Anda di halaman 1dari 30

FORENSIK

KEDOKTERAN GIGI
Eszy Celina Asmi
1606826962
Kelas Forensik B
1.
DETERMINASI RAS BERDASARKAN TULANG
OROKRANIOFASIAL DAN GIGI
Determinasi Ras
Dahulu, ras di dunia terbagi menjadi 3 ras besar yaitu :
- Caucasoid
- Mongoloid
- Negroid
Namun seiring berjalannya waktu, banyak terjadinya kawin campur sehingga muncul ras khusus dan
ras Australoid yaitu ras amborogin dan ras-rasa kecil di kepulauan spesifik.
Berikutpenyebab terjadinya ciri-ciri ras yang berbeda menurut Hoebel :
1. Komponen masyarakat sekitar atau setempat
2. Komponen perkawinan (pernikahan atau garis keturunan)
3. Komponen genetic
4. Komponen ciri-ciri fisik, gigi, dan mulut
Referensi : Lukman, Djohansyah. 2006 Ilmu Kedokteran Gigi Forensik. Jilid 2.
Seorang antropologis atau Hal tersebut contohnya bisa
odontologis dapat dilihat dari bentuk rahang atas,
memberikan indikasi atau ras Asia memiliki bentuk
petunjuk terbaik untuk dapat seperti tapal kuda dan pada
mengetahui ras atau etnis ras Caucasians berbentuk
dari individu yang identifikasi seperti huruf U

Referensi : Adams, Catherine. Carabott, Romina. Evans, Sam. 2014. Forensic odontology An Essential Guide
Selain berdasarkan rahang, penetuan ras seseorang juga dapat dilihat dari giginya.

Variasi morfometrik gigi telah digambarkan lebih dari 100 tahun dan banyak sistem yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi variasi dan mengukur tingkat variasinya.

Sistem yang paling sering digunakan dan sebagai standar adalah Arizona State University Dental
Anthropology System

Referensi : Adams, Catherine. Carabott, Romina. Evans, Sam. 2014. Forensic odontology An Essential Guide
Contoh
◦ Shovelling pada gigi I rahang atas lebih sering ditemukan pada
ras Asia dan Native/suku asli Amerika
Variasi-variasi tersebut muncul secara berbeda
◦ Ekstensi enamel pada permukaan fasial molar pada ras Asia
pada populasi yang berbeda dan sedikit yang
◦ Carabelli paling sering ditemukan pada ras Eropa muncul hanya pada 1 populasi

◦ Mesial ridge pada kaninus yang promnen ditemukan pada ras Profil gigi bisa memberikan petunjuk
Bushman Afrika mengenai keturunan etnis, namun tidak

◦ Uto_Aztecab premolar, dimana cusp bukal pada premolar 1 dianggap sebagai pengelompokkan yang pasti.

rahang atas menonjol keluar ke bukal. Ciri ini hanya terlihat


pada suku asli amerika dengan frekuensi tertinggi di Arizona

Referensi : Adams, Catherine. Carabott, Romina. Evans, Sam. 2014. Forensic odontology An Essential Guide
2.
METODE IDENTIFIKASI RAS MELALUI TENGKORAK
DAN GIGI
Tengkorak merupakan
Kasus yang paling sulit
struktur tunggal paling
diidentifikasi yang
akurat yang digunakna untuk
melibatkan pencampuran
identifikasi ras leluhur.
ras :
Gigi geligi yang masih tersisa
Negro + Meksiko
dapat berguna sebagai
(negroindio), Amerindian +
informasi tambahan dalam
Perancis, Eropa + Negro, dll
proses identifikasi

Referensi:
Evidence Based Forensic Dentistry Forensic Dentistry 2nd Edition
Seperti pada identifikasi jenis kelamin, karakteristik dibentuk oleh
seleksi alam.

Sebagian besar perberdaan kerangka diamati secara konsisten antara


populasi manusia seperti tinggi badan, proporsi tungkai, karakteristik
wajah, dan sejenisnya. Merupakan ahsil dar adaptasi iklim terhadap
lingkungan tempat populasi tersebit berevolusi.

