1906129010003
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Mahas Esa, karena
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan putaran
klinik integrasi dengan sebaik-baiknya serta dapat menyelesaikan laporan kasus ini
yang merupakan tugas wajib bagi mahasiswa putaran integrasi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... iv
1.2 Anamnesis......................................................................................... 1
2.1 Karies................................................................................................ 5
2.2 Pulpitis.............................................................................................. 6
iii
3
4.1 Kesimpulan....................................................................................... 26
4.2 Saran.................................................................................................. 26
iv
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kartu Status Pemeriksaan Intra Oral dan Ekstra Oral..................17
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Gambar 1.2 Pandangan Bukal Kanan Gambar 1.3 Pandangan Bukal Kiri
A B C
Prognosis : Baik
1.7 Rencana Perawatan
1. Fase Prelimenary : -
2. Fase Etiotropic :
- Pro ortodontik rahang atas
- Pro tumpatan komposit 21, 36, 46
3. Fase Surgical :
- Pro exo 65
4. Fase Restorative : -
5. Fase Maintenance :
- Kontrol periodik setiap 6 bulan sekali
- Kontrol setelah pencabutan gigi
- Kontrol tumpatan gigi
- Kontrol alat ortodontik lepasan
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Karies
Karies gigi adalah suatu penyakit pada jaringan keras gigi yang dimulai
pada bagian permukaan gigi melalui proses dekalsifikasi lapisan email gigi
yang diikuti oleh lisis struktur organik secara enzimatis sehingga terbentuk
kavitas (lubang) yang bila dibiarkan akan menembus email serta dentin dan
dapat mengenai bagian pulpa (Dorland dan Newman 2010).
Empat faktor penyebab karies yang utama adalah gigi (host), substrat,
mikroorganisme pada plak dan waktu. Keempat faktor tersebut dapat
digambarkan dalam bentuk satu kesatuan dan saling mendukung satu sama
lain. Untuk memudahkan mendeteksi penyakit karies gigi, maka telah
dilakukan pengelompokan atau klasifikasi oleh G.V Black. Berikut adalah
klasifikasi gigi menurut G.V. Black (Macri dan Chitlall 2017):
a) Kelas I
Karies yang terjadi pada bagian oklusal (pit dan fissure) dari gigi premolar
dan molar (gigi posterior). Dapat juga terdapat pada lingual gigi anterior.
b) Kelas II
Karies yang terdapat pada bagian approximal (mesial dan distal) dari gigi-
gigi molar atau premolar (gigi posterior), yang umumnya meluas sampai
bagian oklusal.
c) Kelas III
Karies yang terdapat pada bagian approximal (mesial dan distal) dari gigi
anterior tetapi belum mencapai insisal edge.
d) Kelas IV
Kelanjutan karies kelas III yakni karies telah meluas dari approximal gigi-
gigi anterior dan sudah mencapai insisal edge.
e) Kelas V
Karies 1/3 servikal permukaan fasial dan lingual gigi anterior dan posterior
f) Kelas VI
Karies yang terdapat pada ujung insisal edge atau ujung cusp.
5
6
2.2 Pulpitis
Penyakit pulpa adalah bereaksinya pulpa terhadap iritan yang disebabkan
karena iritan mikroba, iritan mekanik dan iritan kimia, sehingga dapat terjadi
cedera pulpa. Derajat inflamasi pada pulpa bertahap terhadap intensitas dan
keparahan jaringan yang rusak (Grossman. dkk 2010)
2.2.1 Klasifikasi Kelainan Pulpa
a. Pulpitis Reversibel
Pulpitis reversibel merupakan peradangan pada pulpa yang sifatnya
sementara, dikarenakan adanya stimulasi yang ringan dan sebentar. Jika
penyebab dihilangkan, maka peradangan pada pulpa akan menghilang.
