Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH STUDI KASUS MAYOR ILMU PENYAKIT MULUT

KONFIRMASI DIAGNOSIS LESI ORAL LICHEN PLANUS DAN


AMALGAM TATTOO

Laporan Kasus

Diajukan untuk Diskusi Kasus Departemen Ilmu Penyakit Mulut


Pada Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran

Disusun oleh :

Ninda Kartikadewi

160112130004

Gitania Puspita Dewi

160112130005

Pembimbing :

Dr. Irna Sufiawati, drg., Sp.PM

UNVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2015
1

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ........................................................................................... 1

DAFTAR GAMBAR............................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 4

BAB II STATUS KLINIK DAN KONTROL.................................... 7

2.1 Status Klinik IPM................................................................ 7

2.1.1 Data Pasien................................................................ 7

2.1.2 Ananmesis, Pemeriksaan Fisik dan Penunjang ........ 7

2.1.3 Hasil Pemeriksaan Histopatologi Biopsi Ekstirpasi.. 9

BAB III TINJAUAN PUSTAKA......................................................... 10

3.1 Oral Lichen Planus.............................................................. 12

3.1.1 Etiologi dan diagnosis............................................... 12

3.1.2 Gambaran Klinis....................................................... 13

3.1.3 Gambaran Histopatologis.......................................... 17

3.1.4 Studi Immunoflourescent.......................................... 18

3.1.5 Diferential Diagnosis................................................. 18

3.1.6 Studi Klinis dan Prognosis........................................ 19

3.1.7 Perawatan.................................................................. 20

3.2 Amalgam Tattoo................................................................. 21

BAB IV PEMBAHASAN...................................................................... 18
2

BAB V SIMPULAN............................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 27
3

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 ........................................................................................... 8

Gambar 2.2 ........................................................................................... 8

Gambar 2.3 ........................................................................................... 9

Gambar 2.4 ........................................................................................... 9

Gambar 2.5 ........................................................................................... 10

Gambar 2.6 ........................................................................................... 10

Gambar 3.1............................................................................................ 15

Gambar 3.2............................................................................................ 15

Gambar 3.3............................................................................................ 16

Gambar 3.4............................................................................................ 16

Gambar 3.5............................................................................................ 16

Gambar 3.6............................................................................................ 16

Gambar 3.7............................................................................................ 17

Gambar 3.8............................................................................................ 17

Gambar 3.9............................................................................................ 18
4

BAB I

PENDAHULUAN

Oral lichen planus (OLP) merupakan penyakit mukokutaneus kronis yang bersifat

autoimun yang biasanya melibatkan mukosa rongga mulut, yaitu berupa inflamasi kronis

yang mengenai epitel berlapis skuamosa. OLP merupakan penyakit akibat rusaknya sel basal

karena kondisi imunologis yang penyebabnya tidak diketahui . Stres, genetik, makanan, obat-

obatan, plak gigi, penyakit sistemik dan kebersihan mulut yang buruk diduga menjadi pemicu

terjadinya OLP (Boorghani et al., 2010).

Penyakit ini umumnya mengenai sekitar 1-2% populasi dan lebih sering mengenai

wanita dibandingkan pria dengan perbandingan 2:1. OLP biasanya terjadi pada individu

antara 30-60 tahun. Beberapa bentuk manifestasi klinis dari OLP yaitu retikular, papula,

bentuk plak, atropik, erosif dan bula. Lesi-lesi ini biasanya terjadi bilateral pada mukosa

bukal, mukobukal fold, gingiva, lidah dan bibir (Boorghani et al., 2010).

Tipe retikular merupakan bentuk umum dari OLP. Biasanya muncul dengan

gambaran striae-striae keratotik putih ( Wickham’s striae ) dengan batas eritema. Bentuk

plak dari OLP mulai dari bentuk rata, halus hingga irregular. Plak biasanya ditemui pada

lidah dan mukosa bukal. Tipe retikular dan plak biasanya tidak menimbulkan rasa sakit

(Boorghani et al., 2010).

Bentuk erosif merupakan bentuk umum yang kedua dari OLP, berupa gambaran area

eritema dan ulserasi.Apabila terdapat pada gingiva, maka disebut deskuamatif gingivitis. Tipe

ini biasanya menimbulkan rasa sakit dan ketidaknyamanan pada pasien (Eisen et al., 2005). .

Bentuk atropik dari OLP biasanya difus, eritematus yang dikelilingi striae putih.

