FORENSIK ODONTOLOGI
Agnesia Tiara Pungki
1806145111
Forensik B
Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan bitemark? (definisi, macam-macam pentingnya di bidang
odontologi forensik)
3. Contoh kasus forensik meliputi bitemark (korban hidup, mati, gigitan buah)
6. Contoh kasus trauma akibat kekerasan yang terkait bidang odontologi forensik
1. Apa yang dimaksud dengan bite mark?
(definisi, macam-macam pentingnya di bidang odontologi
forensik)
Definisi Bite Mark
1. Menurut Rai B. (2013), bekas gigitan (bite mark) merupakan suatu cedera berpola pada kulit
atau permukaan lain yang disebabkan oleh gigitan manusia atau hewan dengan kekuatan
minimum/sedikit kekuatan
a. perubahan fisik pada media yang disebabkan oleh kontak gigi, dan
b. pola representatif yang tertinggal pada suatu objek atau jaringan oleh struktur gigi
hewan atau manusia
Teeth mark
Tanda yang tidak disengaja dan tidak
terdapat pergerakan rahang aktif
○ Pada RB, gigi I1 dan I2 memiliki lebar yang hampir sama, namun gigi C lebih berbentuk
seperti kerucut.
○ Pada RA, dibandingkan dengan gigi I1, gigi I2 lebih sempit dan C berbentuk seperti kerucut.
● Karakteristik tersebut membantu dalam membedakan bite mark akibat gigitan gigi RA maupun
RB
Fitur Tambahan yang Dapat Ditemukan pada Bite
Mark
ECCHYMOSIS
a. Central Ecchymosis Tekanan negatif oleh lidah dan tekanan hisap & tekanan positif dari penutupan
gigi menyebabkan perdarahan ekstravaskuler akibat gangguan pembuluh
darah kecil, menghasilkan ekimosis sentral.
b. Linear abrasions, Terbentuk goresan (berbentuk garis) karena tergelincirnya gigi ke kulit atau
contusions, or striations dengan menempelkan permukaan lingual gigi pada kulit.
c. Double bite (bite within Terbentuk ketika selama kontak awal dengan gigi, kulit tergelincir dan gigi
a bite) bersentuhan lagi untuk kedua kalinya dengan kulit.
d. Pola pakaian Terbentuk jika saat menggigit, terdapat pakaian diantara gigi dan kulit
e. Peripheral ecchymosis Terbentuk ketika ada beberapa memar yang yang menyatu
● Perkiraan usia bitemark bukanlah suatu proses ilmiah maupun proses yang akurat.
● Perkiraan usia pada memar dan bitemark dapat dilihat dengan perubahan warna atau
pun dideteksi dengan beberapa teknik fotografi.
Lengkung gigi
Lidah dan
bagian mulut
lain
Episode
kontak
Adams, C., Carabott, R., & Evans, S. (2014). Forensic Odontology. Wiley Blackwell.
KOMPONEN BITE MARK:
GIGI GELIGI & MULUT
● Bite mark biasanya dihasilkan oleh lengkung rahang atas dan rahang bawah serta gigi anterior hingga
gigi P2; bekas gigitan paling sering disebabkan oleh biting edges / cusp gigi.
● LENGKUNG GIGI
○ Lengkung gigi RA biasanya lebih besar dan terdiri dari gigi anterior yang lebih besar dari RB
○ Namun jika maloklusi kelas III, dapat menunjukkan pola lengkung gigi RB lebih besar namun
karakteristik gigi tidak terpengaruh
○ Ukuran lengkung gigi → inter-canine distance
■ Rata-rata ICD pria dewasa: 34 mm (RA) dan 27 mm (RB)
■ Rata-rata ICD wanita dewasa approx. 1mm dibawah pria
○ Bentuk lengkung gigi biasanya catenary curve, namun dapat bervariasi hingga square atau
V-shaped)
Adams, C., Carabott, R., & Evans, S. (2014). Forensic Odontology. Wiley Blackwell.
