Anda di halaman 1dari 91

TOPIK 4

FORENSIK ODONTOLOGI
Agnesia Tiara Pungki
1806145111
Forensik B
Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan bitemark? (definisi, macam-macam pentingnya di bidang
odontologi forensik)

2. Jelaskan tahap-tahap investigasi bitemark serta metode analisis bitemark

3. Contoh kasus forensik meliputi bitemark (korban hidup, mati, gigitan buah)

4. Apa yang dimaksud dengan trauma pada bidang odontologi forensik?

5. Tanda-tanda kekerasan dan bagaimana mendeteksi kekerasan pada anak terkait


bidang odontologi forensik

6. Contoh kasus trauma akibat kekerasan yang terkait bidang odontologi forensik
1. Apa yang dimaksud dengan bite mark?
(definisi, macam-macam pentingnya di bidang odontologi
forensik)
Definisi Bite Mark
1. Menurut Rai B. (2013), bekas gigitan (bite mark) merupakan suatu cedera berpola pada kulit
atau permukaan lain yang disebabkan oleh gigitan manusia atau hewan dengan kekuatan
minimum/sedikit kekuatan

2. Berdasarkan ABFO, bite mark didefinisikan sebagai

a. perubahan fisik pada media yang disebabkan oleh kontak gigi, dan

b. pola representatif yang tertinggal pada suatu objek atau jaringan oleh struktur gigi
hewan atau manusia

Rai, B., & Kaur, J. (2013). Evidence-Based Forensic Dentistry. Springer-Verlag


Perbedaan Istilah
Bite mark
Suatu tanda yang sengaja dihasilkan dari aksi
menggigit kulit atau objek lain dengan
pergerakan otot rahang yang aktif

Teeth mark
Tanda yang tidak disengaja dan tidak
terdapat pergerakan rahang aktif

Rai, B., & Kaur, J. (2013). Evidence-Based Forensic Dentistry. Springer-Verlag


Karakteristik Bite Mark
● Berdasarkan ABFO, representasi gigitan manusia yang
khas digambarkan sebagai cedera elips atau
melingkar yang mencatat karakteristik spesifik dari
setiap gigi

● Terdiri dari dua lengkungan berbentuk U yang


dipisahkan bagian dasar oleh ruang terbuka.

● Diameter cedera umumnya berkisar 20 - 45 mm

Rai, B., & Kaur, J. (2013). Evidence-Based Forensic Dentistry. Springer-Verlag


Karakteristik Bite Mark
● Seringkali dapat terlihat memar di area tengah
bitemark.

● Memar tersebut terjadi akibat perdarahan


ekstravaskuler dari tekanan gigitan dan tekanan
negatif pada lidah dan suction

● Warna memar dapat berubah seiring waktu

Rai, B., & Kaur, J. (2013). Evidence-Based Forensic Dentistry. Springer-Verlag


Karakteristik Bite Mark
● Setiap jenis gigi manusia memiliki karakteristik khas yang membedakan satu jenis gigi dengan
yang lainnya.

○ Pada RB, gigi I1 dan I2 memiliki lebar yang hampir sama, namun gigi C lebih berbentuk
seperti kerucut.

○ Pada RA, dibandingkan dengan gigi I1, gigi I2 lebih sempit dan C berbentuk seperti kerucut.

● Karakteristik tersebut membantu dalam membedakan bite mark akibat gigitan gigi RA maupun
RB
Fitur Tambahan yang Dapat Ditemukan pada Bite
Mark
ECCHYMOSIS
a. Central Ecchymosis Tekanan negatif oleh lidah dan tekanan hisap & tekanan positif dari penutupan
gigi menyebabkan perdarahan ekstravaskuler akibat gangguan pembuluh
darah kecil, menghasilkan ekimosis sentral.
b. Linear abrasions, Terbentuk goresan (berbentuk garis) karena tergelincirnya gigi ke kulit atau
contusions, or striations dengan menempelkan permukaan lingual gigi pada kulit.

c. Double bite (bite within Terbentuk ketika selama kontak awal dengan gigi, kulit tergelincir dan gigi
a bite) bersentuhan lagi untuk kedua kalinya dengan kulit.
d. Pola pakaian Terbentuk jika saat menggigit, terdapat pakaian diantara gigi dan kulit
e. Peripheral ecchymosis Terbentuk ketika ada beberapa memar yang yang menyatu

SUPERIMPOSED BITES: dua bitemark superimposed satu sama lain

AVULSIVE BITES: ketika ada jaringan yang terlepas saat menggigit

Rai, B., & Kaur, J. (2013). Evidence-Based Forensic Dentistry. Springer-Verlag


Fitur Tambahan yang Dapat
Ditemukan pada Bite Mark
PARTIAL BITE MARKS
1 lengkung rahang Disebut juga half-bites
1 atau beberapa gigi
saja
Unilateral bitemark Terbentuk saat gigi tidak lengkap atau saat ada tekanan yang tidak
seimbang selama menggigit
FADED BITE MARKS
Fused arches Tidak terlihat mark per gigi
Solid Terjadi ketika eritema atau memar memenuhi seluruh area pusat bekas
gigitan. Bitemark tidak menunjukkan pola cincin, melainkan ada tanda
lingkaran yang berubah warna.
Closed arches Lengkung rahang atas dan rahang bawahnya terhubung di ujung nya
(tidak ada space antara mark lengkung rahang atas dan bawah)
Latent Bisa dilihat dengan teknik khusus

Rai, B., & Kaur, J. (2013). Evidence-Based Forensic Dentistry. Springer-Verlag


Lokasi Bite Mark
● Kasus pelecehan seksual
○ Perempuan: payudara, nipples, abdomen, paha, dan pubis;
○ Laki-laki: punggung, bahu, dan penis.
● Kasus self-defense, individu yang diserang bisa menerima bekas gigitan dari penyerang pada
bagian lengan atas dan tangan
● Serangan hewan berfokus pada kaki dan kemudian dapat mencapai tangan, lengan, kepala
dan leher.
● Kasus kekerasan
○ Pada korban wanita ditemukan di payudara, paha, perut, pubis, dan pantat;
○ Luka akibat tindakan defensive berada di tangan dan lengan atas korban juga harus
dipertimbangkan

Rai, B., & Kaur, J. (2013). Evidence-Based Forensic Dentistry. Springer-Verlag


Perkiraan Usia Bite Mark
● Memar pada kulit manusia akan berubah warna ketika proses penyembuhan
berlangsung, namun perubahan warna ini berbeda pada setiap orang

● Perkiraan usia bitemark bukanlah suatu proses ilmiah maupun proses yang akurat.

● Perkiraan usia pada memar dan bitemark dapat dilihat dengan perubahan warna atau
pun dideteksi dengan beberapa teknik fotografi.

Rai, B., & Kaur, J. (2013). Evidence-Based Forensic Dentistry. Springer-Verlag


KOMPONEN BITE MARK

Lengkung gigi

Gigi geligi dan


Gigi geligi
bagian mulut

Lidah dan
bagian mulut
lain

Kulit Usia dan lokasi

Episode
kontak

Adams, C., Carabott, R., & Evans, S. (2014). Forensic Odontology. Wiley Blackwell.
KOMPONEN BITE MARK:
GIGI GELIGI & MULUT

● Bite mark biasanya dihasilkan oleh lengkung rahang atas dan rahang bawah serta gigi anterior hingga
gigi P2; bekas gigitan paling sering disebabkan oleh biting edges / cusp gigi.
● LENGKUNG GIGI
○ Lengkung gigi RA biasanya lebih besar dan terdiri dari gigi anterior yang lebih besar dari RB
○ Namun jika maloklusi kelas III, dapat menunjukkan pola lengkung gigi RB lebih besar namun
karakteristik gigi tidak terpengaruh
○ Ukuran lengkung gigi → inter-canine distance
■ Rata-rata ICD pria dewasa: 34 mm (RA) dan 27 mm (RB)
■ Rata-rata ICD wanita dewasa approx. 1mm dibawah pria
○ Bentuk lengkung gigi biasanya catenary curve, namun dapat bervariasi hingga square atau
V-shaped)

Adams, C., Carabott, R., & Evans, S. (2014). Forensic Odontology. Wiley Blackwell.
In physics and geometry, a catenary (US: /ˈkætənɛri/, UK: /kəˈtiːnəri/) is the curve that an idealized hanging chain
or cable assumes under its own weight when supported only at its ends. The catenary curve has a U-like shape,
superficially similar in appearance to a parabolic arch, but it is not a parabola.