Biasanya pulpitis reversibel asimtomatik (tanpa gejala) atau dapat
timbul gejala dengan pola tersendiri. (Walton & Torabinejad, 2008).
b. Pulpitis ireversibel
Pulpitis ireversibel adalah pulpitis reversibel yang berlanjut karena
faktor penyebab yang tidak segera diatasi. Peradangan yang parah pada
pulpitis ireversibel tidak akan pulih meski penyebab dihilangkan. Cepat
atau lambat bisa berkembang ke nekrosis. Gejala pada pulpitis
ireversibel ialah pasien mengeluhkan gejala nyeri spontan serta dapat
diasosiasikan secara intermitten dan terus menerus (Walton &
Torabinejad, 2008).
c. Nekrosis pulpa
Gejala pada nekrosis pulpa dirasakan ketika ada suatu penekanan pada
periapeks atau biasa disebut nyeri tekan. Pulpa nekrotik biasanya tidak
memberikan respon ketika diberi stimulus, terdapat reaksi inflamasi
yang menyebar hingga jaringan periradikuler, sehingga perawatan yang
dibutuhkan ialah perawatan saluran akar atau ekstraksi (Walton &
Torabinejad, 2008).
2.3 Fraktur Gigi
2.3.1 Definisi Fraktur Gigi
Menurut American Dental Association (ADA), fraktur dapat diartikan
sebagai pecahnya satu bagian, terutama dari struktur tulang, atau patahnya
7
gigi. Fraktur gigi dapat dimulai dari ringan (melibatkan chipping dari lapisan
gigi terluar yang disebut email dan dentin) sampai berat (melibatkan fraktur
vertikal, diagonal, atau horizontal akar). Email dan dentin adalah dua lapisan
pelindung terluar gigi. Email adalah permukaan terluar yang keras dan
berwarna putih. Dentin adalah lapisan kuning yang terletak tepat di bawah
email. Email dan dentin keduanya berfungsi melindungi jaringan gigi bagian
dalam. Mahkota terlihat sepertiga dari gigi, sedangkan sisanya dua pertiga
yang ditutupi dengan gusi disebut akar (Glendor dkk 2007).
2.3.2 Klasifikasi Fraktur Gigi Menurut Ellis dan Davey
Ellis dan Davey (1970) menyusun klasifikasi trauma pada gigi anterior
menurut banyaknya struktur gigi yang terlibat, yaitu:
a. Kelas 1 : Fraktur mahkota sederhana yang hanya melibatkan jaringan
email.
b. Kelas 2 : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan
jaringan dentin tetapi belum melibatkan pulpa.
c. Kelas 3 : Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan
menyebabkan terbukanya pulpa.
d. Kelas 4 : Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital
dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.
e. Kelas 5 : Trauma pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau
avulsi.
f. Kelas 6 : Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.
g. Kelas 7 : Perubahan posisi atau displacement gigi.
h. Kelas 8 : Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi yang
menyebabkan fraktur mahkota yang besar tetapi gigi tetap
pada tempatnya dan akar tidak mengalami perubahan.
i. Kelas 9 : kerusakan pada gigi sulung akibat trauma pada gigi depan.
2.4 Restorasi Resin Komposit
Salah satu upaya penatalaksanaan karies adalah penumpatan gigi
menggunakan bahan restorasi yang berfungsi untuk memperbaiki dan
mengembalikan fungsi-fungsi gigi. Penumpatan gigi adalah suatu tindakan
perawatan dengan meletakkan bahan tumpatan pada karies gigi yang sudah
8
2. Analisis Lokal
a) Ekstraoral
Tipe profil ditentukan dengan melihat dari samping pasien
berdasarkan posisi glabella – lip contour – simfisis.
Tipe muka dilihat dari depan pasien menggunakan spriding
calipers.
