Narasumber:
1. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D., Sp. Pros (K)., FICD
2. Abu Bakar, drg., M.Med.Ed.
Revisi : II
2019 : Fitria Mailiza, drg., Sp. P.M.
Dr. Utmi Arma, drg., MDSc.
Abu Bakar, drg., M.Med.Ed.
Dr. Dhona Afriza, drg., M.Biomed.
Rifani, drg.
Tanggal : Agustus 2019
Dikaji ulang oleh : Kepala Bagian Ilmu Penyakit Mulut FKG Unbrah
Disetujui oleh :
ii
IDENTITAS PEMILIK
Pas foto
3x4
Nama :
NPM ::
Alamat ::
No handphone ::
e-mail :
Tanggal masuk :
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
iv
STRUKTUR ORGANISASI BAGIAN ILMU PENYAKIT MULUT
4. Rifani, drg.
(082389892548)
rifani@fkg.unbrah.ac.id
drg.rifani@gmail.com
v
DAFTAR ISI
Hak cipta ....................................................................................................... ii
Identitas Pemilik .............................................................................................. iii
Kata Pengantar ................................................................................................ iv
Struktur Organisasi Bagian Ilmu Penyakit Mulut ........................................... v
Daftar Isi ......................................................................................................... vi
Daftar Gambar ................................................................................................. viii
Daftar Tabel .................................................................................................... ix
Daftar Lampiran .............................................................................................. x
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
II. DESKRIPSI MODUL ........................................................................... 2
II.1 Topic Tree and Mucosal Lesion Classifications ............................. 3
II.2 Rencana Pembelajaran (RPS) ......................................................... 6
II.3 Area Kompetensi ............................................................................. 13
II.4 Metode Pembelajaran dan Penilaian ............................................... 14
II.5 Materi Pembelajaran ....................................................................... 15
III. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL UMUM
III.1 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Pelayanan Kesehatan Gigi dan
Mulut ..................................................................................................... 27
III.2 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Terhadap Pasien ............... 29
III.3 Penanganan Instrumen dan Alat Pelayanan Kedokteran Gigi ....... 32
IV. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PELAYANAN BAGIAN ILMU
PENYAKIT MULUT ............................................................................ 33
V. PENULISAN RESEP ............................................................................ 40
VI. SISTEM RUJUKAN ............................................................................. 43
VII. BIOPSI SWAB ...................................................................................... 45
VIII. TATA TERTIB DAN ALUR KERJA
VIII.1 Tata Tertib Umum ...................................................................... 47
VIII.2 Tata Tertib Khusus di Bagian Ilmu Penyakit Mulut ................... 48
VIII.3 Alur Pengajuan Pasien Kasus di Bagian Ilmu Penyakit Mulut (Case
Report dan Case-Based Discussion)....................................................... 49
VIII.4 Alur Pelaksanaan Seminar CSS .................................................. 51
vi
VIII.5 Prosedur Pelaksanaan Ujian Harian Mini-CEX .......................... 52
VIII.6 Prosedur Pelaksanaan Ujian Harian DOPS ................................ 52
VIII.7 Pelaporan Requirement di Buku Besar
Bagian Ilmu Penyakit Mulut ....................................................... 52
VIII.8 Prosedur Pendaftaran dan Pelaksanaan Ujian Profesi Modul ..... 53
IX. GLOSARIUM ....................................................................................... 55
LAMPIRAN .................................................................................................... 57
REFERENSI UMUM ...................................................................................... 77
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Halaman Sampul Depan Makalah Case Report dan CBD ......... 57
Lampiran 2. Halaman Sampul Depan Makalah CSS ...................................... 58
Lampiran 3. Halaman Pengesahan untuk Case Report, CBD dan CSS .......... 59
Lampiran 4. Rekam Medik Kedokteran Gigi .................................................. 60
Lampiran 5. Daftar Singkatan dan Simbol-simbol Pada Odontogram ........... 65
Lampiran 6. Contoh Pengisian Odontogram ................................................... 69
Lampiran 7. Informed Consent and Informed Refusal .................................... 71
Lampiran 8. Status Kontrol Pasien .................................................................. 74
Lampiran 9. Status Konsul Pasien .................................................................. 76
Lampiran 10. Lini Masa Penyelesaian Requirement Mahasiswa Bagian IPM 77
x
I. PENDAHULUAN
1
II. DESKRIPSI MODUL
2
II.1 TOPIC TREE AND MUCOSAL LESION CLASSIFICATIONS
ORAL LESION
3
ETIOPATHOGENIC CLASSIFICATION (“MIND” Classification System) –
William M. Carpenter, Peter L. Jacobsen, Lewis R. Eversole
Fungal
Viral
• Immunology
Immunodeficiency
Hypersensitivity
- Endogenous allergen
(autoimmune)
- Exogenous allergen
4
LESIONS OF THE ORAL MUCOSA (CLINICAL CLASSIFICATION)
• BLUE • Papillary,
Papular, and
• BLACK Multiple Polypoid
5
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI No Dokumen:
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
6
P.7.b Menguasai konsep aplikasi tentang sterilisasi, desinfeksi dan asepsis
P.7.c Menguasai konsep aplikasi tentang obat-obat yang digunakan untuk
penyakit gigi mulut, termasuk efek samping dan interaksinya
P.7.d Menguasai konsep aplikasi tentang tatalaksana kedokteran gigi
klinik untuk membantu dalam memberikan pelayanan kesehatan
gigi mulut
P.7.e Menguasai konsep aplikasi tentang berfikir analitis guna
mendukung evidence based dentistry
P.8.a Menguasai konsep aplikasi dalam ilmu kedokteran gigi klinik untuk
memberikan pelayanan kesehatan gigi mulut yang meliputi
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
Ku.1 Mampu bekerja di bidang keahlian pokok untuk jenis pekerjaan
yang spesifik, dan memiliki kompetensi kerja yang minimal setara
dengan standar kompetensi kerja profesinya;
Ku.2 Mampu membuat keputusan yang independen dalam menjalankan
pekerjaan profesinya berdasarkan pemikiran logis, kritis, sistematis,
dan kreatif;
Ku.3 Mampu menyusun laporan atau kertas kerja atau menghasilkan
karya desain di bidang keahliannya berdasarkan kaidah rancangan
dan prosedur baku, serta kode etik profesinya, yang dapat diakses
oleh masyarakat akademik;
Ku.5 Mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks
penyelesaian masalah di bidang keahliannya, berdasarkan hasil
analisis informasi dan data;
Ku.9 Mampu bekerja sama dengan profesi lain yang sebidang dalam
menyelesaikan masalah pekerjaan bidang profesinya;
Ku.10 Mampu mengembangkan dan memelihara jaringan kerja dengan
masyarakat profesi dan kliennya;
Ku.11 Bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang profesinya sesuai
dengan kode etik profesinya;
Ku.12 Mampu meningkatkan kapasitas pembelajaran secara mandiri
Ku.14 Mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengaudit,
mengamankan, dan menemukan kembali data dan informasi untuk
keperluan pengembangan hasil kerja profesinya;
Ku.15 Mampu mengikuti perkembangan keilmuan dan keahlian profesi
(long life learner)
Kk.1 Mampu melakukan anamnesis secara mandiri dengan menggali
riwayat pasien (riwayat keluarga dan psikososial ekonomi, riwayat
kepenyakitan dan pengobatan, riwayat perawatan gigi mulut,
perilaku) yang relevan dengan keluhan utama melalui metode
komunikasi efektif terhadap pasien/keluarga pasien
Kk.2 Mampu melakukan pemeriksaan fisik umum dan sistem
stomatognatik (meliputi pemeriksaan ekstra dan intra oral) secara
mandiri pada pasien simulasi dengan akurat serta mampu
menetapkan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi dan kode etik
Kk.3 Mampu mencatat hasil pemeriksaan dalam rekam medik yang
akurat dan komprehensif, sebagai dokumen legal yang mendukung
rencana perawatan gigi mulut serta keperluan identifikasi
odontologi forensik sesuai dengan Disaster Victim Identification
(DVI) secara mandiri
Kk.4 Mampu menegakkan diagnosis awal, diagnosis banding, diagnosis
akhir dan menetapkan prognosis penyakit/kelainan gigi dan mulut
secara teoritis berdasarkan patogenesis dengan mempertimbangkan
derajat resiko penyakit melalui interpretasi, analisis, dan sintesis
data kasus sesuai standar klasifikasi penyakit internasional
(International Classification of Diseases) secara mandiri
7
Kk.5 Mampu menyusun rencana perawatan gigi dan mulut berdasarkan
analisis data kasus sesuai konsep kedokteran gigi klinik, kedokteran
gigi pencegahan, kedokteran gigi dasar, kedokteran klinik dan ilmu
biomedik yang relevan dengan mempertimbangkan siklus hidup
pasien dan kondisi sosio-budaya secara mandiri
Kk.6 Mampu membuat keputusan, melakukan, dan mengevaluasi
keberhasilan perawatan gigi mulut pada pasien yang disertai atau
tanpa kompromis medis secara komprehensif dengan
mengutamakan patient safety, kode etik profesi, cost effectiveness
serta berorientasi pada peningkatan kualitas hidup secara mandiri
Kk.8 Mampu mengendalikan rasa nyeri, takut dan kecemasan dengan
pendekatan farmakologik dan/atau non farmakologik pada pasien
secara mandiri
Kk.9 Mampu membuat kajian secara mandiri dan kelompok tentang
permasalahan bidang kedokteran gigi pada pasien atau masyarakat,
dan mengusulkan alternatif solusi yang inovatif dengan pendekatan
evidence-based dentistry yang bisa dipertanggungjawabkan secara
akademik dan etik profesi
K.11 Mampu mengambil keputusan medik sesuai kewenangan klinis
(clinical privilege) untuk merujuk pasien kepada sejawat dan/atau
penyelenggara kesehatan lain berdasarkan standar prosedur
operasional secara mandiri
K.13 Mampu mengelola perilaku pasien, keluarga dan masyarakat
dengan menerapkan prinsip manajemen perilaku secara mandiri dan
kelompok
K.14 Mampu melakukan kolaborasi antar profesi kesehatan dalam
mengelola kesehatan pasien, keluarga dan masyarakat secara
kelompok
Deskripsi singkat : membahas tentang kelainan jaringan lunak mulut dan penanganan lesi
mata kuliah jaringan lunak mulut secara sederhana
Pokok bahasan mata : 1) Analisis riwayat penyakit, temuan klinis, laboratoris, radiografis,
kuliah penyakit Gigi Mulut
2) Diagnosis sementara, diagnosis kerja, dan prognosis penyakit gigi
mulut
3) Gambaran klinis berbagai penyakit mukosa mulut
4) Penentuan derajat resiko penyakit rongga mulut di berbagai usia
untuk penetapan prognosis
5) Farmakologi terapi
5a) Prinsip-prinsip penatalaksanaan lesi-lesi jaringan lunak mulut
secara farmakologik dan non farmakologik
5b) Prinsip-prinsip pemeliharan kesehatan jaringan lunak mulut
5c) Prinsip-prinsip evaluasi hasil perawatan non bedah lesi jaringan
lunak mulut
6) Penulisan resep
7) Penentuan indikasi perawatan non bedah lesi jaringan lunak mulut
8) Manifestasi oral penyakit dan kelainan sistemik
9) Kelainan kelenjar saliva
10) Manifestasi berbagai penyakit sistemik di rongga mulut pada pasien
medik kompromis
11) Rencana perawatan gigi mulut pasien dengan medik kompromis
12) Identifikasi kelainan kongenital dan herediter yang ditemukan
dalam rongga mulut
13) Pendekatan farmakologik dan non farmakologik untuk mengatasi
rasa sakit, rasa takut, dan kecemasan
8
Pustaka : 1. Scully C et al. Oral Medicine and Pathology at a Glance. 1st ed.