Adams, C., Carabott, R., & Evans, S. (2014). Forensic Odontology. Wiley Blackwell.
KOMPONEN BITE MARK:
GIGI GELIGI & MULUT

● GIGI: Ada banyak ciri gigi individu yang penting dalam analisis bite mark, contohnya:
○ Ada atau tidaknya gigi
○ Lokasi incisal angle mesial dan distal
○ Lokasi cusp caninus
○ Cusp premolar pertama → jarang tercatat pada bite mark
○ Posisi dan status gigi (apakah displace atau rotasi)
○ Interproximal embrasure → biasanya ada petechial hemorrhage, bisa jadi
representasi spacing antar gigi pada individu (kelihatan sbg memar di antara 2
mark gigi)

Adams, C., Carabott, R., & Evans, S. (2014). Forensic Odontology. Wiley Blackwell.
KOMPONEN BITE MARK:
GIGI GELIGI & MULUT
● LIDAH DAN BAGIAN MULUT LAIN
○ Tindakan menghisap (sucking) menghasilkan penurunan tekanan intra-oral yang dapat
menyebabkan trauma kapiler di jaringan.
○ Terjadinya sucking selama menggigit dapat menyebabkan perubahan dimensi pada
komponen lengkung gigi karena jaringan yang digigit terlihat 'tenting’ (karena terhisap
jadi seperti tenda).
○ Adanya zona memar berbentuk ovoid di tengah bekas gigitan merupakan indikasi
aktivitas mengisap
○ Sucking dapat disertai dengan tongue thrusting → ‘suckling’

Adams, C., Carabott, R., & Evans, S. (2014). Forensic Odontology. Wiley Blackwell.
MORFOLOGI BITE MARK

Kemp et al 2006
KOMPONEN BITE MARK:
KULIT
● USIA
○ Bayi dan anak anak → kulitnya gampang memar tapi sulit terlihat karena banyak
lemak subkutan
○ Namun karakteristik uniknya, di anak-anak lesi inisialnya bisa hilang lalu
terlihat beberapa bulan setelah injury
○ Remaja dan dewasa → tidak gampang memar
○ Usia lanjut → epidermis menipis sehingga gampang memar. Kolagen dan
support pembuluh darah juga berkurang sehingga memar tampak ekstensif

Adams, C., Carabott, R., & Evans, S. (2014). Forensic Odontology. Wiley Blackwell.
KOMPONEN BITE MARK:
EPISODE OF CONTACT

● Aksi menggigit terdiri atas beberapa faktor komponen: kekuatan, tekanan, waktu,
hubungan mandibula dan maksila, pergerakan penyerang dan korban, sifat gigitan dan
status mental korban dan penyerang.
● Pergerakan korban/pelaku → bisa statis hingga bergerak
○ Kalau bite mark clearly defined → tampak dilakukan secara perlahan dan sengaja
dengan sedikit gerakan
○ Kalau bite mark poorly defined → sebagai akibat dari gerakan ekstrim selama
serangan dan/atau defense
● Status mental korban
○ Conscious → respon fight or flight
○ Unconscious or dead → tidak ada respon, akibatnya cedera yang lebih luas mungkin
terjadi.

Adams, C., Carabott, R., & Evans, S. (2014). Forensic Odontology. Wiley Blackwell.
Senn, D., & Weems, R. (2013). Manual of Forensic Odontology (5th ed.). CRC Press.
Klasifikasi Bite Mark Pretty (2007)

Rai, B., & Kaur, J. (2013). Evidence-Based Forensic Dentistry. Springer-Verlag


Dibikin tabel sendiri yak
hehe udah sesuai sama
Klasifikasi Bite Mark Pretty (2007) sumber

Rai, B., & Kaur, J. (2013). Evidence-Based Forensic Dentistry. Springer-Verlag


Senn, D., & Stimson, P. (2010). Forensic dentistry (2nd ed). Taylor & Francis.

KLASIFIKASI BITE MARK (PRETTY 2007)


Dibikin tabel sendiri yak
hehe udah sesuai sama
Klasifikasi Bite Mark JBR sumber

● Dibuat oleh Rai dan Kaur berdasarkan kedalaman luka

Rai, B., & Kaur, J. (2013). Evidence-Based Forensic Dentistry. Springer-Verlag


PERTIMBANGAN UMUM DAN KEBUTUHAN
ANALISIS BITE MARK
● Bite mark dalam tindak kriminal dijadikan sebagai bukti fisik potensial yang dapat menjamin
penyelidikan lebih lanjut.
● Umumnya dilakukan analisis DNA, namun DNA pelaku tidak selalu ditemukan pada bite mark
● Bite mark paling sering ditemukan pada kasus penganiayaan (seperti KDRT, child abuse) dan
sexual assault
○ Common feature → ada serangan fisik yang kejam terhadap korban yang kemungkinan
besar tidak berdaya.
Pentingnya Bite Mark di Bidang Forensik
1. Susunan, ukuran, dan kesejajaran gigi manusia bersifat individual

2. Bitemark seringkali dianggap sebagai alternatif dari identifikasi sidik jari dan DNA pada
pemeriksaan forensik.

3. Meskipun memiliki spesifisitas dan durabilitas yang tidak sebaik sidik jari dan DNA,
bitemark memiliki kelebihan, yaitu analisis bite mark dalam kasus kekerasan

a. Kebanyakan pelaku kasus kekerasan sering berkontak dgn korban

b. Sidik jari dan DNA hampir tidak bernilai karena memang kemungkinan besar
keduanya akan ditemukan
TANGGUNG JAWAB AHLI ODONTOLOGI
FORENSIK DALAM KASUS BITE MARK

1. Mendokumentasikan dan mengumpulkan bukti yang berkaitan dengan pola injury


secara fisik
2. Melakukan analisis cedera dan, jika sesuai, menentukan kelas dan karakteristik
individu profil gigi
3. Mendapatkan sebanyak mungkin informasi lain dari otoritas investigasi

Rai, B., & Kaur, J. (2013). Evidence-Based Forensic Dentistry. Springer-Verlag


2. Jelaskan tahap-tahap investigasi bitemark
serta metode analisis bitemark
TAHAP INVESTIGASI
BITE MARK
Stepwise Process of Bite Mark Investigation
(Bowers 2004 ;Rai et al. 2007 )
Alur kasus bekas gigitan melibatkan langkah-langkah berikut:
1. Pengakuan, penilaian awal
2. Dokumentasi seperti foto dan charting gigi
3. Pengumpulan dan pengawetan barang bukti (DNA dan bukti fisik), termasuk usapan kulit,
pengawetan kulit
4. Pengukuran, gambar
5. Profil fisik gigi dari barang bukti yang ditanyakan (bite mark)
6. Profil gigi fisik dari barang bukti yang diketahui (tersangka)
7. Perbandingan fisik (5) dan (6), yang menghasilkan Koneksi umum atau Tidak ada koneksi
atau Ketidakmampuan untuk menentukan karena kualitas bukti yang buruk
8. DNA pro fi ling bite mark bukti swabbing saliva dan DNA tersangka
9. Pernyataan hasil kepada pihak berwenang dan penasihat hukum

Rai B, Kaur J. Evidence-Based Forensic Dentistry.


Responsibility of Forensic
Odontologist in Bite Mark Cases
Odontologis forensik memiliki tiga peran utama dalam pengumpulan bukti:
1. Untuk mendokumentasikan dan mengumpulkan bukti secara fisik terkait dengan pola
cedera
2. Untuk melakukan analisis cedera dan, jika sesuai, menentukan dari kelas dan karakteristik
individu dokter gigi. File
3. Untuk mendapatkan sebanyak mungkin adegan dan informasi lainnya Dari otoritas
investigasi yang memungkinkan (Dorion 2005).

Rai B, Kaur J. Evidence-Based Forensic Dentistry.


Pengumpulan Bukti
dari Korban
Collection of Evidence from Victim
(Pengumpulan Bukti dari Korban)

1. Pengumpulan bukti yang terkait dengan bekas gigitan sangat penting dan
mendasar untuk menyelidiki cedera.
2. Penyembuhan bekas gigitan terjadi pada korban yang masih hidup dan
degradasi terjadi pada korban yang sudah meninggal; Karenanya, penting
untuk menganalisis dan mendokumentasikan pola cedera dari waktu ke
waktu, yaitu, tindak lanjut (Wright dan Dailey 2001).