TATALAKSANA KASUS
Gambar 3.1 Kartu Status Pemeriksaan Ekstra Oral dan Intra Oral
Alat
1. Kaca Mulut 4. Excavator
2. Sonde 5. Pinset Anatomi
3. Micro brush 6. Plastic Filling
17
20
Bahan
1. Alkohol 70 %
2. Betadine Solution 10 %
3. Septocaine
4. Tampon + Kasa
5. Anastesi Topical Gel
23
8. Brass wire
12. Tang ortodonti (tang
9. Jangka berujung Adams, tang koil dan
runcing tang tiga jari)
10. Penggaris 13. Lowspeed handpiece
11. Pensil tinta 14. Stone bur
Bahan :
1. Alginat
2. Dental stone tipe III
3. Hard stainless steel wire dengan diameter 0,5 mm dan 0,7 mm
4. Resin akrilik self cure
15. Kunjungan ketiga belas aktivasi VII ortodonti busur labial rahang
atas. Lalu dilanjutkan dengan aktivasi kantilever ganda pada RB
yang mendorong gigi 31,41.
16. Kunjungan keempat belas aktivasi VIII ortodonti busur labial
rahang atas. Lalu dilanjutkan dengan aktivasi kantilever ganda
pada RB yang mendorong gigi 31,41.
17. Kunjungan kelima belas aktivasi IX alat ortodonti busur labial
rahang atas. Lalu dilanjutkan dengan aktivasi kantilever ganda
pada RB yang mendorong gigi 31,41.
18. Kunjungan keenam belas aktivasi X ortodonti busur labial rahang
atas. Lalu dilanjutkan dengan aktivasi kantilever ganda pada RB
yang mendorong gigi 31,41.
19. Kunjungan ketujuh belas cetak control dan aktivasi XI ortodonti
busur labial rahang atas. Lalu dilanjutkan dengan aktivasi
kantilever ganda pada RB yang mendorong gigi 31,41.
20. Kunjungan kedelapan belas aktivasi XII alat ortodonti busur labial
rahang atas. Lalu dilanjutkan dengan aktivasi kantilever ganda
pada RB yang mendorong gigi 31,41.
21. Kunjungan kesembilan belas aktivasi XIII alat ortodonti busur
labial rahang atas. Lalu dilanjutkan dengan aktivasi kantilever
ganda pada RB yang mendorong gigi 31,41.
22. Kunjungan dua puluh aktivasi XIV alat ortodonti busur labial
rahang atas. Lalu dilanjutkan dengan aktivasi kantilever ganda
pada RB yang mendorong gigi 31,41.
23. Kunjungan dua puluh satu aktivasi XV alat ortodonti busur labial
rahang atas. Lalu dilanjutkan dengan aktivasi kantilever ganda
pada RB yang mendorong gigi 31,41.
29
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil laporan kasus diatas penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa kesadaran pasien dalam menjaga kebersihan rongga
mulutnya bisa dikatakan cukup baik dan peduli akan kondisi gigi geliginya.
Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya kalkulus dan hanya terdapat dua gigi
karies superfisial. Selain itu pasien juga ingin memperbaiki giginya yang
patah akibat terjatuh. Perawatan yang telah dilakukan adalah tumpatan
komposit gigi 21 pada gigi yang mengalami fraktur. Hal itu dilakukan untuk
memperbaiki estetik dari gigi dan juga mencegah gigi menjadi sensitif akibat
fraktur gigi yang telah mengenai dentin.
Selanjutnya dilakukan pencabutan pada gigi 65 sisa akar karena terasa
mengganggu. Tujuan dari pencabutan ini juga untuk mencegah terjadinya
inflamasi berkelanjutan pada mukosa di daerah palatum serta merupakan salah
satu syarat untuk dilakukannya perawatan ortodonti lepasan. Dan yang
terakhir perawatan yang telah dilakukan pada pasien ini adalah perawatan
ortodonti dimana bertujuan untuk mendapatkan susuanan gigi yang teratur
sehingga mencapai kontak oklusi yang efisien serta memperbaiki dari segi
estetik agar pasien lebih percaya diri.