Referensi:
Evidence Based Forensic Dentistry Forensic Dentistry 2nd Edition
Identifikasi Ras
Dapat dilakukan dengan :

- Memeriksa skeletal wajah, membandingkan dengan karakteristik 3 ras utama (Blumen-fled 2000)

Dalam identifikasi jenazah, estimasi tinggi badan dilakukan dalam identifikasi awal (Chibaand
Terazawa 1998)

Metode identifikasi dapat berupa nonmetric dan metrik

Dalam praktiknya saat ini, sebagian besar antropolog telah meninggalkan istilah ras dan
menggantinya dengan istilah biotipe, populasi, atau keturunan. Istilah ini menunjukkan hubungan
genetik seseorang dengan kelompok tertentu.
Referensi:
Evidence Based Forensic Dentistry Forensic Dentistry 2nd Edition
Metode
 Metode Metrik

Melihat ciri-ciri individu berdasarkan gen pada area geografi yang terbatas

 Metode Non-metrik

Membandingkan pengukuran bagian tertentu dari sisa-sisa jenazah dengan rata-rata dan range pengukuran
bagian yang sama pada populasi tertentu

Ex : Kaki dan lengan yang postur tinggi, kepala yang panjang biasanya merupakan tipe populasi yang ada
di daerah ekuator, sedangkan populasi Aasia Tenggara yang harus beradaptasi dengan iklim panas
memiliki tulang yang lebih pendek, tengkorak yang lebih bulat, dan profil wajah yang lebih datar.

Referensi:
Evidence Based Forensic Dentistry Forensic Dentistry 2nd Edition
Rai dan Kaur (2011) mengusulkan formula regresi penentuan tinggi badan dari
pengukuran gigi dan tengkorak, yang meliputi:
❏ Lebar mahkota mesiodistal dari gigi anterior rahang atas

❏ Lingkar kepala fronto-oksipital

❏ Tinggi tengkorak dan diameter tengkorak

Referensi:
Evidence Based Forensic Dentistry Forensic Dentistry 2nd Edition
3.
DETERMINASI JENIS KELAMIN BERDASARKAN
TULANG OROKRANIOFASIAL & GIGI
Identifikasi jenis kelamin melalui gigi geligi
menurut Cotton (1982)
Gigi geligi Wanita Laki-laki
Outline bentuk gigi Relatif lebih kecil Relatif lebih besar
Lapisan email dan dentin Relatif lebih tipis Relatif lebih tebal
Bentuk lekung gigi Cenderung oval Tapered
Ukuran cervico incisal mesio distal Lebih kecil Lebih besar
caninus bawah
Outline incisive pertama atas Lebih bulat Lebih persegi
Lengkung gigi Relatif lebih kecil Relatif lebih besar

Referensi : Evidence Based Forensic Dentistry pg. 74


Ilmu Kedokteran Gigi Forensik Jilid 2 pg. 15 -21
1. Lengkung rahang atas

◦ Pada pria  lengkung rahang lebih besar, karena jarak


Identifikasi jenis mesio distal gigi geliginya lebih panjang, palatumnya
kelamin melalui lebih luas dan seperti berbentuk huruf U

tulang rahang ◦ Pada wanita  lengkung rahang lebih kecil,

(Cameron & Sims palatumnya lebih kecil dan berbentuk parabol

1974) 2. Lengkung rahang bawah

◦ Pada pria  lebih besar

◦ Pada wanita  lebih kecil

Referensi : Evidence Based Forensic Dentistry pg. 74


Ilmu Kedokteran Gigi Forensik Jilid 2 pg. 15 -21
3. Tulang rahang
a) Sudut gonion
◦ Sudut gonion pria lebih kecil
dibanding sudut gonion wanita
b) Tinggi ramus ascedens
◦ Ramus ascendens pria lebih tinggi
dan lebih besar dibanding wanita
c) Inter Processus
◦ Jarak processus condyloideus
dengan processus coronoideus pada
pria lebih jauh dibandingkan dengan
wanita

Referensi : Evidence Based Forensic Dentistry pg. 74


Ilmu Kedokteran Gigi Forensik Jilid 2 pg. 15 -21
d. Lebar ramus ascendens

◦ Pria memiliki jarak yang lebih lebar dibandingkan wanita

e. Tulang menton

◦ Tulang dagu pria lebih ke anterior dan lebih besar

f. Pars basalis mandibula

◦ Pars basalis mandibula lebih Panjang dibandingkan


dengan wanita

Referensi : Evidence Based Forensic Dentistry pg. 74


Ilmu Kedokteran Gigi Forensik Jilid 2 pg. 15 -21
g. Proc. Coroinedeus

◦ Tinggi pric corroinedeus pada pria lebih tinggi


dibandingkan dengan wanita

h. Tebal tulang menton

◦ Tulang menton pria dalam ukuran pabio lebih


tebal dibandingkan dengan wanita

i. Lebar dan tebal proc. Coroinedeus

◦ Diametern proc. Lebih besar dibandingkan


dengan wanita, karena ukuran anterior
posterior dan laterio medio lebih besar pria
Referensi : Evidence Based Forensic Dentistry pg. 74
Ilmu Kedokteran Gigi Forensik Jilid 2 pg. 15 -21
Tulang Facial dan Tulang Pria Wanita
Tengkorak
Ukuran kesuluruhan Besar Kecil
Supra orbital ridge Agak rata Menonjol
Proc. Mostoideus Sedang ke besar Kecil ke sedang
Eminentia frontalis Kecil Besar
Tulang orbita Segiempat dengan tepi bulat Bundar dengan tepi tajam
Regio dan foramen occipitalis Kasar dan sedikit besar Lebih halus dan kecil
Eminentia parietalis Kecil Besar
Tulang ubun-ubun Landai sedikit bulat Bentuk vertical
Tulang pipi Tebal, lengkung ke lateral Halus cekung

Identifikasi jenis kelamin melalui antropologi


ragawi menurut Schwartz (1980)
Referensi : Evidence Based Forensic Dentistry pg. 74
Ilmu Kedokteran Gigi Forensik Jilid 2 pg. 15 -21
Identifikasi jenis kelamin dengan morfologi
tulang kraniofasial dan dimensinya menurut
Krogman & Iscan (1986)

Referensi : Evidence Based Forensic Dentistry pg. 74


Ilmu Kedokteran Gigi Forensik Jilid 2 pg. 15 -21
4.
METODE IDENTIFIKASI JENIS KELAMIN
MELALUI TENGKORAK DAN GIGI
Sex Determination using Canine Dimorphism
Studi oleh Anderson dan Thompson (1973)
Lebar kaninus mandibula dan jarak intercanine lebih besar pada laki-laki dibandingkan perempuan (74,3 %
menujukan kebenaran dalam mengklasifikasi berdasarkan jenis kelamin)
Selain itu, sexual dimorphis, dengan mengukur lebar mesiodistal gigi C berbeda pada setiap kelompok ras.
Garn et al. 1973
C mandibula menunjukan hasil sexual dimorphism yang lebih besar dibandigkan C maksila
Rao et al 1988
Lebar mesiodistal C mandibula lebih besar pada laki-laki dibandingkan perempuan
Rai et al 2006
Lebar mesiodistal dan buccolingual C mandibula secara signifikan lebih besar pada laki-laki dibandingkan
perempuan
Referensi : Evidence Based Forensic Dentistry pg. 75-78
1. Dental Index
Berkaitan dengan ukuran gigi, prporsi gigi telah disarankan untuk membedakan antar laki-laki
dan perempuan.
Aitchison menunjukan rumus Incisor index (Ii) :
Ii = [MDI 2 / MDI 1] x 100
Ket :
MDI 2 : diameter maksimal mediodistal I2 maksila
MDI 1 : diameter maksimal mesiodistal I1
Indeks lain oleh Raoe et al (1988) Mandibular canine index
[(Mean m-d canine dimension + (Mean m-d canine dimension in female + S.D.) in males –
S.d)] / 2
Nilai yang diperoleh dengan menggunakan rumus ini yaitu, 7,1 mm (dimensi mesiodistal
maksimum yang mungkin dari kaninus mandibula pada wanita) Dimensi yang sama lebih besar
pada pria. Tingkat keberhasilan menentukan jenis kelamin menggunakan rumus di atas
mendekati 89%.

Referensi : Evidence Based Forensic Dentistry pg. 75-78


2. Odontometric
Difference
Perbedaan odontometri antara laki-laki dan
perempuan umunya dijelaskan sebagai hasil dari
ekspresi genetic yang besar pada laki –laki (tabel
5.3 dan 5.4)
Setiap gigi diukur dengan 4 dimensi yang berbeda
(Buccolingual, Mesiodistal, Distobuccal-
Mesiolingual, dan Distolingual-Mesiobuccal).

Referensi : Evidence Based Forensic Dentistry pg. 75-78


Sex Determination using Barr Bodies
◦ Ada atau tidaknya kromosom X dapat diteliti dari buccal smear, biopsy pada kulit, darah, tulang kartilago, akar
rambut, dan pulpa gigi.
◦ Setelah meninggal, jaringan tersebut dapat bertahan pada kelembaban dan suhu di mana jaringan tetap ada.
◦ X-chromatin dan struktur intranuclear juga dikenal sebagai Barr body.
◦ Barr body ini terlihat sebagai masa yang selalu ada pada membrane nuklea perempuan  terlihat pada lebih
dari 4 minggu setelah kematian, kita dapat menentukan jenis kelamin secara akurat dari penelitian kromoson
X dan Y (dengan mengingat variasi suhu dan kelembaban)
Telah dilaporkan bahwa penentuan jenis kelamin dari jaringan pulpa nekrotik yang telah diwarnai dengaan
quinacrine mustard menggunakan uji kromosom Y untuk laki-laki hingga 5 minggu setelah kematian, determinasi
dapat dilakukan dengan tingkat akurasi yang tinggi.
Dufft et al (1991) juga menunjukan barr body dan F body dari kromosom Y bertahan dalam jaringan pulpa yang
mengalami dehidrasi hingga 1 tahun dan jaringan pulpa juga mempertahankan karakteristik diagnostic jenis
kelamin ketika dipanaskan hingga 100oC selama 1 jam.

Referensi : Evidence Based Forensic Dentistry pg. 75-78


Sex Determination Using DNA
Determinasi menggunakan darah dan gigi dengan amplifikasi PCR dari alphoid satellite keluarga menggunakan
amplifikasi X-(131 bp) dan Y-specific sequences pada perempuan.

Metode tersebut menjunjukan hasil yang membantu dalam determinasi korban berdasrkan jenis kelamin.

Referensi : Evidence Based Forensic Dentistry pg. 75-78


Sex Determination From Enamel Protein
Amelogenin atau AMEL merupakan major matrix protein yang ditemukan pada enamel manusia.
AMEL menunjukan perbedaan (ukuran dan pola sekuen nukleotida) pada enamel laki-laki dan perempuan.
Gen AMEL meng-encode amelogenin perempuan yang berada pada kromosom X dan laki-laki pada
kromosom Y.
Perempuan memiliki 2 gen atau allel AMEL yang identic.
Metode ini dapat digunakan untuk mengelompoka berdasarkan jenis kelamin dari sisa-sisa jasad dengan sampel
DNA yang sangat sedikit.

Referensi : Evidence Based Forensic Dentistry pg. 75-78


5.
CONTOH KASUS YANG MEMERLUKAN DETERMINASI
RAS DAN JENIS KELAMIN

28
Kasus yang memerlukan determinasi ras
Contoh kasus :

 Kecelakaan besar bom Bali yang terjadi pada Oktober 2002 dan Oktober 2005 yang mana kita tidak dapat
mengetahui seluruh korban tersebut berasal dari daerah mana atau bahkan dari negara mana.

 Kecelakaan tenggelamnya kapal Rimba III, mayat sudah dalam keadaan membusuk

 Terbakarnya Pesawat GA 200 PK-GZC Boeing 737-400

Dari kasus-kasus tersebut dapat dilihat jika kondisi korban secara visual sudah tidak dapat diidentifikasi dengan
baik. Selain itu korban dari kejadian tersebut juga dapat ditemukan korban dari berbagai daerah dan negara yang
berbeda. Dengan mengidentifiksi dan menggolongan (jenazah) sesuai dengan ras akan membantu proses
identifikasi lebih cepat, sehingga suatu kasus yang dihadapi akan lebih cepat terselesaikan.
Referensi :
• Prawestiningtyas E, Algozi AM. Forensic Identification Based on Both Primary and Secondary Examination Priority in Victim Identifiers on Two Different Mass Disaster
Cases / Identifikasi Forensik Berdasarkan Pemeriksaan Primer dan Sekunder Sebagai Penentu Identitas Korban pada Dua Kasus. J Kedokt Brawijaya. 2009;XXV(2):87–94.
• https://radarkediri.jawapos.com/read/2018/12/05/106961/pentingnya-penentuan-ras-dalam-mengidentifikasi-jenazah
Kasus yang memerlukan determinasi jenis
kelamin
Contoh kasus :

 Pada 10 Agusutus 2006, di tepi sungai daerah Kabupaten Klaten, Jawa tengah, ditemukan fragmen rangka
tidak dikenal. Fragmen tersebut terdiri dari 1 buah cranium, 2 buah tulang belikat, 2 buah tulang selangka, 17
buah tulang rusuk, 5 buah tulang belakang, 2 buah tulang pinggul, 2 buah tulang lengan atas, 2 buah tulang
pengumpii, 2 buah tulang paha, 1 tulang kering kiri, 1 buah tulang betis kiri, 1 buah mandibula tidak bergigi
namun terlihat jelas adanya alveolus dan sisa akar gigi M3 pada kiri bawah. Semua fragmen dalam keaadan
tidak utuh dan rusak.

Dari kasus tersebut, karena hanya tersisa fragmen dari rangka korban kita tidak dapat langsung mengetahui
apakah korban tersebut laki-laki atau perempuan, Maka dengan dilakukannya identifikasi jenis kelamin, dapat
mempermudah mengenali identitas korban tersebut.

Referensi ; Laporan kasus oleh Andy Yok Siswosaputro “Identifikasi Jenis Kelamin dan Perkiraan Usia pada Fragmen Rangka yang Tak Dikenal Melalui Mandibula Tak Bergigi”. 2006.

Anda mungkin juga menyukai