Rai B, Kaur J. Evidence-Based Forensic Dentistry.


Collection of Evidence from Victim
1. Saliva Swabs of the Bite Sites
1. Pertama, kapas yang dibasahi dengan air suling digunakan untuk
mencuci permukaan yang terkena lidah dan bibir menggunakan
tekanan ringan dan gerakan melingkar (Gbr. 7.4).
2. Kedua, swab yang sudah kering digunakan untuk mengumpulkan
sisa kelembapan yang tertinggal pada kulit dengan swab
pertama.
a. Kedua penyeka benar-benar dikeringkan di udara pada
suhu kamar selama setidaknya 45 menit sebelum
dilepaskan ke otoritas polisi untuk pengujian.
b. Kedua swab harus tetap kering dan dingin untuk mencegah
degradasi DNA saliva dan untuk mencegah kontaminasi
saliva oleh pertumbuhan mikroorganisme lain.
c. Jika ada banyak waktu yang telah berlalu dari pengumpulan
swab saliva hingga dikirim untuk analisis, maka cotton bud
harus disimpan dengan benar di dalam kotak yang
memungkinkan udara bersirkulasi di antara ujung swab.
Rai B, Kaur J. Evidence-Based Forensic Dentistry.
Collection of Evidence from Victim
2. Photographic Documentation of the Bite Injury
1. Mengambil foto adalah metode universal yang
digunakan untuk mendokumentasikan dan
melestarikan bukti bekas gigitan.
2. Mengambil foto adalah metode universal yang
digunakan untuk mendokumentasikan dan
melestarikan bukti bekas gigitan.
3. Pertimbangan penting lainnya adalah bidang pandang,
kecepatan rana yang sesuai, pengaturan f-stop untuk
kedalaman bidang, dan kontrol intensitas cahaya,
sumber, dan sudut. Bidang pandang harus menunjukkan
area pusat perhatian dan skala milimeter, sebaiknya
ABFO No. 2 (Gbr. 7.5) (American Board of Forensic
Odontology 1997), dekat tetapi tidak menutupi bagian
mana pun dari cedera.
4. Komputer dapat mengubah gambar yang sama menjadi
gambar hitam-putih, sehingga menghilangkan langkah
pengambilan foto hitam-putih yang terpisah.
Rai B, Kaur J. Evidence-Based Forensic Dentistry.
Collection of Evidence from Victim
2. Photographic Documentation of the Bite Injury
1. Mengambil foto adalah metode universal yang
digunakan untuk mendokumentasikan dan
melestarikan bukti bekas gigitan.
2. Mengambil foto adalah metode universal yang
digunakan untuk mendokumentasikan dan
melestarikan bukti bekas gigitan.
3. Pertimbangan penting lainnya adalah bidang pandang,
kecepatan rana yang sesuai, pengaturan f-stop untuk
kedalaman bidang, dan kontrol intensitas cahaya,
sumber, dan sudut. Bidang pandang harus menunjukkan
area pusat perhatian dan skala milimeter, sebaiknya
ABFO No. 2 (Gbr. 7.5) (American Board of Forensic
Odontology 1997), dekat tetapi tidak menutupi bagian
mana pun dari cedera.
4. Komputer dapat mengubah gambar yang sama menjadi
gambar hitam-putih, sehingga menghilangkan langkah
pengambilan foto hitam-putih yang terpisah.
Rai B, Kaur J. Evidence-Based Forensic Dentistry.
1. Angulasi kontrol cahaya membuat variasi sorotan dan bayangan tertentu menjadi bekas gigitan,
terutama jika memiliki dimensi kedalaman.
2. Ada empat jenis distorsi fotografi.
a. Distorsi tipe I: ketika skala dan bekas gigitan berada pada bidang yang sama, tetapi kamera
tidak sejajar dengannya.
b. Distorsi tipe II: ketika skala tidak pada bidang yang sama dengan bekas gigitan.
c. Distorsi tipe III: ketika satu kaki dari skala dua dimensi memiliki distorsi perspektif, tetapi
kaki lainnya tidak.
d. Distorsi tipe IV: ketika skala itu sendiri bengkok atau bengkok.
3. Fotografi cahaya yang berbeda juga dapat digunakan, termasuk cahaya alternatif (ALI), fotografi
ultraviolet, dan fotografi inframerah

Rai B, Kaur J. Evidence-Based Forensic Dentistry.


Collection of Evidence from Victim
3. Impressions /Cetakan
1. Buat cetakan yang akurat dari permukaan yang digigit untuk merekam ketidakteraturan yang dihasilkan
oleh gigi, seperti luka, lecet, dll. (American Board of Forensic Odontology 1995 ; Sweet and Pretty 2001 ; Pretty
2008 ).
2. Cetakan harus diambil hanya setelah mengambil foto dan swab dari situs bekas gigitan.
3. Dengan bantuan cetakan ini, model batu gigi dapat dibuat, yang kemudian dibandingkan dengan tersangka
4. Bahan yang paling umum digunakan adalah polyvinyl siloxane karena dapat dituangkan berkali-kali jika
ada kesalahan.

Rai B, Kaur J. Evidence-Based Forensic Dentistry.


Collection of Evidence from Victim
4. Removal of the Bite Mark
1. Sayatan jaringan dilakukan dalam kasus individu yang sakit.
a. Dalam metode ini kulit dan jaringan lemak di bawahnya dikeluarkan dari korban yang sakit.
b. Bekas gigitan dan jaringan yang berdekatan dilekatkan pada cincin plastik untuk mempertahankan
orientasi jaringan yang terluka dan dipotong.
2. Bermacam-macam Fiksatif dapat digunakan untuk pengawetan yang tepat dari jaringan ini, tetapi yang
paling umum digunakan
3. Fiksatifnya adalah formalin 10%.
a. Jaringan yang dipotong disimpan dalam kantong plastik.
b. Kulit yang dipotong kemudian divisualisasikan dengan metode transiluminasi, di mana cahaya
terang ditempatkan di belakang kulit yang dipotong (American Board of Forensic Odontology 1995;
Sweet and Pretty 2001; Pretty 2008).

Rai B, Kaur J. Evidence-Based Forensic Dentistry.


Collection of Evidence from Victim
5. First Aid
1. Perhatian medis yang tepat waktu harus diberikan untuk
korban yang masih hidup karena gigitan manusia memiliki
potensi infeksi yang lebih tinggi daripada gigitan hewan (Pretty
et al. 1999).

Rai B, Kaur J. Evidence-Based Forensic Dentistry.


Pengumpulan Bukti
dari Tersangka
Evidence Collection from the Suspect
(Pengumpulan Bukti dari Tersangka)

1. Pengumpulan pameran gigi untuk penggunaan odontologi forensik telah


dianggap sebagai prosedur invasif.
2. Biasanya tersangka biasanya tidak kooperatif selama pengumpulan barang
bukti fisik.
3. Bukti yang diperlukan dari seorang tersangka penggigit mungkin termasuk
riwayat dan pemeriksaan gigi, foto, cetakan gigi, catatan gigitan, dan bukti
biologis, termasuk air liur dan sampel darah dari tempat gigitan (American
Board of Forensic Odontology 1995).

Rai B, Kaur J. Evidence-Based Forensic Dentistry.


Collection of Evidence from Suspect
1. History and Dental Records
1. Catatan gigi memainkan peran yang sangat penting dalam menetapkan identitas
tersangka (American Board of Forensic Odontology 1995; Sweet and Pretty 2001; Pretty
2008).
2. Catatan gigi ini dapat diperoleh dari dokter gigi tersangka.
3. Catatan gigi ini sangat berguna dalam kasus di mana tersangka sengaja mengubah
gigi depan setelah meninggalkan bekas gigitan.

Rai B, Kaur J. Evidence-Based Forensic Dentistry.


Collection of Evidence from Suspect
2. Photographs
1. Mengambil foto tersangka sangat penting. Kedua foto intraoral dan ekstraoral harus
diambil.
2. Foto ekstraoral harus mencakup foto profil dan foto wajah penuh.
3. Foto intraoral harus mencakup pandangan frontal, lateral, dan oklusal dari kedua
lengkung rahang.
4. Foto pembukaan interincisal maksimum dengan dan tanpa skala di tempat juga
harus diambil.
5. Skala referensi untuk memudahkan pengukuran yang akan diambil dari foto-foto
harus dimasukkan dalam bidang gigi yang sama

Rai B, Kaur J. Evidence-Based Forensic Dentistry.