In physics and geometry, a catenary (US: /ˈkætənɛri/, UK: /kəˈtiːnəri/) is the curve that an idealized hanging chain
or cable assumes under its own weight when supported only at its ends. The catenary curve has a U-like shape,
superficially similar in appearance to a parabolic arch, but it is not a parabola.
Adams, C., Carabott, R., & Evans, S. (2014). Forensic Odontology. Wiley Blackwell.
KOMPONEN BITE MARK:
GIGI GELIGI & MULUT
● GIGI: Ada banyak ciri gigi individu yang penting dalam analisis bite mark, contohnya:
○ Ada atau tidaknya gigi
○ Lokasi incisal angle mesial dan distal
○ Lokasi cusp caninus
○ Cusp premolar pertama → jarang tercatat pada bite mark
○ Posisi dan status gigi (apakah displace atau rotasi)
○ Interproximal embrasure → biasanya ada petechial hemorrhage, bisa jadi
representasi spacing antar gigi pada individu (kelihatan sbg memar di antara 2
mark gigi)
Adams, C., Carabott, R., & Evans, S. (2014). Forensic Odontology. Wiley Blackwell.
KOMPONEN BITE MARK:
GIGI GELIGI & MULUT
● LIDAH DAN BAGIAN MULUT LAIN
○ Tindakan menghisap (sucking) menghasilkan penurunan tekanan intra-oral yang dapat
menyebabkan trauma kapiler di jaringan.
○ Terjadinya sucking selama menggigit dapat menyebabkan perubahan dimensi pada
komponen lengkung gigi karena jaringan yang digigit terlihat 'tenting’ (karena terhisap
jadi seperti tenda).
○ Adanya zona memar berbentuk ovoid di tengah bekas gigitan merupakan indikasi
aktivitas mengisap
○ Sucking dapat disertai dengan tongue thrusting → ‘suckling’
Adams, C., Carabott, R., & Evans, S. (2014). Forensic Odontology. Wiley Blackwell.
MORFOLOGI BITE MARK
Kemp et al 2006
KOMPONEN BITE MARK:
KULIT
● USIA
○ Bayi dan anak anak → kulitnya gampang memar tapi sulit terlihat karena banyak
lemak subkutan
○ Namun karakteristik uniknya, di anak-anak lesi inisialnya bisa hilang lalu
terlihat beberapa bulan setelah injury
○ Remaja dan dewasa → tidak gampang memar
○ Usia lanjut → epidermis menipis sehingga gampang memar. Kolagen dan
support pembuluh darah juga berkurang sehingga memar tampak ekstensif
Adams, C., Carabott, R., & Evans, S. (2014). Forensic Odontology. Wiley Blackwell.
KOMPONEN BITE MARK:
EPISODE OF CONTACT
● Aksi menggigit terdiri atas beberapa faktor komponen: kekuatan, tekanan, waktu,
hubungan mandibula dan maksila, pergerakan penyerang dan korban, sifat gigitan dan
status mental korban dan penyerang.
● Pergerakan korban/pelaku → bisa statis hingga bergerak
○ Kalau bite mark clearly defined → tampak dilakukan secara perlahan dan sengaja
dengan sedikit gerakan
○ Kalau bite mark poorly defined → sebagai akibat dari gerakan ekstrim selama
serangan dan/atau defense
● Status mental korban
○ Conscious → respon fight or flight
○ Unconscious or dead → tidak ada respon, akibatnya cedera yang lebih luas mungkin
terjadi.
Adams, C., Carabott, R., & Evans, S. (2014). Forensic Odontology. Wiley Blackwell.
Senn, D., & Weems, R. (2013). Manual of Forensic Odontology (5th ed.). CRC Press.
Klasifikasi Bite Mark Pretty (2007)
2. Bitemark seringkali dianggap sebagai alternatif dari identifikasi sidik jari dan DNA pada
pemeriksaan forensik.
3. Meskipun memiliki spesifisitas dan durabilitas yang tidak sebaik sidik jari dan DNA,
bitemark memiliki kelebihan, yaitu analisis bite mark dalam kasus kekerasan
b. Sidik jari dan DNA hampir tidak bernilai karena memang kemungkinan besar
keduanya akan ditemukan
TANGGUNG JAWAB AHLI ODONTOLOGI
FORENSIK DALAM KASUS BITE MARK
1. Pengumpulan bukti yang terkait dengan bekas gigitan sangat penting dan
mendasar untuk menyelidiki cedera.
