besi, asam folat, vitamin B12 atau B kompleks,
psikologis, trauma, endokrin, herediter, alergi, imunologi, dan lain–lain (Lewis &
sesungguhnya sangat beragam, mulai dari tergigit, luka ketika menyikat gigi,
Pada makalah laporan kasus ini dibahas mengenai seorang pasien laki-laki
usia 22 tahun yang datang dengan keluhan terdapat sariawan di bibir kanan atas,
pasien sering mengalami sariawan yang muncul tiba-tiba atau kadang disebabkan
karena trauma. Diagnosis dari pasien ini adalah RAS. Rencana perawatan yang
1
2
LAPORAN KASUS
Usia : 22 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Bandung
2.1.2 Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan sariawan di bagian bibir kanan atas, yang
membuat pasien merasa tidak nyaman, keluhan terasa sejak ±1 minggu yang lalu.
bertambah sakit pada saat makan. Tidak ada faktor yang memperingan. Tidak ada
gejala lain yang menyertai. Pasien belum pernah mengobati sariawan tersebut
berserat seperti sayur dan buah-buahan, pasien juga hanya mengonsumsi air putih
3
4
±4 gelas dalam sehari. Dalam seminggu terakhir pola tidur pasien sedang tidak
Disangkal
Disangkal
Suhu : Afebris
Pernafasan : 18 kali/menit
Nadi : 80 kali/menit
Kelenjar Limfe
TMJ TAK
5
Wajah Simetri/Asimetri
Sirkum Oral
TAK
Lain-lain -
di bagian regio 14
Status Gigi :
UE cs cs cs cs UE
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
UE cs cs cs cm UE
Radiologi : TDL
Mikrobiologi : TDL
Pro anjuran pola makan sehat, diet sayur dan buah-buahan yang berserat,
Pro resep :
2.2.1 Anamnesis
Pasien datang untuk kontrol (14 hari setelah kunjungan pertama). Pasien
sudah tidak mengeluhkan rasa sakit pada bibirnya setelah rutin meminum obat
yang telah diinstruksikan. Sudah tidak ada bekas sariawan pada bibirnya, kini
pasien sudah bisa merasa lebih nyaman. Saat ini pasien datang untuk kontrol.
Kelenjar Limfe
Bibir TAK
Wajah Simetri/Asimetri
Stain : +/-
Radiologi : TDL
Mikrobiologi : TDL
Pro diet tinggi protein, sayur dan buah-buahan yang berserat, sayuran
hijau (Fe)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.1. Anatomi
Jaringan lunak mulut terdiri dari mukosa pipi, bibir, ginggiva, lidah,
palatum, dan dasar mulut. Struktur jaringan lunak mulut terdiri dari lapisan tipis
jaringan mukosa yang licin, halus, fleksibel, dan berkeratin atau tidak berkeratin.
organ, pembuluh darah, saraf, alat pengecap, dan alat pengunyah. Secara
histologis jaringan mukosa mulut terdiri dari 3 lapisan (Avery & Chiego, 2006;
berlapis–lapis sel mati yang berbentuk pipih atau datar dimana lapisan sel–sel
yang mati ini selalu diganti terus–menerus dari bawah, dan sel–sel ini disebut
dari mukosa mulut meliputi kedua permukaan, yaitu mukosa mulut tidak
berkeratin seperti pada mukosa pipi, bibir, palatum mole, dasar rongga mulut,
serta mukosa berkeratin seperti palatum dan alveolar ridges. Terdiri dari stratum
3. Lamina propria, pada lamina propria ini terdapat ujung–ujung saraf rasa sakit,
raba, dan suhu. Selain ujung–ujung saraf tersebut terdapat juga pleksus kapiler,
10
11
kecil. Kelenjar ludah yang halus terdapat di seluruh jaringan mukosa mulut, tetapi
tidak terdapat di jaringan mukosa gusi kecuali di mukosa gusi daerah retromolar.