Sedangkan bentuk bula dari OLP biasanya muncul pada mukosa bukal dan daerah lateral dari
5

lidah. Bentuk bulla ini biasanya langsung pecah dan meninggalkan gambaran erosif (Eisen et

al., 2005)

OLP tipe retikular dan plak umumnya tidak memerlukan perawatan. Perawatan

hanya diberikan untuk mengurangi panjang dan keparahan dari gejala simtomatis, terutama

pada lesi atropik dan ulseratif (Eisen et al., 2005). . Menurut beberapa literatur dikatakan

bahwa perawatan OLP dapat berupa kortikosteroid, retinoid,cyclosporine , dan phototherapy

(Al-Hashimi et al., 2007).

Amalgam tattoo adalah suatu pigmentasi yang sering terjadi terjadi pada

bagian mukosa rongga mulut. Amalgam tattoo ini terjadi akibat adanya deposit dari

amalgam. Sehingga pada terkadang terjadi pigmentasi pada daerah gigi yang terdapat

restorasi dari amalgam (Greenberg, 2008).

Lesi dari amalgam tattoo ini biasanya kecil, asimtomatik, macular, dan

terkadang tampak abu kebiruan sampai hitam. Biasanya dapat ditemukan pada

bagian permukaan mukosa. Biasanya amalgam tatto sering terjadi pada bagian

gingiva, mukosa alveolar, dan mukosa bukal. Amalgam tattoo biasanya terdapat pada

daerah gigi yang terdapat restorasi amalgam yang luas. Amalgam tattoo terjadi akibat

adanya deposit dari amalgam dimana amalgam tersebut digunakan pada restorasi.

Deposit tersebut menyebabkan suatu pigmentasi (Greenberg, 2008).

Pemeriksaan untuk amalgam tattoo biasanya dilakukan degan pemeriksaan

histopatologis ataupun radiografis. Sebenarnya amalgam tattoo tidak berbahaya

sehingga tidak diperlukan pengobatan. Namun amalgam tattoo mengganggu estetik

dari pasien sehingga pada beberapa kasus, pembedahan dapat dilakukan untuk

menghilangan bagian yang terpigmentasi ini (Greenberg, 2008).


6

Makalah laporan kasus ini akan membahas mengenai pasien wanita 38 tahun

dengan temuan klinis plak keratotik putih di mukosa bukal kiri dan kanan dan nodul

dengan inti berwarna hitam di mukosa bukal kiri -/+ sejak 6 bulan lalu, dengan

riwayat rasa perih tanpa riwayat merokok dan meminum alkohol.


7

BAB II

STATUS KLINIK DAN KONTROL

2.1 Status Klinik IPM

2.1.1 Data Pasien

Tanggal : 4 Juni 2015

Nama Pasien : Ny. IK

Nomor Rekam Medik : 2015-06617

Usia : 38 tahun

Status Perkawinan : Menikah

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat Rumah : Jl Ligar Melati no 44

2.1.2 Anamnesis, Pemeriksaan Fisik dan Penunjang

S Sariawan muncul di pipi kanan dan kiri -/+ sejak 6 bulan yang lalu, terasa

perih terutama di sebelah kiri. Sebelumnya datang ke RSKGM dan diberi

aloclair tetapi tidak sembuh.


O Nodul di mukosa bukal regio 37 + Plak putih keratotik dengan batas eritem di

muccobucal fold regio 15-16 dan 25-27

Nodul dibawah mukosa labial region 3


8

A Oral Lichen Planus dan amalgam tattoo


P Prednisone tab 50 mg no X (3dd1)

Pro Biopsi

Gambar 2.1. Keadaan Intraoral Pasien Pada kunjungan – 1 di regio mukosa bukal kiri

Gambar 2.2. Keadaan Intraoral Pasien pada kunjungan 1 di regio mukosa bukal kanan

2.1.3. Hasil Pemeriksaan Histopatologi Biopsi Ekstirpasi


Jaringan Ikat Limfosit, PMN ,
Fibrokolage sel Plasma
n
Pembuluh darah
9

Epitel gepeng berlapis


hiperplastis berkeratin,
parakeratosis sebagian
akantosis

Gambar 2.3 Hasil Pemeriksaan PA Sample Oral Lichen Planus (Pembesaran

100x)

Gambar 2.4 Hasil Pemeriksaan PA Sample Oral Lichen Planus (Perbesaran

20x)
10

sel epitel hiperplastis,


berkeratin,
parakeratosis

Serbukan masif sel Daerah


radang limfosit, perdarahan
histiosit, sel plasma,
esoinofil, PMN, deposit
pigmen

Jaringan ikat
fibrokolagen

Gambar 2.5 Hasil Pemeriksaan PA Sampel Tatto Amalgam (Perbesaran 100x)

Gambar 2.6 Hasil Pemeriksaan PA Sampel Tatto Amalgam (Perbesaran 20x)

Hasil Pemeriksaan Histopatologi :


11

Makroskopis :

 Oral. Diterima sebuah jaringan ukuran 0,4x0,3x0,3 cm, putih, kecoklatan,

kenyal.