2. Penyembuhan bekas gigitan terjadi pada korban yang masih hidup dan
degradasi terjadi pada korban yang sudah meninggal; Karenanya, penting
untuk menganalisis dan mendokumentasikan pola cedera dari waktu ke
waktu, yaitu, tindak lanjut (Wright dan Dailey 2001).
Roetzscher K. Forensic and legal dentistry. [Place of publication not identified]: Springer International Pu; 2016.
Comparison of Traces
1. Odontoscopy
1. Ujung tombak dan cusp model plester diwarnai dan cetakan dibuat pada kertas cetak tembaga
dan kemudian dipindahkan pada film transparan. Cetakan pada kertas transparan ini dapat
dibandingkan 1:1 dengan foto aslinya
2. Melchior (1929)
a. Menjelaskan cara mengamankan bekas gigitan dengan menggunakan bahan cor yang
ditumbuk halus yang didistribusikan dengan saringan halus di seluruh luka gigitan.
b. Setelah terkumpul dalam jumlah yang cukup, luka ditutup dengan kain basah, sampai
muncul air jernih pada kain.
c. Karena cetakan gigitannya negatif, maka cetakannya adalah replika (positif) dari gigi yang
menyebabkan gigitan
Roetzscher K. Forensic and legal dentistry. [Place of publication not identified]: Springer International Pu; 2016.
Comparison of Traces
1. Odontoscopy
1. Menurut Buhtz dan Erhard (1938), metode ini tidak terlalu dapat diandalkan karena:
1. Penyusutan jaringan yang dibedah
2. Mengabaikan bentuk bagian tubuh yang digigit
3. Pengabaian mekanisme gigitan (distorsi jaringan pada gigitan)
4. Teknologi perekaman yang tidak tepat
5. Perbandingan model rahang dengan kesan terdistorsi dari tersangka atau fotogram gigitannya
1. Penting untuk memastikan apakah tanda tersebut disebabkan oleh gigi depan dan/atau samping.
Film transparan dengan sketsa sederhana dari gambar atau model gigi juga bisa sangat membantu
dalam menunjukkan detail yang cocok di pengadilan (Rötzscher 1972 ).
2. Foto harus diberi label untuk menghindari kebingungan samping (R = kanan; L = kiri)
3. Paraff n wax dapat diletakkan di atas lintasan. Metode ini mungkin lebih objektif daripada penerapan
film transparan. Mikroskop komparatif lebih jarang digunakan, kecuali dalam kasus di mana tanda
gerinda pada tepi tajam terlihat jelas dan harus dibandingkan dengan tanda uji (Solheim 1980).
Roetzscher K. Forensic and legal dentistry. [Place of publication not identified]: Springer International Pu; 2016.
Comparison of Traces
2. The Stereometric Drawing
1. Tingkat dengan bantuan garis dalam
gambar rencana stereometrik
(stereometric graphic plotting), teknik yang
mirip dengan gambar peta.
2. Frykholm dkk. (1970) memasukkan gigi
taring dan premolar dalam analisis mereka
(Bang 1976).
3. Jarak antara gigi dan sudut satu sama lain
digunakan sebagai kriteria identitas (Gbr.
23.14 dan 23.15).
4. Metode ini membutuhkan peralatan yang
rumit, yang tersedia untuk PC.
Roetzscher K. Forensic and legal dentistry. [Place of publication not identified]: Springer International Pu; 2016.
Comparison of Traces
3. Scanning Electron Microscopy (SEM)
1. Scanning electron microscopy (SEM) menghasilkan gambar permukaan yang detail dan
cocok untuk analisis dan perbandingan tanda gigi pada kulit (Bang 1976) dan pada makanan
(Solheim dan Leidal 1976).
Roetzscher K. Forensic and legal dentistry. [Place of publication not identified]: Springer International Pu; 2016.