Disamping itu lamina propria ini sebagian besar terdiri dari serabut kolagen,
serabut elastin dan sel–sel fibroblast & makrofag, sel mast, sel inflamatori serta
sel– sel darah yang penting untuk pertahanan melawan infeksi. Jadi mukosa ini
3.2.1 Pendahuluan
ditandai dengan adanya ulser rekuren pada mukosa oral pada pasien (Greenberg
and Glick, 2003). RAS merupakan penyakit mukosa oral yang paling umum dan
dengan sedikit keluhan (Cawson,2002). RAS, yang juga dikenal dengan aphtae
tunggal maupun multiple yang muncul berulang, berukuran kecil dengan bentuk
bulat atau oval dibatasi dengan tepi yang eritem dan dasar berwarna kekuningan
atau keabuan, biasa muncul pada daerah yang tidak berkeratin dan mukosa
bergerak – jarang pada gingiva atau palatum, muncul pertama kali pada masa
kanak-kanak atau remaja (Scully, 2008). RAS dapat menyerang selaput lendir pipi
makan, dan menimbulkan bau mulut yang tidak enak (Fitri, 2014). Secara klinis
RAS memiliki ciri-ciri seperti ulkus dangkal berbentuk bulat atau oval, berwarna
putih kekuningan, dan biasanya terjadi pada anak-anak dan remaja yang angka
kejadian tertinggi terdapat pada wanita (Jurge et al, 2005). Gambaran klinis
recurrent aphthous stomatitis dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu RAS tipe
minor, RAS tipe mayor, dan RAS tipe herpetiform (Sumintarti , 2012). Tipe
minor paling umum ditemukan, prevalensinya berkisar (80-95%), SAR tipe mayor
Serikat mencapai 60%, Thailand 46,7%, Swedia 2%, Spanyol 1,9%, Malaysia
RAS dapat bertahan untuk beberapa hari atau minggu, biasanya sembuh
tanpa bekas dalam 10-14 hari. Bersifat ulang kambuh dalam periode yang
bervariasi dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan (Fitri, 2014; Jurge et al,
2005).
Penyebab dari RAS masih belum jelas (Jurge dkk, 2005). Namun ada
dugaan bahwa penyebabnya adalah karena menyikat gigi, menggigit pipi atau
bibir, kurangnya nutrisi, perawatan gigi seperti penggunaan gigi tiruan, tambalan
yang tajam serta penggunaan alat ortodontik (Fitri, 2014; Jurge et al, 2005).
pasti. Tetapi ada beberapa faktor umum yang diperkirakann menjadi penyabab
Faktor Keturunan
pasien yang menderita RAS. Faktor genetik RAS diduga berhubungan dengan
peningkatan jumlah Human Leucocyte Antigen (HLA). Antigen HLA alel Tipe I
(HLA-A9 dan HLA-B35) dan alel Tipe II (HLA-DR dan HLA-DQ) terlihat pada
epitelium basal pada sel perilesi pada semua lapisan epitelium pada fase awal
ulserasi yang rupanya dimediasi oleh interferon gamma (IFN-a) yang dilepaskan
oleh sel T. Antigen ini menyerang sel-sel melalui mekanisme sitotoksik dengan
pricle sel sehingga terjadi kontak dengan apoptosis pricle sel yang kemudian di
RAS akan terkena RAS pada usia muda dan RAS yang diderita akan lebih berat
Penelitian yang dilakukan pada 330 pasien RAS dengan hasil 47 pasien
menderita defisiensi nutrisi yaitu terdiri dari 57% defisiensi zat besi, 15%
defisiensi asam folat, 13% defisiensi vitamin B12, 21% mengalami defisiensi
14
kombinasi terutama asam folat dan zat besi dan 2% defisiensi ketiganya. Pasien
yang menderita RAS dengan defisiensi zat besi, vitamin B12 dan asam folat
diberikan terapi subtitusi vitamin tersebut hasilnya 90% dari pasien tersebut
Selain itu, vitamin B1, B2, dan B6 juga mempengaruhi timbulnya RAS.