West Sussex: Wiley-Blackwell. 2010
9
Tabel 1. RENCANA PEMBELAJARAN
Bobot
Kemampuan akhir yang Alokasi Pengalaman belajar Instrumen
Bahan kajian Metode pembelajaran Penilaian
diharapkan waktu mahasiswa Penillaian
(%)
Mampu melakukan -Keluhan Utama Dental Side Teaching 2 x 170’ Interaksi dokter gigi- Mini Ce-X Terlampir
anamnesis (penggalian -Riwayat penyakit pasien di hal 12
riwayat medis dan dental) -Riwayat penyakit gigi mulut Diskusi
-Riwayat penyakit sistemik
-Riwayat penyakit dalam
keluarga
-Riwayat penyakit sosial
Mampu melakukan -Pemeriksaan obyektif Dental Side Teaching 2 x 170’ Interaksi dokter gigi- Mini Ce-X Idem
pemeriksaan fisik secara -Pemeriksaan ekstraoral pasien
umum dan stomatognati -Pemeriksaan intraoral Diskusi
-Identifikasi variasi normal
Mampu melakukan -Pemeriksan radiografi Dental Side Teaching 1 x 170’ Interaksi dokter gigi- Mini Ce-X Idem
interpretasi hasil -Pemeriksaan laboratorium CSS pasien CBT
pemeriksaan penunjang darah lengkap 5 x 50’ Diskusi CSS
-Pemeriksaan mikrobiologi Presentasi
-Pemeriksaan histologi
-Pemeriksaan patologi oral dan
patologi klinik
Mampu melakukan Ilmu Penyakit Mulut Dental Side Teaching 2 x 170’ Interaksi dokter gigi- Mini Ce-X Idem
prosedur penegakan CBD pasien CBD
diagnosis dan DD 4 x 50’ Diskusi
Mampu menetapkan Ilmu Penyakit Mulut Dental Side Teaching 1 x 170’ Interaksi dokter gigi- Mini Ce-X Idem
prognosis dan rencana CBD pasien CBD
perawatan 2 x 50’ diskusi
10
Kemampuan akhir yang Bahan kajian Metode Alokasi Pengalaman belajar Instrumen Bobot
diharapkan pembelajaran waktu mahasiswa Penillaian Penilaian
(%)
Mampu melakukan a. Hipertensi Dental Side Teaching 2 x 170’ Interaksi dokter gigi- DOPS Idem
perawatan Gigi Mulut/ b. Diabetes Mellitus Case Report pasien
identifikasi fokus infeksi c. Kelainan GIT: gastritis 4 x 50’ Case Report
pada pasien dengan d. Anemia Diskusi
berbagai penyakit sistemik e. Kehamilan Presentasi CBT
/ kondisi yang banyak f. Penyakit jantung
dijumpai di masyarakat g. Penyakit saluran
pernafasan
h. Penyakit ginjal
i. Penyakit hepar
Mampu melakukan a. Ulkus Traumatikus Dental Site Teaching 2 x 170’ Interaksi dokter gigi- DOPS Idem
perawatan pada pasien b. SAR minor ringan Case Report pasien
dengan lesi-lesi jaringan c. Stomatitis medikamentosa 4 x 50’ Case Report
lunak mulut d. Stomatitis venenata Diskusi
e. Stomatitis Herpetika Presentasi CBT
primer dan rekuren
f. Herpes Zoster
g. ANUG
h. Candidiasis tipe
pseudomembran
i. Angular Cheilitis
j. Median Rhomboid
Glossitis
k. Cheilosis
l. Pigmentasi mukosa mulut:
Fisiologis
m. Pigmentasi mukosa
mulut Patologis (logam,
obat)
n. Smoker’s melanosis
o. Candidiasis tipe
eritematous
11
Kemampuan akhir yang Bahan kajian Metode Alokasi Pengalaman belajar Instrumen Bobot
diharapkan pembelajaran waktu mahasiswa Penillaian Penilaian
(%)
Mampu melakukan a. Eritema Multiforme Dental Site Teaching 2 x 170’ Interaksi dokter gigi- DOPS Idem
perawatan inisial (initial b. Herpangina CSS pasien
treatment), dan merujuk c. Hand, foot and mouth 4 x 50’ CSS
pasien disease Diskusi
d. Reaksi Lichenoid Presentasi CBT
e. Leukoplakia
f. Eritroplakia
g. Karsinoma Sel Skuamosa
Mampu melakukan biopsy Ilmu Penyakit Mulut Dental Site Teaching 2 x 170’ Interaksi dokter gigi- DOPS Idem
swab Case Report pasien
CSS 2 x 50’ CSS
Diskusi
Presentasi CBT
Mampu melakukan Ilmu Penyakit Mulut Dental Site Teaching 2 x 170’ Interaksi dokter gigi DOPS Idem
komunikasi, informasi, dan pasien
edukasi tentang kelainan/
penyakit mukosa mulut
yang diderita kepada
pasien/keluarga/pendamping
12
II.3 AREA KOMPETENSI
Kompetensi yang harus dicapai oleh mahasiswa dalam modul lesi jaringan lunak
rongga mulut:
13
II.4 METODE PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN
Tabel 2. Metode Pembelajaran (Requirement) dan Penilaian Bagian Oral Medicine FKG
Universitas Baiturrahmah
14
II.5 MATERI PEMBELAJARAN
Materi Pembelajaran kasus bagian ilmu penyakit mulut untuk mengikuti ujian profesi (merujuk kepada buku Standar Kompetensi
Dokter Gigi Indonesia, 2015) dan Hasil Pertemuan Pengampu IPM se-Indonesia (2018):
15
Tingkat Klasifikasi Jml. max
No Klasifikasi Materi Pembelajaran Kasus Sederhana Kompleks
Kemampuan MIND mahasiswa/kasus
II. MANIFESTASI 1. KEHAMILAN 2 √ M 2
ORAL DARI 2. GERIATRI 2 √ D 2
PENYAKIT 3. KELAINAN ENDOKRIN (Disorders of The Endocrine System and Metabolism):
SISTEMIK • Diabetes mellitus 2 √ M 2
(Oral • Adrenal Diseases and
Manifestation of Conditions
Systemic - Addison’s Disease 1 √ M 2
Disease) • Hypothalamus and Anterior 2
M
Pitutary
• Thyroid Diseases M 2
4. KELAINAN GASTROINTESTINAL (Diseases of Gastrointestinal Tract):
• Diseases of The Upper Digestive Tract M
- GERD (Gastroesophageal 2
Reflux Disease)
• Diseases of The Lower
I
Digestive Tract
- Crohn’s Disease 1 √ 2
- Duodenal Ulcer Disease 2
- Inflammatory Bowel Disease 2
- Peptic Ulcer Disease 2
- Ulcerative Colitis 2
• Penyakit Hepar (Diseases of Hepatobiliary System) I
- Hepatitis
Infeksi virus 2
Infeksi non-virus 2
- Sirosis hepatitis 2
• Gastrointestinal Syndromes
- Peutz-Jegher Syndrome 1 √ M 2
16
Tingkat Klasifikasi Jml. max
No Klasifikasi Materi Pembelajaran Kasus Sederhana Kompleks
Kemampuan MIND mahasiswa/kasus
5. KELAINAN GENITOURINARIA:
• Gagal ginjal akut D 2
• Gagal ginjal kronis D 2
6. KELAINAN HEMATOLOGI (Hematologic Diseases):
• Eosinophilic ulcer 3A √ I 2
• Glossitis hunter (terkait anemia √ 2
3A I
B12)
• Hemangioma 3A √ N 2
• Hemophilia N 2
• Idiopathic Thrombocytopenic 2
D
Purpura (ITP)
• Kaposi’s Sarcoma 2 √ N 2
• Leukemia N 2
• Ptechiae, purpura, hematoma oral
- Etiologi lokal 4 √ D 2
- Terkait gangguan hematologi 2 √ D 2
• Thalasemia D 2
7. PENYAKIT IMUNOLOGI (Immunologic Diseases):
• Penyakit Autoimun
- Behҫet Syndrome 3A √ I 2
- Sicca syndrome (Sjögren) 3A √ I 2
- Pemfigus 2 √ I 2
- Pemphigoid 2 √ I 2
- Epidermolisis bulosa 1 √ I 2
- Systemic Lupus Erythematosus I 2
• Penyakit Imunodefisiensi I
- HIV- AIDS I 2
• Alergi dan Hipersensitivitas I 2
17
Tingkat Klasifikasi Jml. max
No Klasifikasi Materi Pembelajaran Kasus Sederhana Kompleks
Kemampuan MIND mahasiswa/kasus
8. KELAINAN KARDIOVASKULAR (Diseases of Cardiovascular System):
• Anginapectoris D
• Anticoagulant bleeding D
tendency
• Hypertension D
9. KELAINAN NEUROLOGIS
• Post-Herpetic Neuralgia 3A √ I 2
• Burning Mouth Syndrome 2 √ M 2
• Trigeminal Neuralgia 2 √ I 2
• Bell’s Palsy 1 D 2
• Cerebral Palsy D 2
• Cerebrovascular Accident 2
D
(CVA), Stroke
• Epilepsi D 2