Collection of Evidence from Suspect
3. Extraoral and Intraoral Examination
1. Menggigit adalah proses kuat yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk faktor jaringan lunak
dan jaringan keras seperti fungsi sendi temporomandibular, aktivitas otot pengunyahan, dan
asimetri wajah.
2. Berbagai jenis gangguan yang mempengaruhi sendi temporomandibular dapat menyebabkan variasi
rahang bawah saat menggigit.
3. Pembukaan maksimum rongga mulut harus: Diukur dan dicatat, dan divergensi rahang selama
pembukaan dan penutupan juga harus diperhatikan.
4. Cedera atau intervensi bedah terkadang meninggalkan bekas luka di wajah, yang harus diperhatikan
selama pemeriksaan ekstraoral.
5. Tersangka mungkin memiliki gigi yang hilang karena trauma atau karies, yang harus dicatat
bersama dengan ketidaksejajaran gigi jika ada.
6. Kesehatan mulut yang buruk dapat menyebabkan karies dimana gigi tersangka mungkin telah
direstorasi dengan berbagai bahan restorasi, atau tersangka mungkin memiliki kondisi periodontal
yang buruk yang menyebabkan mobilitas giginya. Semua temuan ini harus dikenali dengan baik.
7. Ukuran lidah dapat bervariasi; Tersangka mungkin memiliki lidah yang membesar atau mungkin
memiliki lidah yang kecil, yang dapat mempengaruhi fungsi lidah. Ukuran dan fungsi lidah juga
harus
Rai B, Kaur didokumentasikan.
J. Evidence-Based Forensic Dentistry.
Collection of Evidence from Suspect
4. Impressions and Study Casts
1. Pengambilan cetakan dan pembuatan cetakan studi dari gigi tersangka adalah bagian yang sangat
penting dari pemeriksaan bekas gigitan (American Board of Forensic Odontology 1995; Sweet and
Pretty 2001; Pretty 2008).
2. Perawatan harus dilakukan untuk memasukkan semua ciri fisik dan karakteristik gigi-geligi.
3. Berbagai bahan cetak tersedia untuk membuat cetakan gigi tersangka, tetapi yang paling umum
digunakan adalah vinil polisiloksan dan polieter karena tingkat akurasi dan stabilitas dimensinya
yang tinggi.
4. Setelah cetakan diambil, cetakan harus dituangkan ke dalam batu cetakan gigi untuk membuat dua
set gips studi.
5. Harus diperhatikan bahwa perluasan jaringan lunak dari cetakan pada master gips harus dipangkas.

Rai B, Kaur J. Evidence-Based Forensic Dentistry.


Collection of Evidence from Suspect
5. Test Bites
1. Gigitan uji sangat berguna untuk menyelidiki
posisi, bentuk, dan keselarasan tepi insisal gigi
penggigit (Gbr. 7.7; American Board of Forensic
Odontology 1995; Sweet and Pretty 2001; Pretty
2008).
2. Berbagai bahan dapat digunakan untuk tujuan
ini, tetapi yang paling sering digunakan adalah
baseplate wax, Aluwax, dan Coprwax.
3. silikon dapat digunakan untuk mengambil
sampel gigitan tersangka dalam oklusi sentris.
4. Gigitan sampel ini harus difoto untuk
perbandingan di masa mendatang.

Rai B, Kaur J. Evidence-Based Forensic Dentistry.


Collection of Evidence from Suspect
6. DNA Samples
1. Saliva adalah salah satu sumber DNA yang dapat diekstraksi.
2. Namun demikian, kita juga dapat menggunakan seluruh darah tersangka untuk mengekstrak
DNA-nya.
3. Ini adalah prosedur invasif, sehingga kita dapat menggunakan air liur sebagai sumber DNA, yang
dapat dikumpulkan dengan prosedur non-invasif.
4. Usap bukal juga merupakan sumber DNA yang berharga.
5. Sampel yang dikumpulkan dari tersangka ini kemudian dapat digunakan untuk perbandingan
dengan bukti biologis di TKP yang mungkin dianggap berasal dari tersangka (American Board of
Forensic Odontology 1995; Sweet and Pretty 2001; Pretty 2008).

Rai B, Kaur J. Evidence-Based Forensic Dentistry.


Classifications of Bite Mark Injury
Cedera bekas gigitan diklasifikasikan (Pretty 2007) untuk membuat sistem standar klasifikasi yang penting
bagi ahli odontologi forensik, sebagai berikut:
1. Terlihat ringan; Tidak ada tanda gigi individu; Lengkungan difus terlihat, mungkin disebabkan
oleh sesuatu selain gigi—signifikansi forensik yang rendah.
2. Memar yang jelas dengan area terpisah yang berhubungan dengan gigi; Kulit tetap utuh —
signifikansi forensik sedang.
3. Memar yang sangat jelas dengan laserasi kecil yang berhubungan dengan gigi pada aspek
cedera yang paling parah; Kemungkinan akan dinilai sebagai tanda gigitan yang
pasti—signifikansi tinggi.
4. Banyak area laserasi, dengan beberapa memar; Beberapa area luka mungkin diinsisi; Tidak
mungkin dibingungkan dengan mekanisme cedera lainnya—signifikansi forensik yang tinggi.
5. Avulsi sebagian jaringan; Beberapa laserasi hadir, menunjukkan gigi sebagai kemungkinan
penyebab cedera-signifikansi forensik sedang.
6. Avulsi lengkap jaringan; Mungkin beberapa scalloping dari margin cedera menunjukkan bahwa
gigi mungkin bertanggung jawab atas cedera. Mungkin bukan cedera gigitan yang
jelas—signifikansi forensik rendah.
Rai B, Kaur J. Evidence-Based Forensic Dentistry.
METODE ANALISIS BITE
MARK
Comparison of Traces
Prasyarat berikut diperlukan untuk identifikasi yang layak:
1. Gambar dan foto realistik (skala 1:1) berwarna dan hitam putih.
2. Pertimbangan lekukan alami kulit selama gigitan, terutama jika bekas gigitan berada di area dengan
dasar lunak (lemak subkutan, misalnya payudara wanita) (Rotzscher dan Reimann 1975 ; Sweet 1995 ).
3. Pengembangan metode yang secara jelas menunjukkan hubungan antara gigi tersangka dan gigitan.
4. Jika beberapa orang dicurigai, mereka masing-masing harus diperiksa dengan cara yang sama.
Dengan demikian, seorang ahli nantinya akan dapat menarik kesimpulan sendiri tentang identitas
pelaku.
5. Semua bekas gigitan harus diperiksa apakah ada bagian epidermisnya (Zerndt dan Simon 1962 ;
Zerndt 1964 ), yang mungkin relevan untuk rekonstruksi kejahatan dan penilaian aktivitas pelaku
(Zerndt dan Simon 1962; Graw et al .98 ).

Roetzscher K. Forensic and legal dentistry. [Place of publication not identified]: Springer International Pu; 2016.
Comparison of Traces
1. Odontoscopy
1. Ujung tombak dan cusp model plester diwarnai dan cetakan dibuat pada kertas cetak tembaga
dan kemudian dipindahkan pada film transparan. Cetakan pada kertas transparan ini dapat
dibandingkan 1:1 dengan foto aslinya

2. Melchior (1929)
a. Menjelaskan cara mengamankan bekas gigitan dengan menggunakan bahan cor yang
ditumbuk halus yang didistribusikan dengan saringan halus di seluruh luka gigitan.
b. Setelah terkumpul dalam jumlah yang cukup, luka ditutup dengan kain basah, sampai
muncul air jernih pada kain.
c. Karena cetakan gigitannya negatif, maka cetakannya adalah replika (positif) dari gigi yang
menyebabkan gigitan

Roetzscher K. Forensic and legal dentistry. [Place of publication not identified]: Springer International Pu; 2016.
Comparison of Traces
1. Odontoscopy
1. Menurut Buhtz dan Erhard (1938), metode ini tidak terlalu dapat diandalkan karena:
1. Penyusutan jaringan yang dibedah
2. Mengabaikan bentuk bagian tubuh yang digigit
3. Pengabaian mekanisme gigitan (distorsi jaringan pada gigitan)
4. Teknologi perekaman yang tidak tepat
5. Perbandingan model rahang dengan kesan terdistorsi dari tersangka atau fotogram gigitannya
1. Penting untuk memastikan apakah tanda tersebut disebabkan oleh gigi depan dan/atau samping.
Film transparan dengan sketsa sederhana dari gambar atau model gigi juga bisa sangat membantu
dalam menunjukkan detail yang cocok di pengadilan (Rötzscher 1972 ).
2. Foto harus diberi label untuk menghindari kebingungan samping (R = kanan; L = kiri)
3. Paraff n wax dapat diletakkan di atas lintasan. Metode ini mungkin lebih objektif daripada penerapan
film transparan. Mikroskop komparatif lebih jarang digunakan, kecuali dalam kasus di mana tanda
gerinda pada tepi tajam terlihat jelas dan harus dibandingkan dengan tanda uji (Solheim 1980).