Comparison of Traces
4. Computer-Assisted Image Analysis
1. Analisis citra dengan komputer tersedia dan citra dapat dengan mudah dibandingkan (Wood
et al. 1994); Manipulasi juga dimungkinkan (Aboshi et al. 1994).
2. Pemindai laser tiga dimensi superimposisi dapat mendigitalkan permukaan kunyah individu
dan juga model plester, dan hasilnya dapat diukur pada komputer (Mehl et al. 1996, 1997).
3. Perubahan pada permukaan oklusal (seperti pengamplasan dan abrasi) dapat dianalisis
secara statistik (Mehl et al. 1997). Dengan metode ini juga dapat diketahui kontak mana yang
terjadi pada setiap fase pergerakan posisi
4. Setiap jenis bidang penampang dapat dibangun, dengan demikian, relief cusp-fissure pada
oklusi fungsional dapat dianalisis lapis demi lapis (Mehl et al. 1997).
5. Gambar penampang dan titik kontak dapat dibuat secara bersamaan di jendela yang
berbeda. Dengan bantuan 'realitas virtual,' perspektif baru untuk analisis bekas gigitan
tersedia.
6. Namun demikian, penggunaan komputer yang tidak kritis dapat merusak kepercayaan diri
dalam analisis tanda gigi.
Roetzscher K. Forensic and legal dentistry. [Place of publication not identified]: Springer International Pu; 2016.
Comparison of Traces
4. Computer-Assisted Image Analysis
1. Jika ditemukan kejanggalan yang tidak dapat dijelaskan, tersangka dapat dikeluarkan. Ini
adalah kesimpulan yang aman dan dapat menjadi sangat penting bagi polisi. Jika kecocokan
ditemukan, seberapa besar kemungkinan tersangka tertentu menyebabkan tanda ini harus
dinilai. Ini adalah tugas yang sangat sulit, dan kepercayaan 100% pada hasil tidak mungkin.
Jarang sekali tandanya begitu jelas sehingga semua detail dapat diuraikan.
2. Hanya sedikit penelitian yang memberikan rincian yang berguna untuk frekuensi
perbandingan tanda gigi (MacFarlane et al. 1974; Hennis et al. 1981c). Namun, untuk sebagian
besar detail, tidak ada data seperti itu. Pengalaman dari odontologist forensik diminta. Untuk
evaluasi tanda, kovariat timbal balik untuk semua detail harus diperhitungkan. Misalnya,
jika gigi berada pada posisi yang tidak biasa, kemungkinan besar gigi kontralateral memiliki
posisi yang sama. Sayangnya, hanya ada sedikit data ilmiah untuk kovariat ini
Roetzscher K. Forensic and legal dentistry. [Place of publication not identified]: Springer International Pu; 2016.
3. Contoh kasus forensik meliputi bitemark
Contoh bite mark pada korban
1. 1991, John Kunco didakwa atas kasus pemerkosaan terhadap perempuan berusia 55 tahun.
2. John kunco memiliki alibi bahwa ia berada dirumah nya bersama pacarnya
3. Dokter gigi forensik menambahkan bukti adanya bekas gigitan di tubuh korban menggunakan ultraviolet yang
membantu mendeteksi tanda yang ditinggalkan oleh pelaku pada tubuh korban.
4. Dari bukti ini, dilihat bahwa gigitan berasal dari gigi John Kunco.
5. Berdasakran bukti ini dan bukti tambahan korban yang mengenali suara John Kunco sebagai pelaku, John
Kunco didakwa bersalah.
https://innocenceproject.org/bite-mark-experts-recant-in-kunco-rape-case/
Pada makanan
Pada tahun 195, Doyle didakwa untuk kasus pencurian di rumah.
Setelah menangkap doyle, petugas kepolisian menyuruh DOyle untuk mengigit keju
dan dilakukan oleh Doyle.