Dari 60 pasien yang menderita RAS yang diteliti, ditemukan 28,2% mengalami
dengan pemberian vitamin tersebut memberikan dampak yang baik yaitu dapat
mg Zink Sulfat peroral setiap tiga kali sehari selama tiga bulan. Lesi RAS sembuh
dan tidak kambuh lagi selama satu tahun. Beberapa peneliti berpendapat bahwa
adanya defisiensi Zink pada pasien penderita RAS karena pemberian preparat
yang mengemukakan bahwa adanya respon imun yang berlebihan pada pasien
menyebabkan ulserasi lokal pada mukosa. Respon imun ini berupa sitotoksin dari
limfosit dan monosit pada mukosa dimana pemicunya tidak diketahui (Casiglia,
2015).
15
makanan, infeksi bakteri dan virus, perubahan hormonal, trauma, tembakau, obat-
Faktor Sistemik
gangguan GIT, neutropenia, HIV, defisiensi IgA, dan penggunaan obatobatan anti
Trauma
Pasien RAS sering dilaporkan terkena ulser akibat trauma seperti terkena
sikat gigi atau injeksi saat anestesi local (Field and Longman, 2003). Trauma
akibat gigitan dan penyikatan gigi yang salah, dapat menyebabkan robeknya
mukosa dan memperparah ulser yang sudah ada (Cawson and Odell, 2002).
hubungan yang pasti dari menstruasi maupun stres dengan RAS namun dapat
kondisi rongga mulut, salah satunya juga merupakan faktor predisposisi dari
stress bagian emosional dari otak akan mempengaruhi pengeluaran hormon dari
akan menekan fungsi sistem imun dengan mengurangi limfosit (Imanda, 2003).
untuk diketahui. RAS diawalin dengan gejala rasa sakit dan terbakar selama 24-48
RAS. Saat prodormal, pasien akan merasakan seperti rasa terbakar saat lesi
2. Tahap pre-ulserasi, terjadi pada 18-72 jam pertama saat perkembangan lesi
RAS. Pada tahap ini, makula dan papula akan berkembang dengan tepi
(Casiglia, 2015).
3. Tahap ulseratif, terjadi selama beberapa hari hingga 2 minggu. Pada tahap
ini papula-papula akan berulserasi dan ulser itu akan dibungkus oleh
17
4. Tahap penyembuhan, terjadi pada hari ke-4 hingga 35. Ulser akan ditutupi
parut yang dimana lesi RAS pernah mucul. Semua lesi RAS sembuh dan
Berdasarkan gambaran klinis RAS dibagi menjadi tiga tipe antara lain:
Keadaan yang biasa atau tipe RAS yang paling sering ditemui, biasanya
ulser berbentuk bulat atau bulat telur. Lesi paling sering muncul di mukosa bukal
dan mukosa labial. Lesi biasanya jarang muncul pada palatum atau gingiva yang
berkeratin. Pada RAS yang ringan, lesi mencapai ukuran 0,3-1,0 cm, disebut juga
minor ulcer dan memulai penyembuhan dalam satu minggu. Penyembuhan tanpa
scarring biasanya selesai dalam 10-14 hari (Greenberg and Glick. 2008).
Pasien dengan major ulcer mempunyai lesi yang dalam dan mempunyai
diameter lebih besar dari 1cm (bisa mencapai 5cm). Sebagian besar dari mukosa
oral dapat tertutupi oleh ulcer besar yang dalam dan dapat menjadi confluent. Lesi
sangat menyakitkan dan menganggu saat bicara dan saat makan. Banyak dari
pasien ini secara terus menerus meninggalkan satu klinisi dan mendatangi klinisi
yang lain, hanya untuk mencari “penyembuhan”. Lesi dapat bertahan selama
sebulan dan terkadang dapat menjadi salah diagnosa sebagai squamous cell
berkurangnya mobilitas dari uvula dan lidah dan penghancuran dari sebagian
mukosa oral.