 Tatto amalgam. Dterima sebuah jaringan ukuran 0,6x0,4x0,2 cm, putih,

kecoklatan, kenyal.

Mikroskopis :

I. Sediaan dilapisi epitel gepeng berlapis sebagian ada hiperplastis, berkeratin,

parakeratosis, sebagian akantosis lapisan basal sebagian rusak, inti dalam

batas normal. Subpeitelial tampak jaringan ikat fibrokolagen yang mengalami

degenerasi hyalin bersebukan masif sel radang limfosit, sel plasma, eosinofil,

PMN, sel histosit yang sebagian menginfiltrasi sampai ke pembuluh vaskuler.

Tampak pula dilatasi pembuluh darah dan perdarahan.

II. Sediaan dilapisi epitel gepeng yang tumbuh hiperplastis, berkeratin,

parakeratosis sebagian lapisan basal rusak. Inti dalam batas normal. Subepitel

tampak jaringan ikat fibrokolagen yang mengalami degenerasi hyalin

berserbukan masif sel radang limfosit, histiosit, sel plasma, beberapa

eosinofil, PMN disertai deposit pigmen. Tampak pula daerah perdarahan.

Kesimpulan:

I dan II: oral lichen planus disertai tatto amalgam a/r mukosa bukal.
12

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Oral Lichen Planus

Oral lichen planus adalah penyakit chronic immunologic inflammatory


mucocutaneous umum yang bentuknya bervariasi, dari keratotic (reticular atau
plaque-like) sampai erythematous dan ulcerative. Sekitar 28% pasien pengidap OLP
juga mengalami lesi pada kulit. Lesi kulitnya berupa papula violaceous datar dengan
fine scaling pada permukaannya. Tidak seperti lesi oral, lesi pada kulit biasanya
terbatas (self-limiting), hanya bertahan 1 tahun atau kurang. Kurangnya studi
epidemiologic dari penyakit ini dan bervariasinya tanda dan gejalanya membuat
perkiraan prevalensinya menjadi sulit.

3.1.1 Etiologi dan Diagnosis

Etiologi dari lichen planus melibatkan cell-mediated immunologically


membuat degenerasi dari lapisan sel basal dari epitel. Lichen planus merupakan satu
macam penyakit broader-range dimana secara imunologis yang menginduksi lesi
lichenoid sebagai penyebab umum. Jadi, ada banyak kesamaan klinis dan histologis
antara lichen planus dan lichenoid dermatosa dan stomatitis karena obat, penyakit
autoimun dan reaksi graft-versus-host. Walaupun lichen planus dapat bermanifestasi
sebagai lesi yang tercirikan dengan baik, diagnosis berbeda untuk lesi spesifik akan
sangat luas. Kemungkinan factor penyebabnya, seperti stress, diabetes, hepatitis c,
trauma dan hipersensitif pada obat dan logam, mempunyai berbagai tingkat
pendukung sebagai penyebab penyakit ini, dengan tiga penyebab terakhir, merupakan
bukti yang menyakinkan sebagai factor pendukung terjadinya OLP. Setidaknya,
beberapa factor ini dapat menambah resiko berkembangnya OLP pada pasien yang
rentan.
13

Seperti dijelaskan di atas, factor penyebab spesifik OLP “sejati” tidak dapat
diidentifikasikan. Bagaimanapun juga, perubahan klinis dan mikroskopis yang selalu
menjadi ciri sebagai OLP akan selalu terjadi sebagi respon terhadap berbagai agen
(seperti obat, kimia, logam, dan makanan). Ketika manifestasi ini terjadi, ini disebut
sebagai reaksi “lichenoid”. Ketika agen penyerang atau antigen dihilangkan, gejala
dan tanda-tandanya akan terbalik; sebagai contoh kasus yang pernah terlaporkan
seperti reaksi terhadap restorasi dental, mouth rinses, antibiotic, gold injections untuk
arthritis, dan status immunocompromised seperti penyakit graft-versus-host. Reaksi-
reaksi ini dapat dengan mudah dibedakan dengan reaksi hipersensitivitas lainnya
seperti urticaria, atau erythema multiforme, dimana berbeda dari segi klinis dan
mikroskopisnya.