10. KELAINAN PERNAFASAN (Diseases of The Respiratory Tract):
• Asma Bronkhial D 2
• Oral tuberculosis Ulcer 3A √ I 2
• Pneumonia I 2
18
Tingkat Klasifikasi Jml. max
No Klasifikasi Materi Pembelajaran Kasus Sederhana Kompleks
Kemampuan MIND mahasiswa/kasus
III. LESI ORAL 1. KELAINAN KELENJAR LUDAH (Diseases of Salivary Glands)
JARINGAN a. Obstruksi
LUNAK • Mucoceles 3A √ N 2
(Oral Soft • Ranula 3A √ N 2
Tissue Lesions) • Sialolithiasis 2 N 2
• Stricture of salivary duct 1 N 2
b. Sialadenitis 2
• Parotitis epidemika / mumps 4 √ I 2
c. Dry mouth 1 M 2
d. Disturbances of salivary secretion
• Xerostomia 3A √ M 2
• Hypoptyalism, 2 M 2
• Ptyalism/ hyperptyalism 2 M 2
e. Salivary Gland Neoplasms N 2
f. Other diseases of salivary glands
• Muara Duktus Stensen Prominen 4 √ D 2
• Abscess of salivary gland 2 I 2
• Atrophy of salivary gland 2 D 2
• Fistula of salivary gland 2 D 2
• Hypertrophy of salivary gland 2 D 2
• Benign lymphoepithelial lesion of 1 2
N
salivary gland
• Mikulicz disease 1 I 2
• Necrotizing sialometaplasia 1 I 2
• Sialectasia 1 I 2
• Sialoadenopathy 1 I 2
• Stenosis of salivary duct 1 D 2
• Uveoparotid fever (Heerfordt) I 2
19
Tingkat Klasifikasi Jml. max
No Klasifikasi Materi Pembelajaran Kasus Sederhana Kompleks
Kemampuan MIND mahasiswa/kasus
2. STOMATITIS AND RELATED LESIONS
a. Recurrent Oral Aphtae
• Aphtous Stomatitis I
- Minor 4 √ I 2
- Major 3A √ I 2
- Herpetiform 3A √ I 2
• Bednar aphtae 4 I 2
• Herpes labialis (recurrent 4 √ 2
I
herpes labialis, RHL)
• Periadenitis mucosa 4 2
I
necrotica recurrent
• Primary herpetic 4 √ 2
I
gingivostomatitis
• Recurrent intra oral herpes 4 √ 2
I
(Stomatitis herpetika)
b. Other forms of stomatitis
• Denture 4 I 2
• Ulcerative 4 I 2
• Vesicular 4 I 2
• Stomatitis nikotina 4 √ I 2
• Ulkus traumatikus 4 √ I 2
• Gangrenous stomatitis 2 I 2
• Stomatitis medikamentosa 3 I 2
• Stomatitis venenata 3 I 2
c. Cellulitis and abscess of mouth
a. Cellulitis of mouth (floor) 3A I 2
b. Submandibular abscess 3A I 2
20
Tingkat Klasifikasi Jml. max
No Klasifikasi Materi Pembelajaran Kasus Sederhana Kompleks
Kemampuan MIND mahasiswa/kasus
d. Oral Mucositis (ulcerative)
•
Chemical Burn (Drug- 4 √ √ I 2
induced)
• Thermal burn 4 √ √ I 2
• Radiation-induced 3A √ I 2
• Viral 3A I 2
3. OTHER DISEASE OF LIP AND ORAL MUCOSA
a. Diseases of lips:
• Cheilitis
- Angular 4 √ √ I 2
- Glandular 4 I 2
- Actinic 3A √ I 2
- Exfoliative 3A √ √ I 2
• Cheilodynia 4 I 2
• Cheilosis 4 √ I 2
• Perleche 4 I 2
• Cheek and lip biting 3A √ I 2
b. Leukoplakia and other disturbances of oral epithelium, including tongue
• Erythroplakia of oral 2
4 N
epithelium, including tongue
• Leukodema of oral 4 √ 2
N
epithelium, including tongue
• Leukokeratosis nicotina 2
4 N
palate
• Smoker palate N 2
21
Tingkat Klasifikasi Jml. max
No Klasifikasi Materi Pembelajaran Kasus Sederhana Kompleks
Kemampuan MIND mahasiswa/kasus
c. Granuloma and granuloma-like lesions of oral mucosa
• Eosinophilic granuloma of 3A 2
N
oral mucosa
• Granuloma pyogenicum of 3A 2
N
oral mucosa
• Verrucous xanthoma of oral 3A 2
N
mucosa
d. Other and unspecified lesions of oral mucosa
• Amalgam tattoo 4 √ I 2
• Irritative hyperplasia of oral 4 2
I
mucosa
• Candidiasis tipe atrophic 2
chronic/ Denture sore mouth I
(tipe 1-3)
- Tipe 1 dan 2 4 √ √ I 2
- Tipe 3 3A √ I 2
• Candidiasis tipe eritematous I 2
• Candidiasis pseudomembran
I
akut oral:
- tanpa penyakit sistemik 4 √ I 2
- dengan penyakit sistemik 3A √ I 2
• Antibiotic sore mouth 3A √ I 2
• Focal oral mucinosis 3A I 2
• Smoker’s melanosis 3A √ I 2
• Pigmentasi mukosa mulut: 2 √ 2
patologis (logam, tembakau, I
obat-obatan)
22
Tingkat Klasifikasi Jml. max
No Klasifikasi Materi Pembelajaran Kasus Sederhana Kompleks
Kemampuan MIND mahasiswa/kasus
4. DISEASE OF TONGUE
a. Glossitis
• Abscess of tongue 3A I 2
• Ulceration (traumatic) of the 3A 2
I
tongue
b. Geographic Tongue
• Benign migratory glossitis, 4 2
D
Glossitis areata exfolativa
c. Median Rhomboid Glossitis 4 √ D 2
d. Hyperthrophy of tongue papillae
• Black hairy tongue D 2
• Hypertrophy of foliate papillae 4 √ D 2
• Lingua villosa nigra D 2
• Papila circumvalata prominen 4 √ D 2
e. Atrophy of tongue papillae 4 2
D
(Atrophic glossitis)
f. Plicated Tongue:
• Furrowed Tongue 4 D 2
• Scrotal Tongue 4 D 2
g. Glossodynia:
• Glossopyrosis 3A √ D 2
• Painful Tongue 3A D 2
h. Other Disease of Tongue:
• Atrophy tongue 2 D 2
• Enlargement tongue 2 D 2
• Glossopathy 2 D 2
• Hypertrophy tongue 2 D 2
• Dysgeusia/ Ageusia/Hypogeusia 1 √ D 2
23
Materi Pembelajaran Kasus Tingkat Klasifikasi Jml. max
No Klasifikasi Sederhana Kompleks
Kemampuan MIND mahasiswa/kasus
IV. Penyakit yang 1. Eksostosis 4 √ D 2
membutuhkan 2. Hand, foot and mouth disease 4 √ I 2
rujukan / 3. Herpangina 4 √ I 2
Penyakit 4. Acute Necrotizing Ulcerative 3A 2
sistemik I
Gingivitis
dengan tingkat
5. Epulis fisuratum 3A √ I 2
kemampuan
3/2/1 6. Epulis gravidarum 3A √ I 2
7. Halitosis 3A √ √ D 2
8. Lichenoid reaction 3A √ I 2
9. Necrotizing ulcerative stomatitis 3A √ I 2
10. Oral Lichen Planus 3A √ N 2
11. Angioneurotic edema 3B √ I 2
12. Eritema multiforme 3B √ I 2
13. Herpes zoster 3B √ I 2
14. Steven Johnson Syndrome 3B √ I 2
15. Angina bulosa haemorhagika 2 √ I 2
16. Cancrum oris (noma) 2 I 2
17. Candidal Leukoplakia 2 √ I 2
18. Condyloma 2 √ N 2
19. Eritroplakia 2 √ N 2
20. Fibroma 2 √ N 2
21. Hiperplasia gingiva (terkait 2 √ 2
D
sistemik)
22. Leukoplakia 2 √ N 2
23. Linear Gingival Eritema 2 √ I 2
24. Oral Hairy Leukoplakia 2 √ I 2
24
Tingkat Klasifikasi Jml. max
No Klasifikasi Materi Pembelajaran Kasus Sederhana Kompleks
Kemampuan MIND mahasiswa/kasus
25. Oral melanoma 2 √ N 2
26. Papiloma 2 √ N 2
27. Sifilis 2 √ I 2
28. Squamous cell carcinoma 2 √ N 2
29. Abscess peritonsillar 1 I 2
30. Ariboflavinosis 1 M 2
31. Granulomatosis orofacial 1 √ I 2
32. Infeksi mononukleosis 1 √ I 2
33. Limfangioma 1 √ N 2
34. Linear IgA disease 1 √ I 2
35. Oral Submucous Fibrosis 1 √ I 2
25
Tabel 4. Penjabaran Level Kompetensi
1 Dapat mengenal gambaran klinis suatu penyakit dikaitkan dengan
pengetahuan dari literatur dan mengetahui bagaimana mencari informasi
lebih lanjut tentang penyakit tersebut. Level ini menunjukkan overview
saja
2 Dapat membuat diagnosis klinis penyakit sendiri berdasarkan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana seperti
laboratorium sederhana dan rontgen, serta dapat menentukan kapan
pasien perlu dirujuk kepada spesialis yang sesuai
3A Dapat membuat diagnosis klinis penyakit sendiri berdasarkan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana seperti