Dari hasil pemeriksaan ditemukan bahwa kedua gigitan dibuato leh orang yang sama
dan ini dijadikan testimoni dalam prosedur hukum.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5570687/
One of the most notable exonerations involving bite mark evidence is the Ray Krone case. In 1992, Krone
was wrongfully convicted of murder and sentenced to death. There was no physical evidence linking Krone
to the crime except for a unique bite mark found on the victim’s body. At trial, a bite mark expert testified
that Krone’s teeth matched the bite mark on the victim. Upon further investigation, several experts told
Krone’s attorneys that the trial testimony was unreliable and the analysis was done incorrectly. Eventually,
DNA evidence proved Krone’s innocence and he was released from prison in 2002.
Bite mark evidence led to the conviction of California Innocence Project client William (“Bill”) Richards. At
his trial in 1997, a forensic odontologist analyzed Bill’s teeth and a bite mark found on his wife’s body. The
expert testified that only one to two percent of the population could have left the bite mark, and he could
not exclude Bill as having given the bite mark. This led to Bill’s conviction. Years later, in 2007,he same
expert recanted his original testimony. Using current science as support, the expert explained that Bill could
not have left the bite mark. Bill was exonerated, but the District Attorney appealed, and the California Court
of Appeal reversed Richards’ exoneration. The state’s Supreme Court then upheld the reversal on the
grounds that, at the time, experts could not recant their original testimony. Two years later, in 2015, the
California Innocence Project pushed for a new law allowing experts to recant their testimony. After the law
was passed, in 2016, the California Supreme Court found that the bad bite mark science presented at Bill’s
original trial was central to his conviction, and they reversed it.
https://californiainnocenceproject.org/issues-we-face/bite-mark-e
vidence/
Kasus-kasus bitemark
1. Bite mark yang terlihat muncul dengan perlahan dan esdikit pergerakkan: bagian dari
perilaku seksual
2. Bite mark yang tidak terdefinisikan dengan jelas karena pergerakkan: pergerakkan
ekstrim saat melindungi diri atau menyerang
Forensic odontology
4. Apa yang dimaksud dengan trauma pada
bidang odontologi forensik?
MENURUT ADSERIAS-GARRIGA J. “A REVIEW OF FORENSIC
ANALYSIS OF DENTAL AND MAXILLOFACIAL SKELETAL TRAUMA.”
FORENSIC SCI INT. 2019
● Analisis trauma gigi dan maksilofasial dalam konteks forensik, dilakukan terhadap orang yang
masih hidup dan yang sudah meninggal.
● Ini diperlukan dalam semua kasus di mana dicurigai adanya kekerasan/pelecehan dan dimana
tanda-tanda trauma tulang terdeteksi pada sisa-sisa manusia.
● Trauma rangka mengacu pada kerusakan yang terjadi pada tulang, gigi dan jaringan keras
lainnya.
● Analisis akurat dari trauma gigi dan maksilofasial dicapai dengan penilaian sisa-sisa oleh ahli
patologi forensik, antropolog dan odontologi.
Adams, Catherine. 2014. Forensic Odontology: An Essential Guide. West Sussex: Wiley Blackwell
MENURUT RATHOD V, DESAI V, PUNDIR S, DIXIT S, CHANDRAKER R.
“ROLE OF FORENSIC DENTISTRY FOR DENTAL PRACTITIONERS: A
COMPREHENSIVE STUDY.” J FORENSIC DENT SCI. 2017
Ahli odontologi forensik membantu otoritas hukum dengan memeriksa bukti dental dalam
berbagai situasi yang berbeda. Ada tiga bidang utama dalam odontologi forensik yaitu:
1. Pemeriksaan dan evaluasi cedera/trauma pada gigi, rahang, dan jaringan mulut yang
diakibatkan oleh berbagai macam penyebab seperti pelecehan, penyerangan, bencana
massal, dan cedera terkait kejahatan.
3. Pemeriksaan sisa-sisa gigi (baik sebagian atau seluruhnya dan termasuk semua jenis
restorasi gigi) dari orang atau tubuh yang tidak dikenal dengan tujuan untuk identifikasi.
Adams, Catherine. 2014. Forensic Odontology: An Essential Guide. West Sussex: Wiley Blackwell
MENURUT VERMA AK, KUMAR S, RATHORE S, PANDEY A.