Jenis RAS yang paling jarang terjadi adalah tipe herpetiform, yang
cenderung terjadi pada orang dewasa. Pada pasien akan muncul small punctate
ulcer yang menyebar di sebagian besar mukosa oral (Greenberg and Glick. 2008).
Ulkus awalnya 1-3 mm, tetapi dalam jumlah yang sangat banyak (Scully, 2010).
19
3.2.4 Diagnosa
berdasarkan riwayat rekurensi lesi dan sifat lesi yang dapat sembuh sendiri.
Diagnosis SAR didasarkan pada anamnesa dan gambaran klinis dari ulser.
Biasanya pada anamnesa, pasien akan merasakan sakit dan terbakar pada
sejak dari umur berapa terjadi, lama (durasi), serta frekuensi ulser. Setiap
hubungan predisposisi juga harus dicatat. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
ulser pada bagian mukosa mulut dengan bentuk yang oval dengan lesi ±1 cm yang
sitologi, biopsi, dan kultur bila ulser tidak kunjung sembuh (Murchison, 2014).
20
3.2.5 Pengobatan
dalam 10-14 hari setelah onset, namun kelainan ini dapat menimbulkan rasa yang
sangat sakit. Tujuan dari terapi harus dapat mengurangi inflamasi, meminimalisir
rasa sakit dan rasa tidak nyaman, serta mempercepat proses penyembuhan.
yang ringan dengan 2-3 lesi ringan dapat digunakan obat topikal seperti Orabase
atau Zilactin. Sebagai pereda rasa sakit dapat digunakan topikal anestesi atau
diklofenak. Topikal analgesik dengan sediaan dengan sediaan obat kumur atau
atau dicairkan sebagai obat kumur, lebih efektif untuk kasus SAR yang parah.
sekunder sementara, dengan sediaan obat kumur, gel, an pastiles. Obat kumur
sehari setelah makan dan dikumur dalam mulut sekitar 1 menit, mengurangi
durasi dan ketidaknyaman SAR. Larutan zink sulfat dan zinnk klorida juga
mengurangi ukuran lesi. Gel dapat digunakan 2 – 3 kali sehari sesudah makan dan
saat akan tidur. Pada lesi yang lebih besar tetapi dapat dilakukan dengan
meletakkan gauze sponge yang berisi topikal steroid pada lesi lalu dibiarkan
diinstruksikan untuk tidak makan dan minum sekitar satu jam setelah aplikasi
topikal kortikosteroid tersebut. Obat topikal lainnya yang dapat mengurangi waktu
penyembuhan SAR adalah tetrasiklin topikal, yang dapat digunakan sebagai obat
kumur atau diaplikasikan pada gauze sponge. Pada lesi mayor atau lesi minor
yang multipel dan tidak merespon terapi topikal diberikan terapi sitemik seperti
3.2.6 Pembahasan
atau vitamin B12), trauma, stres , dan makanan tertentu (Scully, 2010). Selain itu
ada beberapa penyakit menular yang dapat mengakibatkan ulserasi yaitu AIDS
22
Lesi RAS bisa sangat mirip dengan manifestasi penyakit lain dan sulit
beberapa hal yang perlu diketahui di yaitu Jumlah, bentuk, dan ukuran lesi, serta
seberapa sering lesi hilang timbul (rekuren), usia penderita saat pertama kali
sistem organ atau adanya gejala lain dan obat-obatan yang sedang dikonsumsi
(Casiglia, 2015).
Terapi stomatitis aftosa rekuren tidak memuaskan dan tidak ada yang
pasti. Telah banyak obat yang dicoba menanggulangi stomatitis namun tidak ada
yang efektif. Jadi, sebaiknya dilakukan pencegahan dengan cara Hindari stress
yang berlebihan, dan tingkatkan kualitas tidur minimal 8 jam sehari, perbaiki pola
yang merangsang, makan makanan yang panas, dan menjaga kebersihan gigi dan
rongga mulut yang disebabkan oleh paparan trauma (Cawson and Odell, 2002).