Roetzscher K. Forensic and legal dentistry. [Place of publication not identified]: Springer International Pu; 2016.
Comparison of Traces
2. The Stereometric Drawing
1. Tingkat dengan bantuan garis dalam
gambar rencana stereometrik
(stereometric graphic plotting), teknik yang
mirip dengan gambar peta.
2. Frykholm dkk. (1970) memasukkan gigi
taring dan premolar dalam analisis mereka
(Bang 1976).
3. Jarak antara gigi dan sudut satu sama lain
digunakan sebagai kriteria identitas (Gbr.
23.14 dan 23.15).
4. Metode ini membutuhkan peralatan yang
rumit, yang tersedia untuk PC.

Roetzscher K. Forensic and legal dentistry. [Place of publication not identified]: Springer International Pu; 2016.
Comparison of Traces
3. Scanning Electron Microscopy (SEM)
1. Scanning electron microscopy (SEM) menghasilkan gambar permukaan yang detail dan
cocok untuk analisis dan perbandingan tanda gigi pada kulit (Bang 1976) dan pada makanan
(Solheim dan Leidal 1976).

Roetzscher K. Forensic and legal dentistry. [Place of publication not identified]: Springer International Pu; 2016.
Comparison of Traces
4. Computer-Assisted Image Analysis
1. Analisis citra dengan komputer tersedia dan citra dapat dengan mudah dibandingkan (Wood
et al. 1994); Manipulasi juga dimungkinkan (Aboshi et al. 1994).
2. Pemindai laser tiga dimensi superimposisi dapat mendigitalkan permukaan kunyah individu
dan juga model plester, dan hasilnya dapat diukur pada komputer (Mehl et al. 1996, 1997).
3. Perubahan pada permukaan oklusal (seperti pengamplasan dan abrasi) dapat dianalisis
secara statistik (Mehl et al. 1997). Dengan metode ini juga dapat diketahui kontak mana yang
terjadi pada setiap fase pergerakan posisi
4. Setiap jenis bidang penampang dapat dibangun, dengan demikian, relief cusp-fissure pada
oklusi fungsional dapat dianalisis lapis demi lapis (Mehl et al. 1997).
5. Gambar penampang dan titik kontak dapat dibuat secara bersamaan di jendela yang
berbeda. Dengan bantuan 'realitas virtual,' perspektif baru untuk analisis bekas gigitan
tersedia.
6. Namun demikian, penggunaan komputer yang tidak kritis dapat merusak kepercayaan diri
dalam analisis tanda gigi.

Roetzscher K. Forensic and legal dentistry. [Place of publication not identified]: Springer International Pu; 2016.
Comparison of Traces
4. Computer-Assisted Image Analysis
1. Jika ditemukan kejanggalan yang tidak dapat dijelaskan, tersangka dapat dikeluarkan. Ini
adalah kesimpulan yang aman dan dapat menjadi sangat penting bagi polisi. Jika kecocokan
ditemukan, seberapa besar kemungkinan tersangka tertentu menyebabkan tanda ini harus
dinilai. Ini adalah tugas yang sangat sulit, dan kepercayaan 100% pada hasil tidak mungkin.
Jarang sekali tandanya begitu jelas sehingga semua detail dapat diuraikan.

2. Hanya sedikit penelitian yang memberikan rincian yang berguna untuk frekuensi
perbandingan tanda gigi (MacFarlane et al. 1974; Hennis et al. 1981c). Namun, untuk sebagian
besar detail, tidak ada data seperti itu. Pengalaman dari odontologist forensik diminta. Untuk
evaluasi tanda, kovariat timbal balik untuk semua detail harus diperhitungkan. Misalnya,
jika gigi berada pada posisi yang tidak biasa, kemungkinan besar gigi kontralateral memiliki
posisi yang sama. Sayangnya, hanya ada sedikit data ilmiah untuk kovariat ini

Roetzscher K. Forensic and legal dentistry. [Place of publication not identified]: Springer International Pu; 2016.
3. Contoh kasus forensik meliputi bitemark
Contoh bite mark pada korban
1. 1991, John Kunco didakwa atas kasus pemerkosaan terhadap perempuan berusia 55 tahun.

2. John kunco memiliki alibi bahwa ia berada dirumah nya bersama pacarnya

3. Dokter gigi forensik menambahkan bukti adanya bekas gigitan di tubuh korban menggunakan ultraviolet yang
membantu mendeteksi tanda yang ditinggalkan oleh pelaku pada tubuh korban.

4. Dari bukti ini, dilihat bahwa gigitan berasal dari gigi John Kunco.

5. Berdasakran bukti ini dan bukti tambahan korban yang mengenali suara John Kunco sebagai pelaku, John
Kunco didakwa bersalah.

https://innocenceproject.org/bite-mark-experts-recant-in-kunco-rape-case/
Pada makanan
Pada tahun 195, Doyle didakwa untuk kasus pencurian di rumah.

Di lokasi kejadian, ditemukan keju yang sudah termakan setengah.

Setelah menangkap doyle, petugas kepolisian menyuruh DOyle untuk mengigit keju
dan dilakukan oleh Doyle.

Seorang petugas membandingkan cetakan dari gigitan kedua keju untuk


menentukan apakh gigitan dibuat oleh orang yang sama.

Dari hasil pemeriksaan ditemukan bahwa kedua gigitan dibuato leh orang yang sama
dan ini dijadikan testimoni dalam prosedur hukum.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5570687/
One of the most notable exonerations involving bite mark evidence is the Ray Krone case. In 1992, Krone
was wrongfully convicted of murder and sentenced to death. There was no physical evidence linking Krone
to the crime except for a unique bite mark found on the victim’s body. At trial, a bite mark expert testified
that Krone’s teeth matched the bite mark on the victim. Upon further investigation, several experts told
Krone’s attorneys that the trial testimony was unreliable and the analysis was done incorrectly. Eventually,
DNA evidence proved Krone’s innocence and he was released from prison in 2002.
Bite mark evidence led to the conviction of California Innocence Project client William (“Bill”) Richards. At
his trial in 1997, a forensic odontologist analyzed Bill’s teeth and a bite mark found on his wife’s body. The
expert testified that only one to two percent of the population could have left the bite mark, and he could
not exclude Bill as having given the bite mark. This led to Bill’s conviction. Years later, in 2007,he same
expert recanted his original testimony. Using current science as support, the expert explained that Bill could
not have left the bite mark. Bill was exonerated, but the District Attorney appealed, and the California Court
of Appeal reversed Richards’ exoneration. The state’s Supreme Court then upheld the reversal on the
grounds that, at the time, experts could not recant their original testimony. Two years later, in 2015, the
California Innocence Project pushed for a new law allowing experts to recant their testimony. After the law
was passed, in 2016, the California Supreme Court found that the bad bite mark science presented at Bill’s
original trial was central to his conviction, and they reversed it.

https://californiainnocenceproject.org/issues-we-face/bite-mark-e
vidence/
Kasus-kasus bitemark
1. Bite mark yang terlihat muncul dengan perlahan dan esdikit pergerakkan: bagian dari
perilaku seksual

2. Bite mark yang tidak terdefinisikan dengan jelas karena pergerakkan: pergerakkan
ekstrim saat melindungi diri atau menyerang

3. Bite mark/love bite muncul saat perilaku seksual antara pasangan

Forensic odontology
4. Apa yang dimaksud dengan trauma pada
bidang odontologi forensik?
MENURUT ADSERIAS-GARRIGA J. “A REVIEW OF FORENSIC
ANALYSIS OF DENTAL AND MAXILLOFACIAL SKELETAL TRAUMA.”
FORENSIC SCI INT. 2019
● Analisis trauma gigi dan maksilofasial dalam konteks forensik, dilakukan terhadap orang yang
masih hidup dan yang sudah meninggal.