“ROLE OF DENTAL EXPERT IN FORENSIC ODONTOLOGY.”
NATL J MAXILLOFAC SURG. 2014
● Dokter gigi forensik memiliki peran penting dalam identifikasi manusia, analisis
bitemark, trauma maksilofasial dan malpraktik.
● Identifikasi dental memiliki peran utama dalam identifikasi korban ketika adanya
perubahan post-mortem, cedera jaringan traumatis, atau kurangnya catatan sidik
jari membuat penggunaan metode visual atau sidik jari tidak valid.
MENURUT SHKRUM, MICHAEL & RAMSAY, DAVID. “FORENSIC
PATHOLOGY OF TRAUMA: COMMON PROBLEMS FOR THE
PATHOLOGIST.” 2007
● Peran ahli patologi forensik adalah melakukan penyelidikan kasus kematian
yang mencurigakan, banyak di antaranya disebabkan oleh trauma.
● Dalam ilmu kedokteran forensik, luka adalah hasil dari kekerasan fisik, yang merusak kontinuitas
jaringan tubuh.
● Trauma dijelaskan sebagai luka pada tubuh yang disebabkan oleh kekerasan fisik, mekanik atau
kimiawi, yang dapat menyebabkan luka atau kemungkinan komplikasi.
● Secara medis, kekerasan mengacu kepada perilaku yang mengakibatkan cedera atau cedera itu
sendiri.
● Mekanisme cedera mengacu pada berbagai kekuatan yang umumnya terkait dengan trauma (misalnya
proyektil, kekerasan tajam, kekerasan tumpul, trauma termal serta trauma multipel).
Dalam ilmu kedokteran forensik dikenal trauma tumpul dan trauma tajam.
○ Trauma tumpul ialah suatu trauma paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan tubuh oleh
benda-benda tumpul. Hal ini disebabkan oleh benda-benda yang mempunyai permukaan tumpul, seperti
batu, kayu, martil, terkena bola, dan lain-lain.
○ Sedangkan trauma tajam ialah suatu trauma paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan tubuh
oleh benda-benda tajam. Trauma tajam dikenal dalam tiga bentuk pula yaitu luka iris atau luka sayat
(vulmus scissum), luka tusuk (vulmus punctum) atau luka bacok (vulmus caesum).
● Trauma adalah luka atau jejas baik fisik maupun psikis yang disebabkan oleh tindakan fisik dengan
terputusnya kontinuitas normal suatu struktur.
● Trauma dengan kata lain disebut injuri atau wound, yang dapat diartikan sebagai kerusakan atau luka
karena kontak yang keras dengan sesuatu benda.
● Trauma dental merupakan injuri pada mulut, meliputi gigi, bibir, gusi, lidah, dan tulang rahang. Dental
trauma yang paling umum adalah gigi yang rusak atau gigi yang hilang.
● Dalam pemeriksaan terhadap pasien atau korban kekerasan, jenis luka yang ditemui, jenis kekerasan/senjata
yang menyebabkan luka, dan kualifikasi dari luka harus dapat diidentifikasi
Adams, Catherine. 2014. Forensic Odontology: An Essential Guide. West Sussex: Wiley Blackwell
5. Tanda-tanda kekerasan dan bagaimana
mendeteksi kekerasan pada anak terkait bidang
odontologi forensik
Child Maltreatment
Penganiayaan anak didefinisikan sebagai segala bentuk perlakuan buruk fisik dan/atau emosional,
pelecehan seksual, pengabaian atau perlakuan lalai, atau eksploitasi komersial atau lainnya, yang
mengakibatkan kerugian aktual atau potensial terhadap kelangsungan hidup, perkembangan, atau
martabat kesehatan anak, yang terjadi dalam konteks hubungan tanggung jawab, kepercayaan, atau
kekuasaan.
1. Kekerasan fisik
4. Pengabaian (Neglect)
a. Anak-anak yang dilecehkan dapat bertindak agresif dengan menunjukkan kemarahan yang tidak
wajar dan kehilangan kendali, atau mereka mungkin cemberut, pendiam, atau menarik diri.