Secara klinis, traumatic ulcer terlihat sebagai suatu lesi ulseratif, dapat tunggal
23
atau multipel, berbentuk simetris atau asimetris, bentuk oval dan cekung, eritema
di perifer, bagian tengah berwarna kuning-kelabu dan terasa sakit (Cawson and
Odell, 2002 ; Field, 2003). Ukuran dari ulkus bervariasi tergantung dari trauma
yang menjadi penyebab (Cawson and Odell, 2002 ; Gandolfo et al, 2006). Rongga
mulut dilapisi oleh suatu mukosa tipis yang tersusun dari epithelium dan tidak
setebal epithelium kulit sehingga mukosa tersebut lebih mudah mengalami luka
trauma (Field and Longman, 2003 ; Gandolfo et al, 2006). Paparan trauma
menimbulkan suatu bentuk lesi ulseratif, dapat meluas pada lapisan dalam
mengenai jaringan ikat sehingga menimbulkan rasa nyeri yang berat (Greenberg
Traumatic ulcer secara umum dapat terjadi pada semua usia, baik pria
maupun wanita dengan lokasi yang bervariasi yaitu pada mukosa pipi, mukosa
bibir, palatum dan tepi perifer lidah dengan ukuran lesi bervariasi dari beberapa
millimeter hingga centimeter (Cawson and Odell, 2002 ; Field and Longman,
2003 ; Gandolfo et al. 2006). Lesi biasanya berwarna kemerahan dan dibagian
Perbedaannya yang utama dengan RAS adalah RAS dapat dilihat adanya
sedangkan ulser traumatik tidak adanya keterlibatan dari HLA dan tidak rekuren
karena disebabkan oleh faktor lokal. Bentuk lesi RAS berbentuk bulat atau oval,
24
sedangkan ulser traumatik irregular. RAS biasanya mengenai mukosa non keratin
seperti mukosa bukal dan labial, sedangkan ulser tarumatik dapat mengenai
pembuluh darah kecil dan sedang dan inflamasi dari epitel yang disebabkan oleh
triad gejala : ulser oral rekuren, ulser genital rekuren, dan lesi pada mata. Diduga
25
memiliki kesamaan mekanisme respon imun dengan RAS. Lesi tunggal yang
paling umum terjadi pada Behçet’s syndrome terjadi di mukosa oral. Ulser oral
rekuren muncul pada lebih dari 90% pasien; lesi ini tidak dapat dibedakan dari
RAS. Beberapa pasien memiliki riwayat lesi oral ringan yang rekuren; beberapa
pasien lainnya memiliki lesi yang beRAS dan dalam serta meninggalkan jaringan
parut yang mirip dengan lesi RAS mayor (Greenberg and Glick. 2008).
Rekuren Perbedaan utama dengan SAR adalah dalam hal faktor etiologi/
penyebabnya yaitu pada infeksi HSV adalah virus sedangkan pada RAS dapat
multifaktorial.
RAS adalah lesi RAS terbentuk dari papul yang ruptur, sedangkan infeksi HSV
lesi awalnya adalah vesikel. Infeksi HSV disertai dengan keluhan sakit, rasa
terbakar, gatal, dan bisa melibatkan mukosa berkeratin sedangkan RAS tidak
disertai gatal dan hanya mengenai mukosa non keratin. Infeksi herpes rekuren
dalam rongga mulut (recurrent herpes labialis [RHL]; recurrent intraoral herpes
26
simplex infection [RIH]) muncul pada pasien yang pernah terinfeksi herpes
simpleks dan memiliki serum antibodi untuk melawan infeksi eksogen primer.
yang menjadi laten dalam jaringan saraf antara episode-episode dan masa
replikasi.