● Ini diperlukan dalam semua kasus di mana dicurigai adanya kekerasan/pelecehan dan dimana
tanda-tanda trauma tulang terdeteksi pada sisa-sisa manusia.

● Trauma rangka mengacu pada kerusakan yang terjadi pada tulang, gigi dan jaringan keras
lainnya.

● Analisis akurat dari trauma gigi dan maksilofasial dicapai dengan penilaian sisa-sisa oleh ahli
patologi forensik, antropolog dan odontologi.

Adams, Catherine. 2014. Forensic Odontology: An Essential Guide. West Sussex: Wiley Blackwell
MENURUT RATHOD V, DESAI V, PUNDIR S, DIXIT S, CHANDRAKER R.
“ROLE OF FORENSIC DENTISTRY FOR DENTAL PRACTITIONERS: A
COMPREHENSIVE STUDY.” J FORENSIC DENT SCI. 2017

Ahli odontologi forensik membantu otoritas hukum dengan memeriksa bukti dental dalam
berbagai situasi yang berbeda. Ada tiga bidang utama dalam odontologi forensik yaitu:

1. Pemeriksaan dan evaluasi cedera/trauma pada gigi, rahang, dan jaringan mulut yang
diakibatkan oleh berbagai macam penyebab seperti pelecehan, penyerangan, bencana
massal, dan cedera terkait kejahatan.

2. Pemeriksaan tanda dengan tujuan untuk eliminasi kemungkinan tersangka sebagai


pelaku.

3. Pemeriksaan sisa-sisa gigi (baik sebagian atau seluruhnya dan termasuk semua jenis
restorasi gigi) dari orang atau tubuh yang tidak dikenal dengan tujuan untuk identifikasi.

Adams, Catherine. 2014. Forensic Odontology: An Essential Guide. West Sussex: Wiley Blackwell
MENURUT VERMA AK, KUMAR S, RATHORE S, PANDEY A.
“ROLE OF DENTAL EXPERT IN FORENSIC ODONTOLOGY.” 
NATL J MAXILLOFAC SURG. 2014

● Dokter gigi forensik memiliki peran penting dalam identifikasi manusia, analisis
bitemark, trauma maksilofasial dan malpraktik.

● Identifikasi dental memiliki peran utama dalam identifikasi korban ketika adanya
perubahan post-mortem, cedera jaringan traumatis, atau kurangnya catatan sidik
jari membuat penggunaan metode visual atau sidik jari tidak valid.
MENURUT SHKRUM, MICHAEL & RAMSAY, DAVID. “FORENSIC
PATHOLOGY OF TRAUMA: COMMON PROBLEMS FOR THE
PATHOLOGIST.” 2007
● Peran ahli patologi forensik adalah melakukan penyelidikan kasus kematian
yang mencurigakan, banyak di antaranya disebabkan oleh trauma.

● Trauma didefinisikan sebagai kekuatan fisik atau objek yang


menyebabkan cedera pada tubuh.
MENURUT SURYA, TAUFIK., PRIYANTO, MUHAMMAD HIKMAWAN. “PERAN
KEDOKTERAN FORENSIK DALAM PENGUNGKAPAN KASUS PEMBUNUHAN SATU
KELUARGA DI BANDA ACEH.” JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA, 2019, 19.1:
45-50.

● Dalam ilmu kedokteran forensik, luka adalah hasil dari kekerasan fisik, yang merusak kontinuitas
jaringan tubuh.

● Trauma dijelaskan sebagai luka pada tubuh yang disebabkan oleh kekerasan fisik, mekanik atau
kimiawi, yang dapat menyebabkan luka atau kemungkinan komplikasi.

● Secara medis, kekerasan mengacu kepada perilaku yang mengakibatkan cedera atau cedera itu
sendiri.

● Kekerasan ini bisa berakibat secara psikologis maupun secara fisik.

● Mekanisme cedera mengacu pada berbagai kekuatan yang umumnya terkait dengan trauma (misalnya
proyektil, kekerasan tajam, kekerasan tumpul, trauma termal serta trauma multipel).
Dalam ilmu kedokteran forensik dikenal trauma tumpul dan trauma tajam.

○ Trauma tumpul ialah suatu trauma paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan tubuh oleh
benda-benda tumpul. Hal ini disebabkan oleh benda-benda yang mempunyai permukaan tumpul, seperti
batu, kayu, martil, terkena bola, dan lain-lain.

○ Sedangkan trauma tajam ialah suatu trauma paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan tubuh
oleh benda-benda tajam. Trauma tajam dikenal dalam tiga bentuk pula yaitu luka iris atau luka sayat
(vulmus scissum), luka tusuk (vulmus punctum) atau luka bacok (vulmus caesum).

● Trauma adalah luka atau jejas baik fisik maupun psikis yang disebabkan oleh tindakan fisik dengan
terputusnya kontinuitas normal suatu struktur.

● Trauma dengan kata lain disebut injuri atau wound, yang dapat diartikan sebagai kerusakan atau luka
karena kontak yang keras dengan sesuatu benda.

● Trauma dental merupakan injuri pada mulut, meliputi gigi, bibir, gusi, lidah, dan tulang rahang. Dental
trauma yang paling umum adalah gigi yang rusak atau gigi yang hilang.

● Dalam pemeriksaan terhadap pasien atau korban kekerasan, jenis luka yang ditemui, jenis kekerasan/senjata
yang menyebabkan luka, dan kualifikasi dari luka harus dapat diidentifikasi

Adams, Catherine. 2014. Forensic Odontology: An Essential Guide. West Sussex: Wiley Blackwell
5. Tanda-tanda kekerasan dan bagaimana
mendeteksi kekerasan pada anak terkait bidang
odontologi forensik
Child Maltreatment
Penganiayaan anak didefinisikan sebagai segala bentuk perlakuan buruk fisik dan/atau emosional,
pelecehan seksual, pengabaian atau perlakuan lalai, atau eksploitasi komersial atau lainnya, yang
mengakibatkan kerugian aktual atau potensial terhadap kelangsungan hidup, perkembangan, atau
martabat kesehatan anak, yang terjadi dalam konteks hubungan tanggung jawab, kepercayaan, atau
kekuasaan.

Penganiayaan anak dapat meliputi empat jenis:

1. Kekerasan fisik

2. Pelecehan seksual (Sexual Abuse)

3. Pelecehan emosional dan psikologis (Emotional Abuse)

4. Pengabaian (Neglect)

Evidence Based Forensic Dentistry


Tanda-tanda klinis penganiayaan anak
Pada resepsi

1. Amati perilaku anak-anak yang aneh.

a. Evaluasi kebersihan, tanda-tanda nutrisi yang layak, dan kesehatan umum.


Apakah pakaian anak sesuai dengan cuaca?

2. Apakah ada luka atau memar di wajah atau tubuh anak?

3. Bagaimana anak merespon pada orang lain?

a. Anak-anak yang dilecehkan dapat bertindak agresif dengan menunjukkan kemarahan yang tidak
wajar dan kehilangan kendali, atau mereka mungkin cemberut, pendiam, atau menarik diri.

Evidence Based Forensic Dentistry


Tanda-tanda klinis penganiayaan anak
Pemeriksaan ekstraoral 3. Periksa sepertiga tengah wajah apakah terdapat
1. Periksa kepala dan leher apakah ada asimetri, memar bilateral di sekitar mata, petechiae
bengkak, dan memar; periksa kulit kepala (bintik kecil berwarna merah atau ungu yang
apakah ada tanda-tanda penarikan rambut; mengandung darah) pada sklera mata, ptosis
periksa telinga untuk bekas luka, air mata, dan pada kelopak mata, atau pandangan
kelainan menyimpang, hidung memar, deviasi septum,
atau gumpalan darah di hidung
2. Periksa adanya memar dan luka abrasi dengan
berbagai warna, yang menunjukkan berbagai 4. Periksa bekas gigitan, yang mungkin disebabkan
tahap penyembuhan. oleh kemarahan yang tidak terkendali oleh orang
dewasa atau anak lain.
○ Periksa tanda pola khas pada kulit yang
ditinggalkan oleh benda-benda seperti ○ Bekas gigitan di area yang bukan
ikat pinggang, tali, gantungan baju, atau merupakan akibat dari luka akibat
rokok tindakan sendiri tidak pernah terjadi
secara kebetulan

Evidence Based Forensic Dentistry


Tanda-tanda klinis penganiayaan anak
Pemeriksaan intraoral
1. Luka bakar atau memar di dekat komisura mulut dapat
mengindikasikan tersedak oleh kain atau tali.
○ Bekas luka di bibir, lidah, palatum, atau frenulum lingual
dapat mengindikasikan makan paksa.
○ Manifestasi oral penyakit menular seksual dapat
mengindikasikan pelecehan seksual
2. Frenum labial yang robek merupakan temuan intraoral yang dapat
mengindikasikan penganiayaan.
○ Perlu diingat: usia anak merupakan pertimbangan penting
karena robekan frenum pada anak kecil yang sedang belajar
berjalan bukanlah hal yang aneh.
3. Penyebab cedera jaringan keras akibat trauma, seperti fraktur atau
kehilangan gigi atau fraktur rahang, harus diselidiki

Evidence Based Forensic Dentistry


Riwayat
5. Orang tua menolak untuk menyetujui program
Riwayat adalah bagian informasi yang paling penting dan harus pengobatan yang direncanakan atau menolak untuk
dicatat secara rinci. dipisahkan dari anak, seperti selama rontgen, foto lesi, dll.