Abuse atau neglect harus dipertimbangkan ketika riwayat 6. Orang tua menolak untuk menyetujui studi diagnostik
mengungkapkan hal-hal berikut: untuk anak tersebut.
1. Anak memiliki riwayat cedera multipel. 7. Orang tua atau anggota keluarga membawa anak dari
kantor ke kantor atau dari satu ruang gawat darurat rumah
2. Keluarga memberikan penjelasan yang tidak sesuai sakit ke ruang gawat darurat lainnya, untuk menghindari
dengan sifat cedera (yaitu, jika cedera gigi akibat jatuh, kemungkinan dikenali.
biasanya juga akan menemukan lutut, tangan, atau siku
yang memar atau tergores). 8. Orang tua tetap menunjukkan gejala yang tidak
berhubungan dengan kondisi anak yang jelas.
3. Ada keterlambatan dalam mencari perawatan untuk
cedera.
2. Karakteristik khusus dari bekas gigitan: bentuk oval atau lingkaran atau
perdarahan, yang menunjukkan tanda “menghisap”/”suck” atau
“mendorong”/”thrust” (Gbr. 19.4).
3. Telah dilaporkan bahwa tanda dapat terjadi di mana saja pada tubuh anak;
a. Site paling umum: pipi, punggung, samping, lengan, bokong, dan alat
kelamin (Stechey 1991).
5. Cedera ganda, cedera dalam berbagai tahap penyembuhan, cedera yang tidak
sesuai dengan tahap perkembangan anak, atau riwayat yang tidak sesuai
harus menimbulkan kecurigaan pelecehan.
1. Meliputi: membelai alat kelamin anak, membuat anak membelai alat kelamin orang dewasa,
pelecehan seksual (hubungan seksual, inses, pemerkosaan, sodomi), eksibisionisme, dan pornografi.
2. Tindakan dapat dilakukan oleh orang yang bertanggung jawab atas pengasuhan anak atau terkait
dengan anak tersebut (misalnya, pengasuh anak, orang tua, tetangga, kerabat, anggota keluarga
besar, teman sebaya, anak yang lebih tua, teman, orang asing, atau penyedia penitipan anak).
3. Anak-anak tidak dapat "menyetujui" secara hukum untuk kontak atau aktivitas seksual dalam
situasi apa pun.
1. Pengabaian fisik memerlukan penolakan makanan, pakaian, perawatan medis yang tepat, atau pengawasan.
2. Pengabaian pendidikan termasuk kegagalan untuk menyediakan sekolah yang sesuai atau kebutuhan
pendidikan khusus.
Sindrom kegagalan untuk berkembang (di bawah persentil ketiga) untuk tinggi dan berat badan harus memiliki
penyebab organik yang dikesampingkan. Bahkan setelah masa bayi, bukti keterbelakangan ekstrim, berat badan
rendah, atau tinggi badan semua harus dipertimbangkan
Ini termasuk karies yang tidak diobati dan merajalela; nyeri yang tidak diobati, infeksi, perdarahan atau trauma
1. Karies, penyakit periodontal, dan kondisi rongga mulut lainnya, jika tidak diobati, dapat menyebabkan nyeri, infeksi,
dan hilangnya fungsi rongga mulut yang dapat mempengaruhi komunikasi, nutrisi, aktivitas belajar, dan aktivitas
anak lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal (Kellog 2005).
2. Kegagalan mendapatkan perawatan gigi yang baik dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti isolasi keluarga,
status keuangan yang buruk, pengabaian orang tua, dan kurangnya penghargaan orang tua terhadap nilai kesehatan
gigi dan mulut.
Titik di mana orang tua dianggap lalai dan memulai intervensi terjadi setelah orang tua diberi tahu dengan benar oleh
profesional perawatan kesehatan tentang sifat dan tingkat kondisi anak, perawatan khusus yang diperlukan, dan mekanisme
untuk mengakses perawatan itu.
Senn. Manual of Forensic Odontology. 5th ed.