manusia, dan lesi herpes rekuren bisaanya muncul setelah pembedahan yang
melibatkan ganglion tersebut. Herpes rekuren dapat juga diaktivasi oleh trauma
pada bibir, demam, sinar matahari, imunosupresan, dan menstruasi. Virus berjalan
ke bawah menuju batang saraf untuk menginfeksi sel epitel, menyebar dari sel ke
Tabel 3.2 Perbedaan Infeksi HSV rekuren dan RAS tipe herpetiform
27
BAB IV
PEMBAHASAN
ulser berwarna putih, bentuk bulat, reguler, diameter ±3mm dan didiagnosa
sebagai Reccurent Aphthous Stomatitis. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan
pada literatur, bahwa gambaran klinis dari Reccurent Aphthous Stomatitis adalah
biasanya ulser berbentuk bulat atau bulat telur, tidak melekat pada gusi atau
langit-langit keras dan jarang pada dorsum lidah, diameternya 2-4 mm, sembuh
pasti. Tetapi ada beberapa faktor umum yang diperkirakann menjadi penyabab
RAS antara lain; faktor keturunan, faktor defisiensi nutrisi, dan faktor gangguan
imunologi. Faktor utama yang diperkirakan dapat menyebabkan SAR adalah stres.
yang disebabkan karena pasien jarang makan makanan berserat seperti sayur dan
semakin perih pada saat makan dan minum (panas maupun dingin), berkumur,
psikologis pasien saat ini sedang kurang baik (banyak pikiran/stress). Pasien juga
27
28
disebabkan karena menyikat gigi terlalu keras, sariawan biasa sembuh 7-14 hari.
Selain itu pasien memiliki pola tidur yang kurang baik dimana pasien sering tidur
setelah jam 12 malam dan bangun sekitar jam 5. Pasien ingin sariawannya dirawat
dan diobati.
mukosa bukal regio gigi 14. Dari anamnesis dan pemeriksaan klinis, dapat
disimpulkan diagnosis penyakit dari pasien ini adalah RAS (Recurrent Aphthous
Stomatitis) a/r mukosa bukal rahang atas yang muncul tiba-tiba dan diperkirakan
fisik / kelelahan / pola tidur yang kurang baik dan stress psikologis / banyak
pikiran serta kurang mengonsumsi buah-buahan dan sayuran hijau dalam jumlah
yang cukup.
mengaku sedang mengalami stress psikologis (banyak pikiran) dan stress fisik
(pola tidur tidak baik) sehingga imunitasnya menurun. Stress berpengaruh pada
kondisi rongga mulut, merupakan faktor predisposisi dari terjadinya RAS. Stress
berhubungan dengan fungsi hormonal, dimana di saat stress bagian emosional dari
otak akan mempengaruhi pengeluaran hormon dari kelenjar pituitary dan kelenjar
Pengeluaran kortisol yang berlebihan akan menekan fungsi sistem imun dengan
29
mengurangi limfosit (Imanda, 2003). Imunitas yang paling banyak berperan pada
RAS adalah imunitas selular. Limfosit merupakan tipe sel dominan pada lesi
RAS. Pada stadium akhir pada lesi berat terlihat dominasi limfosit dan histokit.
mengeliminasi materi antigen atau produk dari jaringan ikat yang rusak pada RAS
frekuensi tinggi pada daerah lesi dini menjelaskan kemungkinan kuman tersebut
ikut berperan serta dalam proses terjadinya RAS. Hal ini menunjang pernyataan
adanva reaksi silang mikroba dengan antigen mukosa mulut dan menginduksi
respon imun (Systig, et al. 2001). Terapi yang diberikan kepada pasien adalah
memperbaiki pola tidur yang tidak cukup. Setelah 14 hari pasien datang kembali
untuk kontrol dengan keadaan ulkus pada mukosa labial rahang atas sudah
KESIMPULAN
ditujukan untuk terapi RAS. Pada kunjungan kontrol didapatkan lesi RAS pasien
sudah sembuh. Selain itu dianjurkan juga untuk mengonsumsi sayur dan buah-
hijau (Fe) dan vitamin B12 (berupa protein hewani), serta menjaga pola makan
sehat dan pola tidur yang cukup sebagai upaya memperbaiki kondisi sistemiknya.
Sebagai terapi lanjutan untuk mencapai keadaan oral hygiene yang baik
30
DAFTAR PUSTAKA
31
32