4.2 Saran
Untuk meningkatkan motivasi pasien agar tetap menjaga kebersihan
dan kesehatan rongga mulutnya dengan memberikan edukasi tentang
pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan rongga mulut. Mengatur pola
makan dengan memperbanyak makan makanan bergizi, berserat dan berair
serta mengurangi makanan manis dan melekat. Melakukan kontrol periodik ke
dokter gigi minimal 6 bulan sekali, untuk upaya pencegahan terjadinya
keparahan apabila sudah terjadi suatu penyakit.
26
31
DAFTAR PUSTAKA
Alawiyah, T., Sianita, P.P. 2012. Retensi dalam perawatan ortodonti. JITEKGI;
9(2): Pp. 29– 35.
Anusavice, K. J., Phillips, R. W., Shen, C., & Rawls, H. R. 2013. Phillips' science
of dental materials. St. Louis, Mo: Elsevier/Saunders.p.466-471: 521-530.
Bakar, Abu. 2012. Kedokteran Gigi Klinis. Yogyakarta: Quan’um Sinergis
Media.
Balaji, S.M. Textbook of oral and maxillofacial surgerry. New Delhi : Elsevier;
2018.p. 211, 223, 226-9.
Ditaprilia M., Ardhana W., Christnawati D., 2015, “Perawatan Ortodontik Alat
Lepasan Kombinasi Semi-Cekat Pada Kehilangan Gigi 46” Mkgk. ;1(1):
20-26 E-Issn: 2460- 0059.
Dorland WA, Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. p. 702, 1003.
Ellis, R.G and Davey,K.W. The Clasification and Treatment of Injuries To The
Teeth of Children, ed.5 Year Book med.Pub,Chicago, 1970, p.14-7, 91-5.
Glendor U., Marcenes W., Andreasen J. O., 2007, Classification, epidemiology
and etiology. In: Textbook and color atlas of traumatic injuries to the
teeth, 4th ed., Blackwell, Oxford, 217-254.
Goenharto, S,, Rusdiana, E. 2015. Peranti retensi pasca perawatan ortodonti.
Journal of Dental Technologi; 4(1): Pp. 1–7.
Grossman LI. Grossman’s Endodontic Practice. 12th ed. (Chandra BS, Krishna
VG, eds.). New Delhi: Wolters Kluwer Health; 2010.p.59-64.
Heymann, H., Swift, E. J., Ritter, A. V., & Sturdevant, C. M. (2018). Sturdevant's
art and science of operative dentistry. St. Louis, Mo,
Elsevier/Mosby.p.148-58: 218-9.
Iswari, H.S. 2012. Relaps dan pencegahannya dalam ortodonti.; 29(319): Pp. 53–
9.
Lande R., Kepel B.J., Siagian K.V., “Gambaran Faktor Resiko dan Komplikasi
Pencabutan Gigi di RSGM PSPDG –FK UNSRAT” Jurnal e-GiGi (eG),
Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015.
Macri, D, Chitlall, A. Caries classification. Dimension of Dental Hygiene. July
2017; 15(7): hal. 17-18, 21.
27
28
Sakinah N., Diana W., Zairin N. H., 2016, “Peningkatan Lebar Lengkung Gigi
Rahang Atas Melalui Perawatan Ortodonti Menggunakan Sekrup Ekspansi”,
Dentino Jurnal Kedokteran Gigi Vol I. No 1.
Sianiwati G., Elly R., Ida N. K., 2017, ”Perbandingan Peranti Retensi Ortodonti
Lepasan Dan Cekat” Journal Of Vocational Health Studies 01, 82–87.
Sulandjari, H. 2008. Buku Ajar Ortodonsia I Kgo I.
Walton RE, Torabinejad M. Prinsip dan praktek ilmu endodonsi. Alih bahasa:
Narlan S, Winiati S, Bambang N. ed ke-3. Jakarta: EGC, 2008: 33, 331-2.