Evidence Based Forensic Dentistry
6. Contoh kasus trauma akibat kekerasan yang terkait
bidang odontologi forensik
Kasus Pembunuhan Megan Kanka tahun
1994
Megan Kanka merupakan seorang anak perempuan berusia 7 tahun yang menghilang
pada tanggal 29 Juli. Megan terakhir terakhir terlihat mengendarai sepedanya di luar
rumahnya di West Windsor Township, New Jersey, pada 29 Juli sore hari. Orang tuanya
menemukan sepedanya di halaman depan dan segera mulai mencarinya.
Keesokan harinya, tubuhnya ditemukan tak bernyawa di Mercer County Park. Setelah
diselidiki oleh aparat setempat, ternyata, Megan Kanka telah diperkosa dan dibunuh
oleh Jesse K. Timmendequas (orang yang tinggal di seberang jalan rumah Megan
Kanka) yang sebelumnya sudah pernah ditangkap karena kasus penyerangan seksual.
Dalam kasus pembunuhan Megan Kanka, terdapat beberapa bukti penting. Bukti paling
penting adalah ditemukannya bekas gigitan di tubuh Timmendequas. Bekas gigitan
tersebut ditinggalkan oleh Megan ketika dia mencoba untuk melawan Timmendequas.
Setelah dibandingkan dengan susunan gigi Timmendequas, bekas gigitannya pada
tubuhnya memiliki kecocokan yang membuat Jesse Timmendequas dijatuhi
hukuman mati oleh pengadilan.
Penangkapan Thomas Maupin (Pelaku Kekerasan Seksual)
melalui Gigi Tiruan
Thomas Maupin adalah seorang buronan yang lolos dari hukum dalam waktu yang lama karena kelalaian
polisi. Thomas Maupin merupakan pelaku yang bertanggung jawab atas penusukan dan pemerkosaan
seorang wanita di North Memphis, Amerika Serikat. Dia memaksa dan menyudutkan korban ke sebuah gang,
setelah itu dia menyerangnya dengan benda logam. Wanita itu ditikam namun ternyata berhasil selamat.
Dia melaporkan hal tersebut ke polisi dan membawanya ke TKP, dan bukti dikumpulkan, tetapi tidak
membuahkan hasil. Salah satu barang bukti di lokasi kejadian adalah gigi palsu. Namun, karena
kurangnya ketelitian dalam pemeriksaan, tidak ada yang peduli untuk memeriksa gigi palsu tersebut.
Sepuluh tahun setelah kejahatan terjadi dan tidak ada petunjuk yang akurat, penyelidik memutuskan untuk
melihat kembali bukti yang dikumpulkan. Gigi palsu pelaku diperiksa, dan ternyata ketika dilihat, ada nama
pelaku yang tertulis di gigi tersebut. Thomas Maupin berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman 12 tahun
penjara.
Kasus Pembunuhan Berantai Ted Mundy
Kasus Ted Bundy merupakan salah satu kasus pembunuhan berantai yang memanfaatkan
bukti berupa bekas gigitan (bitemark) yang paling terkenal. Ted Bundy adalah seorang
pembunuh berdarah dingin yang memperkosa dan membunuh lebih dari 30 orang. Dia
sangat pandai tidak meninggalkan bukti apa pun dan telah menghindari pelacakan polisi
untuk waktu yang lama. Bahkan setelah dia ditangkap, pengadilan terhadapnya sangat sulit
untuk dibuat dan diputuskan karena tidak banyak bukti kuat untuk menghukumnya.
Salah satu bukti penting yang kuat untuk menjatuhkan hukuman padanya, yaitu bekas
gigitan yang ditemukan pada salah satu korban Ted Bundy. Ted Bundy bertanggung
jawab atas pembunuhan dua wanita muda yang merupakan mahasiswi di Florida State
University. Dia menggigit salah satu korban di pantatnya, dan meninggalkan bekas gigitan.
Polisi menggunakan bekas gigitan tersebut, meminta pemeriksaan dengan gigi asli Ted
Bundy, dan secara positif mengidentifikasi Bundy sebagai pembunuhnya.
TERIMA KASIH