laboratorium sederhana dan rontgen, serta dapat menentukan dan
memberikan terapi awal atau initial treatment sebelum pasien dirujuk
kepada spesialis yang sesuai pada kasus-kasus non-emergency
3B Dapat membuat diagnosis klinis penyakit sendiri berdasarkan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana seperti
laboratorium sederhana dan rontgen, serta dapat menentukan dan
memberikan terapi awal atau initial treatment sebelum pasien dirujuk
kepada spesialis yang sesuai pada kasus-kasus emergency
4 Dapat membuat diagnosis klinis penyakit sendiri berdasarkan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana seperti
laboratorium sederhana dan rontgen, serta mampu mengelola sendiri
suatu penyakit
26
III. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR UMUM
a. Kebersihan tangan
Kebersihan tangan merupakan hal yang paling penting dan merupakan pilar
untuk Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Membersihkan tangan harus
menggunakan sabun dan air mengalir.
Indikasi membersihkan tangan:
• Bila tangan terlihat kotor
• Setelah menyentuh bahan/objek yang terkontaminasi darah, cairan tubuh,
ekskresi dan sekresi
• Sebelum memakai sarung tangan
• Segera setelah melepas sarung tangan
• Sebelum menyentuh pasien
• Sebelum melakukan prosedur aseptik
• Setelah kontak dengan permukaan dalam ruang praktik termasuk peralatan,
gigi palsu, cetakan gips.
Jika tangan tidak tampak kotor, cuci tangan dengan menggunakan
handrub/cairan berbasis alkohol, selama 20-30 detik. Dan untuk prosedur
pembedahan, gunakan sabun antimikroba (bedah) yang mengandung
chlorhexidin gluconate 4% (alternatif: iodophor)
27
Hal – hal yang harus diperhatikan:
• Sebelum membersihkan tangan, cincin, jam dan seluruh perhiasan yang
ada di pergelangan tangan harus dilepas
• Kuku harus tetap pendek dan bersih
• Tidak menggunakan pewarna kuku atau kuku palsu karena dapat menjadi
tempat terjebaknya bakteri dan menyulitkan terlihatnya kotoran di dalam
kuku
• Selalu gunakan air mengalir, apabila tidak tersedia, maka harus gunakan
salah satu pilihan berikut:
- Ember berkeran yang tertutup
- Ember dan gayung, dimana seseorang menuangkan air sementara
yang lainnya mencuci tangan
• Tangan harus dikeringkan dengan menggunakan paper towel atau
membiarkan tangan kering sendiri sebelum menggunakan sarung tangan
(Yee, 2006)
• Masker
Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut wajib menggunakan masker
pada saat melakukan tindakan untuk mencegah potensi infeksi akibat kontaminasi
aerosol serta percikan saliva dan darah dari pasien dan sebaliknya. Masker harus
sesuai dan melekat baik dengan wajah sehingga dapat menutupi mulut dan hidung
dengan baik. Ganti masker diantara pasien atau jika masker lembab atau basah
dan ternoda selama tindakan pasien. Masker akan kehilangan kualitas
perlindungannya jika basah. Lepaskan masker jika tindakan telah selesai.
28
• Kacamata pelindung
Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan kacamata pelindung
untuk menghindari kemungkinan infeksi akibat kontaminasi aerosol dan percikan
saliva dan darah. Kacamata ini harus didekontaminasi dengan air dan sabun
kemudian didisinfeksi setiap kali berganti pasien.
Sebelum melakukan perawatan pasien, gunakan baju pelindung, lalu
masker dan selanjutnya kacamata pelindung sebelum mencuci tangan. Setelah
tangan dikeringkan, ambil sarung tangan, kenakan dengan cara yang benar.
Setelah selesai perawatan dan seluruh instrumen kotor telah disingkirkan,
lepaskan sarung tangan yang telah terkontaminasi dengan memegang sisi bagian
luar dan menariknya hingga terlepas dari dalam ke luar. Setelah salah satu sarung
tangan terlepas, lepaskan sarung tangan lainnya dengan memegang sisi bagian
dalam sarung tangan dan menariknya hingga terlepas. Apabila seluruh alat
pelindung diri telah dilepaskan, hindari menyentuh area terkontaminasi. Selalu
lakukan kebersihan tangan dan keringkan tangan sebelum memasang kembali
sarung tangan.
29
d. Manajemen lingkungan
• Ikuti instruksi pabrik untuk pemakaian bahan disinfektan yang tepat untuk
pembersihan permukaan lingkungan
• Jangan menggunakan disinfektan tingkat tinggi untuk disinfeksi
permukaan lingkungan
• Pakai Alat Pelindung Diri saat melakukan pembersihan dan disinfeksi
permukaan lingkungan
• Pasang pelindung permukaan untuk mencegah kontaminasi, khususnya
permukaan yang sulit dibersihkan seperti tombol lampu pada dental chair
dan ganti pelindung permukaan setiap pasien
• Bersihkan dan disinfeksi permukaan kontak klinik yang tidak dilindungi
dengan pelindung setelah kegiatan satu pasien, gunakan disinfeksi tingkat
sedang jika terkontaminasi dengan darah.
• Bersihkan seluruh permukaan lingkungan (lantai, dinding, meja, troley)
dengan detergen dan air atau disinfektan, tergantung dari permukaan, tipe
dan tingkat kontaminan.
• Bersihkan kain pembersih setelah digunakan dan keringkan sebelum
dipakai ulang, atau gunakan yang sekali pakai/ kain disposable.
• Sediakan cairan pembersih atau cairan disinfektan setiap hari.
• Bersihkan dinding, pembatas ruangan, gorden jendela di area perawatan
pasien jika terlihat kotor, berdebu dan ternoda.
• Segera bersihkan tumpahan darah atau bahan infeksius lainnya
menggunakan cairan disinfektan.
• Hindari penggunaan karpet dan furniture dari bahan kain yang menyerap
di daerah kerja, laboratorium dan daerah pemerosesan instrumen.
30
• Sebelum instrumen kritis dan semi kritis disterilisasi, periksa kebersihan
instrumen, kemudian bungkus atau tempatkan instrumen dalam kontainer
yang tepat untuk mempertahankan kesterilan selama penyimpanan
• Jangan sterilisasi alat implan tanpa dibungkus.
• Jangan simpan instrumen kritis tanpa dibungkus
31
12. Dianjurkan pemakaian isolator karet (rubberdam) untuk mencegah
terjadinya percikan dari mulut pasien dan mereduksi kontak yang tidak
perlu antara tangan dan mukosa pasien
Dental unit dan dental chair harus selalu dalam keadaan bersih dan siap pakai.
Tempat-tempat yang harus dibersihkan pada dental unit:
a) Meja instrument, harus bersih dan diulas dengan alkohol 70%.
b) Handpiece harus bersih dan diberi pelumas sesudah digunakan.
c) Three-way syringe.
d) Penghisap saliva
e) Penghisap darah (vacuum tip).
f) Spittoon cuspidor bowl.
Spittoon bowl, disiram dengan lisol kemudian disiram dengan air bersih
lalu disikat dengan deterjen dan dibilas kembali.
g) Pegangan lampu harus bersih dan diulas dengan alcohol 70%.