Ini seringkasi membingungkan penetapan variasi klinis melalui clinical work-


up dan pemeriksaan histologis untuk menyingkirkan kemungkinan adanya dysplasia
dan carcinoma. Ini memerlukan tidak hanya biopsy awal tetapi juga biopsy lanjutan
ketika terjadi perubahan tanda dan gejalanya.

Gambar 3.1 Pola retkular dari lichen planus.


14

Gambar 3.2 Lesi atropik dan reticular dari lichen planus.

Gambar 3.3 Lesi reticular dengan beberapa ulserasi yang terlihat.

Gambar 3.4 dan 3.5 Plaque-form Lichen planus


15

Gambar 3.6 Lichen planus dengan lesi papular.

Gambar 3.7 dan 3.8 Erosive lichen planus dengan lesi bullous

3.1.2 Gambaran Klinis

Pada umumnya, pembelajaran pada pasien OLP memperlihatkan bahwa tidak


ada bukti factor bias genetic atau keseragaman etiologi. Rata-rata umur terjadinya
OLP sekitar dekade kelima, dan perempuan sebagai predominannya. Walaupun OLP
dapat terjadi pada beberapa tempat mukosa mulut, mukosa bukal adalah yang paling
sering sebagai tempat terjadinya OLP. OLP dapat diasosiasikan dengan rasa sakit dan
tidak nyaman, yang mengganggu fungsi dan kualitas hidup. Kurang lebih 1% dari
populasi dapat terjadi cutaneous lichen planus. Rata-rata prevalensinya pada OLP
16

berkisar antara 0,1 dan 2,2%. Lesi kulit pada lichen planus dapat digambarkan secara
klasik sebagai ungu, pruritic, dan papula polygonal.

OLP diklasifikasikan sebagai reticular (dengan bentuk lacelike keratotic


mucosal), atrophic (perubahan keratotik dikombinasikan dengan erythema mukosa),
atau erosive (ulcer pseudomembrane-covered dikombinasikan dengan keratosis dan
erythema) dan bullous (vesiculobullous dikombinasikan dengan reticular atau bentuk
erosive). Terlepas dari bentuk penyakit bullous dan erosive, OLP reticular
perkembangan lesinya cukup lambat dan painless yang biasanya asimptomatik
sebelum OLP reticular diidentifikasikan selama pemeriksaan oral rutin. Sifat klinis
dari lesinya pada pasien OLP seringkali bervariasi pada waktu, seperti luasnya dan
area erosi dari atrophic mukosa.

Bentuk reticular terdiri dari (a) slightly elevated fine whitish lines (garis
berwarna keputihan) (wickham’s striae) yang memproduksi bentuk lacelike atau
bentuk garis radiasi, atau (b) lesi annular. Bentuk ini merupakan bentuk lichen planus
yang paling umum dan paling cepat dapat diketahui. Kebanyakan pasien dengan
lichen planus pada suatu waktu dapat memperlihatkan beberapa area reticular.
Tempat yang paling umum yang sering terjadi termasuk mukosa bukal (biasanya
secara bilateral), diikuti dengan lidah, bibir, gusi, dasar mulut dan pada palatum yang
biasanya jarang terjadi. Whitish elevated lesion atau papula, diameternya biasanya
berkisar 0,5-1 mm, dapat dilihat pada area yang terkeratinisasi secara baik dari oral
mukosa. Bagaimanapun juga, lesi plaquelike besar juga dapat terjadi pada pipi, lidah
dan gingival, dan ini sangat sulit dibedakan dengan leukoplakia.

Bullous lichen planus sangat jarang dan terkadang dapat membuat bentuk
penyakit linear IgA. Atrophic lichen planus hadir dalam bentuk area terinflamasi dari
mukosa oral dilapisi oleh epitel tipis yang terlihat kemerahan. Lesi erosive mungkin
dapat berkembang sebagai komplikasi dari proses atrophic ketika sel epitel tipis
terabrasi atau terulserasi. Lesi-lesi ini bersifat simptomatik, dengan gejala seperti
mild burning sampai nyeri hebat.
17

Papular, plaquelike, atrophic dan lesi erosive sangat sering dibarengi oleh lesi
retikular, dimana merupakan bagian penting dalam evaluasi klinis untuk menentukan
kasus dari lichen planus. Karaktersitiknya, area mukosa oral yang terjangkit tidak
terikat ke bawah atau menjadi inelastis oleh lichen planus, dan garis karatotic putih
tidak dapat dihilangkan baik dengan cara stretching/peregangan mukosanya atau
menggosok permukaannya. Lesi papular retikular umumnya asimptomatis; sedangkan
bentuk atrophic, erosive dan bullous biasanya diasosiasikan dengan nyeri.

Lichen planus atrophic atau erosive melibatkan gingive sehingga


menghasilkan desquamative gingivitis, kondisi yang dikarakteristikan oleh bright red
edematous patches yang melibatkan lebar penuh attached gingiva. Secara histologis,
lichen planus harus dibedakan dari penyakit lainnya yang menyebabkan
desquamative gingivitis, seperti pemphigoid membran mukosa dan pemphigus.
Lichen planus telah digambarkan dalam hubungannya dengan penyakit autoimun.

3.1.3 Gambaran Histopatologis

Tiga penampakan yang dianggap cukup penting bagi diagnosa histopatologis


lichen planus: (1) area hyperparakeratosis atau hyperorthokeratosis, biasanya disertai
dengan penabalan lapisan sel granulardan terlihatnya saw-toothed rete pegs; (2)
“Liquefaction degeneration”, atau nekrosis dari lapisan sel basal, yang biasanya
digantikan oleh kelompok eusinophil; dan (3) terlihat subepithelial yang padat karena
limfosit. Sel epithelial yang terisolasi, menyusut disertai dengan sitoplasma
eosinophil dan juga disertai dengan satu atau lebih fragmen pyknotic nuclear (civatte
bodies), biasanya tersebar didalam epithelium dan superficial lamina propria. Ini
memperlihatkan sel yang sudah mengalami apoptosis. Infiltrasi linear sub-basilar
liymphosit, sebagian besar terdiri dari sel T. Studi immunohistochemical sudah
menetapkan bahwa perbandingan T4/T8 dari limfosit di dalam epithelium dan lamina
propria di dalam lesi lichen lebih tinggi dibandingkan dengan mukosa normal atau
mukosa leukoplakic, dan dengan begitu menghasilkan suatu penampakan tambahan
sebagai pembeda antara leukoplakia dan reaksi lichenoid.
18

Gambar 3.9 spesimen jaringan OLP pada cairan formalin.

3.1.4 Studi Immunoflourescent

Studi immunofuorescent dari spesimen biopsi yang berasal dari lesi lichen
planus memperlihatkan sejumlah penampakan yang tidak terlihat di hematoxylin-
eosin stain (H&E stain) dan keduanya memperlihatkan mode perkembangan dari
luka ini dan memberikan bantuan untuk membedakan lichen planus dari bermacam-
macam dermatoses lainnya. Immunofluoroscent langsung, memperlihatkan
fibrinogen yang shaggy (berbulu kasar) di dasar membrane pada 90-100% kasus.
Pasien juga mungkin mempunyai banyak IgM-staining cytoid bodies (sebagian
besar), yang biasanya terletak di dermal papilla atau di area peribasalar area. Cytoid
bodies ini dianggap sebagai tanda-tanda lichen planus jika mereka muncul dalam
jumlah banyak atau muncul dengan bentuk cluster yang berkelompok.

3.1.5 Differential Diagnosis 

Diferensial diagnosis Lichen Planus harus mempertimbangkan berbagai lesi


lichenoid lainnya (misalnya, drug-induced lesion, erythema multiforme, lupus
erythematosus, dan graft-versus-host reaction), serta leukoplakia, squamous cell
carcinoma, pemphigoid selaput lendir, dan candidiasis.

Gambaran klinis  dan distribusi dari lesi sangat membantu, walaupun tidak
selalu memberikan diagnosis yang tegas, biopsi harus dilakukan sebelum pengobatan
19

dari lesi. Asymptomatic Planus sering tidak diberikan terapi dan biopsi biasanya tidak
dilakukan. Biopsi dari papular dan plaquelike OLP harus dilakukan untuk
menghilangkan leukoplakia. Biopsy biasanya dilakukan pada bentuk bullous,
sebagian karena itu adalah gejala dan sebagian  untuk membedakan dari gangguan
vesiculobullous lain.

3.1.6 Clinical Course dan Prognosis 

Andreasen menghitung bahwa 41% dari lesi retikuler sembuh secara spontan,


sedangkan 12% dari lesi atrofik, 7% dari lesi plaquelike, dan 0% dari Lesi erosive
sembuh tanpa pengobatan. Silverman dan Griffith melaporkan bahwa ketika
mengamati lebih dari 1 tahun, kira-kira 10% dari kelompok pasien dengan lesi
erosive didominasi telah remisi. Yang lebih baru, lebih besar, dan penelitian
prospektif,  Thorn melaporkan bahwa papular dan ulseratif (yg menyebabkan erosive)
mengalami perubahan jangka pendek sedangkan lesi atrofik dan perubahan plaque
terdapat banyak remisi dan baru berkembang lesi. Thorn menunjukkan bahwa
pemberian steroid topical jangka panjang dan antimycotic terapi tampaknya tidak
memiliki pengaruh pada perjalanan penyakit. Banyak laporan telah menghubungkan
lesi lichenoid dengan merkuri dan emas. Penghilangan tambalan amalgam pada
pasien yang berhubungan dengan lesi dapat menjadi solusi untuk mempercepat
penyembuhan.

Status OLP sebagai kondisi premalignant  dapat dilihat dengan munculnya


sel skuamosa  carcinoma pada kebanyakan seri berkisar 0,4-2,0% per periode 5-
tahun. Meskipun transformasi ganas dilaporkan lebih cenderung dalam lesi yg
menyebabkan erosive, dapat dikarenakan pemaparan yang lebih dalam lapisan epitel
lingkungan oral karsinogen, Ada beberapa ciri lesi yg mungkin menjadi ganas, lesi ini
disebut sebagai oral Lichenoid Displasia
20

3.1.7 Perawatan

Perawatan OLP tidak diketahui, oleh karena itu dilakukan tindakan


therapeutic pada gejalanya. Kortikosteroid merupakan obat yang baik untuk
mengobati gejala dan tanda-tanda OLP. Kortikosteroid topical atau sistemik
merupakan pilihan obat yang dianjurkan untuk setiap penderita OLP.

Kortikosteroid yang berpotensi tinggi untuk mengobati OLP yaitu


kortikosteroid topical dengan komposisi 0,05% fluocinonide (Lidex) dan 0,05%
clobetasol (Temovate). Biasanya berbentuk pasta tau gel. Kortikosteroid topical
dioleskan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan penderita. Steroid topical dapat
digunakan dengan menggunakan kapas (khususnya pada mukosa bagian buccal) atau
dengan kapas tipis yang dibentuk seperti bantalan supaya steroid menyerap ke
dalamnya. Di samping itu, lesi yang jaringannya mengalami erosi yang luas pada gusi
(deskuamasi gingivitis) dapat diobati dengan menggunakan occlusive splint berupa
steroid topical. Terapi oklusive dengan steroid berpotensi tinggi menyebabkan
absorpsi sistemik dan penderita harus berhati-hati dan diawasi ketika menggunakan
pengobatan ini. Pertumbuhan candida berjalan cepat dengan adanya sariawan yang
terjadi, oleh karena itu harus diberikan topikal comittan atau terapi antifungal
sistemik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan obat kumur
antibakteri seperti chlorhexidine akan membantu menghilangkan pertumbuhan jamur.

Steroid sistemik diindikasikan untuk eksaserbasi yang baik untuk perawatan


dengan periode yang singkat dengan kasus recalcitrant yang tidak dapat diobati
dengan steroid topikal. Administrasi sistemik dari tablet prednisone bereaksi baik
dengan dosis antara 40 dan 80 mg setiap hari, yang digunakan kurang dari 10 hari.
Regimen waktu dan dosis berbeda-beda untk setiap orang, namun tergantung pada
status medis penderita, ringan atau tidaknya penyakit, dan respon perawatan
sebelumnya. Titik puncak dan stabilitas dari perawatan berbeda-beda untuk setiap
penderita. Konsultasi pasien sangat diperlukan dokter untuk mengetahui apa yang
dialami penderita.
21

Retinoid juga bermanfaat, biasanya sebagai penghubung antara kortikosteroid


topikal sebagai terapi tambahan untuk OLP. Administrasi sistemik dan topikal beta
all-trans asam retinoid isotretinoin berjalan efektif dan penggunaan topikal dari krim
atau gel retinoid akan menghilangkan retikuler dan lesi yang menyerupai plak pada
penderita. Bagaimanapun perawatan dan pengobatan yang telah dilakukan, namun
sebagian besar dari lesi akan muncul lagi. Retinoid topikal biasanya lebih sering
digunakan daripada retinoid sistemik karena retinoid sistemik sering menimbulkan
efek samping seperti disfungsi liver, cheilitis, dan bersifat teratogenik. Administrasi
sistemik retinoid, temarotene merupakan terai yang efektif untuk OLP. Terapi topikal
dan sistemik lainnya yang bermanfaat untuk pengobatan ini adalah dengan
menggunakan dapsone, doxycycline, dan malarials sebagai tambahannya.

Pemberian secara topikal, cyclosporine, akan membantu mengobati OLP.


Namun, masih terdapat kekurangan dari cyclosporine yaitu bersifat hidrofobik dan
rasanya tidak enak.

Ketika lesi terdapat pada pada sisi mukosa yang dekat dengan restorasi
amalgam dan ketika penderita menggunakan tambalan yang mengandung merkuri
atau logam lainnya, maka restorasi amalgam ini akan membantu proses
penyembuhan penyakit OLP. Tindakan eksisi biasanya tidak diindikasikan untuk
perawatan OLP.

3.2 Amalgam Tattoo

Sejauh ini, sumber paling utama dari pigmentasi oral mukosa adalah Tato
Amalgam. Lesinya kecil, berupa makula berwarna abu kebiruan atau hitam, dan
biasanya terlihat di mukosa buccal, gingiva atau palatum. Sering ditemukan di area
sekitar gigi dengan restorasi amalgam yang besar. Lesi ini dapat juga ditemukan pada
gigi yang direstorasi dimana terdapat kemungkinan terlepasnya amalgam pada saat
gigi sedang dipersiapkan untuk pembuatan mahkota, sehingga etiologinya merupakan
kesalahan iatrogenik, dimana terdapat deposisi amalgam secara tidak sengaja ke
jaringan mukosa. Terakumulasinya amalgam di bur, secara tidak sengaja dapat masuk
22

ke dalam mukosa yang berdekatan dan menyebabkan flek logam. Partikel logamnya
sangat halus, namun terkadang jika cukup besar dapat terlihat pada radiografi.

Fragmen amalgam juga dapat terdeposisi di jaringan oral pada saat ektraksi
gigi. Partikel logam dapat jatuh ke dalam soket ekstraksi, dan selama masa
penyembuhan, amalgam terpendam diantara jaringan pengikat saat reepitelisasi
dimulai. Sejak inilah, selalu terlihat adanya logam pada pemeriksaan radiografis.

Secara mikroskopis, tato amalgam terlihat sebagai stippling serat retikular


halus berwarna coklat, khususnya di sekitar dinding pembuluh darah, dan seringkali
terlihat partikel logam berukuran besar. Dapat terlihat juga infiltrasi sel mononuklear.

Karena lesi tato amalgam tidak berbahaya, maka tidak perlu dihilangkan.
Direkomendasikan untuk biopsi jika lesi berpigmen abu – abu muncul, atau jika lesi
tersebut terlihat di sekitar gigi yang di restorasi; nevi dan melanoma dapat dipilih
sebagai diagnosis diferensial.
23

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kunjungan pertama pasien tanggal 4 Juni 2015, pasien wanita umur 38

tahun mengeluhkan sariawan muncul di pipi kanan dan kiri kurang lebih sejak 6

bulan yang lalu, terasa perih terutama di sebelah kiri. Sebelumnya datang ke RSKGM

dan diberi aloclair tetapi tidak sembuh. Pada pemeriksaan klinis tampak nodul di

mukosa bukal regio 37 + plak putih keratotik dengan batas eritem di muccobucal fold

regio 15-16 dan 25-27, dan nodul dibawah mukosa labial region 3.

Nodul pada mukosa bukal region 37 diduga karena terdapat desposisi

amalgam secara tidak sengaja ke jaringan mukosa yang berasal dari restorasi

amalgam pada gigi 17. Nodul tersebut dikenal sebagai amalgam tattoo. Amalgam

tattoo adalah suatu pigmentasi yang sering terjadi pada bagian mukosa rongga mulut.

amalgam tattoo ini terjadi akibat adanya deposit dari amalgam.

Pada pasien juga terdapat putih keratotik dengan batas eritem di muccobucal

fold regio 15-16 dan 25-27. Plak ini diduga adalah oral lichen planus (OLP) yang

terjadi karena hipersensitifitas pada obat dan logam. Dilakukan biopsy insisi pada lesi

untuk melihat ada atau tidaknya tanda keganasan. Diberikan obat prednisone dan

theragran M.
24

Prednisone merupakan kortikosteroid yang bekerja dengan mencegah

pengeluaran substansi pemicu inflamasi dalam tubuh serta menekan system imun.

Administrasi sistemik dari tablet prednisone bereaksi baik dengan dosis antara 40 dan

80 mg setiap hari, yang digunakan kurang dari 10 hari. Regimen waktu dan dosis

berbeda-beda untk setiap orang, namun tergantung pada status medis penderita,

ringan atau tidaknya penyakit, dan respon perawatan sebelumnya.

Theregran M merupakan multivitamin dan zat besi yang digunakan untuk

mencegah defisiensi vitamin karena diet yang buruk, penyakit tertentu, atau selama

kehamilan.

Dilakukan biopsy eksisi pada lesi amalgam tato karena amalgam tato biasanya

tidak berbahaya dan tidak terdapat riwayat keganasan, sedangkan untuk OLP

biasanya tidak diindikasikan biopsy eksisi, tetapi dilakukan biopsy insisi.

Pada kunjungan ke-2 tanggal 10 Juni 2015, dilakukan pembongkaran restorasi

amalgam pada gigi 26 dan 46. Ketika lesi terdapat pada pada sisi mukosa yang dekat

dengan restorasi amalgam dan ketika penderita menggunakan tambalan yang

mengandung merkuri atau logam lainnya, maka penghilangan restorasi amalgam ini

akan membantu proses penyembuhan penyakit OLP.

Pada kunjungan ke-3 tanggal 20 Juni 2015, pasien diberikan prednisone

kembali.

Pada kunjungan ke-4 tangal 22 Juni 2015, dilakukan restorasi komposit pada

gigi 26 dan 46 pasien.

Hasil pemeriksaan histology secara makroskopis terdapat dua sampel jaringan

dengan konsistensi kenyal berwarna putih kecoklatan. Sediaan dilapisi epitel gepeng
25

berlapis sebagian ada hiperplastis, berkeratin, parakeratosis, sebagian akantosis

lapisan basal sebagian rusak, inti dalam batas normal. Subpeitelial tampak jaringan

ikat fibrokolagen yang mengalami degenerasi hyalin bersebukan masif sel radang

limfosit, sel plasma, eosinofil, PMN, sel histosit yang sebagian menginfiltrasi sampai

ke pembuluh vaskuler. Tampak pula dilatasi pembuluh darah dan perdarahan..Hal ini

menunjukkan adanya imflamasi pada region tersebut yang diduga karena

hipersensitifitas dari bahan logam.

Pada sediaan kedua, sediaan dilapisi epitel gepeng yang tumbuh hiperplastis,

berkeratin, parakeratosis sebagian lapisan basal rusak. Inti dalam batas normal.

Subepitel tampak jaringan ikat fibrokolagen yang mengalami degenerasi hyalin

berserbukan masif sel radang limfosit, histiosit, sel plasma, beberapa eosinofil, PMN

disertai deposit pigmen. Tampak pula daerah perdarahan.

Hasil histopatologi pun didapat sel-sel otot dalam batas normal serta tidak

ditemukan tanda-tanda keganasan. Seminggu setelah biopsi ekstirpasi pasien datang

untuk membuka jahitan dan tidak ditemukan adanya kelaianan dari bekas operasi

tersebut.
26

BAB V

SIMPULAN

Dari rangkaian pemeriksaan hingga tahap perawatan pada pasien Ny IK ini,

dapat disimpulkan bahwa pasien didiagnosa dengan Oral Lichen Planus tipe erosif

dan Tatto Amalgam a/r mukosa bukal, sehingga pasien diinsruksikan untuk

meminum kortikosteroid dan dilakukan pengambilan jaringan tatto amalgam tersebut.


27

DAFTAR PUSTAKA

Al-Hashimi I et al. Oral lichen planus and oral lichenoid lesions: diagnostic and
therapeutic considerations. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol
Endod 2007; 103 (suppl 1): S25-S31.

Boorghani M, Nargies G, Ali TZ, Mehdi V, Masoumeh M. Oral Lichen Planus:


Clinical Features, Etiology, Treatment and Management; A Review of
Literature. J Ros Dent Clin Dent Prospect 2010: 4(1): 3-9

Eisen D, Carozzo M, Sebastian JVB, Thongprasom K. Oral lichen planus: clinical


features and management. Oral Diseases 2005; 11: 338-49.

Greenberg, M.S and Michael Glick. 2008. Burket’s Oral Medicine : Diagnosis and
Treatment. Spanyol : BC Decker Inc.

Anda mungkin juga menyukai