Anda di halaman 1dari 74

ANTISIPASI DAMPAK NEGATIF COVID-19

DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI

Tim Penyusun
Dewan Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia

i
ii
EDITORIAL
Tim Buku Saku

Pelindung : Dekan FKGUI, Prof. Dr. M. F. Lindawati S. Kusdhany, drg., Sp.Pros(K)

Ketua : Ketua DGB-FKGUI, Prof. Anton Rahardjo, drg., M.KM., PhD

Sekretaris : Sek. DGB-FKGUI, Prof. Dr. Sarworini B. Budiardjo, drg., Sp.KGA(K)

Administrasi DGBF : Yuli Kusdwiastini. S.AB

Narasumber : Prof. Anton Rahardjo, drg., M.KM., Ph.D


Prof. Boy M. Bachtiar, drg., M.S., Ph.D., PBO
Prof. Dr. Ellyza Herda, drg., M.Si

Kontributor
Isi Buku Saku : Seluruh anggota DGB-FKG
1. Prof. (E) Dr. S. M. Soerono Akbar, drg,. Sp.KG(K)
2. Prof. (E) S. W. A Prajitno, drg., SKM., M.ScD., Ph.D., Sp.Perio(K)
3. Prof. Heriandi Sutadi, drg., Ph.D., Sp.KGA(K)
4. Prof. Dr. Elza Ibrahim Auerkari., drg., M. Biomed., Sp.OF(K)
5. Prof. Bambang Irawan, drg., Ph.D.
6. Prof. Dr. Hanna Bachtiar, drg., Sp.RKG(K)
7. Prof. Laura Susanti, drg., Sp.Pros(K)
8. Prof. Dr. M. Suharsini, drg., S.U., Sp.KGA(K)
9. Prof. Dr. Benny S. Latief, drg., Sp.BM(K)
10. Prof. Iwan Tofani, drg., Ph.D., Sp.BM(K)
11. Prof. Boy M. Bachtiar, drg., M.S., Ph.D., PBO
12. Prof. Dr. M. F. Lindawati S. Kusdhany, drg., Sp.Pros(K)
13. Prof. Risqa Rina Darwita, drg., Ph.D
14. Prof. Armasastra Bahar, drg., Ph.D.
15. Prof. Dr. Endang Suprastiwi, drg., Sp.KG(K)
16. Prof. Dewi Fatma Sunarti, drg., M.S., Ph.D., PBO
17. Prof. Dr. Sarworini B. Budiardjo, drg., Sp.KGA(K)
18. Prof. Anton Rahardjo, drg., M.KM., Ph.D
19. Prof. Dr. Sri Lelyati, drg., S.U., Sp.Perio(K)
20. Prof. Dr. Miesje K. Purwanegara, drg., S.U., Sp.Ort(K)
21. Prof. Dr. Ellyza Herda, drg., M.Si.
22. Prof. Endang Winiati, drg., M.Biomed., Ph.D., PBO
23 Prof. Dr. Ratna Meidyawati, drg., Sp.KG(K)

iii
Disain Buku Saku : Rosi Maolana, A.MD

Diterbitkan oleh : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia

Redaksi : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia


Ruang Sekretariat FKGUI Gedung A Lantai 2
Jl. Salemba Raya No.4 Jakarta Pusat 10430
Telepon : 021-31930270/ 3151035 Fax. 021-31931412

ISBN : 978-979-456-884-2

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan


sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara dan dalam bentuk apapun juga tanpa seizin
editor dan penerbit.

iv
DAFTAR ISI

EDITORIAL ............................................................................... iii


DAFTAR ISI ............................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................. viii
PENDAHULUAN ....................................................................... x

BAB 1
ANTISIPASI PANDEMI COVID-19
TERHADAP PENDIDIKAN KEDOKTERAN GIGI .......................... 1
1.1 Pendahuluan ................................................................ 1
1.2 Kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh di FKG UI
dalam Mengantisipasi Pandemi COVID- 19 .................... 3
1.3 Sarana dan Prasarana Pelaksanaan
Pembelajaran Daring/PJJ ............................................ 5
1.3.1 Sistem pengelolaan dan sumber daya untuk
interaksi pembelajaran daring di FKGUI ................ 6
1.3.2 Sumber Daya untuk ujian ...................................... 6
1.4 Masalah Penerapan Pembelajaran Daring Selama
dan Pasca Pandemi COVID-19 terhadap Pendidikan
Kedokteran Gigi ........................................................... 7
BAB 2
PANDEMI COVID-19: IMPLIKASI DAN PANDUAN
PENELITIAN DALAM BIDANG KEDOKTERAN GIGI
DI INDONESIA .......................................................................... 9
2.1 Pendahuluan ............................................................... 9
2.2 Keterbatasan dan Peluang Riset Pasca Pandemi
COVID-19 di Bidang Kedokteran Gigi ............................. 11
2.3 Managemen Biosafety Sampel Asal Rongga Mulut
pada Laboratorium Riset Kedokteran Gigi
Pasca Pandemi COVID 19 ............................................... 11

v
2.3.1 Pedoman Penelitian yang Melibatkan Koleksi
Spesimen Asal Manusia ....................................... 11
2.3.2 Definisi ................................................................ 12
2.3.3 Antisipasi ............................................................ 13
2.3.4 Langkah-langkah yang perlu diterapkan di
Laboratorium Riset Kedokteran Gigi yang
belum memiliki fasilitas BSL2 .............................. 14
BAB 3
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
PADA MASA PANDEMI COVID-19 .............................................. 15
3.1 Pendahuluan ............................................................... 15
3.2 Kasus-Kasus Kedaruratan Dental
dan Penatalaksanaannya ............................................. 16
3.2.1 Bidang Bedah Mulut dan Maksilofasial .................. 16
3.2.2 Bidang Prostodonsia ........................................... 17
3.2.3 Bidang Penyakit Mulut .......................................... 17
3.2.4 Bidang Ortodonti ................................................ 18
3.2.5 Bidang Kedokteran Gigi Anak ................................ 19
21
3.2.7 Bidang Radiologi Kedokteran Gigi ........................ 22
3.2.8 Bidang Konservasi Gigi ......................................... 24
3.2.9 Bidang Kesehatan Gigi Masyarakat
dan Pencegahan ................................................... 27
3.3 Penggunaan Teledentistry Selama
29
3.4 Prinsip Keamanan untuk Praktik Pelayanan
Kesehatan Gigi dan Mulut ............................................ 32
36
Bagaimana menghadapi pasien yang lulus skrining
dan tidak lulus skrining ................................................. 37

vi
3.5 Prinsip Desinfeksi Ruang Praktik Pelayanan
Kesehatan Gigi dan Mulut ............................................. 45
3.6 Prinsip Pengelolaan Limbah COVID-19 Pada Pusat
Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut ............................ 46
3.7 Adaptasi Dokter Gigi Terhadap Serangan COVID-19
51

REFERENSI .............................................................................. 53
LAMPIRAN 1 ............................................................................ 57
LAMPIRAN 2 ............................................................................ 58

vii
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaykum wa rahmatullaahi wa barokaatuh, salam


sejahtera bagi kita semua. Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah
SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan perkenanNya maka buku
Antisipasi Dampak Negatif COVID-19 di Bidang Kedokteran Gigi dapat
diselesaikan. COVID-19 adalah penyakit menular baru yang menyebar
dengan cepat ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Pertanggal 2 Mei
2020 di seluruh dunia terdapat 3.344.099 pasien terkonfirmasi positif
COVID-19 dengan total pasien meninggal dunia sebanyak 238.663 jiwa.
Di Indonesia sendiri terdapat 10.843 kasus terkonfirmasi positif
dengan jumlah pasien meninggal sebesar 831 jiwa. Pandemi COVID-19
di Indonesia telah berlangsung sekitar dua bulan sejak pertama kali
diumumkan oleh Presiden Joko Widodo. Begitu banyak permasalahan
yang terdampak dari bencana nasional ini. Masalah utamanya adalah
jumlah penderita dan angka kematian yang terus meningkat dari hari ke
hari. Permasalahan menjadi semakin kompleks karena berbagai aspek
sosial dan ekonomi ikut terdampak.

Di bidang Kedokteran Gigi, dampak negatif COVID-19 tidak hanya


dirasakan oleh penyelenggara pelayanan kepada pasien saja, tetapi
juga pada Bidang Pendidikan Kedokteran Gigi dan Bidang Penelitian,
serta Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat. Rencana antisipasi di
setiap aspek Tridharma Perguruan Tinggi dalam Bidang Kedokteran
Gigi, merupakan prioritas yang perlu dipersiapkan. Atas dasar
pemikiran tersebut, maka seluruh anggota Dewan Guru Besar Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia menyusun buku panduan ini.
Harapannya buku ini dapat menjadi panduan bagi dosen, mahasiswa,
tenaga kependidikan dalam Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi dan
dokter gigi di luar Institusi Pendidikan, selama masa pandemi dan paska
pandemi COVID-19.

viii
Akhir kata, terima kasih sebesar-besarnya saya sampaikan kepada
seluruh anggota Dewan Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia di bawah kepemimpinan Prof. Anton Rahardjo,
drg., M.KM., Ph.D, yang telah bekerja keras dengan kinerja yang
maksimal dalam menyelesaikan buku panduan ini ditengah masa WFH
(Work From Home) walau kami juga menyadari masih perlu
penyempurnaan dalam penyusunan buku ini.

Kami harapkan buku panduan yang merupakan sumbangsih


pemikiran para Guru Besar FKG UI dapat bermanfaat dan menjadi
sumber informasi yang berguna bagi mahasiswa, dosen dan dokter gigi,
serta Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi di Indonesia.

Jakarta, 3 Mei 2020


Dekan FKG UI
Prof. Dr. M. F. Lindawati S. Kusdhany, drg., Sp.Pros(K)

ix
PENDAHULUAN

Coronavirus Disease-2019 atau COVID-19 adalah penyakit menular


terbaru yang awalnya ditemukan di Wuhan-Cina pada akhir tahun 2019,
namun saat ini telah menyebar secara cepat ke seluruh dunia termasuk
Indonesia. Sejak tanggal 11 Maret 2020 Word Health Organization (WHO)
telah menetapkan COVID-19 sebagai kondisi pandemi. Bertambahnya
jumlah kasus di Indonesia yang semakin meningkat, baik pada pasien
COVID-19 maupun Orang Tanpa Gejala (OTG), maka pemerintah melalui
Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 telah menetapkan COVID-19
sebagai Bencana Nasional.

x
Saat ini, sumber utama penyebaran adalah pasien COVID-19, namun
pembawa (carrier) asimtomatik juga diduga sebagai sumber penyebaran.
Konfirmasi pasien positif COVID-19 menggunakan quantification real
time-PCR (qPCR). Walaupun belum terkonfirmasi positif, pasien terduga
(suspect) COVID-19 berpeluang dapat menularkan virus penyebabnya.
Penularan COVID-19 dapat menimbulkan gejala atau tanpa gejala sakit.
Individu yang terduga COVID-19 dibedakan menjadi tiga kelompok,
yaitu: (1) orang tanpa gejala (OTG); (2) orang dalam pemantauan (ODP);
dan (3) pasien dalam pemantauan (PDP). Manifestasi klinik utama pasien
dengan COVID-19 adalah demam, kelelahan, dan batuk kering.
Virus corona sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas. Virus ini
secara efektif dapat dinonaktifkan dengan pemanasan pada suhu 56°C
selama 30 menit, dan dengan pelarut lemak (lipid solvents) seperti eter,
etanol 75%, disinfektan yang mengandung klorin, asam peroksiasetat,
dan khloroform (kecuali khlorheksidin). COVID-19 penyebarannya sangat
cepat serta dapat menyebabkan kematian, berdampak sangat luas
pada seluruh aspek kehidupan manusia di seluruh dunia. Oleh karena
itu, antisipasi pencegahan penyebaran Covid-19 sangat perlu dilakukan.
Di bidang Kedokteran Gigi, dampak negatif COVID-19 tidak hanya
dirasakan pada aspek pelayanan saja. Dampak pandemi COVID-19 di
Bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
mengharuskan perencanaan, persiapan dan penyesuaian program
kegiatannya untuk difokuskan pada keselamatan personil serta
pembatasan penyebaran COVID-19. Rencana antisipasi di setiap aspek
Bidang Kedokteran Gigi merupakan prioritas yang perlu dipersiapkan.
Pendidikan berbasis elektronik jarak jauh, menjadi pilihan pemerintah
sebagai antisipasi pembatasan penyebaran COVID-19 dan keselamatan
personil yang terkait dalam proses pembelajaran. Rencana antisipasi
pelaksanaan yang berfokus pada keselamatan personil dan pencegahan
penyebaran COVID-19 juga sangat diperlukan di Bidang Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat.

xi
Buku ini mencakup bahasan dan rekomendasi antisipasi kegiatan
Pendidikan, Penelitian Pengabdian Kepada Masyarakat, dan Pelayanan
di Bidang Kedokteran Gigi dalam masa pandemi COVID19. Buku ini bukan
merupakan standar atau peraturan yang mengikat, namun buku yang
disusun berdasarkan berbagai referensi, serta laporan ini diharapkan
dapat digunakan sebagai upaya antisipasi untuk meminimalkan dampak
negatif COVID-19 di Bidang Kedokteran Gigi.

xii
BAB 1
ANTISIPASI PANDEMI COVID-19 TERHADAP
PENDIDIKAN KEDOKTERAN GIGI

1.1 Pendahuluan
Sehubungan dengan terjadinya kondisi pandemi COVID-19, pemerintah
telah menghimbau untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar dari
rumah bagi mahasiswa di semua perguruan tinggi di Indonesia, termasuk
mahasiswa di Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi, baik pada Program
Akademik, Profesi S1 maupun Program Spesialis, S2 dan S3. Metoda
pembelajaran pada Pendidikan Kedokteran Gigi memiliki kekhususan
tersendiri, sehingga tidak semua metoda pembelajaran bisa dilakukan
secara virtual learning (daring). Kegiatan praktikum pada tingkat
pendidikan akademik, yang memerlukan pembelajaran melalui metode
skills lab, misalnya, tidak secara mudah digantikan dengan metode
pendidikan daring. Demikian pula, praktik klinik yang memerlukan tatap
muka langsung dengan pasien, untuk saat ini belum dapat digantikan
dengan metode pembelajaran secara daring. Diperlukan beberapa
terobosan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan, baik dari
mahasiswa tingkat akademik maupun mahasiswa tingkat profesi.
Kondisi pandemi COVID-19, walaupun berdampak negatif terhadap
pendidikan kedokteran gigi, ada pula sisi positif yang bisa diambil dari
kondisi ini. Misalnya, dosen dan mahasiswa secara serentak diharuskan
menguasai sistem pembelajaran jarak jauh. Sebelum terjadinya wabah
COVID-19, sistem pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan
teknologi dan informasi, sebagai salah satu ciri pendidikan di era
revolusi 4.0, sudah disosialisasikan dan di dorong untuk diterapkan di
dunia pendidikan tinggi di Indonesia, tetapi sebagian besar dosen masih
belum mengaplikasikannya.

1
Pendidikan profesi dokter gigi dan berbagai spesialisasi kedokteran
gigi, mengharuskan mahasiswa berhadapan langsung dengan pasien
untuk melakukan tindakan perawatan gigi dan mulut. Perawatan gigi
dan mulut dilakukan di rumah sakit, puskesmas dan pada saat kegiatan
bakti sosial di luar lingkungan kampus. Artinya, setiap mahasiswa
Kedokteran Gigi yang tengah menjalani tahapan pendidikan dan
berhadapan dengan pasien, sangat berisiko tinggi terhadap paparan dan
penularan COVID-19. Risiko profesi ini mudah dipahami, karena setiap
operator pelayanan kesehatan gigi dan mulut (dokter gigi, terapis gigi,
radiologist) akan berhadapan langsung dengan habitat mikroorganisme
di dalam rongga mulut, termasuk SARS-CoV-2. Oleh karena itu, perlu
dilakukan antisipasi, pada setiap pasien yang dihadapi, baik pasien
anak, dewasa, lansia, dengan dan/ atau yang dikatagorikan sebagai
orang tanpa gejala (OTG), orang dengan pemantauan (ODP), atau pasien
dengan pemantauan (PDP) COVID-19 seharusnya dipandang sebagai
sumber infeksi SARS-CoV-2.
Berdasarkan kepustakaan dapat diketahui, bahwa penularan
COVID-19 terutama terjadi melalui small droplets yang keluar dari mulut
atau hidung seseorang yang terinfeksi SARS-CoV-2 saat batuk, bersin,
atau berbicara, meskipun droplet relatif berat sehingga tidak melayang-
layang dan cepat jatuh ke permukaan solid. Airborne transmission juga
mungkin terjadi di dalam ruangan kerja, maka antisipasi terhadap
penularan COVID-19 selama tindakan Kedokteran Gigi perlu dilakukan,
dengan menyiapkan ruang kerja bertekanan negatif untuk mencegah
penularan virus penyebab COVID-19. Demikian pula, kebiasaan mencuci
tangan dengan sabun dengan cara yang tepat, minimal 20 detik,
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) Level 3, menjaga jarak aman
antara operator dengan pasien seharusnya menjadi prosedur baku
yang harus dipatuhi oleh operator, dan merupakan perilaku yang harus
ditanamkan sejak mahasiswa dalam menghadapi pasien.

2
1.2 Kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh di FKG UI dalam
Mengantisipasi Pandemi COVID- 19
Pandemi COVID-19 penyebarannya sangat cepat, dapat menyebabkan
kematian dan berakibat sangat luas pada seluruh aspek kehidupan
manusia. Berdasarkan kondisi tersebut, maka antisipasi untuk
pencegahan penyebaran COVID-19 perlu dilakukan, dan dalam bidang
Pendidikan, Menteri Pendidikan telah mengeluarkan Surat Edaran
(SE) No.2 dan No.3 tahun 2020 tentang Pencegahan dan Penanganan
COVID-19 pada tanggal 9 Maret 2020. Pada tanggal 17 Maret 2020
Mendikbud menerbitkan Surat Edaran No. 36962/MPK.A/HK/2020
tentang Pembelajaran Daring dan Bekerja dari rumah yang ditujukan
kepada seluruh Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta,
sebagai tindak lanjut langkah pencegahan penyebaran COVID-19.
Surat Edaran tersebut dikeluarkan untuk memastikan, bahwa
pengendalian, kewaspadaan dan penanganan penyebaran COVID-19
di unit kerja telah dilaksanakan dengan baik sesuai SE No.2 dan No.3
tahun 2020. Sehubungan dengan Surat Edaran dari Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan No. 36962/MPK.A/HK/2020, Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi pada tanggal 3 April 2020 menerbitkan Surat Edaran
No. 302/E.E2/KR/2020 tentang Masa Belajar Penyelenggaraan Program
Pendidikan. Berdasarkaan SE tersebut di atas, Universitas Indonesia
sebagai Perguruan Tinggi di bawah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan segera membuat kebijakan dengan menerbitkan Surat
Edaran Rektor UI sebagai dasar bagi setiap Fakultas dalam lingkungan
UI untuk menerbitkan Surat Edaran Dekan dalam penyelenggaraan Tri
Dharma Perguruan Tinggi selama masa pandemi COVID-19. Berdasarkan
Surat Edaran Dekan serta merujuk Surat Keputusan Asosiasi Fakultas
Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI), maka antisipasi pandemi COVID-19
terhadap kegiatan Pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi UI dilaksanakan
dengan membuat beberapa kebijakan yang sesuai sebagai berikut:
a) Pembelajaran dilaksanakan secara Daring/PJJ sesuai
dengan karakteristik Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yaitu

3
Terbuka (Fleksibel: penyampaian, pemilihan Mata Kuliah,
merdeka belajar, lintas satuan); belajar mandiri (proses,
porsi, kendali belajar lebih banyak oleh mahasiswa); anytime;
anywhere (belajar dimana saja dan kapan saja); berbasis
TIK (memfasilitasi komunikasi dan interaksi pembelajaran).
Universitas Indonesia memiliki sarana prasarana untuk
pelaksanaan pembelajaran secara Daring/PJJ yang berada
di bawah Direktorat Pengembangan Akademik dan Sumber
Daya Pembelajaran (DPASDP) yang dapat dipakai oleh seluruh
Fakultas di Universitas Indonesia. Segala sesuatu tentang
E- learning pembelajaran daring yang diterapkan di UI dapat
diakses di www.dpasdp.ui.ac.id dan pjj.ui.ac.id. Namun Fakultas
tetap harus merancang pembelajaran PJJ yang sesuai dengan
Pendidikan Kedokteran Gigi dalam hal sarana dan prasarana
untuk sumber daya untuk interaksi pembelajaran, sistem
pengelolaan dan pembelajaran Daring serta sumber daya ujian.
b) Pembelajaran daring dilaksanakan untuk Pendidikan S1 Akademik
Reguler dan Kelas Internasional, Profesi, S2, Spesialis KG dan
S3. Pembelajaran daring dilakukan untuk semua mata kuliah
kecuali untuk praktikum, Skills lab, praktik klinik dan lapangan
serta penelitian tugas akhir dengan penjadwalan ulang pada
bulan Juni dan Juli 2020 atau melakukan perubahan metodologi
penelitian. Universitas Indonesia melakukan revisi kalender
akademik yaitu semester genap 2019/2020 diperpanjang sampai
akhir Juli 2020 dengan meniadakan semester antara, atau
bahkan sampai menambah satu semester dan meniadakan
wisuda pada semester genap 2019/2020 dan akan digabung
pada wisuda di bulan Februari 2021.
c) Pendidikan Profesi Dokter Gigi mengacu kepada surat
keputusan AFDOKGI (Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi
Indonesia) nomor: 587/sk/afdokgi/2020 tentang Pedoman
Kegiatan Pemenuhan Aktifitas Pembelajaran Pendidikan
Profesi Dokter Gigi Pada Kekhususan Permasalahan Pandemi

4
Corona Virus Disease 19 (COVID-19). Penguatan kegiatan kognitif
dilakukan dalam bentuk telaah jurnal, diskusi kasus dan untuk
kegiatan psikomotor sedapat mungkin menggunakan substitusi
keterampilan menggunakan simulasi video dan dipresentasikan
secara daring dengan menggunakan beberapa form assesmen
keterampilan klinik. Mahasiswa profesi tahun ke 2-4 diberi
penugasan secara daring, demikian juga mahasiswa yang baru
akan menjalani Pendidikan profesi. Surat Keputusan AFDOKGI
tersebut dimaksudkan agar dampak pandemi COVID-19 terhadap
pendidikan profesi dokter gigi dapat diperkecil dan diperlukan
upaya pemenuhan pembelajaran pendidikan profesi dokter gigi
yang tidak memberatkan mahasiswa, mampu dilaksanakan dan
disesuaikan dengan kemampuan institusi Pendidikan masing-
masing
d) Evaluasi untuk kehadiran mahasiswa dan proses pembelajaran
dilakukan penyesuaian dengan pembelajaran secara daring.
Seluruh ujian akhir S1 , S2 dan S3 dilaksanakan secara daring,
demikian juga untuk promosi Doktor yang tata caranya telah
diatur dalam Surat Keputusan Rektor UI.
e) Mahasiswa yang memiliki keterbatasan dana (Mahasiswa
bidikmisi, beasiswa, dan yang tidak mampu) untuk mendukung
proses pembelajarannya, diberikan bantuan dana dengan cara
membayarkan kuota internet melalui bantuan dana dari dosen
dan alumni.

1.3 Sarana dan Prasarana Pelaksanaan Pembelajaran Daring/PJJ


Sarana dan Prasarana untuk E-Learning dan PJJ tersedia di Universitas
Indonesia, dan dapat diakses oleh seluruh fakultas di lingkungan
UI. Sarana dan prasarana tersebut mencakup sistem pengelolaan
dan pembelajaran daring (EMAS UI), sumber daya untuk interaksi
pembelajaran (EMAS UI, MS Teams, Skype 4, Business, Google Meet)
dan Sumber daya ujian, praktikum, kegiatan lapangan, layanan bantuan

5
teknis dan akademis (CBT, Lab Komputer, Helpdesk E-learning, Matlab,
SPSS). Namun untuk pelaksanaan pembelajaran daring/PJJ selama
pandemi COVID-19 tidak semua sarana dan prasarana tersebut dapat
digunakan oleh setiap fakultas, tergantung karakteristik metode
pembelajaran yang diterapkan di fakultas tersebut. Dengan demikian,
perlu ditetapkan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan pembelajaran
daring/PJJ di FKGUI.

1.3.1 Sistem pengelolaan dan sumber daya untuk interaksi


pembelajaran daring di FKGUI
Fakultas membentuk Tim Informasi Teknologi (Tim IT)
khusus dan bersama dengan Unit Administrasi Pendidikan
bertugas membantu Dosen dan mahasiswa dalam
pengelolaan pelaksanaan pembelajaran Daring yang dimulai
pada pertengahan Maret 2020. Tim IT membuat “Panduan
Pembelajaran Daring FKGUI” dan “Panduan Pelaksanaan
Daring FKGUI untuk Fasilitator”. Kedua panduan ini
disosialisasikan melalui e-mail dan grup whatsap. Sumber
daya untuk interaksi pembelajaran yang dipakai adalah EMAS
UI (E-learning Management Systems), Google Meets, MS Teams
atau platforms lain yang disepakati oleh Dosen dan mahasiswa
agar pembelajaran dapat berjalan lancar. Hasil survei yang
dilakukan terhadap mahasiswa S1, Spesialis KG dan S2 yang telah
melaksanakan pembelajaran daring didapat bahwa platforms
yang dipakai format text-based (46%), WA group atau MS Teams
dan Video-Audio-Text seperti Google Meets, MS Teams, atau
Zoom. Moda pembelajaran daring dilakukan sinkronus maya
(Video conference, Audio conference, text-based conference)
dan asinkronus mandiri (Belajar mandiri: audio, video, animasi,
simulasi).
1.3.2 Sumber Daya untuk ujian
Pelaksanaan evaluasi capaian pembelajaran setiap skenario
dapat dilakukan dengan mengadakan Kuis melalui platform

6
EMAS UI (E-learning Management Systems). Ujian Tengah
Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) juga
dilaksanakan menggunakan EMAS UI. Waktu ujian dapat
disesuaikan dengan kondisi jaringan internet, ujian dapat
dilaksanakan baik sore atau malam hari, sehingga ujian
dapat berjalan lancar dengan kondisi jaringan internet yang
lebih stabil. Ujian Dokter Gigi (UDG) untuk mahasiswa profesi
dilakukan secara daring menggunakan platforms MS Teams
dan Google Meets. Pelaksanaan ujian akhir untuk mahasiswa
Spesialis KG, S2, S3 dan promosi dapat dilaksanakan secara
Daring menggunakan platform Google Meets.

1.4 Masalah Penerapan Pembelajaran Daring Selama dan Pasca


Pandemi COVID-19 terhadap Pendidikan Kedokteran Gigi
Perubahan metode pembelajaran dari tatap muka menjadi kuliah
daring membutuhkan kesiapan baik dari dosen dan mahasiswa untuk
menjalankannya. Berbagai masalah yang dapat terjadi akibat penerapan
pembelajaran daring selama pandemi COVID-19 dan pasca pandemi
COVID-19 terhadap Pendidikan Kedokteran Gigi yaitu:
a) Dosen perlu upaya lebih untuk mempersiapkan atau membuat
materi pembelajaran secara Daring. Hal ini dapat diatasi
dengan cara mengikuti kegiatan tutorial/pelatihan secara
daring yang diselenggarakan oleh Direktorat Pengembangan
Akademik dan Sumber Daya Pembelajaran UI atau Institusi
lainnya. Harapannya hal tersebut bisa membantu para dosen
untuk beralih ke pembelajaran secara daring dan menjadi lebih
siap dalam mempersiapkan Massive Open Online Course (MOOC)
dan menggunakan teknologi dan informasi sebagai salah satu
ciri pendidikan di era revolusi 4.0.
b) Bertambahnya kebutuhan dana untuk pulsa internet
bagi mahasiswa. Fakultas-fakultas di lingkungan UI
mengantisipasinya dengan cara penggalangan dana dari

7
dosen dan alumni. Hal ini untuk membantu mahasiswa yang
tidak mampu, agar biaya pulsa internet tidak menjadi kendala
selama pembelajaran daring pada masa pandemi COVID-19
c) Capaian kompetensi mahasiswa yang tidak optimal terutama
dalam hal keterampilan dan praktik klinik. Oleh karena itu,
diperlukan terobosan baru seperti penguatan kegiatan
kognitif berupa telaah jurnal, diskusi kasus dan untuk kegiatan
psikomotor sedapat mungkin menggunakan substitusi
keterampilan menggunakan simulasi video dan dipresentasikan
secara daring dengan menggunakan beberapa form assesmen
keterampilan klinik seperti mini-Clinical Evaluation Exercise
(mini-CEX) yaitu salah satu metode penilaian yang dirancang
untuk mengukur performa peserta didik dalam pendidikan
tahap klinik dan atau Direct Observation of Procedural Skills
(DOPS).
d) Dana yang diperlukan untuk penyelenggaraan praktikum, skills
lab, praktik lapangan dan praktik klinik serta penelitian untuk
tugas akhir yang dilakukan pasca pandemi COVID-19 cukup
besar, karena masih memerlukan kewaspadaan level tinggi
terhadap infeksi silang COVID-19. Praktik klinik di masa pasca
pandemi COVID-19 harus dilaksanakan dengan alat pelindung
diri level 3 untuk tindakan yang menimbulkan terjadinya aerosol.
f) Penjadwalan ulang rotasi praktik klinik, pemenuhan
requirements klinik, ketersediaan pasien dan kesiapan wahana
Pendidikan pasca pandemi COVID-19 memerlukan persiapan
dan pengaturan ulang yang harus segera diantisipasi oleh
institusi Pendidikan bersama RSKGM dan rumah sakit jejaring.

8
BAB 2
PANDEMI COVID-19: IMPLIKASI DAN PANDUAN
PENELITIAN DALAM BIDANG KEDOKTERAN GIGI
DI INDONESIA

2.1 Pendahuluan
Sumber utama penyebaran COVID-19 adalah virus (SARS-CoV-2) pada
droplet yang berasal dari spesimen mukosa nasofaring atau mukosa
orofaringeal. Selain kedua sumber utama tersebut, SARS-CoV-2 dapat
pula dideteksi pada sampel yang berasal dari dalam mulut, yaitu saliva
dan cairan krevikular gingiva. Dalam praktik kedokteran gigi, percikan
aerosol yang terkait dengan tindakan perawatan kedokteran gigi, dapat
merupakan salah satu mode of action dari penularan SARS-CoV-2
kepada dokter gigi (Gambar 1).

Gambar 2.1 Potensi saliva sebagai bahan diagnosis dan transmisi Sar-CoV-2. (Xu R et al., 2020)

Telah dilaporkan bahwa Angiotensin-Converting Enzyme 2 (ACE-


2) adalah reseptor utama pada sel inang (host cell) bagi SARS-CoV-2.
Molekul ACE-2 tersebut berperan penting dalam masuknya SARS-

9
CoV-2 ke dalam sel inang, untuk selanjutnya menyebabkan infeksi
akhir (COVID-19). Molekul ACE-2 dilaporkan dieskpresikan oleh epitel
mukosa mulut. Dengan demikian, sel-sel dalam jaringan mukosa mulut
yang mengekspresikan ACE-2, terutama sel epitel lidah, merupakan
oral niches yang dapat berperan sebagai perantara atau reservoir
potensial terhadap penularan COVID-19. Temuan pustaka tersebut
telah menjelaskan mekanisme dasar dalam penyebaran SARS-CoV-2,
bahwa berbagai unsur di dalam mulut, baik cairan maupun biofilm pada
permukaan mukosa, berpotensi sebagai sumber penyebaran COVID-19.
(Gambar 2)
Dengan demikian, deteksi SARS-CoV-2 dapat dilakukan pada
sampel saliva, pada sampel bahan kumur, pada cairan krevikular gingiva,
dan usap mukosa bukal /lidah.

Gambar 2.2 ACE-2 receptors pada sel epitel dan mekanisme replikasi SARS-Cov-2. (https://www.
chemistryviews.org/details/ezine/11225161/Coronavirus_Entering_and_Replicating_in_a Host_Cell.html)

10
2.2 Keterbatasan dan Peluang Riset Pasca Pandemi COVID-19 di
Bidang Kedokteran Gigi
Pada situasi pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini, laboratorium yang
belum memiliki fasilitas Biosafety level 2 (BSL2) untuk pemeriksaan
mikrobiologi harus menghentikan aktifitas riset yang menggunakan
sampel biologis asal manusia, sampai tersedia fasilitas BSL2 hingga
pandemi COVID-19 dinyatakan berakhir atau setelah sampel yang
mengandung biohazard yang akan digunakan telah dikonfirmasi PCR
tidak mengandung SARS-CoV-2.
Keterbatasan penggunaan sampel biologi asal manusia di atas
untuk kepentingan penelitian dapat disiasati dengan memanfaatkan
metoda penelitianalternatif misalnya: meta analisis bioinformatic, in
silico, molecular docking, in vivo /dengan hewan coba, in vitro: cell line
culture dan menggunakan sel asal hewan.

2.3.1 Pedoman Penelitian yang Melibatkan Koleksi Spesimen


Asal Manusia
Prosedur keamanan mulai pengambilan sampel dari subjek
penelitian, penghantaran sampel menuju laboratorium,
penyimpanan sampel, sampai pemusnahan pemusnahan sampel
biologis setelah penelitian berakhir, hendaknya mengacu pada
panduan WHO mengenai laboratorium yang difasilitasi dengan
standar Biosafety level 2, dan tentunya telah lolos kaji etik penelitian.

11
Spesimen-spesimen asal rongga mulut berpotensi
mengandung agen infectious yang dapat menyebabkan
terjadinya penularan penyakit, dengan demikian selama
kondisi pandemi COVID-19, dan selama beberapa waktu ke
depan (yang belum diketahui akan berapa lama), sampel asal
rongga mulut harus ditetapkan sebagai biohazardous, baik
pada saat pengambilannya, transportasinya ke laboratorium,
maupun pada saat pengolahannya di dalam laboratorium.
Kita tidak bisa memastikan apakah seseorang merupakan
individu pembawa (carrier) SARS-CoV-2, maka sebagai
tindakan pencegahan penularan dari satu ke lain orang,
pemrosesan atau pengujian spesimen/ sampel klinik, yang
dikatagorikan sebagai biohazardous hendaknya dilakukan
pada laboratorium dengan fasilitas Biosafety Level 2 (BSL-2).
Pada bagian ini akan dijelaskan secara sederhana mengenai
potensi keberadaan virus penyebab COVID-19 (SARS-CoV-2)
pada sampel oral, dan langkah-langkah antisipasi yang
diperlukan selama bekerja di dalam laboratorium penelitian
kedokteran gigi, terkait pemanfaatan sampel oral.
2.3.2 Definisi
Dalam bidang Kedokteran Gigi, yang dimaksudkan dengan
sampel oral, adalah bahan pemeriksaan klinis yang diperlukan
untuk mendukukung diagnosis klinis, prognosis, dan upaya
preventif yang terkait dengan tindakan profesi kedokteran
gigi. Sampel oral juga diperlukan pada kegiatan pendidikan,
sebagai bahan pengajaran dalam rangka menunjang
pemahaman berbagai teori terkait ekosistem di dalam
mulut. Sampel oral yang lazim dikoleksi, terdiri dari 1). Cairan
mulut (saliva, cairan saku gusi, dan bahan kumur). 2). Bahan
pemeriksaan usapan mukosa mulut, yang terdiri dari kerokan
lidah, usapan mukosa bukal, dan usapan mukosa palatum.
Pengambilan sampel oropharyngeal dan nasopharyngeal tidak

12
direkomendasikan untuk keperluan penelitian dalam bidang
Kedokteran Gigi.
2.3.3 Antisipasi
Dari kepustakaan dapat diketahui, infeksi SARS-CoV-2
dapat terjadi melalui kontak dengan seseorang yang tidak
memperlihatkan gejala klinis atau yang tidak didiagnosis
sebagai pasien COVID-19. Oleh karena itu, semua sampel
oral yang dikoleksi sejak Januari 2020, hendaknya dicurigai
berpotensi sebagai sumber SARS-CoV-2.
Ketika wabah COVID-19 secara resmi (oleh pemerintah)
dinyatakan mereda, kami merekomendasikan untuk tetap
memperhatikan prosedur baku ketika berhadapan dengan
sumber sampel klinik, dan penanganan sampel (spesimen)
tersebut. Peraturan yang perlu diperhatikan terkait dengan
laboratory biosafety, adalah sebagai berikut:
a) Selalu menggunakan masker, sarung tangan, dan goggle
(atau kaca mata) pada saat pengambilan sampel oral. Tetap
mengikuti perkembangan wabah COVID-19 melalui sumber
resmi.
b) Gunakan teknik pengambilan sampel oral yang tidak
memungkinkan terjadinya percikan cairan mulut (droplet).
c) Lakukan pengukuran suhu tubuh subjek sebelum
pengambilan sampel oral.
d) Ikuti petunjuk WHO dalam pemrosesan sampel oral,
yaitu pemrosesan sampel oral hanya dilakukan pada
laboratorium dengan fasilitas biosafety level 2. Jika ingin
melakukan pembiakan virus, hendaknya dilakukan pada
laboratorium dengan fasilitas biosafety level 3.

f) Dekontaminasi semua permukaan bench beberapa kali


sebelum dan sesudah kerja di laboratorium. Gunakan
larutan disinfektan, untuk membersihkan permukaan

13
bench, dengan menggunakan kertas tissue (towelettes),
atau semprot dengan menggunakan alkohol (70%) atau
hydrogen peroxide (0,5%), atau sodium hypochlorite
(0,1%). Perlakuan yang sama dilakukan terhadap
keyboards computer, tilpon, mikroskop, dan berbagai
peralatan yang digunakan oleh banyak orang (mesin PCR,
spectrophotometer, mesin ELISA, dan lain-lain).
g) Mencuci tangan dengan sabun, sebelum dan ketika akan
meninggalkan laboratorium.

2.3.4 Langkah-langkah yang perlu diterapkan di Laboratorium


Riset Kedokteran Gigi yang belum memiliki fasilitas
BSL2
a) Menghentikan penggunaan sampel biologis asal manusia
yang akan dan/ atau sudah dikoleksi sejak Januari
2020, baik saliva, cairan krevikular gingiva, plak gigi,
usapan/ kerokan mukosa mulut (sampai tersedia fasilitas
laboratorium dengan standar BSL2). Dengan catatan.
Pengecualian diberlakukan terhadap sampel yang
telah terkonfimasi negatif virus (SARS-CoV-2) melalui
pemeriksaan PCR, yang menjadi tanggung jawab peneliti.
b) Menyiapkan fasilitas laboratorium dengan fasilitas BSL 2
bagi laboratorium riset di Fakultas Kedoktaran Gigi yang
belum memilikinya.

14
BAB 3
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA
MASA PANDEMI COVID-19

3.1 Pendahuluan
World Health Organisation (WHO) telah menetapkan wabah COVID-19
sebagai pandemi. Selanjutnya, pemerintah Indonesia menetapkan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat COVID-19 melalui Keputusan
Presiden Nomor 11 Tahun 2020, dan bencana COVID-19 sebagai
Bencana Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020,
karena jumlah kasus semakin meningkat, baik pada pasien COVID-19
maupun Orang Tanpa Gejala (OTG). Dalam konteks ini maka transmisi
penularan COVID-19 melalui droplet ataupun aerosol, meningkatkan
faktor risiko dokter gigi untuk tertular. Persatuan Dokter Gigi Indonesia
(PDGI) telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor: 2776/PB PDGI/
III-3/2020, mengenai pedoman pelayanan Kedokteran Gigi. Dalam
pedoman tersebut, dinyatakan adanya pembatasan untuk melakukan
pembatasan pelayanan secara langsung.
Dokter Gigi merupakan salah satu profesi yang paling rentan
terpapar virus penyebab COVID-19 (Berita the New York Times, 15
Maret 2020). Berdasarkan data PB PDGI, sampai dengan akhir April
2020, ada 6 (enam) orang Dokter Gigi di Indonesia meninggal dunia
karena terinfeksi SARS-CoV-2. Data ini mempertegas berbagai
laporan ilmiah lainnya, bahwa Dokter Gigi merupakan profesi berisiko
tinggi dalam pekerjaannya. Berdasarkan kompetensinya, maka dalam
melaksanakan tugas pelayanan kesehatan gigi dan mulut, setiap Dokter
Gigi akan berhadapan langsung dengan rongga mulut pasien. Dari aspek
epidemiologi, rongga mulut merupakan sumber utama penyebaran
COVID-19, karena reseptor SARS-CoV-2, yaitu enzim ACE-2 (Angiotensin
Converting Enzyme-2) juga diekspresikan oleh mukosa oral.

15
Selama masa pandemi COVID-19, manajemen kesehatan gigi dan
mulut pada pasien suspek COVID-19, merupakan masalah khusus yang
dihubungkan dengan penularan virus penyebabnya (SARS-CoV-2). Di
dalam ruang praktik dental dan selama kunjungan perawatan gigi dan
mulut, setiap pasien suspek COVID-19, berpotensi mentransmisikan
SARS-CoV-2 kepada Dokter Gigi dan Tenaga Medis. Demikian pula, infeksi
silang antar-pasien dapat terjadi dalam zona kerja Dokter Gigi. Selama
perawatan gigi, penggunaan alat-alat standar prosedur perawatan
gigi yang menimbulkan aerosol, seperti handpieces turbine dan scaller,
akan menciptakan semprotan air liur (droplet) yang mengandung darah
dari pasien. Droplets yang mengandung SARS-CoV-2, selanjutnya
dapat menyebar ke seluruh objek di dalam ruangan praktik Droplets
yang mengandung SARS-CoV-2, selanjutnya dapat menyebar ke seluruh
objek di dalam ruangan praktik dokter gigi. Dengan demikian, faktor
risiko utama yang berhubungan dengan pekerjaan seorang Dokter Gigi
adalah terjadinya kontak langsung dengan droplet dari pasien suspect
COVID-19, dan kontak tidak langsung melalui dental instruments serta
permukaan berbagai benda solid di dalam dan di sekitar ruangan praktik.

3.2 Kasus-Kasus Kedaruratan Dental dan Penatalaksanaannya.


Kasus kedaruratan dental umumnya merupakan masalah klinis yang
ingin segera dapat diatasi, beberapa masalah yang diidentifikasi sering
terjadi dikelompokkan sesuai bidang Spesialisasi Kedokteran Gigi di
bawah ini. Kedaruratan dental pada masa pandemi COVID-19 ini sedikit
mengalami pergeseran definisi, kasus-kasus yang menyebabkan
seseorang menderita rasa sakit dan ketidak nyamanan yang
berkepanjangan dimasukan ke dalam kedaruratan dental, sehingga
perlu penatalaksanaan segera yang di sesuaikan dengan masing-
masing Bidang Spesialisasi Kedokteran Gigi sebagai berikut:

16
pendarahan tidak berhenti; pembengkakan yang menyakitkan
di dalam atau sekitar mulut; nyeri pada gigi, atau tulang rahang;
infeksi gusi dengan rasa sakit atau bengkak; dan setelah perawatan
operasi (ganti rubber drainage, pengangkatan jahitan).
3.2.2 Bidang Prostodonsia, perawatan kegawatdaruratan gigi
tiruan dan gangguan sendi rahang yang sesuai dengan anjuran
IPROSI (Ikatan Prostodonsia Indonesia), adalah abses intraoral
akibat pemasangan implan gigi atau restorasi cekat, perawatan
sendi rahang yang dislokasi/sakit; perbaikan atau penyesuaian
gigi tiruan karena mengalami kesulitan makan; mahkota gigi tiruan
sementara yang lepas atau rusak, sehingga dapat menimbulkan
risiko gigi penyangga patah, berubah posisi atau gigi menjadi
hipersensitif; selain itu juga penyesuaian gigi palsu untuk orang yang
menerima radiasi atau perawatan kanker lainnya; dan memberikan
perawatan untuk pasien dengan kondisi medis kompleks sehingga
apabila pasien tidak dirawat, akan menyebabkan penurunan kondisi
kesehatan umum pasien, khususnya pada kelompok usia Lansia
yang merupakan kelompok populasi yang sangat rentan terhadap
COVID-19. Gejala COVID-19 pada lansia pada umumnya tidak jelas,
dan lansia yang tertular sangat mudah mengalami perburukan. Data
WHO menunjukkan 8 dari 10 lansia yang terkena COVID-19 meninggal
dunia. Dengan demikian, perawatan pada lansia harus dilakukan
secara sangat hati-hati dan operator harus memakai APD lengkap
level 3. Lakukan perawatan sederhana, dalam waktu singkat, dan
bukan tindakan invasif.

17
menimbulkan gangguan konsumsi makanan; 5) Penyakit mulut
autoimun; 6) Penyakit mulut karena infeksi virus, bakteri, jamur
yang disertai nyeri yang hebat; 7) mucosal burn; 8) mucositis;
dan 9) neuralgia. Pelayanan pasien dengan penyakit mulut
mengoptimalkan pelayanan dengan teledentistry (untuk kasus non
emerjensi). Namun, apabila pasien terpaksa datang, karena rasa
nyeri yang tajam dan kuat, maka pelayanan dilakukan dengan
tepat, dalam waktu yang singkat, dilakukan dengan four handed
dentistry. Sebelum dilakukan perawatan, pasien berkumur dengan
preoperative antimicrobial mouthrinces seperti povidone iodine 1%
atau hidrogen peroksida 1%. Perlu diperhatikan untuk meminimalkan
aerosol. Selain meningkatkan kewaspadaan kepada petugas medis,
perlu dilakukan edukasi pasien, seperti halnya yang telah dilakukan
oleh Ikatan Spesialis Penyakit Mulut Indonesia (ISPMI) menyebarkan
informasi kepada masyarakat untuk menunda ke dokter spesialis
penyakit mulut, kecuali jika adanya bibir bengkak disertai sesak
nafas, sariawan seluruh mulut, sariawan disertai demam, sariawan
disertai lesi di kulit sariawan tidak sembuh dalam waktu satu bulan,
sariawan setelah radiasi dan kemoterapi, bibir berdarah, dan gusi
berdarah spontan.

18
Perhatian khusus pada anak yang menggunakan piranti
ortodonsi cekat sangat perlu dilakukan, dan orangtua harus terus
mendampingi dalam pelaksanaan pemeliharaan dan pembersihan
rongga mulut dan gigi geligi serta bagian-bagian dari piranti cekat
tersebut, seperti busur kawat, breket, elasik ligasi, dan lainnya. Bila
dijumpai kerusakan seperti terlepasnya breket, putusnya busur
kawat, atau kawat ligasi putus yang dapat menyebabkan tertusuknya
mukosa atau jaringan lunak rongga mulut lainnya hendaknya perlu
segera diatasi. Tindakan yang perlu dilakukan adalah pemantauan
perkembangan perawatan ortodonsi secara terus menerus, baik
melalui jalur komunikasi digital atau media lainnya secara jarak
jauh agar keluhan dan masalah yang terjadi dapat diketahui dan
dicarikan solusi yang terbaik. Pengetahuan tentang cara mengatasi
masalah kedaruratan piranti ortodonsi secara mandiri juga perlu
disampaikan kepada pasien, agar dapat mengatasi kedaruratan
tersebut untuk sementara waktu sebelum dapat bertemu dengan
dokter gigi spesialis ortodonsi yang merawatnya.

Pencegahan secara umum untuk meningkatkan kesehatan gigi dan


mulut anak selama masa pandemi COVID-19 menuntut orangtua
untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut anak, mengingat
anak masih dalam asuhan orangtua. Dengan demikian, seorang
Dokter Gigi Spesialis Kedokteran Gigi Anak (KGA) harus mampu
bersosialisasi secara digital untuk mendesiminasikan petunjuk
berperilaku sehat, melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
dan dental check-up secara periodik dengan menggunakan metode

19
teledentistry. Pencegahan secara khusus difokuskan pada karies
gigi anak, gingivitis karena erupsi gigi, dan trauma dental dengan
anjuran menjaga kebersihan gigi dan mulut di rumah, dan sesuai
dengan kondisi kesehatan gigi dan mulut anak.
Manajemen non-emerjensi dilakukan di rumah dengan
teledentistry, sedangkan manajemen emerjensi pada anak
ditujukan pada kasus-kasus dengan keluhan nyeri pada tingkat
sangat mengganggu dan memerlukan kedaruratan perawatan di
klinik gigi anak. Ikatan Dokter Gigi Anak Indonesia (IDGAI)
mengkatagorikan Kasus Emerjensi Gigi Anak adalah sebagai
berikut: 1) Perdarahan tidak berhenti, 2) Kecelakaan hingga gigi
anak lepas/patah, 3) Gigi anak nyeri sampai sulit makan, dan 4)
Bengkak.
Perawatan emerjensi pada anak, dilakukan oleh seorang operator
yang harus memakai Alat Proteksi Diri (APD) level 3 sesuai dengan
protokol yang telah ditetapkan rumah sakit, sebagai berikut: (1)
proteksi standar pertama: cap disposible, masker surgical disposible,
gaun kerja disposible warna putih, face shield, sarung tangan lateks
atau nitrile disposable; (2) proteksi standar kedua: cap disposable,
masker surgical disposible, google, face shield, gaun kerja disposible
warna putih atau external insulation surgical clothing dan sarung
tangan lateks atau nitrile disposable; (3) proteksi standar ketiga:
tidak dilakukan perawatan gigi untuk pasien anak suspek atau
terkonfirmasi terinfeksi COVID-19.
Sebelum tindakan perawatan, maka harus dilakukan skrining atau
evaluasi: (1) keadaan umum pasien anak, antara lain cek suhu tubuh
bila >380 termasuk tidak normal, lingkungan tempat tinggal dan
keluarga, riwayat pasien 14 hari sebelum berkunjung, kebersihan
tangan pasien. Sebelum tindakan perawatan, anak-anak harus
berkumur-kumur, dan tidak dianjurkan berkumur dengan
khlorheksidin karena tidak efektif terhadap SAR-CoV-2 virus. (2)
keadaan umum perawat gigi dan dokter gigi.

20
Rekomendasi secara umum untuk perawatan gigi dan mulut anak
adalah tersedianya lingkungan kerja untuk perawatan gigi dan mulut
anak yang bersih, bebas infeksi dan mempunyai sistem ventilasi
yang baik. Secara khusus, selama tindakan perawatan gigi dan mulut
anak, orangtua tidak boleh masuk ke dalam ruangan perawatan.
Demikian pula perlu diperhatikan tentang prosedur perawatan
dengan menggunakan metode Four-handed dentistry, menggunakan
alat aspirasi volume tinggi untuk meminimalkan droplet dan aerosol
selama penggunaan high-speed turbine, dan pasien memakai
isolasi rubber dam untuk meminimalisasi tercampurnya aerosol
dengan droplet dan darah, serta menggunakan high-speed turbine
dengan anti retraction valve untuk mengurangi flow bakteri oral.
Pasien harus dirujuk ke rumah sakit bila terjadi kasus trauma dental
atau maksilofasial, yang mana perencanaan perawatan dislokasi
dan avulsi disesuaikan dengan usia kronologis serta usia dentalis.

21
kerusakan tulang alveolar hingga tinggal 25%, maka pencabutan
gigi dapat ditunda. Pasien di instruksikan untuk sementara tidak
mengunyah menggunakan sisi gigi tersebut; 5). Rasa ngilu yang
terjadi karena hipersensitivitas dentin akibat resesi gingiva. Pada
pasien bisa di instruksikan untuk menjaga kebersihan mulut nya
dengan baik. Kepada pasien disarankan untuk menyikat gigi dengan
pasta gigi untuk gigi sensitif, dan menggunakan sikat gigi dengan
bulu sikat medium sampai lembut. Cara menyikat gigi, dilakukan
dengan menghindari tekanan berat ke gigi dan gingiva di sekitarnya.
6). Rasa sakit pada gusi terutama dirasakan pada saat mengunyah
makanan, disebut impaksi makanan. Biasanya kondisi ini terjadi
pada daerah gigi geraham. Pasien dianjurkan untuk melakukan
pembersihan di daerah tersebut dari sisa makanan yang ada di
sela gigi, menggunakan benang gigi/sikat interdental, kemudian
melakukan penyikatan gigi dari arah gusi ke arah gigi. Rasa sakit
juga bisa diatasi dengan pemberian obat analgesik. 7). Necrotizing
Ulcerative Gingivitis, Necrotizing Ulcerative Periodontitis maupun
Herpetik Gingivostomatitis Akut. Kepada pasien dengan kondisi
seperti ini dapat di instruksikan untuk menjaga kebersihan mulut
dengan baik.

22
demikian, pelaksanaannya harus benar-benar dibatasi dan diawasi
untuk mengantisipasi potensi tersebut.
Antisipasi dampak penyebaran virus melalui pemeriksaan
radiografik, harus ditetapkan prioritas utama efisiensi dan proteksi
layanan RKG dalam mendukung keseluruhan sistem perawatan
pasien Kedokteran Gigi dalam masa pandemi, sebagai berikut:
1). Utamakan hanya pasien darurat yang penatalaksanaannya
memerlukan radiograf. 2). Pastikan status kesehatan pasien
dengan memeriksa kembali data di surat konsul/rekam medik dan
suhu tubuh bila diperlukan. 3). Pastikan personil pekerja radiasi
dan tenaga medis mengetahui prosedur yang berlaku di RS selama
masa pandemi. 4). Gunakan ruangan dan pesawat sinar-X khusus
yang terpisah dari layanan umum, sesuai protokol dekontaminasi
khusus dari RS/Institusi. 5). Pastikan penjadwalan dengan jeda
antar pasien sedikitnya 30-60 menit untuk memberikan waktu bagi
proses dekontaminasi/disinfeksi pesawat pencitra dan pertukaran
udara pasif. Bila diperlukan, hubungi vendor untuk memastikan
jenis disinfektan untuk pesawat pencitra tertentu. 6). Wajibkan,
personil pekerja radiasi dan tenaga medis menggunakan masker,
sarung tangan, pelindung mata/muka, atau APD yang sesuai
standar. 7). Praktikan mencuci tangan secara regular dengan benar,
serta lakukan disinfeksi semua peralatan yang digunakan termasuk
komputer, dan lain-lain, setiap setelah kontak dengan pasien.
8). Pastikan, physical distancing minimal berjarak 1,5 m di ruang
kerja maupun ruang tunggu. 9). Catat data pekerja radiasi dengan
detil pada saat, dan setiap menangani satu pasien agar, mudah
dihubungi bila ternyata pasien tersebut positif COVID-19 10). Dokter
gigi Spesialis RKG – Radiologi Kedokeran Gigi harus menggunakan
electronic platforms dalam melakukan interpretasi dan memberikan
konsultasi kepada pasien. 11). Kegiatan berjarak dekat hendaknya
menggunakan electronic platforms.

Walaupun masa pandemi COVID-19 telah dinyatakan selesai,


kesiapan pencegahan COVID-19 harus dilanjutkan oleh instalasi

23
layanan RKG, sebagai dasar perencanaan dan persiapan antisipasi
situasi serupa pada masa yang akan datang.

Pada umumnya yang dilakukan adalah perawatan saluran akar gigi


dan pembuatan restorasi gigi. Sebagian besar tindakan di bidang
konservasi gigi menggunakan bur berkecepatan tinggi yang dapat
memicu terjadinya aerosol. Oleh karena itu, dalam mengantisipasi
dampak penyebaran virus COVID-19 harus ditetapkan prioritas
utama efisiensi dan proteksi layanan konservasi gigi dalam
mendukung keseluruhan sistem perawatan pasien dalam masa
pandemi, yaitu sebagai berikut:
1). Melakukan asesmen emerjensi menggunakan kuesioner
terukur melalui media komunikasi digital misalkan Google
Form, sehingga pasien tidak perlu datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan.
2). Pada pasien dengan kondisi pulpitis ireversibel simptomatik,
periodontitis apikalis simptomatik dan crack tooth syndrome:

24
a. Pemberian obat analgesik seperti asam mefenamat atau
natrium diklofenak atau parasetamol. Jika masih terasa
nyeri dapat ditambahkan obat golongan dexamethasone.
Hal tersebut dapat dilakukan melalui media komunikasi
digital. Perawatan saluran akar dapat dilanjutkan setelah
kondisi pandemi berakhir yang dinyatakan oleh pihak
terkait.
b. Tindakan membuka akses kamar pulpa dan melakukan
pulpotomi serta aplikasi tambalan sementara jika
pemberian obat analgesik gagal meredakan nyeri gigi.
Perawatan lanjutan dapat dilakukan setelah kondisi
pandemi berakhir yang dinyatakan oleh pihak terkait atau
jika situasi memungkinkan.
d. Tindakan pulpektomi dan aplikasi tambalan sementara
jika tindakan sebelumnya gagal meredakan nyeri gigi.
Perawatan lanjutan dapat dilakukan setelah kondisi
pandemi berakhir yang dinyatakan oleh pihak terkait atau
jika situasi memungkinkan.
e. Tindakan penggantian tambalan sementara pada pasien
yang sedang perawatan tetapi belum dapat melanjutkan.
Perawatan lanjutan dapat dilakukan setelah kondisi
pandemi berakhir yang dinyatakan oleh pihak terkait atau
jika situasi memungkinkan.
3). Pada pasien dengan crack tooth syndrome:
a. Pemberian obat analgesik seperti asam mefenamat atau
natrium diklofenak atau parasetamol. Hal tersebut dapat
dilakukan melalui media komunikasi digital. Perawatan
saluran akar dapat dilanjutkan setelah kondisi pandemi
berakhir yang dinyatakan oleh pihak terkait.
b. Tindakan membuka akses kamar pulpa, pulpotomi,
occlusal adjustment dan pemasangan band serta aplikasi

25
tambalan sementara jika pemberian obat analgesik gagal
meredakan nyeri gigi. Perawatan lanjutan dapat dilakukan
setelah kondisi pandemi berakhir yang dinyatakan oleh
pihak terkait atau jika situasi memungkinkan.
4). Pada pasien dengan periapikal abses simptomatik:
a. Pemberian obat analgesik seperti asam mefenamat
atau natrium diklofenak atau parasetamol. Walaupun
belum ada bukti kuat ibuprofen tidak disarankan dalam
dalam terapi pasien COVID-19. Dapat dipertimbangkan
pemberian kombinasi obat analgetik dan antibiotik seperti
amoxicillin, lincomycin, clindamycin, amoxyclav dan
antibiotik lain. Pemberian obat tersebut dapat dilakukan
melalui media komunikasi digital. Perawatan saluran akar
dapat dilanjutkan setelah kondisi pandemi berakhir yang
dinyatakan oleh pihak terkait.
b. Jika pemberian obat analgesik dan antibiotik gagal
meredakan nyeri abses, maka dilakukan tindakan membuka
akses kamar pulpa, kemudian melakukan drainase melalui
perawatan saluran akar hingga pemberian medikamen serta
aplikasi tambalan sementara. Perawatan lanjutan dapat
dilakukan setelah kondisi pandemi berakhir yang dinyatakan
oleh pihak terkait atau jika situasi memungkinkan.
5). Pada pasien dengan kondisi karies tanpa melibatkan pulpa,
yaitu paska perawatan saluran akar, tanpa keluhan nyeri tetapi
mengganggu fungsi kunyah dan sulit makan, maka dilakukan
teknik restorasi interim. Jika memungkinkan maka dilakukan
tindakan restorasi menggunakan semen ionomer kaca.
Restorasi permanen dapat dilakukan setelah kondisi pandemi
berakhir yang dinyatakan oleh pihak terkait atau jika situasi
memungkinkan.
6). Pada pasien dengan kondisi gangguan estetik akibat trauma

26
tanpa keluhan nyeri, maka hanya dilakukan pengasahan pada
bagian yang tajam dan mengganggu. Jika memungkinkan
dilakukan teknik restorasi direk resin komposit mono-layering
dengan pertimbangan utama adalah fungsi estetik. Restorasi
permanen menggunakan teknik indirek dapat dilakukan setelah
kondisi pandemi berakhir yang dinyatakan oleh pihak terkait
atau jika situasi memungkinkan.
7). Penggunaan APD level 2-3 atau sesuai standar oleh operator
dan asisten, pasien berkumur menggunakan 0,2% povidone
iodine atau 0,5-1% H2O2, isolasi rubberdam pada pasien, dan
aplikasi high-suction WAJIB diterapkan selama perawatan yang
bersifat invasif.
8). Sterilisasi instrumen menggunakan autoclave dan atau
menggunakan instrumen sekali pakai. Lakukan penggantian
baki instrumen tiap pasien berganti dan lakukan prosedur
disinfeksi menyeluruh pada dental unit serta alat-alat
konservasi gigi.

Penting sekali untuk menyarankan pasien dan masyarakat untuk


menjaga agar rongga mulut tetap lembab untuk mempertahankan
fungsi perlindungan selaput lendir terhadap virus atau bakteri.
Terutama di pagi hari setelah bangun tidur, kondisi rongga mulut
menjadi kering. Dengan demikian, mengapa anjuran menjaga
kondisi mulut sebelum tidur malam dan setelah bangun tidur

27
menjadi penting diperhatikan.
Dalam upaya untuk membantu mencegah masalah kesehatan gigi dan
mulut yang terjadi selama wabah COVID-19, beberapa anjuran yang
harus disampaikan kepada pasien untuk menjaga kesehatan gigi dan
mulut yang baik di rumah adalah: 1). Lakukan penyikatan gigi selama dua
menit, dua kali sehari, pagi dan siang hari dengan pasta gigi berfluoride.
2). Waktu terbaik untuk menyikat gigi adalah, segera sebelum tidur
malam dengan pasta gigi berfluoride. Pastikan setelah sikat gigi malam,
tidak makan/minum selain air putih. 3). Batasi asupan makanan/minum
yang mengandung gula. Menurut American Heart Association (AHA),
penggunaan gula pada makanan kita setiap hari pada laki-laki adalah
150 kalori (37,5 gram atau 9 sendok teh), dan pada perempuan adalah
100 kalori (25 gram atau 6 sendok teh). 4). Bila mengkonsumsi makanan
atau minuman yang mengandung gula di pagi hari, pertahankan untuk
tidak mengulanginya hingga saat makan siang 5). Hindari makanan
atau minuman yang mengandung gula berkontak dengan gigi lebih
dari 30 menit, agar cukup waktu bagi saliva untuk membantu proses
remineralisasi sebelum saat makan siang. 6). Gunakan sikat gigi
interdental atau benang gigi (dental floss) untuk membersihkan sela-
sela gigi. 7). Gunakan obat kumur setiap 12 jam per-hari untuk mencegah
kolonisasi bakteri mulut pada permukaan gigi, dan menjaga napas agar
tetap segar 8). Permen kunyah bebas gula dapat membantu produksi
saliva dan menetralkan keasaman plak gigi.
Menghindari penyebaran virus yang lebih luas selama masa pandemi
COVID-19, pemerintah menganjurkan untuk menjaga jarak antara
satu orang dengan orang lainnya, memakai masker dan tetap
bekerja serta tinggal di rumah. Kemungkinan munculnya keluhan
sakit gigi dan ketidaknyamanan oral bisa terjadi karena berbagai
sebab, termasuk tertundanya perawatan gigi sebelum berlakunya
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Beberapa anjuran yang harus dikomunikasikan kepada pasien
terkait tindakan pertama yang harus dilakukan bila terjadi keluhan

28
sakit gigi selama berdiam / bekerja di rumah sebelum mengambil
keputusan untuk pergi ke klinik gigi adalah: 1). Bila sakit gigi tanpa
disertai lubang gigi, kemungkinan individu tersebut menderita
peradangan jarigan penyangga gigi akut. Pada kondisi ini, pastikan
bahwa kondisi gigi-geligi bebas dari sisa makanan dan daging yang
menyelip di antara gigi. Gunakan tusuk gigi untuk mengangkat
sisa makanan tersebut. Lakukan penyikatan gigi dengan metoda
menusuk (Toothpick methods, lihat lampiran), hingga bersih.
Gunakan obat kumur dan dilanjutkan dengan menyikat gigi dengan
pasta gigi berfluoride, selama 2 menit. Usahakan berkumur hanya
satu kali (Single Rinse Technique). 2). Bila keluhan sakit gigi disertai
dengan adanya lubang gigi akut, pastikan lubang gigi bersih dari
sisa makanan, dan tutup dengan kapas yang dibasuh dengan
larutan povidone iodine. Segera minum obat analgesik, seperti
paracetamol. 3). Rasa sakit bila gigi menyentuh gigi antagonis.
Kondisi ini, kemungkinan karena gigi tersebut mengalami infeksi
periapical dan perlu pemberian antibiotik dengan resep dokter.
Jaga kebersihan gigi dan mulut serta minum obat analgesik. Segera
hubungi dokter gigi untuk membuat perjanjian pengobatan gigi
infeksi. 4). Kondisi selain yang disebutkan di atas, pasien diminta
untuk membuat foto kondisi gigi mulutnya dengan menggunakan
telpon genggam (lihat pada lampiran), dan menghubungi dokter gigi
dengan menunjukkan foto tersebut. Selanjutnya, pasien diminta
untuk menjalankan instruksi dokter giginya.

3.3 Penggunaan Teledentistry Selama Masa Wabah Covid-19


Telah terbit surat edaran Menkes RI No. HK.02.01/MENKES/303/2020,
yang digunakan sebagai acuan dalam memberikan pelayanan kesehatan
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam masa
wabah COVID-19. Hal ini diperkuat dengan peraturan Konsil Kedokteran
Indonesia No. 74 tahun 2020 tentang Kewenangan Klinis dan Praktik
Kedokteran melalui Telemedicine pada masa wabah COVID-19. Dengan
demikian, pemanfaatan metode Teledentistry menjadi cara tepat untuk

29
menjaga jarak fisik antara Dokter Gigi dengan pasien selama wabah
COVID-19. Perlindungan hukum terhadap penggunaan Teledentistry di
Indonesia hanya berlaku pada masa wabah COVID-19, dan akan berakhir
sampai dengan masa kedaruratan kesehatan masyarakat terhadap
penanganan COVID-19 yang ditetapkan pemerintah berakhir.
Telemedicine menurut Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) adalah
pemberian pelayanan kedokteran jarak jauh oleh Dokter dan Dokter Gigi
dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, meliputi
pertukaran informasi diagnosis, pengobatan, pencegahan penyakit dan
cedera, penelitian dan evaluasi, dan pendidikan berkelanjutan penyedia
layanan kesehatan untuk kepentingan peningkatan kesehatan individu
dan masyarakat. Telemedicine termasuk metoda pelayanan jarak jauh
oleh dokter gigi yang selanjutnya, akan menggunakan istilah Teledentistry
dengan pertimbangan praktis untuk mencari sumber refrensi.
Menurut American Dental Association (ADA), Pemanfaatan
teledentistry dapat mencakup perawatan dan pendidikan kepada
pasien, tetapi tidak terbatas hanya pada, modalitas berikut:
• Video langsung (sinkronus): Interaksi langsung dua arah antara
seseorang (pasien, pengasuh, atau penyedia) dan penyedia
yang menggunakan teknologi telekomunikasi audiovisual.
• Store-and-forward (asinkronus): Transmisi informasi kesehatan
yang direkam (misalnya, radiografi, foto, video, tayangan digital
dan fotomikrograf pasien) melalui sistem komunikasi elektronik
yang aman kepada seorang praktisi, yang menggunakan
informasi tersebut untuk mengevaluasi kondisi pasien atau
memberikan layanan secara real-time atau live interaction.
• Pemantauan pasien jarak jauh (PPJJ): Pengumpulan data
kesehatan dan medis pribadi dari seseorang di satu lokasi
melalui teknologi komunikasi elektronik, yang ditransmisikan
ke penyedia (terkadang melalui layanan pemrosesan data) di
lokasi yang berbeda untuk digunakan dalam perawatan dan
dukungan yang berhubungan dengan perawatan pasien.

30
• Mobile Health (mHealth): Perawatan dan praktik kesehatan
serta pendidikan kesehatan masyarakat yang didukung oleh
perangkat komunikasi seluler seperti ponsel, komputer tablet,
dan Personal Digital Assistant (PDA).

Hasil pelayanan teledentistry dicatatkan dalam catatan digital atau


manual yang dipergunakan oleh Dokter gigi sebagai dokumen rekam
medik dan menjadi tanggung jawab dokter gigi yang bersangkutan,
dan harus dijaga kerahasiaannya, serta dipergunakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Penulisan resep elektronik
dikecualikan untuk obat golongan psikotropika. Salinan resep elektronik
harus disimpan dalam bentuk-bentuk cetak dan/atau elektronik sebagai
bagian dokumen rekam medik.
Dokter dan Dokter Gigi yang melaksanakan Praktik Kedokteran
melalui telemedicine berhak mendapatkan imbalan yang ditetapkan oleh
Fasyankes sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kewajiban Dokter Gigi dalam memberi pelayanan dan perawatan
dengan menggunakan modalitas teledentistry harus memenuhi:
1) Bahwa setiap dokter gigi yang memberikan layanan
menggunakan teknologi teledentistry harus mempunyai
Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Ijin Praktik (SIP), di
mana pasien menerima layanan, atau memberikan layanan ini
sebagaimana diizinkan oleh Dinas Kesehatan.

31
2) Bahwa pemberian layanan melalui teknologi teledentistry
akan mengikuti pedoman praktik berbasis bukti (EBD), sejauh
tersedia, sebagai cara untuk memastikan keselamatan pasien,
kualitas perawatan dan hasil kesehatan yang diharapkan.
3) Informasi pasien yang relevan akan dikumpulkan sebelum
melakukan layanan menggunakan teknologi dan metode
teledentistry termasuk kondisi kesehatan umum, kondisi gigi-
gigi, dan sejarah sosial, dan informasi demografis dan pribadi
lainnya yang relevan.
4) Bahwa penyediaan layanan menggunakan teknologi
teledentistry akan didokumentasikan dengan baik dan catatan
serta dokumentasi yang dikumpulkan akan diberikan kepada
pasien atas permintaan.
5) Bahwa pemberian layanan menggunakan teknologi teledentistry
dilakukan sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku
yang membahas privasi dan keamanan informasi kesehatan
pribadi pasien.
Pemanfaatan teledentistry sangat menjanjikan dalam pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di rumah, pada masa wabah COVID-19. Realisasi
pemanfaatannya belum diatur khususnya mengenai kualitas pelayanan
dan sistem pembiayaan baik melalui system out of pocket atau sistem
pembiayaan melalui asuransi dan BPJS. Belum adanya aturan dalam
kondisi Darurat Kesehatan, maka penyederhanaan sistem pembiayaan
dan rendahnya kualitas pelayanan dapat dimaklumi.

3.4 Prinsip Keamanan untuk Praktik Pelayanan Kesehatan Gigi


dan Mulut.
Pelayanan dan penatalaksanaan klinis pada para pasien tidak dapat
dihindari dan harus dilaksanakan. Oleh karena itu, prinsip-prinsip dan
keamanan harus sangat diperhatikan baik bagi keselamatan pasien,
praktisi klinis, maupun tenaga kesehatan lainnya yang berperan aktif
pada penatalaksanaan pasien tersebut.

32
The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) telah merilis
Rekomendasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Sementara bagi
para praktisi kesehatan yang berurusan dengan COVID-19, yaitu dengan:
1) Meminimalkan kemungkinan paparan agen infektif
Minimalisasi kemungkinan terjadinya paparan agen infektif
sebelum pasien datang, saat kedatangan, selama perawatan,
ruangan telah bersih dan dilakukan desinfeksi. Petunjuk ini
sangat penting untuk melindungi pasien (seperti pasien lansia
atau pasien dengan penyakit penyerta/komorbid) dan tenaga
kesehatan.
Upaya melindungi pasien, dokter gigi dan tenaga kesehatan,
maka di dalam praktik kedokteran gigi disarankan untuk
memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut:
a. Persiapan sebelum buka pelayanan pada Praktik Dokter
Gigi mandiri, Puskesmas dan Rumah sakit.
Tenaga kesehatan telah diberikan pelatihan mengenai alur
kedatangan pasien, kuesioner asesmen pasien, pelatihan
penggunaan dan melepas APD, prosedur triase dan skrining
awal, prosedur pendaftaran, perawatan pasien, untuk
penanganan pasien, desinfeksi dan sterilisasi, pengelolaan
limbah.
• Memperbarui jadwal perjanjian pasien, termasuk
dalam bentuk voicemails, texts, emails, atau telepon.
Pasien datang dengan perjanjian, ada waktu jeda antar
pasien, untuk mencegah transmisi melalui aerosol.
Memberi waktu untuk desinfeksi ruangan.
• Memperbarui daftar anjuran dan peringatan kepada
pasien dapat melalui voicemails, teks, email, atau
telpon. Pada triase awal sebelum pasien datang,
juga ditanyakan mengenai status penyakit pasien
dan kemungkinan faktor risiko yang dimiliki pasien

33
untuk dapat terinfeksi lebih besar dibandingkan
individu lainnya. Bila pasien berisiko tinggi dapat
terindentifikasi, maka untuk keselamatan pasien
tersebut dapat disiapkan perjanjian perawatan di pagi
hari atau jam pertama klinik di buka.
• Menyediakan termometer infra red, hand sanitizer, dan
tisu, atau air mengalir dan sabun, di tempat khusus
sebelum pintu masuk gedung
• Membatasi pasien di ruang tunggu dengan perjanjian
per telepon.
• Ruang tunggu diisi hanya untuk 1 (satu) pasien. Pasien
yang lain dipersilahkan menunggu di luar daerah
terbuka atau di dalam mobil. Petugas akan menelpon
bila waktu berobat sudah tersedia.
• Toilet untuk pasien di Kunci. Jika ingin digunakan
harus meminta ke petugas. Setelah itu dilakukan
pembersihan/penyemprotan dengan bahan atiseptik.
• Memberi informasi kepada pasien untuk memakai
masker bila masuk gedung dan tidak membawa
anggota keluarga, kecuali pasien anak-anak 17 tahun
ke bawah. Pasien dewasa tidak diantar, sedangkan
pasien anak dapat disertai orang dewasa (orangtua/
keluarga) yang juga dapat menenangkan pasien.
Minimalisasi orang di ruang tunggu. Sistem perjanjian
diadakan dengan pertimbangan bahwa yang duduk di
ruang tunggu merupakan pasien berikutnya.
• Jika memungkinkan, menggunakan cara-cara
alternatif untuk memantau perkembangan perawatan
pasien atau untuk memberi saran dalam keadaan
darurat. Pasien dapat menggunakan ponsel
cerdas (smart phone) mereka untuk mengambil

34
foto kondisi oral yang dikeluhkan, gigi lubang, gigi
bengkak, perawatan saluran akar gigi, perawatan
prostetik, implan, braket yang rusak atau masalah
lain, sehingga kebutuhan kunjungan langsung dapat
ditentukan. Pemantauan jangka panjang, dapat
mempertimbangkan aplikasi seperti Dental Monitoring
yang dirancang untuk melacak perawatan pasien dari
jarak jauh menggunakan Mobile Apps.
b. Skrining pasien untuk identifikasi kebutuhan kedaruratan
dental dan pertimbangan untuk menunda perawatan
Pasien, sebelum datang ke Klinik Gigi, yaitu ke Praktik
dokter gigi mandiri, Puskesmas, atau Rumah sakit,
sebaiknya melakukan pendaftaran untuk perjanjian
perawatan gigi melalui telepon atau media komunikasi lain,
misalnya melalui WhatsApp, SMS, Telegram, dan lain-lain.
Usahakan pasien diwawancara melalui telepon dengan
menggunakan Checklist kuesioner skrining COVID-19.
Bila pasien datang langsung tanpa perjanjian, maka harus
dilakukan wawancara secara langsung atau diminta untuk
mengisi sendiri kuesioner checklist skrining COVID-19.
Jelaskan kepada pasien bahwa kuesioner checklist skrining
ini hanya memberikan informasi dasar, tidak dimaksudkan
untuk menggantikan nasehat medis, diagnosis, atau
perawatan. Kuesioner checklist, di bawah ini, terdiri
dari dua bagian yaitu Keluhan Pasien untuk perawatan
mendesak dan Riwayat Pasien terhadap kemungkinan
terinfeksi COVID-19. Checklist di bawah ini dapat digunakan
untuk menentukan apakah perawatan gigi harus dilakukan
segera atau bisa ditunda. Sebelum pengisian kuesioner,
dilakukan juga pemeriksaan suhu tubuh.

35
Checklist Skrining COVID-19:
A. Perlunya Perawatan Segera (Kuesioner Triase)
a. Apakah bapak/ibu/anak kesulitan makan dalam 24 jam akibat
keluhan dalam ronga mulut yang dideritanya?
• Ya
• Tidak
b. Apakah bapak/ibu/anak mengalami gangguan tidur akibat
keluhan dalam ronga mulut
• Ya
• Tidak
c. Apakah bapak/ibu/anak telah minum obat penghilang sakit,
tetapi keluhan dalam rongga mulut tidak hilang.
• Ya
• Belum (Bila belum, anjurkan untuk minum obat penghilang sakit
dan menunda datang ke klinik gigi bila rasa sakit telah hilang).

Jika pasien menjawab salah satu dari tiga pertanyaan “Ya”, maka
pasien tersebut masuk dalam kasus kedaruratan dental yang perlu
pertolongan segera.

B. Perlunya pertimbangan untuk menunda (Skrining COVID-19)


a. Apakah Anda memiliki gejala berikut: demam, rasa Lelah, batuk
kering, tengorokan sakit, kesulitan bernapas atau diare?
• Ya
• Tidak
b. Apakah Anda dalam 14 hari terakhir bepergian ke luar kota atau
keluar negeri?
• Ya
• Tidak

36
c. Apakah Anda pernah melakukan kontak dekat dengan penderita
COVID-19 yang dikonfirmasi atau kemungkinan anda mencurigai?
• Ya
• Tidak
d. Pernahkah Anda melakukan kontak langsung dengan seseorang
di luar negeri yang menderita penyakit pernapasan akut berat
dalam 14 hari terakhir?
• Ya
• Tidak

Bagaimana menghadapi pasien yang lulus skrining dan yang


tidak lulus skrining.
Pasien lulus skrining:
1. Jika pasien yang menjawab “TIDAK” untuk semua pertanyaan akan
diizinkan untuk masuk dan diinstruksikan untuk semua staf yang
akan melakukan perawatan pasien tersebut untuk menggunakan
APD yang tepat untuk memastikan kunjungan yang aman.
2. Jika pasien yang menjawab “TIDAK” untuk semua pertanyaan,
mereka telah lulus penyaringan dan dapat dipersilahkan
memasuki gedung dan ruang tunggu praktik. Petugas akan
memberi peringatan secara sopan.
“Bapak/ibu/Saudara” dapat diizinkan masuk ke gedung. Silakan
gunakan hand sanitizer sebelum masuk. Terima kasih atas
kesabaran Anda dan mengharap anda tetap sehat.”

Pasien tidak lulus skrining:


Jika pasien menjawab salah satu pertanyaan penjaringan dengan “YA”,
atau menolak menjawab, maka pasien tersebut telah gagal dalam
penjaringan dan tidak diperkenankan untuk masuk gedung. Petugas
dapat memberi penjelasan dengan sopan kepada pasien, pengunjung,

37
vendor, sukarelawan: “Berdasarkan jawaban Bapak/ibu/Saudara dalam
lembar skrining ini, kami minta maaf bahwa Bapak/Ibu/Saudara tidak
dapat diperkenankan untuk memasuki Puskesmas/Klinik dokter gigi/
Rumah Sakit pada hari ini”. Silakan hubungi Posko Tanggap Darurat
COVID-19 setempat. “Tunjukkan pada mereka di mana lokasi dan nomor
telepon Posko Tanggap Darurat COVID-19 setempat atau hubungi
melalui telepon atau Whasapp COVID19.GO.ID, +62 811-3339-9000.
Jika pasien dengan gejala yang diduga COVID-19, lemah dan
demam di atas 38 derajat (Celcius) atau menderita infeksi pernapasan
lainnya, diminta untuk tidak dibawa ke ruang praktik dokter gigi. Pasien
tersebut diminta langsung ke Rumah sakit Rujukan atau dibawa ke Ruang
pemeriksaan khusus pasien COVID-19 (bila RS tersebut mempunyai
fasilitas atau RS tersebut adalah RS Rujukan COVID-19).
• Jika Pasien tidak menerima penjelasan ini dan marah, silakan
hubungi staf senior bersama Petugas Keamanan/ Perawat yang
Bertugas / Staf Administrasi untuk segera menangani situasi.
• Kepada karyawan, Petugas Kelurahan/Kecamatan, Kader
Kesehatan, atau tamu lainnya: “Berdasarkan jawaban Bapak/
Ibu/Saudara dalam lembar skrining ini, kami minta maaf bahwa
Bapak/Ibu/Saudara tidak diperkenankan untuk memasuki
Puskesmas/Klinik dokter gigi/Rumah Sakit pada hari ini. Silakan
hubungi melalui telpon manajer/ staf administrasi/petugas jaga
kami untuk memberi tahu kondisi ini kepada petugas dan silahkan
mengikuti instruksinya.” (kondisi ini sering terjadi atas permintaan
masyarakat untuk berkonsultasi masalah kondisi terkini kesehatan
masyarakat di wilayahnya).
• Jika pasien dengan gejala yang diduga COVID-19, atau infeksi
pernapasan lainnya, diminta untuk tidak dibawa ke ruang praktik
dokter gigi.
• Semua pasien wajib pakai masker selama di ruang tunggu
dan duduk berjarak 1 -1,5 meter satu dengan yang lain. Lebih
dianjurkan dalam ruangan tunggu tidak lebih dari 2 orang.

38
2) Patuh pada standar, kontak, dan pencegahan airborne
Pasien dan tenaga medis harus mematuhi aturan yang telah
ditetapka. Alur pasien dan tenaga medis yang melakukan
perawatan pasien uni-direction (disediakan pintu masuk dan
pintu keluar) sehingga mencegah transmisi yang dapat terjadi.
Penutup sepatu sekali pakai (Disposable shoe covers)
disediakan didepan ruang tunggu dan digunakan pasien
sebelum masuk ruang tunggu.
Cuci tangan dengan menggunakan pembersih tangan berbahan
dasar alkohol 60-95% atau dengan menggunakan air dan sabun
minimal selama 20 detik (lakukan sesuai dengan prosedur yang
tepat sesuai anjuran WHO. Cuci tangan sebelum dan setelah
kontak dengan pasien, kontak dengan bahan yang berpotensi
menular, sebelum memakai dan setelah melepas APD, termasuk
sarung tangan. Fasilitas kesehatan harus menyediakan sarana
untuk mencuci tangan.
Alat Perlindungan Diri (APD), merupakan perangkat yang
penting dalam diperhatikan dalam pelayanan pasien. Di masa
pandemi COVID-19 ini, WHO telah mengeluarkan panduan
mengenai pemakaian APD, Rational use of personal protective
equipment (PPE) for coronavirus disease (COVID-19) pada tanggal
19 Maret 2020. Demikian juga dengan Pemerintah Republik
Indonesia, melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
(Dirjen Pelayanan Masyarakat) pada tanggal 6 April 2020, telah
menetapkan petunjuk teknis penggunaan alat perlindungan
diri (APD) dalam menghadapi wabah COVID-19. Perlengkapan
APD yang harus digunakan dokter gigi pada pasien rawat jalan
adalah masker N95, jaket klinik/gown, sarung tangan, pelindung
mata, dan atau pelindung wajah (face shield), pelindung kepala,
dan sepatu pelindung. Pelatihan khusus untuk mengenakan
dan melepas APD perlu diberikan untuk mencegah transmisi
antara tenaga kesehatan,

39
• Saat mengenakan masker, jangan menarik masker
ke bawah dagu. Hal ini akan mengalahkan tujuan
menggunakan masker. Masker digunakan untuk melindungi
dari kontaminan eksternal. Ketika ditarik di bawah dagu,
kontaminasi pada leher dipindahkan ke bagian dalam
masker. Menarik masker di wajah membuat mulut dan
hidung terkena kontaminan. Tarik pengikat masker dari
belakang dan jangan menyentuh masker dengan tangan.
Cuci tangan dengan sabun/hand sanitizer sebelum
memakai masker dan melepas masker.

Cara pemasangan masker yang BENAR Cara pemasangan masker yang SALAH

Gambar 3. Cara pemasangan masker (sumber: https://www.youtube.com/watch?v=z8LuO9SoEqs)

• Apabila ada tindakan yang memicu terjadinya kontaminasi


aerosol, maka perlindungan pernapasan yang tepat
diperlukan seperti masker kategori 3 atau menambahkan
masker bedah dengan masker N-95 dan jumlah staf yang
berpartisipasi dalam tindakan harus dibatasi untuk staf/
tenaga medis yang berkepentingan saja.
• Menggunakan pelindung mata (googles) atau pelindung
wajah (face shield). Kaca mata pribadi dan lensa kontak
tidak dapat mencegah penularan. Lepas pelindung mata
sebelum meninggalkan ruangan perawatan. Pelindung
mata yang dapat digunakan kembali dalam keadaan
bersih dan telah didesinfeksi. Alat pelindung mata sekali
pakai, maka pembuangannya harus sesuai ketentuan
pembuangan limbah kesehatan.

40
• Menggunakan sarung tangan sekali pakai berbahan lateks
atau vinyl.
• Penggunaan jaket klinik/gown. Disarankan, dokter gigi dan
staf untuk menggunakan jaket klinik kancing/ritsleting
rapat yang ditarik sampai di atas kepala, dan mencegah
pakaian yang kotor bersentuhan dengan mata, hidung,
dan mulut. Setelah selesai perawatan pasien, lepas gown
dengan hati-hati, dan letakan dalam kontainer limbah
(bila gown sekali pakai), sedangkan yang dapat dicuci
ditempatkan terpisah. Gown atau hazmat yang digunakan
sebaiknya telah tersertifikasi. Penting diperhatikan gown/
hazmat tidak tembus air.
• Menggunakan dan melepas APD dilakukan di ruang khusus
yang berbeda antara ruang pakai dan ruang melepas APD,
sehingga mencegah transmisi COVID-19.
• Jika tidak tersedia masker bedah dan full face shield,
jangan melakukan perawatan dental emerjensi, segera
rujuk pasien ke klinik gigi /rumah sakit yang menyediakan
APD lengkap.

Four handed dentistry. Dokter gigi bekerja dibantu asisten.


Obat kumur sebelum perawatan (mouthrinse pretreatment)
mengandung povidone iodine 1% atau hidrogen peroksida 0,5%-1%
digunakan sebelum pasien dilakukan perawatan
Penanganan timbulnya aerosol. Sedapat mungkin minimalisasi
tindakan yang dapat menghasilkan aerosol (Aerosol Generating
Procedures). Bila akan menggunakan scaler atau handpiece yang
dapat menghasilkan aerosol, perlu diperhatikan sirkulasi udara, karena
aerosol yang dihasilkan dan kemungkinan droplet dapat menempel
pada tenaga medis, yang benda-benda dalam ruangan. Setelah selesai
perawatan, ruangan harus segera didesinfeksi dan tidak dapat langsung

41
digunakan untuk pasien berikutnya. Dengan demikian waktu perjanjian
kunjungan pasien sangat penting diperhatikan.
Limitasi penggunaan Ultrasonic scaler, lebih dianjurkan menggunakan
scaler manual.
Limitasi penggunaan air turbine handpiece. BIla akan menggunakan
handpiece, gunakan anti-retraction handpiece yang dilengkapi katup
anti reflux. Highspeed handpiece ini setelah digunakan harus dibersihkan
dari percikan darah dan debris dengan menggunakan usapan alkohol di
bagian permukaan terlebih dulu dan dilanjutkan dengan memasukkannya
pada alat pembersih highspeed handpiece otomatis yang sekaligus
memberikan pelumas (bila dibersihkan secara manual dilanjutkan
dengan memberikan pelumas dengan cara meneteskan pelumas
pada lubang di bagian bawah handpiece) kemudian dimasukkan dalam
satu medical autoclave pack ukuran 3,5”x10”serta dilanjutkan dengan
sterilisasi pada autoclave.
Gunakan electric micromotor/air motor dengan low speed handpiece 1:1
dengan mengecilkan volume air.
Gunakan rubberdam
Gunakan prinsip minimal invasif.
Saliva ejector harus terpasang terus. Gunakan selang vacuum tekanan
tinggi (umumnya terletak disebelahnya saliva ejector).
Penggunaan 3-way syringe harus hati-hati, utamakan penggunaan
semprotan air daripada udara. Atur ulang tekanan menjadi lebih rendah.
Pembersihan dan cuci alat-alat sebelum di sterilisasi menggunakan
deterjen enzimatik (bukan deterjen konvensional). Lebih dianjurkan
menggunakan alat pembersih ultrasonik (lihat instruksi pabrik).
Penggunaan extra oral suction atau extra oral respirator dengan
tekanan tinggi lebih dianjurkan.
Penggunan plastic wrap diganti setiap ganti pasien untuk membungkus
meja operasi dental Unit, gagang lampu, sandaran kepala dan panel

42
instrumen. Alat2 spt set-endomotor, LED curing light, dan lain-lain
dibungkus dengan plastic wrapping, ganti setiap digunakan.
Ruangan dengan desain bertekanan negatif dengan pembuangan ke
ruang bebas. Bila ruangan tidak ada yang bertekanan negatif, harus
memiliki sirkulasi yang baik, terdapat jendela, sehingga udara yang
terkontaminasi dapat keluar ruangan dan tidak berdiam lama di ruangan,
yang akan mengakibatkan adanya transmisi COVID-19. Modifikasi AC
setiap ruangan dengan lampu disenfektan UV yang terlindung dalam
unit indoor, atau tidak dipasang dalam posisi Circulation Mode.
3) Monitor dan kelola tenaga medis yang sakit dan terpapar virus
Skrining semua tenaga kesehatan. Jika seorang anggota staf
sakit, diharuskan untuk tinggal di rumah. CDC menyarankan
adanya kebijakan cuti sakit yang tidak menghukum dan
fleksibel. Seharusnya tidak ada hukuman atau pemotongan gaji
untuk anggota staf yang sakit dan tinggal di rumah. Untuk tindakan
proaktif, bisa dilakukan pengukuran suhu semua anggota staf di
pagi hari, dan siapapun yang demam di kirim pulang.
4) Pelatihan dan edukasi petugas kesehatan / tenaga medis.
Staf klinik dan resepsionis diberikan penjelasannya mengenai
pembagian tugasnya, edukasi mengenai COVID-19, transmisi
penularannya, dan bagaimana pencegahannya. Edukasi
mengenai kebersihan tangan dan penggunaan APD dengan
benar. Tenaga medis harus memahami kapan dibutuhkan
APD, apa saja APD yang diperlukan, bagaimana menggunakan
dan melepaskan APD untuk menghindari self contamination,
bagaimana perawatan APD bila akan digunakan kembali (tindakan
desinfeksi APD), atau APD sekali pakai (pembuanganya), dan
juga harus memahami limitasi APD. Diskusikan bagaimana
prosedur menangani pasien yang menunjukkan gejala atau
yang memiliki virus. Pastikan semua staf memiliki akses ke
pembersih tangan, tisu, dan masker wajah. Pelatihan pada

43
tenaga medis dan petugas administratif tidak hanya mengenai
APD, namun juga mengenai alur penanganan pasien, dan faktor
risiko pasien serta prosedur penanganan pasien.
5) Pengendalian infeksi lingkungan
• Staf klinik perlu memastikan bahwa mereka mendesinfeksi
area umum secara berkala, yang mencakup gagang pintu,
meja, dan semua permukaan sentuh, serta iPad yang
digunakan untuk registrasi pasien, dan konsol videogame.
Direkomendasikan untuk menghentikan penggunaan
konsol video game atau peralatan bermain lainnya saat ini.
Tidak menyediakan buku, majalah, leaflet atau bahan cetak
lainnya.
• Gunakan pintu elektrik, bila tidak ada, pintu hanya boleh
dibuka oleh petugas.
• Tidak menyediakan tempat bermain dan mainan anak.
• Beri tanda “Tidak bisa digunakan” untuk memberi tahu
pasien mengapa peralatan ini tidak tersedia. Mereka akan
memahami dan cenderung untuk memberi penghargaan.
• Petugas kebersihan harus lebih sering dari biasanya untuk
mengepel, melap dengan desinfektan dan menyedot debu
pada karpet-karpet dengan vacuum cleaner.
• Semua pembayaran tidak menggunakan uang tunai.
Dianjurkan dengan menggunakan Ponsel Pintar (SMS
Banking, atau sistem pembayaran lainya yang menggunakan
Ponsel Pintar).
• Gunakan bangku plastik yang mudah dibersihkan dan
tidak rusak dengan cairan desinfektan. Bila menggunakan
bangku berbahan kain atau vinyl, harus dibungkus plasytik
dan diganti untuk setiap pasien.

44
• Tidak menyediakan air minum atau kopi dengan sistem
dispenser. Sediakan hanya 1 gelas air minum atau Kopi
sekali pakai.
• Ruang Praktik sebaiknya bebas dari segala perabotan atau
pajangan, di cat menggunakan bahan yang tahan terhadap
bahan desinfektan.
6) Membangun sistem pelaporan dengan fasilitas kesehatan
dan pejabat instansi kesehatan masyarakat.

Disarankan untuk membangun komunikasi antar staf untuk


menjaga satu sama lain tetap up to date tentang kemungkinan
paparan atau penutupan klinik. Perkembangan wabah COVID-19
dapat dimonitor dengan membangun komunikasi antar
sejawat melalui wadah komunikasi PDGI dan Dinas Kesehatan
Setempat. Media komunikasi yang populer di Indonesia adalah
Whatsapp, Line dan Telegram. Pertemuan periodik bisa melalui
Video conference dengan berbagai platform, misal Google
Meet, Microsoft Teams, ZOOM, Skype, Cisco Webex, WhatsApp
dan lain sebagainya. Mengikuti perkembangan perubahan
kurva epidemiologi wabah COVID-19 dapat melalui media masa
elektronik dan internet. Puskesmas sebagai penanggung
jawab wilayah bidang kesehatan masyarakat, juga perlu
melacak penutupan sekolah-sekolah, kegiatan Posyandu dan
membangun sistem ketahanan kesehatan wilayahnya melalui
partisipasi masyarakat.

3.5 Prinsip Desinfeksi Ruang Praktik Pelayanan Kesehatan Gigi


dan Mulut
Hal yang perlu dilakukan dalam melakukan desinfeksi ruang praktik
dokter gigi di pusat-pusat pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah :
a. Desinfeksi ruangan dan dental unit, meja, komputer, bangku-
bangku, dental stool dan lain sebagainya dengan antiseptik.

45
b. Lampu UV setiap ruangan harus dinyalakan setelah ruangan
tidak digunakan atau sesuai dengan petunjuk pabrik.
c. Penyaring udara tekanan tinggi dengan HPA dan carbon (Air
Purifier) harus dinyalakan pada setiap ruangan yg digunakan.
d. Penggunaan instalasi air bersih pada ruang perawatan dengan
standar air untuk dapat diminum (ketentuan EPA yaitu air
yang mengandung bakteri heterotropik <500 CFU/ml), juga
penggunaan instalasi air bersih yang terhubung dengan dental
unit, yang harus dirawat secara berkala dan tidak menggunakan
air langsung dari sistem instalasi air kota untuk perawatan
dental, kumur pasien dan cuci tangan. Sebelum digunakan ke
mulut pasien, air harus dibiarkan mengalir 20-30 detik dari alat-
alat seperti handpiece, ultrasonic scaler, dan three way syringe.
e. Sterilisasi alat dengan menggunakan autoclave dengan suhu
1350C, atau menggunakan thermal disinfector untuk alat yang
tidak bisa menggunakan sterilisasi suhu tinggi.

3.6 Prinsip Pengelolaan Limbah Covid-19 Pada Pusat Pelayanan


Kesehatan Gigi Dan Mulut
1) Limbah cairan yang berasal dari penanganan kasus COVID-19
pada prinsipnya harus diolah karena kemungkinan mengandung
virus penyebab COVID-19, maupun bahan kimia yang digunakan
dalam melakukan desinfeksi dan perawatan pasien di pusat-pusat
kesehatan gigi dan mulut.
ruang pemeriksaan, ruang laboratorium,
ruang pencucian alat dan linen.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengelolaannya adalah:
a. Cairan dari mulut dan/atau hidung atau air kumur pasien
dimasukkan ke wadah pengumpulan yang disediakan atau
langsung dibuang ke wastafel atau lubang air limbah di toilet.

46
b. Air cucian alat kerja, alat makan dan minum pasien dan/atau
cucian linen dimasukkan langsung ke dalam lubang air Limbah
yang tersedia.
c. Pastikan semua pipa penyaluran air Limbah harus tertutup
dengan diameter memadai.
d. Pastikan aliran pada semua titik aliran lancar, baik di dalam
Gedung maupun di luar Gedung.
e. Pemeriksaan instalasi penyaluran air limbah dilakukan setiap hari.
f. Pastikan semua unit operasi dan unit proses IPAL bekerja
optimal.
g. Unit proses IPAL sekurang-kurang terdiri atas proses
sedimentasi awal, proses biologis (aerob dan/atau anaerob),
sedimentasi akhir, penanganan lumpur, dan disinfeksi dengan
klorinasi (dosis disesuaikan agar mencapai sisa klor 0,1-0,2
mg/I). Setelah proses klorinasi, pastikan air kontak dengan
udara untuk menghilangkan kandungan klor di dalam air
sebelum dibuang ke badan air penerima.
h. Lumpur hasil proses IPAL, bila menggunakan pengering lumpur
atau mesin press, dapat dibakar di insinerator atau dikirim ke
perusahaan jasa pengolah limbah B3. Bila tidak dimungkinkan
untuk dilakukan keduanya, maka dapat dilakukan penguburan
sesuai dengan kaidah penguburan Limbah B3 sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.56 Tahun 2015.
i. Pengukuran unit proses disinfeksi air limbah dengan kandungan
sisa kier pada kisaran 0,1-0,2 mg/I yang diukur setelah waktu
kontak 30 menit sekurang-kurangnya sekali dalam sehari.
j. Pengukuran unit proses desinfeksi air limbah dengan
kandungan sisa kier pada kisaran 0,1-0,2 mg/I yang diukur
setelah waktu kontak 30 menit
k. sekurang kurangnya sekali dalam sehari

47
2) Limbah padat domestik adalah barang atau bahan sisa
hasil kegiatan yang tidak digunakan kembali yang berpotensi
terkontaminasi oleh zat yang bersifat infeksius atau kontak dengan
pasien dan/atau petugas di Fasyankes yang menangani pasien
COVID-19, meliputi: masker bekas, sarung tangan bekas, perban
bekas, tisu bekas, plastik bekas minuman dan makanan, kertas
bekas makanan dan minuman, alat suntik bekas, set infus bekas,
Alat Pelindung Diri bekas, sisa makanan pasien dan lain-lain, berasal
dari kegiatan pelayanan di UGD, ruang isolasi, ruang ICU, ruang
perawatan, dan ruang pelayanan lainnya.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengelolaannya adalah:
a. Limbah B3 medis dimasukkan ke dalam wadah/bin yang dilapisi
kantong plastik warna kuning yang bersimbol “biohazard”.
b. Hanya limbah B3 medis berbentuk padat yang dapat dimasukkan
ke dalam kantong plastik limbah B3 medis.
c. Bila di dalamnya terdapat cairan, maka cairan tersebut harus
dibuang ke tempat penampungan air limbah yang disediakan
atau lubang di wastafel atau WC yang mengalirkannya ke dalam
IPAL.
d. Setelah ¾ penuh atau paling lama 12 jam, sampah/limbah B3
dikemas dan diikat rapat.
e. Limbah Padat B3 Medis yang telah diikat setiap 24 jam harus
diangkut, dicatat dan disimpan pada TPS Limbah B3 atau
tempat yang khusus.
f. Petugas wajib menggunakan APD lengkap.
g. Pengumpulan limbah B3 medis padat ke TPS Limbah B3
dilakukan dengan menggunakan alat transportasi khusus
limbah infeksius dan petugas menggunakan APD.
h. Berikan simbol Infeksius dan label, serta keterangan “Limbah
Sangat Infeksius. Infeksius Khusus”.

48
i. Limbah B3 Medis yang telah diikat setiap 12 jam di dalam
wadah/bin harus diangkut dan disimpan pada TPS Limbah B3
atau tempat yang khusus.
j. Pada TPS Limbah B3 kemasan sampah/limbah B3 COVID-19
dilakukan disinfeksi dengan menyemprotkan disinfektan
(sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan) pada plastik
sampah yang telah terikat.
k. Setelah selesai digunakan, wadah/bin didisinfeksi dengan
disinfektan seperti klorin 0,5%, lysol, karbol, dan lain-lain.
l. Limbah B3 Medis padat yang telah diikat, dilakukan disinfeksi
menggunakan disinfektan berbasis klorin konsentrasi 0,5%
bila akan diangkut ke pengolah.
m. Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan alat
transportasi khusus
n. limbah dan petugas menggunakan APD.
o. Petugas pengangkut yang telah selesai bekerja melepas APD
dan segera mandi dengan menggunakan sabun antiseptik dan
air mengalir.
p. Dalam hal tidak dapat langsung dilakukan pengolahan, maka
Limbah dapat disimpan dengan menggunakan freezer/cold-
storage yang dapat diatur suhunya di bawah 0°C di dalam TPS.
q. Melakukan disinfeksi dengan disinfektan klorin 0,5% pada TPS
Limbah B3 secara menyeluruh, sekurang-kurangnya sekali
dalam sehari.
r. Pengolahan limbah B3 medis dapat menggunakan insinerator/
autoklaf/gelombang mikro. Dalam kondisi darurat, penggunaan
peralatan tersebut dikecualikan untuk memiliki izin.
s. Fasyankes yang menggunakan insinerator, abu/residu
insinerator agar dikemas dalam wadah yang kuat untuk dikirim
ke penimbun berizin. Bila tidak memungkinkan untuk dikirim ke

49
penimbun berizin, abu/residu insinerator dapat dikubur sesuai
konstruksi yang ditetapkan pada Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan nomor P.56 tahun 2015.
t. Fasyankes yang menggunakan autoklaf/gelombang mikro, residu
agar dikemas dalam wadah yang kuat. Residu dapat dikubur
dengan konstruksi yang ditetapkan pada Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor P.56 Tahun 2015.
u. Untuk Fasyankes yang tidak memiliki peralatan tersebut dapat
langsung melakukan penguburan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
• Limbah didisinfeksi terlebih dahulu dengan disinfektan
berbasis klor 0,5%,
• Limbah dirusak supaya tidak berbentuk asli agar tidak
dapat digunakan kembali,
• Dikubur dengan konstruksi yang ditetapkan pada Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor P.56
tahun 2015.
v. Konstruksi penguburan sesuai Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan nomor P.56 Tahun 2015.
w. Pengolahan juga dapat menggunakan jasa perusahaan
pengolahan yang berizin, dengan melakukan perjanjian
kerjasama pengolahan.
x. Pengolahan harus dilakukan sekurang-kurangnya 2 x 24 jam.
y. Timbunan/volume limbah 83 harus tercatat dalam logbook
setiap hari.
z. Memilki Manifest limbah 83 yang telah diolah.
aa. Melaporkan pada Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan terkait jumlah limbah 83 medis yang dikelola melalui
Dinas Lingkungan Hidup Provinsi/ Kabupaten/Kota .

50
3.7 Adaptasi Dokter Gigi Terhadap Serangan Covid-19,
“Kenormalan Baru” Setelah Pandemi.
Profesi Dokter gigi sudah mempunyai pedoman pengendalian infeksi
sesuai dengan pedoman pengendalian infeksi yang dikeluarkan oleh
Kementrian Kesehatan. Namun kondisi pandemi COVID-19 telah
membuat sebagian besar prosedur kedokteran gigi berubah. Semua
Dokter Gigi setelah penghentian praktik akibat pandemi mengharap
kan untuk bisa praktik kembali setelah pandemi selesai. Namun
kemungkinan besar tidak bisa praktik seperti dahulu lagi, karena semua
prosedur dan regulasi pascapandemi kemungkinan akan diperbarui.
Perubahan prosedur perawatan kedokteran gigi lebih didasarkan
pada pemikiran, bahwa pasien yang akan berkunjung ke Klinik Gigi
adalah salah satu individu pembawa SARS-CoV-2 (carrier). Mereka masih
terdapat di tengah masyarakat, sehingga diperkirakan virus penyebab
COVID-19 belum punah sepenuhnya selama Vaksin SARS-Cov-2 belum
tersedia. Pelayanan kesehatan gigi masyarakat yang diselengarakan
Pemerintah perlu protokol baru, sehingga memberi konsekwensi
pembiayaan yang tidak kecil. Protokol baru tersebut tidak hanya untuk
penanganan pasien gigi dan mulut dengan kasus COVID-19, tetapi
diperlukan sebagai dasar untuk mempersiapkan tidakan pencegahan
terhadap kejadian infeksi menular yang masih ada, seperti TBC, Hepatitis
C, HIV, serta penyakit infeksi menular lain, yang diprediksi akan timbul
di masa depan. Seorang ahli bedah mulut Paul Couthard, Dekan Queen
Mary University of London mengatakan bahwa secara moral tidak boleh
menempatkan dokter gigi dan tenaga medis berhadapan dengan risiko
yang tidak perlu, karena alasan tidak ada perlengkapan yang memadai
dalam mencegah terjadinya infeksi silang.
Masa pandemi COVID-19 merupakan masa Kedaruratan Kesehatan
saat ini, Pemerintah melalui Departemen Kesehatan, PDGI dan Profesi
Kesehatan lain belum bisa merinci seperti apa “kondisi normal baru”
ini nantinya. Ada beberapa skenario yang mungkin terjadi ketika
dunia kita menjadi kacau balau akibat kejadian pandemi ini. Adaptasi
Dokter Gigi terhadap kekacauan akibat pandemi ini memberi pelajaran

51
yang berharga untuk tetap memberikian Pelayanan Kesehatan pada
masyarakat.
Peningkatan pengawasan biometrik dengan teknologi CCTV di tempat
publik dan Rumah sakit perlu dipertimbangkan walau akan berbenturan
dengan privasi yang harus dilindungi. Pelindung wajah medis mungkin
akan menjadi terbiasa digunakan oleh masyarakat luas. Perubahan mode
Fashion khusus anti Virus akan bermunculan dari disainer lokal sampai
tingkat dunia. Pakaian yang tahan virus dan dapat disterilkan untuk
memungkinkan “bersosialisasi tanpa perlu menjaga jarak. Pemanfaatan
Robot pembersih ruangan praktik, pembayaran tanpa uang tunai, dan
pemanfaatan kehidupan sosial melalui media daring. Pintu – pintu elektrik
pada Gedung-gedung Fasyankes dan diruang praktik dilengkapi dengan
sensor wajah maupun gerak. Semua serba anti sentuh, dengan demikian
teknologi sensor mempunyai peran penting.
Semua anggota masyarakat sudah berlatih untuk tidak menyentuh
area T wajah tanpa cuci tangan sebelum mengambil keputusan untuk
keluar rumah. Perangkat ponsel cerdas akan dilengkapi fitur getar dan
peringatan ketika kita akan menyentuh wajah sebelum cuci tangan.
Disain Ruang Praktik dokter gigi akan bergeser dari disain mewah
yang menarik dan nyaman akan menjadi jauh lebih sederhana dengan
perlengkapan yang terbatas. Demikian pula disain dental unit akan
berubah lebih fungsional dengan perlengkapan seperti handpiece, three
way syringe, scaler, dan lain-lain menjadi lebih tersembunyi dalam wadah
tertutup secara otomatis untuk melakukan sterilisai secara otomatis
dengan perlengkapan sinar UV dan Ozon. Air turbine handpiece dan
ultrasonic scaler akan dilengkapi dengan aerosol suction bertekanan
tinggi, sehingga akan meminimalkan timbulnya aerosol keluar dari
rongga mulut.
Pasien akan terjadwal dengan ketat dan diatur dengan computer
secara otomatis memangil pasien dengan waktu yang diperhitungkan
dengan jarak dimana pasien berada mengunakan teknologi GPS.

52
Kegiatan Promotif dan Preventif serta pemberdayaan masyarakat
akan berubah pendekatannya. Penggunaan media digital melalui ponsel
cerdas, penggunaan pelatihan kader dan Pendidikan kesehatan gigi
masyarakat serta pertemuan Ilmiah dokter gigi dengan media daring
yang terstruktur. Demikian juga dengan perawatan Teledentistry
menjadi andalan setelah perlindungan hukum bagi dokter gigi, regulasi
kualitas pelayanan dan sistem pembiayaan telah tersedia.

Ucapan Terima kasih:


Terima kasih dan penghargaan untuk Dr. Febrina Rahmayanti, drg.,
Sp.PM(K) dan Dr. Fadli Jazaldi, drg., Sp.Ort(K) atas bantuan dalam ikut
melengkapi naskah pada BAB 3 ini.

Referensi:
1. Wang Zou MD. The Corona virus Prevention handbook. 101 science based tips
that could save your life. Januari 2020:18-30.
2. Silva RS, Jardim ACG, Siqueira WL. Corona virus Disease (COVID-19) impacts to
dentistry and potential salivary diagnosis. Clin Oral Investig 2020;24:1619-1621
3. Meng L, Hua F, Bian Z. Corona Virus Disease(Covid19) Emerging and future
challenges for dental and Oral Medicine. J Dental Res 2020:Volume(no):1-7
4. Toquero CM. Challenges and Opportunities for Higher Education Amid The
Covid-19 Pandemic. The Phillipinne Context. Pedagogical Res 2020;5(4):halaman
5. Kemdikbud. Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pencegahan dan
Penanganan COVID-19 di lingkungan Kemendikbud
6. Kemendikbud. Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan
COVID-19 pada Satuan Pendidikan.
7. Kemdikbud. Surat Edaran Kemendikbud No. 36603/A.A5/OT/2020 tentang
Pencegahan dan Penyebaran COVID-19 tanggal 15 Maret 2020
8. Kemdikbud. Surat Edaran Kemendikbud No. 36962/MPK.A/HK/2020 tentang
Pembelajaran Secara Daring dan Bekerja dari rumah dalam Rangka Pencegahan
dan Penyebaran COVID-19 tanggal 17 Maret 2020
9. Kemdikbud. Surat Edaran Kemendikbud No. 4 tahun 2020 tentang Pelaksanaan
Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran COVID-19 tanggal 24
Maret 2020
10. Kemdikbud. Surat Edaran Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi No. 302/E.E2/
KR/2020 tentang Masa Belajar Penyelenggaraan Program Pendidikan, tanggal
3 April 2020

53
11. AFDOKGI. Surat Edaran AFDOKGI No. 579/Adm/AFDOKGI/2020 tentang
Kegiatan Pembelajaran dalam Rangka Pencegahan dan Penyebaran COVID-19
12. AFDOKGI. Surat Keputusan Nomor: 587/Sk/AFDOKGI/2020 Tentang Pedoman
Kegiatan Pemenuhan Aktifitas Pembelajaran Pendidikan Profesi Dokter Gigi
Pada Kekhususan Permasalahan Pandemi Corona Virus Disease 19 (COVID-19)
13. Sabino-Silva R, Jardim ACG, Siqueira WL. Coronavirus COVID-19 impacts to
dentistry and potential salivary diagnosis. Clin Oral Invest 2020;24:1619–1621.
https://doi.org/10.1007/s00784-020-03248-x
14. Xu, H., Zhong, L., Deng, J. et al. High expression of ACE-2 receptor of 2019-
nCoV on the epithelial cells of oral mucosa. Int J Oral Sci  2020;12:8. https://
doi.org/10.1038/s41368-020-0074-x.
15. https://www.chemistryviews.org/details/ezine/11225161/Coronavirus_
Entering_and_Replicating_in_a_Host_Cell.html
16. Liu L, Wei Q, Alvarez X, et al. Epithelial cells lining salivary gland ducts are early
target cells of severe acute respiratory syndrome coronavirus infection in the
upper respiratory tracts of rhesus macaques. J Virol 2011;85(8):4025-30.
17. https://www.goldbio.com/COVID-19-Products-and-Resources
18. Guidelines for Research Involving Human Specimen Collection. https://
research.utexas.edu/ors/rdna-and-biosafety/ibc-policies-and-procedures/
guidelines-for-research-involving-human-specimen-collection/.
19. Laboratory biosafety manual. Third edition, World Health Organization Geneva.
2004. https://www.who.int/csr/resources/publications/biosafety/Biosafety7.pdf
20. Laboratory Biosafety Guidelines for Handling and Processing Specimens
Associated with SARS-CoV. https://www.cdc.gov/sars/guidance/f-lab/app5.html
21. Coulthard P. Dentistry and coronavirus (COVID-19) - moral decision-making. Br
Dent J 2020;228(7):503-505. doi: 10.1038/s41415-020-1482-1.
22. Spagnuolo G, De Vito D, Rengo S, et al. COVID-19 Outbreak: An Overview on
Dentistry. Int J Environ Res Public Health 2020;22(Mrt);17(6). pii: E2094
23. Xu R, Cui B, Duan X, et al. Saliva: potential diagnostic value and transmission
of 2019-nCoV. Int J Oral Sci 2020;12:11. https://doi.org/10.1038/s41368-020-
0080-z
24. Winiati E. Aplikasi Bioteknologi dan Bioinformatika dalam Pelayanan
Kedokteran Gigi. Buku Pidato pada Upacara Pengukuhan sebagai Guru Besar
dalam Bidang Ilmu Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Unversitas Indonesia.
Jakarta, 29 Januari 2020. UI Publishing.
25. Jiatong She Lanqin Liu : COVID-19 characteristic in children, Jurnal of Medical
Virology, Wiley Online Librarly, First published:31 March 2020, https://doi.
org/10.1002/jmv.25807
26. Karimi M*: Coronavirus (COVID-19) and Fear of Pediatric Dental Treatment EC
Paediatrics 9.5 (2020): 01-02, April 06, 2020
27. Valeria Luzzi, Gaetano Ierardo, Maurizio Bassù, Antonella Polimeni: COVID-19:
Pediatric Oral Health during and after the pandemic, Appl Sci 2020, www.
preprints.org, April 01, 2020

54
28. 28.Jackie Dorst, RDH, BS. Corona virus Management for Orthodontic Practices.
AAO Webinar 3-17-2020
29. Alison Werner. Preparing the Orthodontic Practice for Coronavirus | Mar 4,
2020 | Infection Control, Staff Issues | 0
30. Jin H, et al. Consensus for prevention and management of coronavirus disease
2019. (COVID-19) for neurologists. Stroke & Vascular Neurology 2020;0.
doi:10.1136/svn-2020-000382
31. Sutton,B. How COVID-19 Affects Your Treatment - The Look Orthodontics.
Thelookortho.com.au › COVID-19.
32. Lamb,J. Dentistry and orthodontics in the era of COVID-19. www.newschannel.
com>news>dentistry-and orthod. April 16, 2020
33. ADA Teledentistry : https://www.ada.org/en/about-the-ada/ada-positions-
policies-and-statements/statement-on-teledentistry
34. The workers who face the greatest coronavirus risk. The New York Times (New York)
2020 March 15. Availableat  https://www.nytimes.com/interactive/2020/03/15/
business/economy/coronavirus-worker-risk.html (accessed April 2020).
35. Sunarto H. Emergency Cases di Bidang Ilmu Periodonsia selama Pandemik
COVID-19 dan Panatalaksanaannya. Integrated Dental Management in the
COVID-19 Pandemic Situation. Section2. Webinar PB PDGI 2020; Mei
36. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pengelolaan limbah
rumah sakit rujukan, rumah sakit darurat dan puskesmas yang menangani
pasien COVID-19. April 14,2020
37. Meng l, Hua F, Bian Z. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): Emerging and
Future Challenges for Dental and Oral Medicine. J Dent Res.2020.
38. Surat Edaran HK.02.01/MENKES/303/2020 Tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Melalui Pemanfaatan Informasi dan Komunikasi Dalam
Rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-2019)
39. Surat Edaran Nomor: 2776/PB PDGI/III-3/2020 tentang Pedoman Pelayanan
Kedokteran Gigi Selama Pandemi Virus COVID-19
40. Kemenkes RI. Pedoman pencegahan dan pengendalian Coronavirus Disease
(COVID-19) 16 Maret 2020. (https://www.persi.or.id/images/2020/data/
pedoman kesiapsiagaan_COVID19.pdf
41. Bayley JK, Challacombe S, Sunkaraneni VS, Combes J. The use of Povidone
Iodine nasal spray and mouthwash during the current COVID-19 pandemic may
protect healthcare workers and reduce cross infection. 2020 (https://papers.
ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=3563092)
42. Peng X, Xu X, Li Y, Cheng L, Zhou X, Ren B. Transmission routes of 2019-nCoV and
controls in dental practice. International Journal of Oral Science. (2020) 12:9
43. KemenkesRI. Petunjuk teknis penggunaan alat perlindungan diri (APD) dalam
menghadapi wabah COVID-19. 2020
44. ADA. What is a dental emergency? 2020
45. ADA. Whats constitutes a dental emergencies. 2020
46. Surat Edaran PB PDGI No 2776/PB PDGI/III-3/2020 Tentang Pedoman Pelayanan
Kedokteran Gigi Selama Pandemi COVID-19.

55
47. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pelayanan Masyarakat.
Petunjuk Teknis Penggunaan Alat Perlindungan Diri Dalam Menghadapi Wabah
COVID-19. 6 April 2020.
48. Mamoun, JS. Processing, bagging, and autoclaving dental instrumen: a guide
for dental assistants. Monograph in dental assisting.May, 2016.DOI: 10.13.140/
RG.2.1.2024.2809
49. Kohn WG et al. CDC and Guidelines for infection control in dental health care
setting – 2003.MMWR 2003;52(No. RR-17):47
50. https://scholar.ui.ac.id/en/publications/penanganan-gingivitis-dengan-
metoda-toothpick-brushing-laporan-ka
51. Armasastra Bahar, Anton Rahardjo. Penanganan Gingivitis dengan Metoda
“Toothpick Brushing” (Laporan kasus pada wanita pengguna kontrasepsi oral),
JDI, Vol 2, 1995.
52. Watanabe T, Morita M, Nishi K. Comparison of 2 tooth brushing methods for
efficacy in supragingival plaque removal the toothpick method and the bass
method. J Clin Periodontol 1998; 25: 829–31.
53. Watanabe T. The Nippon dental review. 64(1): 735. Available from: URL http://
www.hyoron.co.jp. Accessed November 20, 2009.
54. Estai K , Kanagasingam Y , Mehdizadeh M, Vignarajan J , Norman R , Huang H
, Spallek H , Irving M , Arora A , Kruger E, Tennant M. Teledentistry as a novel
pathway to improve dental health in school children: a research protocol for a
randomised controlled trial . BMC Oral Health (2020) 20:11

56
LAMPIRAN 1.
Menyikat gigi dengan cara menusuk (Toothpick Methods)
dilakukan dengan menempatkan ujung bulu sikat gigi pada tepi gingiva
yang menghadap mahkota gigi dan membentuk sudut 30 ° dengan
sumbu panjang gigi. Bulu-bulu ini didorong ke ruang interdental dan
ditarik keluar dengan gerakan yang sama seperti gerakan tusuk gigi;
diterapkan pada sisi bukal dan lingual. Gerakan maju dan mundur ini
diulang 8-9 kali (Watanabe, et all 1998, A. Bahar dan A Rahardjo, 1995).

30 drajat kearah
sumbu gigi

57
LAMPIRAN 2.
Konsultasi Dokter Gigi Jarak Jauh (Teledentistry).
Pasien diminta untuk melakukan Melaporkan dan Pemeriksaan Gigi
mandiri di Rumah dengan menggunakan Ponsel Pintar.

Gunakan Ponsel Pintar

Minta tolong orang lain untuk membantu, atau dengan cara selfie dan
menyetel timer.

Gunakan Cahaya yang cukup, dan jangan gunakan matahari langsung.


Gunakan cahaya matahari dengan tabir khusus Photography. Bila
tidak ada dapat menggunakan sinar matahari dipinggir jendela yang
tertutup vitrase, sebagai pengganti tabir. Atau menggunakan Flash
yang tersedia di Ponsel Pintar.

Ambil Foto sesuai daerah yang dikeluhkan dan perlu dikonsultasikan


ke dokter gigi. Foto dalam mulut, menggunakan sendok plastic untuk
membuka ronga mulut supaya mudah mendapatkan detail lebih
banyak. Foto luar mulut, dengan mengambil sedikitnya 2 buah foto
yaitu, keseluruhan muka dan daerah dalam mulut yang dikeluhkan,
missal pembengkakan.

Cuci Tangan dengan sabun sebelum mengambil foto

58
Contoh foto Dalam Mulut

Tarik Bibir dengan 2 jari atau dengan sendok plastic/metal

Foto tampak kanan

Foto tampak kiri

Foto Rahang atas

Foto Rahang bawah

59
Foto Rahang bawah, menggunakan sendok untuk menarik bibir

Foto Luar Mulut

Foto, pipi kiri bengkak. Terlihat perbandingan pipi kiri dan kanan

Mulut sulit dibuka lebar (Trismus)

• Kirim Melalui Komputer atau Ponsel pintar dengan Media


Whatsapp, atau media laiinnya yang dipunyai baik dokter dan
pasien.
• Hubungi dokter untuk memperoleh pengobatan dan janji
untuk kunjungan ke klinik gigi melalui telepon.
• Memperoleh Resep obat bila ada.
Sumber: • Menjawab pertanyaan yang diberikan petugas klinik.
Gambar, PNG Wing.
• Memperoleh waktu perjanjian untuk datang bertobat.
• Initial Diagnosa dapat diperoleh melalui, antara lain, laporan
keluhan pasien yang disertai foto dan konsultasi langsung
melalui media Whatsapp. Kemudian melakukan prosedur
Inspeksi, perkusi, palpasi dan beberapa tanya-jawab
anamnesis.

60

Anda mungkin juga menyukai