Abuse atau neglect harus dipertimbangkan ketika riwayat 6. Orang tua menolak untuk menyetujui studi diagnostik
mengungkapkan hal-hal berikut: untuk anak tersebut.

1. Anak memiliki riwayat cedera multipel. 7. Orang tua atau anggota keluarga membawa anak dari
kantor ke kantor atau dari satu ruang gawat darurat rumah
2. Keluarga memberikan penjelasan yang tidak sesuai sakit ke ruang gawat darurat lainnya, untuk menghindari
dengan sifat cedera (yaitu, jika cedera gigi akibat jatuh, kemungkinan dikenali.
biasanya juga akan menemukan lutut, tangan, atau siku
yang memar atau tergores). 8. Orang tua tetap menunjukkan gejala yang tidak
berhubungan dengan kondisi anak yang jelas.
3. Ada keterlambatan dalam mencari perawatan untuk
cedera.

4. Anak atau orang tua menghindari membahas cedera.

Evidence Based Forensic Dentistry


Physical Abuse
Kekerasan fisik menyebabkan cedera fisik pada anak.
Akibat kekerasan fisik pada anak dapat meliputi:

1. Fraktur tulang, 1. ekimosis,


2. memar,
2. pendarahan retina,
3. laserasi,
4. luka berpola, 3. alopecia traumatis, dan
5. luka bakar,
6. luka orofasial, 4. trauma gigi
7. luka okular,
Ketika seorang anak datang ke unit gawat darurat di
8. hematoma subdural dan subgaleal,
rumah sakit karena cedera traumatis, survei
9. bekas gigitan radiografi harus dilakukan untuk skrining bukti
cedera.
Senn. Manual of Forensic Odontology. 5th ed.
Evidence Based Forensic Dentistry
1. Dental trauma biasanya terjadi pada gigi anterior, tetapi bukti adanya gigi yang hilang atau ujung
akar yang fraktur di rongga mulut pada pemeriksaan rutin harus dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut atau anamnesis oleh dokter gigi yang merawat.
a. Riwayat cedera saat ini dan masa lalu pada anak harus dievaluasi dalam hal perkembangan
anak serta kemungkinan cedera terjadi dengan cara atau kerangka waktu yang ditunjukkan
oleh orang tua yang membawa anak tersebut untuk perawatan.
2. Dokter dan rumah sakit berada dalam posisi, di mana menurut hukum, mereka dapat mengambil
“pengasuhan protektif” dari seorang anak jika mereka memiliki kecurigaan yang masuk akal bahwa
telah terjadi pelecehan.
a. → Dapat mengambil radiografi, foto, atau tes medis yang diperlukan tanpa persetujuan orang
tua.
b. Dokter gigi tidak memiliki kewenangan ini

Senn. Manual of Forensic Odontology. 5th ed.


Cedera kepala, termasuk Cedera orofasial, termasuk
1. hematoma subdural (yang ● cedera bibir seperti laserasi, luka
menyebabkan cedera dan bakar, lecet (Gbr. 19.3), atau
kematian yang lebih serius memar;
daripada bentuk kekerasan ● cedera mulut seperti robekan
lainnya), frenum labial atau lingual,
2. alopecia traumatis, ● luka bakar atau laserasi pada
3. hematoma subgaleal, dan gingiva, lidah, langit-langit mulut,
4. memar di belakang telinga, atau dasar mulut;
5. perdarahan retina, ptosis, dan ● Cedera maksila atau mandibula,
6. memar periorbital, seperti fraktur masa lalu atau
7. memar pada daun telinga dan sekarang pada tulang wajah,
membran timpani kerusakan, kondilus, ramus, atau simfisis
8. patah tulang hidung, atau mandibula
9. cedera yang mengakibatkan telah dilaporkan
lubang hidung tersumbat
telah dilaporkan.

Evidence Based Forensic Dentistry


Luka bekas gigitan biasanya berhubungan dengan kekerasan fisik atau seksual.

1. Beberapa kali dimisdiagnosis sebagai memar masa kanakkanak biasa

2. Karakteristik khusus dari bekas gigitan: bentuk oval atau lingkaran atau
perdarahan, yang menunjukkan tanda “menghisap”/”suck” atau
“mendorong”/”thrust” (Gbr. 19.4).

3. Telah dilaporkan bahwa tanda dapat terjadi di mana saja pada tubuh anak;

a. Site paling umum: pipi, punggung, samping, lengan, bokong, dan alat
kelamin (Stechey 1991).

4. Gags diterapkan pada mulut dapat meninggalkan memar, likenifikasi, atau


jaringan parut di sudut mulut (McNeese dan Hebeler 1977).

5. Cedera ganda, cedera dalam berbagai tahap penyembuhan, cedera yang tidak
sesuai dengan tahap perkembangan anak, atau riwayat yang tidak sesuai
harus menimbulkan kecurigaan pelecehan.

Evidence Based Forensic Dentistry


Sexual Abuse
Pelecehan seksual adalah perilaku seksual yang tidak pantas terhadap seorang anak di bawah usia 18
tahun

1. Meliputi: membelai alat kelamin anak, membuat anak membelai alat kelamin orang dewasa,
pelecehan seksual (hubungan seksual, inses, pemerkosaan, sodomi), eksibisionisme, dan pornografi.

2. Tindakan dapat dilakukan oleh orang yang bertanggung jawab atas pengasuhan anak atau terkait
dengan anak tersebut (misalnya, pengasuh anak, orang tua, tetangga, kerabat, anggota keluarga
besar, teman sebaya, anak yang lebih tua, teman, orang asing, atau penyedia penitipan anak).

3. Anak-anak tidak dapat "menyetujui" secara hukum untuk kontak atau aktivitas seksual dalam
situasi apa pun.

Senn. Manual of Forensic Odontology. 5th ed.


Evidence Based Forensic Dentistry
Rongga mulut adalah tempat yang sering terjadi pelecehan seksual pada anak-anak, cedera mulut yang
terlihat atau infeksi jarang terjadi (Folland et al. 1977).
Manifestasi orofacial pelecehan seksual:
1. gonore (eritema hingga ulserasi dan dari lesi vesiculopustular hingga pseudomembran),
2. kondiloma akuminata (tampak sebagai tunggal atau ganda yang menonjol, bertangkai, lesi seperti
kembang kol),
3. Area petechial/ecchymotic pada palatum atau robekan frenum (labial atau lingual) mungkin
merupakan tanda fellatio atau cunnilingus.
4. sifilis (papula di bibir atau dermis di tempat inokulasi),
5. virus herpes simpleks [tipe 2 (HSV-2) muncul sebagai daerah oral atau perioral yang menyakitkan,
kemerahan dengan sekelompok vesikel seperti anggur (blister) yang pecah dan membentuk lesi atau
sores], dan
6. eritema dan petekie (trauma pada pertemuan langit-langit keras dan lunak dapat mengindikasikan
seks oral yang dipaksakan).
Kesulitan berjalan atau duduk atau ketakutan yang berlebihan terhadap pemeriksaan gigi, terutama pada
pasien yang telah patuh pada kunjungan sebelumnya, juga mungkin merupakan tanda bahwa ada sesuatu
yang salah dan harus segera dilakukan pemeriksaan atau pemeriksaan lebih lanjut.

Senn. Manual of Forensic Odontology. 5th ed.