32
IV. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PELAYANAN BAGIAN
ILMU PENYAKIT MULUT
Bahan:
• Cotton pellet
• Cotton roll
• Kapas
• Kain kassa
• Slaber (bib)
• Alkohol
Catatan : Bekerja dengan alat yang steril, semua harus disterilkan dengan
autoclave atau digodog di rumah
4. Persilahkan pasien duduk pada kursi gigi dan atur posisi pasien agar nyaman
bagi pasien dan operator
5. Melakukan anamnesis (pemeriksaan subjektif)
a. Tentukan keluhan utama yang menyebabkan pasien datang ke klinik
IPM dan catat keluhannya lalu tanyakan:
• lokasi keluhan, kapan dan apa yang disadari pertama kali, berapa
lama keluhan dirasakan, bagaimana rasa sakitnya (tajam, tumpul,
berulang, menetap, hilang timbul, dll)
• adakah hal-hal yang memperberat atau memperingan keluhan
• bagaimana perkembangan penyakit yang dikeluhkan (ukuran, tingkat
keparahan, membaik atau memburuk, dll)
33
• perawatan atau terapi yang telah dilakukan sehubungan dengan
keluhan utama
• riwayat keluhan yang sama di masa lalu dan muncul kembali
• apakah pasien memiliki riwayat penyakit tertentu yang diketahuinya
(memiliki gejala-gejala suatu penyakit) apakah di keluarganya juga
ada yang mengidap penyakit tertentu yang berkaitan dengan keluhan
utama dan sejak kapan
• apakah saat ini sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu
b. Riwayat dental
c. Riwayat penyakit umum
Tanyakan pada pasien tentang ada/tidaknya penyakit sistemik yang sedang
atau pernah diderita, apakah dilakukan perawatan/tidak.
Beberapa penyakit yang perlu ditanyakan diantaranya:
Penyakit pada sistem pernafasan
Penyakit pada sistem kardiovaskular
Penyakit pada saluran pencernaan (Gastrointestinal Tract/ GIT)
Kelainan ginjal
Kelainan hematologi
Kelainan perdarahan dan pembekuan darah
Penyakit imunologi
Transplantasi
Penyakit menular
Penyakit Endokrin
Kelainan Neurologis
Khusus perempuan: apakah sedang hamil, menyusui, memakai
kontrasepsi, menopause?
6. Pemeriksaan Objektif
A. Pemeriksaan Fisik Umum
a. Keadaan Umum:
• Compos mentis
Keadaan pasien sadar penuh, baik terhadap lingkungan maupun
terhadap dirinya sendiri. (Glasgow Coma Scale- Gcs: 15-14)
34
• Apatis
Keadaan pasien dimana tampak acuh tak acuh dan segan terhadap
lingkungannya (Gcs: 13-12)
• Delirium
Keadaan pasien mengalami penurunan kesadaran disertai kekacauan
motorik serta siklus tidur bangun yang terganggu (Gcs: 11-10)
• Somnolen
Keadaan pasien mengantuk yang dapat pulih jika dirangsang, tapi
jika rangsangan itu berhenti pasien akan tidur kembali (Gcs: 9-7)
• Sopor (stupor)
Keadaan pasien mengantuk yang dalam (Gcs: 6-5)
• Semi-koma (koma ringan)
Keadaan pasien mengalami penurunan kesadaran yang tidak
memberikan respons rangsang terhadap rangsang verbal, serta tidak
mampu untuk di bangunkan sama sekali, tapi respons terhadap nyeri
tidak adekuat serta reflek (pupil & kornea) masih baik (Gcs: 4)
• Koma
Keadaan pasien mengalami penurunan kesadaran yang sangat dalam,
tidak terdapat respons pada rangsang nyeri serta tidak ada gerakan
spontan (Gcs: 3)
Catatan :
Hipotensi : Kurang dari 90/60 mmHg
Normal : 90-120/60-80 mmHg
Pre Hipertensi : 120-140/80-90 mmHg
Hipertensi Stadium 1 : 140-160/90-100 mmHg
Hipertensi Stadium 2 : Lebih dari 160/100 mmHg
DENYUT NADI
Normal : 60-100 x/menit
Takikardi : >100 x/menit
Bradikardi < 60x/menit
RESPIRASI
Normal : 14 – 20 x/menit
pada keadaan istirahat 14-18 x/menit
Pada bayi bisa : 44 x/menit
35
SUHU
Normal : 36,6-37,2 ˚C
Rektal: 34,7 – 37,3 ˚C
Oral : 35,5 – 37,5 ˚C
Axilla : 34,7 – 37,3 ˚C
36
• Mukosa bukal (m. buccinator, frenulum bukalis, occlusal line
orificium dan papila duktus kelenjar parotis, kelenjar saliva minor,
vestibulum bukalis).
Perhatikan adanya perubahan pigmentasi, linea alba, hiperkeratotik
patches, pembengkakan intraoral, ulser, nodula, jaringan parut, bercak
merah atau putih lainnya dan fordyce granules.
Muccobuccal fold diperiksa secara visual dan palpasi untuk
mengetahui adanya rasa sakit, pembengkakan, nodula, perhatikan warna dan
tekstur.
• Orofaring (tonsil)
Perhatikan warna, ukuran dan abnormalitas permukaan tonsil, ulser.
Periksa juga pilar-pilar faucia mengenai bilateral dan kesimetrisan, bercak
merah dan putih dsb
• Lidah
Dorsum lidah diperiksa dalam keadaan istirahat. Terhadap
kemungkinan adanya pembengkakan, ulser, lapisan yang menutupi lidah,
ukuran, warna dan tekstur.
Tepi lidah; perhatikan distribusi papila filiformis dan fungiformis,
teraan gigi, depapilasi, fisur, ulser dan daerah keratotik.
Perlekatan frenulum dan deviasi ketika pasien menjulurkan lidah,
pergerakan ke kiri dan ke kanan.
Instruksikan pasien untuk mengangkat lidahnya ke atas, untuk
melihat daerah ventral lidah dan dasar mulut. Perhatikan adanya varikositas,
perlekatan frenulum, adanya batu dalam duktus, wharton’s ulser,
pembengkakan, serta bercak merah dan putih.
37
7. Pemeriksaan penunjang
Jika terdapat keraguan untuk menunjang penegakan diagnosis maka dapat
dilakukan pemeriksaan sbb:
• Pemeriksaan radiologi
• Pemeriksaan patologi klinik (darah, urin, feses, serologi)
• Pemeriksaan patologi anatomi
• Pemeriksaan mikrobiologi
• Pemeriksaan imunologi
8. Penegakan diagnosis dan diagnosis banding beserta kode ICD-DA
38
Gambar 2. Diagram Jaringan Lunak Rongga Mulut
39
V. PENULISAN RESEP
Pemberian terapi dengan obat oleh dokter secara tidak langsung akan ditulis
dalam selembar kertas yang disebut sebagai lembar resep atau blangko resep.
Resep dalam arti yang sempit adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi,
dokter hewan kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam bentuk sediaan
tetentu dan menyerahkannya kepada pasien.
3 macam pengobatan:
1. Pengobatan kausa
2. Pengobatan simptomatik
3. Pengobatan substitusi
Keterangan tambahan:
• Untuk setiap resep, jangan lupa ditutup dengan garis, lalu diberi tanda tangan
atau paraf di sebelahnya, setelah itu dilanjutkan ke resep kedua.
• Pada saat menulis resep hindari penulisan nama kimia, tulis nama latin atau
generiknya
• Apabila dalam satu lembar resep terdiri lebih dari satu R/, maka di tiap R/
dilengkapi dengan signa (∫) dan diparaf atau tanda tangan dokter penulis resep
• Tulis resep dengan bijaksana dan perhatikan keadaan sosio-ekonomi pasien
40
Nama dan gelar : Drg. Xxxxx
Keahlian (Spesialisasi) : Penyakit Mulut
Alamat : RSGM Y Jl. Raya By Pass Km.14 Padang
Jam kerja : 16.00 – 21.00 WIB Inscriptio
SIP : 0782309887
Padang, 2018
R/ Triamcinolone Acetonide 0,1% disp. oral paste/ in orabase tube No. I Prescriptio
41
Singkatan Istilah Arti
u. e Usus externus Obat luar
ung unguentum Salep
flc flacon Flacon (botol plastik)
fls flask Flask (botol kaca)
tube tube Tube/ tabung
spray spray Spray/ semprot
h.m. / m. Hora matutina / mane Pagi hari
h.v. / vesp Hora vespertina / vespere Malam hari
m. et v. Mane et vespere Pagi dan sore
noct noctum Tengah malam
b.i.d atau b.d.d (2 dd..) Bis in die atau bis de die 2 kali sehari
t.d.d.(3 dd…) Ter de die 3 kali sehari
(1-4) d.d. De die (1-4x) sehari
o.¼.h. Omni quarta hona Setiap ¼ jam
d.c Durante coenam Pada waktu makan
a.c. Ante coenam Sebelum makan
p.c Post coenam Sesudah makan
½ h.p.c. Semi hora post coenam ½ jam sesudah makan
a.m. Ante meridium Sebelum tengah hari
a.n. Ante noctem Sebelum tidur
haust haustus Sekali minum habis
h.s. Hora somni Waktu akan tidur
o.h. Omni hora Tiap jam
o.m. Omni mane Tiap pagi
Coll oris Collut oris dikumurkan
Part dol Parte dolente Pada bagian yg sakit
et et Dan
no nomero Jumlah
p.r.n Pro renata Bila perlu
R/ recipe Ambillah
S signa Tandailah
s.o.s atau s.n.s Si opus sit atau si necesse sit Bila perlu
u.c. Usus cognitus Aturan pakai diketahui
stat statim Segera
Iter Iteratur diulang
42
VI. SISTEM RUJUKAN
Sistem rujukan di Indonesia dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu rujukan medis dan
rujukan kesehatan:
Rujukan medis adalah upaya rujukan kesehatan yang berkaitan dengan upaya
penyembuhan dan rehabilitasi serta upaya yang bertujuan mendukungnya, dapat
bersifat vertikal, horizontal ataupun timbal balik.
Sistem rujukan medis mencakup 3 (tiga) aspek pelayanan medis yaitu rujukan
pasien, rujukan spesimen/penunjang diagnostik lainnya dan rujukan pengetahuan.
Referensi:
43
BAGIAN ILMU PENYAKIT MULUT - RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI - UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
Jl. Raya By Pass KM 14, Sei. Kuranji - Padang (25159), e-mail: om.dept.fkg@unbrah.ac.id
SURAT RUJUKAN
Padang, 17 Agustus 2018
Anamnesis
Keluhan :
Diagnosis sementara:
Terapi yang telah diberikan:
Demikian surat rujukan ini kami kirim, kami mohon balasan atas surat rujukan ini.
Atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami
………………………….
No. SIP
44
VII. BIOPSI SWAB
Sampel diambil dari area tubuh yang mudah dijangkau (kulit dan atau selaput
lender) dengan menggunakan kapas steril komersial yang disiapkan atau bahan
sintetis seperti cotton bud yang panjang.
Indikasi:
1. Infeksi, mis: sakit, radang, panas, pus dll.
2. Screening/ pemeriksaan rutin
3. Luka kronis yang tidak sembuh
1. Cuci tangan
2. Menjelaskan prosedur kepada pasien, termasuk alasan untuk mengambil
swab dan ketidaknyamanan yang mungkin mereka alami.
3. Pasang apron
4. Siapkan peralatan
5. Siapkan pasien.
6. Pasien harus berada dalam posisi yang tepat untuk dilakukan pengambilan
sampel.
• Hidung - Pasien perlu memiringkan kepala mereka ke belakang
45
• Tenggorokan - Pasien perlu duduk tegak menghadap cahaya yang kuat,
memiringkan kepala ke belakang
• Lidah-pasien diinstruksikan menjulurkan lidah mereka.
• Kulit - Bagian kulit yang akan diseka perlu diungkap.
7. Buka kemasan luar dari swab, lepaskan bagian atas wadah media
pengangkutan
8. Ambil swab tepat untuk jenis yang dibutuhkan, masukkan hasil usapan di
media pengangkutan, lalu tutup.
9. Untuk swab tenggorokan→Tekan lidah dengan lembut dengan lidah
Depresor untuk mencegahnya terkontaminasi usapan saat diangkat. Juga
memungkinkan pasien untuk rileks saat ini, mintalah mereka untuk
mengatakan 'ah'.
10. Teknik/cara: dengan mengapuskan cotton bud secara memutar sehingga
seluruh permukaan kapas dari cotton bud kontak dengan permukaan
sampel.
11. Lepaskan sarung tangan dan apron dan buang semua sampah dengan
benar
12. Cuci tangan, untuk mengurangi resiko infeksi silang.
13. Beri label wadah swab dengan format di bawah ini:
Nama:
Tgl lahir:
Jenis kelamin:
Sumber sampel:
Waktu pengambilan sampel:
14. Lengkapi formulir permintaan. Pada formulir, catatlah rincian kapan dan
dari mana swab diambil dalam formulir permintaan. Selain itu lengkapi
nama, umur, jenis kelamin, jenis spesimen, jenis tes yang diminta, dokter
yang mengirim, riwayat anamnesis
15. Kirimkan swab ke laboratorium sesegera mungkin. Ini akan
meningkatkan peluang identifikasi yang akurat.
46
VIII. TATA TERTIB DAN ALUR KERJA
47
Gambar 5. Jas putih longgar, bersih dan rapi
a. Setiap mahasiswa wajib hadir pada setiap hari kerja sesuai dengan jadwal
yang ditetapkan oleh Bagian Ilmu Penyakit Mulut FKG Universitas
Baiturrahmah
b. Jadwal kegiatan kepaniteraan klinik adalah sebagai berikut :
Senin s/d Kamis : Jam 08.00 - 14.00 WIB
Jumat : Jam 08.00 - 11.30 WIB
Sabtu : Jam 08.00 - 13.00 WIB
c. Mahasiswa yang bekerja di bagian ilmu penyakit mulut wajib mengisi
presensi yang ditandatangani dosen jaga pada waktu datang dan sebelum
pulang.
Maksimal keterlambatan : 15 menit dari jadwal yang ditetapkan
d. Mahasiswa wajib mengisi log book bagian dan menuliskan kegiatan yang
dilakukan hari itu dan ditandatangani dosen jaga
e. Jika tidak hadir, mahasiswa harus membuat surat izin yang dapat
dipertanggungjawabkan. Bila perlu surat keterangan sakit dari dokter
f. Jika tidak hadir tanpa keterangan apapun, mahasiswa siap menerima
sanksi yang diberikan sesuai dengan ketentuan bagian
g. Bagi koas yang akan menikah, harus mengajukan surat permohonan izin
yang ditujukan pada Kepala Bagian Ilmu Penyakit Mulut serta
menyerahkan tembusan untuk Kepala Program Studi Profesi dan Wadek
I. Izin untuk menikah diberikan maksimum 2 minggu.
h. Bagi koas yang hamil dan akan melahirkan, harus mengajukan surat
permohonan izin ditujukan pada Kepala Bagian Ilmu Penyakit Mulut
serta menyerahkan tembusan untuk Kepala Program Studi Profesi dan
Wadek I. Izin untuk melahirkan diberikan maksimum 1,5 bulan (6
minggu)
48
i. Sebelum melakukan perawatan pada anak-anak, mahasiswa harus
membuat surat izin resmi kepada kepala sekolah dan orang tua yang
ditandatangani oleh dosen pembimbing
j. Setiap perawatan pasien, mahasiswa wajib memeriksakan pasien kepada
dosen pembimbing; mengisi rekam medis, log book bagian dan log book
pribadi untuk ditandatangani dosen pembimbing, operator dan pasien dan
dicap lunas dari RSGMP
k. Mahasiswa tidak diperkenankan mengganti dosen pembimbing kecuali
dari kebijakan dosen atau penanggung jawab kepaniteraan
l. Nilai ujian akhir akan dikeluarkan dengan syarat telah mengumpulkan;
1) bukti kehadiran, 2) bukti telah revisi semua laporan dan requirement
m. Setiap bentuk perawatan pada pasien harus dikerjakan dengan
sepengetahuan dosen dan dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung
jawab
n. Setiap mengajukan kasus, wajib dicatat dalam buku kasus sesuai dengan
alur yang telah ditentukan.
o. Peraturan ini bersifat umum, apabila tidak ada dalam aturan ini maka
akan ditentukan oleh penanggung jawab modul dan disetujui oleh
koordinator profesi.
p. Setiap bentuk pelanggaran, baik yang menyangkut peraturan umum atau
peraturan lainnya di RSGMP mempengaruhi penilaian hasil studi
mahasiswa pendidikan kepaniteraan klinik.
49
f. Makalah untuk case report dan case-based discussion ditulis sesuai
dengan format artikel publikasi di jurnal ilmiah, antara lain:
• Cover (Judul artikel spesifik dan menggambarkan isi artikel)
• Abstrak (abstract)
• Pendahuluan
• Laporan kasus
• Diskusi atau Pembahasan
• Simpulan dan Saran
• Referensi
• Lampiran rekam medis pasien
g. Membuat janji diskusi makalah/ laporan dengan pembimbing (maksimal
satu minggu setelah kontrol pasien) – format laporan terlampir (Lampiran
1). Jika mahasiswa tidak menyelesaikan laporan dalam waktu satu
minggu setelah kontrol, dosen pembimbing berhak membatalkan kasus
yang telah diajukan.
h. Menandatangani log book pribadi setiap kali bimbingan dengan dosen
masing-masing
i. Setelah menyelesaikan bimbingan, mahasiswa (seminaris) mengisi buku
jadwal seminar untuk mendapatkan hari dan tanggal presentasi.
Jadwal presentasi akan ditentukan setelah pendaftar mencapai minimal 3
orang dengan maksimal 5 seminaris dalam satu kali seminar
j. Waktu tunggu maksimal untuk mendapatkan jadwal seminar adalah 1
bulan. Jika jumlah minimal belum tercapai dalam waktu 1 bulan,
seminaris dapat melapor kepada dosen pembimbing untuk memberikan
jadwal presentasi tanpa persyaratan jumlah seminaris.
k. Setelah mendapatkan jadwal seminar, seminaris bertanggung jawab
untuk menyosialisasikan jadwal seminar (melalui mading seminar,
broadcast, dll) dan mengatur waktu penggunaan dan setting ruangan
seminar
l. Seminaris memberikan konfirmasi kepada dosen pembimbing mengenai
seminar yang akan dilaksanakan dan memperbanyak bahan/ materi
seminar untuk dapat dibagikan ketika seminar berlangsung (format
masing-masing)
m. Setelah menyelesaikan seminar, seminaris melengkapi administrasi
seminar (tanda tangan dosen pembimbing di buku penilaian dan log
book)
50
VIII.4 Alur Pelaksanaan seminar CSS
51
k. Peserta seminar hadir 10 menit sebelum seminar dimulai dengan toleransi
keterlambatan 15 menit. Peserta yang datang lebih dari 15 menit
dianggap tidak hadir dan tidak diperkenankan masuk ke dalam ruangan
seminar.
l. Setelah menyelesaikan seminar, seminaris melengkapi administrasi
seminar (tanda tangan dosen pembimbing di buku penilaian dan log
book)
52
VIII.7 Pelaporan Requirement di Buku Besar Bagian IPM
a. Setiap gelombang mahasiswa mempunyai buku besar masing-masing
yang berisikan rekapan requirement yang telah dipenuhi
b. Pelaporan requirement dilakukan setiap 2 bulan di tanggal 23 kepada
penanggung jawab yang telah ditentukan oleh bagian
c. Mahasiswa wajib melaporkan kemajuan pekerjaan masing-masing setiap
2 bulannya baik ada kemajuan ataupun tidak.
Contoh: CR3_DiabetesMellitus_160056_SherlockHolmes_AbuBakar
Keterangan:
Pilih salah satu:
CR1 – variasi normal
CR2 – lesi lokal
CR3 – manifestasi oral dari penyakit sistemik
CBD – penyakit yang membutuhkan rujukan/ manifestasi oral dari penyakit sistemik
CSS – tema besar
c. Mahasiswa meminta tanda tangan bebas lab kepada kepala bagian ilmu
penyakit mulut.
d. Mahasiswa melakukan pembayaran kepada bagian administrasi ujian
profesi
e. Kasus pada ujian profesi terdiri dari ujian tertulis CBT (Vignette/ kasus)
dan ujian praktek OSCE (dengan pasien standar)
53
f. Mahasiswa akan mendapatkan jadwal ujian beserta dosen penguji
masing-masing dan diberikan waktu ujian sesuai dengan ketentuan.
g. Apabila mahasiswa berhalangan hadir saat ujian, harap memberikan
informasi kepada kepala bagian ilmu penyakit mulut
h. Hasil ujian akan dikeluarkan maksimal 1 minggu setelah pelaksanaan
ujian
54
IX. GLOSARIUM
55
5. DOPS (Direct Observational Procedural Skill)
Merupakan penilaian keterampilan prosedur pada suatu tindakan klinis
dengan cara diamati secara langsung. Prosedur yang dilakukan berdasarkan
standar operasional yang telah ditetapkan oleh masing-masing bagian dan
tercantum dalam masing-masing modul. Pasien yang digunakan pada penilaian
adalah pasien nyata (actual patient). Setelah interaksi pasien berakhir diberikan
umpan balik. Prosedur-prosedur yang dinilai dapat mewakili sebagian besar
requirement (syarat) dari masing-masing modul.
7. Ujian modul
Setiap modul melaksanakan ujian modul yang meliputi Mini CEX, DOPS,
MCQ, dan Essay. Mahasiswa dinyatakan lulus ujian dengan predikat kelulusan
minimal C.
8. Remediasi
Pelaksanaan remediasi pada ujian modul dapat dilakukan pada 3 hari setelah
hasil diumumkan. Sedangkan remediasi untuk Ujian Comprehensive MCQ/CBT
dan Comprehensive OSCE dilakukan pada periode berikutnya.
56
LAMPIRAN
Lampiran 1: Halaman sampul depan makalah Case Report dan CBD
Logo Universitas
Oleh
Nama :
NPM :
Pembimbing :
57
Lampiran 2: Halaman sampul depan makalah CSS
Logo Universitas
Pembimbing :
58
Lampiran 3: Halaman Pengesahan untuk Case Report, CBD dan CSS
HALAMAN PENGESAHAN
Padang, _________________
Mengetahui,
Pembimbing
( )
59
Lampiran 4: Rekam Medik Kedokteran Gigi
A. DATA MAHASISWA
Tanggal : …………………………………
Nama Operator : …………………………..…………………………….……………
NPM : …………………………………
No. Rekam Medis : …………………….................
B. DATA PASIEN
1. Nama : ……………………………….……………………….…….………
2. Tempat/Tgl Lahir : …………….………………………………………………..………
3. No. Induk Kependudukan: ……………………………………………...……………...
4. Jenis Kelamin : Laki - laki / Perempuan
5. Suku / Ras : ………………….......…….………………………………………...
6. Agama : ………………………………………………………………………
7. Pekerjaan : …………………………...…………………….…………………...
8. Status : ……………………….……...……………………………………...
9. Alamat Rumah : ……………………….……………………………...……………...
10. Telepon Rumah : ……………………………………………………………………...
11. Alamat Kantor : ……………….…………………………………...………………...
12. Telepon Seluler : ………………………….………………………...………………...
ANAMNESIS
1. Keluhan utama
60
5. Riwayat penyakit dalam keluarga
6. Riwayat sosial
61
DIAGNOSIS Kode ICD-DA
Diagnosis klinis
Diagnosis banding
Diagnosis definitive
Ad bonam
PROGNOSIS Ad dubia
Ad malam
RENCANA PERAWATAN DAN PERAWATAN
Non Farmakologis
Farmakologis
NPM:
62
FORMULIR PEMERIKSAAN ODONTOGRAM
NAMA LENGKAP : ……………………………………………… JENIS KELAMIN: L / P
NIK/NO. KTP : ……………………………………………… TTL: ……………………
11 [51] [61] 21
12 [52] [62] 22
13 [53] [63] 23
14 [54] [64] 24
15 [55] [65] 25
16 26
17 27
18 28
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
55 54 53 52 51 61 62 63 64 65
85 84 83 82 81 71 72 73 74 75
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
48 38
47 37
46 36
45 [85] [75] 35
44 [84] [74] 34
43 [83] [73] 33
42 [82] [72] 32
41 [81] [71] 31
Oklusi : Normal Bite/ Cross Bite/ Steep Bite
Torus Palatinus : Tidak Ada/ Kecil/ Sedang/ Besar/ Multiple
Torus Mandibularis : Tidak ada/ sisi kiri/ sisi kanan/ kedua sisi
Palatum : Dalam/ Sedang/ Rendah
Diastema : Tidak Ada/ Ada: (dijelaskan dimana dan berapa lebarnya) …..
Gigi Anomali : Tidak Ada/ Ada: (jelaskan gigi yang mana, dan bentuknya)…
Lain-lain : (hal-hal yang tidak tercakup di atas) ……………………………..
D: ...... M: ....... F: ......
TABEL PERAWATAN
Hal:
drg. …………………………. Jam pemeriksaan: ………………… ……………………………………..
63
Keluhan/ Kode
Tanggal Gigi Perawatan Paraf Ket
Diagnosa ICD-DA
Nama : …………………………………………………….
64
Lampiran 5. Daftar Singkatan Dan Simbol – simbol Pada Odontogram
I. KETENTUAN UMUM
1. Penulisan menggunakan FDI (Federation Dentaire Internationale) Numbering System.
2. Permukaan/Lokasi /posisi caries atau tambalan wajib diisi:
MODVL
M = Mesial, O = Occusal, D = Distal, V = Vestibular, L = Lingual
3. Restorasi gigi, digunakan warna hitam-putih.
4. Restorasi yang mempunyai warna sama dengan gigi, digunakan tanda arsir dan
dijelaskan pada tabel.
5. Restorasi logam atau amalgam, digunakan warna hitam penuh.
6. Inlay digambarkan sama dengan tambalan, namun dirinci pada tabel
Catatan:
Jika akan digunakan warna, maka:
- untuk logam berwarna emas: warna merah
- untuk Amalgam/logam biasa: warna hitam
- untuk restorasi berwarna sama dengan gigi: warna hijau
- untuk Fissure sealant (restorasi pencegahan) = merah muda
2. Singkatan kondisi lain (keadaan gigi, bahan restorasi, restorasi, dan protesa) ditulis
dengan huruf kecil;
3. Bila satu gigi memiliki dua atau lebih keterangan akan kondisi giginya, maka tiap
singkatan dari kondisi gigi tersebut diberi tanda (-).
Misal: gigi 16: O cof-rct; gigi 46: mis-pon-pob
4. Keterangan tambahan tentang kondisi gigi yang tidak terdapat pada daftar singkatan,
bisa ditambah tanda (“………”).
Misal: gigi 12: cfr “½ insisal” (crown fracture “½ insisal”)
65
DAFTAR SINGKATAN
PERMUKAAN GIGI
SINGKATAN ARTI
M MESIAL
O OCCLUSAL
D DISTAL
V VESTIBULAR / BUKAL / LABIAL
L LINGUAL / PALATAL
KEADAAN GIGI
SINGKATAN ARTI KETERANGAN
sou Gigi sehat, normal, tanpa kelainan /
sound
non Gigi tidak ada/tidak diketahui
une Un-erupted Perlu dukungan Ro foto (usia dewasa)
pre Partial erupted
imv Impacted visible Impaksi
ano Anomali Peg shape, rudimenter, supernumerary,
dll
dia Diastema Ada jarak antar gigi
att Atrisi
abr Abrasi
car Caries / karies Harus diikuti permukaan giginya
(MODVL), misal: O car, OM car
cfr Crown fracture / Fraktur mahkota Bisa ditambahkan informasi
frakturnya, misal: cfr ‘1/2 insisal’
nvt Gigi nonvital Biasanya diikuti kondisi
karies/tumpatan, misal: O car-nvt
rrx Sisa akar / remaining root
mis Gigi hilang / missing
BAHAN RESTORASI
SINGKATAN ARTI KETERANGAN
amf Amalgam filling Harus diikuti permukaan gigi
(MODVL), misal: O amf
gif GIC / Silika Misal: O gif
cof Composite filling Misal: MO cof
fis Fissure sealant Misal: O fis
inl Inlay
fmc Full metal Crown Mahkota logam
poc Porcelain Crown Mahkota porcelain
66
mpc Metal Porcelain Crown
gmc Gold Metal Crown
rct Root Canal Treatment / Perawatan Biasanya diikuti kondisi tumpatan
Saluran Akar / restorasi, misal : O amf-rct ; poc-
rct
ipx Implan
meb Metal Bridge Jembatan logam
pob Porcelain Bridge Jembatan porcelain
pon Pontic Bisa ditambah kondisi missing
Misal : mis-pon
abu Gigi abutment Gigi penyangga
PROTESA
SINGKATAN ARTI KETERANGAN
prd Partial Denture Gigi Tiruan Sebagian
fld Full Denture Gigi Tiruan Lengkap
acr Acrilic Misal : prd-acr (Gigi tiruan
sebagian akrilik)
SIMBOL-SIMBOL ODONTOGRAM
NON
= gigi tidak ada, tidak diketahui ada atau tidak ada. (non)
UNE
= Un-Erupted (une)
PRE
ANO
67
= Caries = Tambalan sementara (car)
(garis batas caries dibuat sesuai posisi caries, dan di posisi caries ditulis
di tabel, misal O-car)
# = fracture (cfr)
68
Lampiran 6. Contoh Pengisian Odontogram
Contoh Pengisian Odontogram Dewasa
69
Contoh Pengisian Odontogram Anak
48 une une 38
47 pre pre 37
46 O amf O cof 36
45 [85] 45 : une ; 85 : sou pre [75] 35
44 [84] sou sou [74] 34
43 [83] sou 33 : sou ; 73 : sou [73] 33
42 [82] sou sou [72] 32
41 [81] sou Sou [71] 31
Oklusi : Normal Bite / Cross Bite / Steep Bite
Torus Palatinus : Tidak Ada / Kecil / Sedang / Besar / Multiple
Torus Mandibularis : Tidak ada / sisi kiri / sisi kanan / kedua sisi
Palatum : Dalam / Sedang / Rendah
Diastema : Tidak Ada/ Ada: (dijelaskan dimana dan berapa lebarnya) .............
Gigi Anomali : Tidak Ada / Ada: (dijelaskan gigi yang mana, dan bentuknya) ........
Lain-lain : (hal-hal yang tidak tercakup diatas) .................................................
D: ...... M: ....... F: ......
70
Lampiran 7. Informed Consent and Informed Refusal
DOKUMEN PEMBERIAN INFORMASI
Dokter Pelaksana Tindakan
Pemberi Informasi
Penerima Informasi
JENIS INFORMASI ISI INFORMASI TANDAI
2 Dasar Diagnosis
3 Tindakan Kedokteran
4 Indikasi Tindakan
5 Tata Cara
6 Tujuan
7 Risiko
8 Komplikasi
Prognosis
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerangkan hal-hal di atas secara
benar dan jujur dan memberikan kesempatan untuk bertanya dan/atau
berdiskusi
71
PEMBERIAN INFORMASI
Dokter Pelaksana Tindakan
Pemberi Informasi
Penerima Informasi /
pemberi persetujuan*
JENIS INFORMASI ISI INFORMASI TANDA (√)
2 Dasar Diagnosis
3 Tindakan Kedokteran
4 Indikasi Tindakan
5 Tata Cara
6 Tujuan
7 Risiko
8 Komplikasi
9 Prognosis
Lain-lain
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerangkan hal-hal di atas secara benar
dan jujur dan memberikan kesempatan untuk bertanya dan/atau berdiskusi Tandatangan
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerima informasi sebagaimana di atas
yang saya beri tanda/paraf di kolom kanannya, dan telah memahaminya Tandatangan
*Bila pasien tidak kompeten atau tidak mau menerima informasi, maka penerima informasi adalah
wali atau keluarga terdekat.
PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN
Yang bertandatangan di bawah ini, saya, nama …………………………………………………,
umur ……... tahun, laki-laki/perempuan* ; alamat ………………………………………………..
dengan ini menyatakan persetujuan untuk dilakukannya tindakan tersebut sebagaimana telah
dijelaskan seperti di atas kepada saya, termasuk resiko dan komplikasi yang mungkin timbul. Saya
juga menyadari bahwa oleh karena ilmu kedokteran bukanlah ilmu pasti, maka keberhasilan
tindakan kedokteran bukanlah keniscayaan, melainkan sangat bergantung kepada izin Tuhan Yang
Maha Esa.
…………………. , tanggal ………………………… pukul ………………
Yang menyatakan* Saksi:
72
PEMBERIAN INFORMASI
Dokter Pelaksana Tindakan
Pemberi Informasi
Penerima Informasi /
pemberi persetujuan*
TANDA
JENIS INFORMASI ISI INFORMASI
(v)
1 Diagnosis (WD dan DD)
2 Dasar Diagnosis
3 Tindakan Kedokteran
4 Indikasi Tindakan
5 Tata Cara
6 Tujuan
7 Risiko
8 Komplikasi
9 Prognosis
Lain-lain
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerangkan hal-hal di atas secara benar
dan jujur dan memberikan kesempatan untuk bertanya dan/atau berdiskusi
Tandatangan
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerima informasi sebagaimana di atas
yang saya beri tanda/paraf di kolom kanannya, dan telah memahaminya
Tandatangan
*Bila pasien tidak kompeten atau tidak mau menerima informasi, maka penerima informasi adalah
wali atau keluarga terdekat.
73
Lampiran 8. Status Kontrol Pasien
NAMA PASIEN:
ANAMNESIS
Mata
Sirkum oral
Bibir
Lain-lain
PEMERIKSAAN INTRA ORAL
Mukosa labial
Frenulum
Lidah
Mukosa bukal
Dasar mulut
Palatum
Gingiva
Jaringan
periodontal
Kelenjar saliva
74
Uvula
Tonsil
Debris Indeks Kalkulus OHI-S
Indeks
Kebersihan 16 11 26 16 11 26
Baik/sedang/buruk
mulut
46 31 36 46 31 36
Stain +/--
Pemeriksaan lainnya :
Diagnosis
Rencana Perawatan
Operator: NPM
Pembimbing,
( )
75
Lampiran 9. Status Konsul Pasien
Pembimbing:
76
Lampiran 10. Lini Masa Penyelesaian Requirement Mahasiswa Bagian IPM
77
REFERENSI
1. Birnbaum W, Dunne SM, (2009), Diagnosis Kelainan dalam Mulut: petunjuk bagi klinisi (Oral Diagnosis: The Clinician’s Guide)/
penulis, Warren Birnbaum, Stephen M, Dunne; alih bahasa Hartono Ruslijanto, Enny M. Rasyad; editor edisi bahasa Indonesia,
Lilian Juwono. Jakarta: EGC.
2. Cawson, RA & Odell, EW (2017), Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine, 9th ed, Elsevier.
3. Coleman, GC & Nelson, JF, (1992), Principles of Oral Diagnosis, Mosby.
4. Ghom A. Govindrao, (2010), Textbook of Oral Medicine, Second Edition, Jaipee
5. Glick, M (2015), Burket’s Oral Medicine, Diagnosis & Treatment. 12th ed. Kindle.
6. Greenberg, S. Martin., Glick Michael, (2008), Burket’s Oral medicine eleventh edition Hamilton
7. Kementerian Kesehatan RI (2012), Standar Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, Jakarta
8. Kementerian Kesehatan RI (2014), Panduan Rekam Medik Kedokteran Gigi, Jakarta
9. Konsil Kedokteran Indonesia, (2015), Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia, Jakarta
10. Kumar. V, Cotran. R.S, Robbins. S L, (2013), Buku Ajar Patologi. Editor: Muhammad Asroruddin, Huriati Hartanto, Nurwany
Darmaniah, Ed.7. Jakarta: EGC,2007. (Vol.1).
11. Langlais, R. P & Miller, C. S, (2013), Atlas bewarna Kelainan Rongga Mulut yang Sering Ditemukan. Editor: Lilian Juwono.
Hipokrates. Jakarta.
12. Laskaris, G (2003), Color Atlas of Oral Diseases, 3rd ed (Revised and Expanded Edition), Thieme
13. Scully C et al, (2010), Oral Medicine and Pathology at a Glance. 1st ed, West Sussex: Wiley-Blackwell.
14. Scully, C, (2013), Oral and Maxillofacial Medicine: The Basis of Diagnosis and Treatment, 3rd ed, Churchill Livingstone.
15. Scully, C (2014), Medical Problems in Dentistry, 7th ed. Elsevier.
16. Silverman, Michael, (2002), Essensial of Oral Medicine. Human Immunodeficiency Virus. BC Decker
17. Stanberry LR, (2006), Understanding Herpes. 2nd ed. The University Press of Mississippi
18. Stanley, John R, (2003), "Chapter 59: Pemphigus". In Freedberg et al. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. (6th ed.).
McGraw-Hill. p. 559. ISBN 0-07-138067-1.
19. Zabrisky, John B, (2009), “Essential Clinical Immunology”. Cambridge University Press. England.
78