Evidence Based Forensic Dentistry
Emotional Abuse
Pelecehan emosional dan psikologis (pelecehan verbal, pelecehan mental, dan penganiayaan psikologis) termasuk tindakan
atau kelalaian oleh orang tua, pengasuh, teman sebaya, dan orang lain yang telah menyebabkan atau dapat menyebabkan
gangguan perilaku, kognitif, emosional, atau mental yang serius. / trauma.
1. Pelecehan emosional mencakup kegagalan untuk menyediakan lingkungan yang mendukung dan sesuai perkembangan,
termasuk ketersediaan figur keterikatan utama, sehingga anak dapat mengembangkan kompetensi emosional dan
sosial yang stabil dan penuh yang sepadan dengan potensi pribadinya dan dalam konteks masyarakat di mana anak itu
tinggal (WHO)
2. Dapat mencakup tindakan seperti pembatasan gerakan, pola meremehkan dan merendahkan, mengkambinghitamkan,
mengancam, menakut-nakuti, mendiskriminasi, mengejek, atau bentuk nonfisik lainnya dari permusuhan atau
penolakan terhadap anak yang menyebabkan atau memiliki kemungkinan besar menyebabkan kerusakan pada anak,
kesehatan anak atau perkembangan fisik, mental, spiritual, moral, atau sosial (WHO 1999).
3. Anak yang mengalami kekerasan emosional dapat menunjukkan indikator perilaku dan fisik seperti kurangnya harga
diri, keterampilan sosial yang buruk, sering kali perasaan antisosial, keterlambatan perkembangan, kecenderungan
pasif/agresif, perilaku ekstrem, kegugupan yang diucapkan yang sering dimanifestasikan dalam gangguan kebiasaan
seperti mengisap dan mengayun, dan cedera yang disebabkan oleh diri sendiri seperti menggigit bibir atau pipi

Senn. Manual of Forensic Odontology. 5th ed.


Evidence Based Forensic Dentistry
Neglect
Pengabaian anak adalah tindakan kelalaian atau tindakan yang mengarah pada pengingkaran terhadap kebutuhan
dasar anak.

Pengabaian bisa bersifat fisik, pendidikan, emosional, atau psikologis.

1. Pengabaian fisik memerlukan penolakan makanan, pakaian, perawatan medis yang tepat, atau pengawasan.

2. Pengabaian pendidikan termasuk kegagalan untuk menyediakan sekolah yang sesuai atau kebutuhan
pendidikan khusus.

3. Pengabaian psikologis termasuk kurangnya dukungan emosional dan cinta.

Sindrom kegagalan untuk berkembang (di bawah persentil ketiga) untuk tinggi dan berat badan harus memiliki
penyebab organik yang dikesampingkan. Bahkan setelah masa bayi, bukti keterbelakangan ekstrim, berat badan
rendah, atau tinggi badan semua harus dipertimbangkan

Senn. Manual of Forensic Odontology. 5th ed.


Evidence Based Forensic Dentistry
Neglect
Menurut American Academy of Pediatric Dentistry, pengabaian gigi terjadi ketika ada "kegagalan yang disengaja dari orang
tua atau wali untuk mencari dan menindaklanjuti dengan perawatan yang diperlukan untuk memastikan tingkat kesehatan
mulut yang penting untuk fungsi yang memadai dan kebebasan dari rasa sakit dan infeksi."

Ini termasuk karies yang tidak diobati dan merajalela; nyeri yang tidak diobati, infeksi, perdarahan atau trauma

1. Karies, penyakit periodontal, dan kondisi rongga mulut lainnya, jika tidak diobati, dapat menyebabkan nyeri, infeksi,
dan hilangnya fungsi rongga mulut yang dapat mempengaruhi komunikasi, nutrisi, aktivitas belajar, dan aktivitas
anak lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal (Kellog 2005).

2. Kegagalan mendapatkan perawatan gigi yang baik dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti isolasi keluarga,
status keuangan yang buruk, pengabaian orang tua, dan kurangnya penghargaan orang tua terhadap nilai kesehatan
gigi dan mulut.

Titik di mana orang tua dianggap lalai dan memulai intervensi terjadi setelah orang tua diberi tahu dengan benar oleh
profesional perawatan kesehatan tentang sifat dan tingkat kondisi anak, perawatan khusus yang diperlukan, dan mekanisme
untuk mengakses perawatan itu.
Senn. Manual of Forensic Odontology. 5th ed.
Evidence Based Forensic Dentistry
6. Contoh kasus trauma akibat kekerasan yang terkait
bidang odontologi forensik
Kasus Pembunuhan Megan Kanka tahun
1994
Megan Kanka merupakan seorang anak perempuan berusia 7 tahun yang menghilang
pada tanggal 29 Juli. Megan terakhir terakhir terlihat mengendarai sepedanya di luar
rumahnya di West Windsor Township, New Jersey, pada 29 Juli sore hari. Orang tuanya
menemukan sepedanya di halaman depan dan segera mulai mencarinya.

Keesokan harinya, tubuhnya ditemukan tak bernyawa di Mercer County Park. Setelah
diselidiki oleh aparat setempat, ternyata, Megan Kanka telah diperkosa dan dibunuh
oleh Jesse K. Timmendequas (orang yang tinggal di seberang jalan rumah Megan
Kanka) yang sebelumnya sudah pernah ditangkap karena kasus penyerangan seksual.

Dalam kasus pembunuhan Megan Kanka, terdapat beberapa bukti penting. Bukti paling
penting adalah ditemukannya bekas gigitan di tubuh Timmendequas. Bekas gigitan
tersebut ditinggalkan oleh Megan ketika dia mencoba untuk melawan Timmendequas.
Setelah dibandingkan dengan susunan gigi Timmendequas, bekas gigitannya pada
tubuhnya memiliki kecocokan yang membuat Jesse Timmendequas dijatuhi
hukuman mati oleh pengadilan.
Penangkapan Thomas Maupin (Pelaku Kekerasan Seksual)
melalui Gigi Tiruan

Thomas Maupin adalah seorang buronan yang lolos dari hukum dalam waktu yang lama karena kelalaian
polisi. Thomas Maupin merupakan pelaku yang bertanggung jawab atas penusukan dan pemerkosaan
seorang wanita di North Memphis, Amerika Serikat. Dia memaksa dan menyudutkan korban ke sebuah gang,
setelah itu dia menyerangnya dengan benda logam. Wanita itu ditikam namun ternyata berhasil selamat.
Dia melaporkan hal tersebut ke polisi dan membawanya ke TKP, dan bukti dikumpulkan, tetapi tidak
membuahkan hasil. Salah satu barang bukti di lokasi kejadian adalah gigi palsu. Namun, karena
kurangnya ketelitian dalam pemeriksaan, tidak ada yang peduli untuk memeriksa gigi palsu tersebut.

Sepuluh tahun setelah kejahatan terjadi dan tidak ada petunjuk yang akurat, penyelidik memutuskan untuk
melihat kembali bukti yang dikumpulkan. Gigi palsu pelaku diperiksa, dan ternyata ketika dilihat, ada nama
pelaku yang tertulis di gigi tersebut. Thomas Maupin berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman 12 tahun
penjara.
Kasus Pembunuhan Berantai Ted Mundy
Kasus Ted Bundy merupakan salah satu kasus pembunuhan berantai yang memanfaatkan
bukti berupa bekas gigitan (bitemark) yang paling terkenal. Ted Bundy adalah seorang
pembunuh berdarah dingin yang memperkosa dan membunuh lebih dari 30 orang. Dia
sangat pandai tidak meninggalkan bukti apa pun dan telah menghindari pelacakan polisi
untuk waktu yang lama. Bahkan setelah dia ditangkap, pengadilan terhadapnya sangat sulit
untuk dibuat dan diputuskan karena tidak banyak bukti kuat untuk menghukumnya.

Salah satu bukti penting yang kuat untuk menjatuhkan hukuman padanya, yaitu bekas
gigitan yang ditemukan pada salah satu korban Ted Bundy. Ted Bundy bertanggung
jawab atas pembunuhan dua wanita muda yang merupakan mahasiswi di Florida State
University. Dia menggigit salah satu korban di pantatnya, dan meninggalkan bekas gigitan.
Polisi menggunakan bekas gigitan tersebut, meminta pemeriksaan dengan gigi asli Ted
Bundy, dan secara positif mengidentifikasi Bundy sebagai pembunuhnya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai