Anda di halaman 1dari 5

Latar Belakang

Selama bertahun-tahun, fokus dari praktik kedokteran gigi adalah pencegahan dan
pengobatan masalah gigi dan mulut. Hal ini disebut dengan istilah “need-based
dentistry”, yaitu praktik kedokteran gigi berbasis kebutuhan.
Saat bahan restoratif sewarna gigi dikembangkan, dokter gigi dan masyarakat
mulai mengetahui terdapat peningkatan estetik yang bisa didapatkan melalui kemajuan
ini. Masyarakat tidak lagi harus memilih bahan restoratif metal yang dapat
mengembalikan fungsi namun memiliki kekurangan yaitu dalam hal estetik. Seiring
dengan perkembangan yang cepat dalam bahan restoratif sewarna gigi, ditemukan juga
bahan pemutih gigi. Hal ini mengakibatkan pasien datang ke dokter gigi untuk dilakukan
prosedur tertentu yang dapat meningkatkan estetika gigi geligi mereka. Pada akhir abad
ke-20, jenis kedokteran gigi berubah menjadi “want-based dentistry”, yaitu kedokteran
gigi berbasis keinginan.
Estetik (kosmetik) kedokteran gigi merupakan sebuah disiplin ilmu kedokteran
gigi dengan fokus utama adalah modifikasi atau merubah penampilan dari struktur
rongga mulut pasien, bersamaan dengan tindakan perawatan dan pencegahan masalah
gigi dan mulut. Melalui kosmetik kedokteran gigi, penampilan rongga mulut diubah
mendekati persepsi pasien tentang apa yang terlihat menarik. Namun, dokter gigi harus
memahami prinsip dan konsep estetik dalam kedokteran gigi agar dapat memberikan
pelayanan kosmetik kedokteran gigi yang maksimal. Agar perawatan berhasil, maka
dokter gigi harus mengesampingkan persepsi pribadi dan mengarahkan pasien dalam
pertimbangan estetik. Dengan begitu, maka kemungkinan keberhasilan estetik akan
meningkat.
Konsep estetik tidak hanya berlaku untuk gigi asli, namun juga pada gigi tiruan.
Dokter gigi harus memperhatikan berbagai faktor dalam pembuatan gigi tiruan,
khususnya gigi tiruan sebagaian lepasan agar mendapatkan hasil yang estetik. Makalah
ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berhubungan
dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan yang estetik.
PRINSIP DASAR ESTETIKA
A. Cahaya dan Bayangan
Sebuah objek tidak dapat dibedakan tanpa cahaya. Saat menerima cahaya
tidak alami, suatu objek menunjukkan dua dimensi yaitu panjang dan lebar.
Namun saat menerima cahaya alami, sebuah objek akan menjadi multidirectional,
memperlihatkan tekstur dan bayangan, memberikan hidup dan efek tiga dimensi.
Restorasi gigi dapat menirukan bayangan gigi sehingga dapat menciptakan
bentuk yang menyatu dengan gigi sekitarnya. Manipulasi bayangan dapat
membuat gigi yang bentuknya kurang bagus menjadi estetis.

B. Prinsip-prinsip Warna
Pada tahun 1966, Sir Isaac Newton mengamati cahaya putih yang melewati suatu
prisma dan menghasilkan warna yang dinamakan Spektrum. Warna adalah hasil
dari penyerapan bayangan. Cahaya yang memasuki mata menstimulasi sel
fotoreseptor di retina yang lalu mengirimkan energi kepada impuls saraf dan
dibawa oleh saraf optis menuju lobus oksipital dari korteks serebral. Sel
fotoreseptor terdiri dari sel batang dan sel konus. Sel batang berfungsi dalam
interpretasi brightness (kecerahan cahaya) dan value sedangkan sel konus
berfungsi dalam interpretasi hue (warna) dan chrome.
Hue adalah nama dari warna dalam spektrum yaitu Roy G. Biv (Red,
Orange, Yellow, Green, Blue, Indigo, Violet). Chrome atau kroma adalah
intensitas dari warna. Value adalah terang dan gelap dari suatu warna. Value
adalah faktor penting dalam shade matching.
Warna memiliki hubugan dengan satu sama lain yang didemonstrasikan
dalam Lingkaran Warna. Hubungan antar warna dibagi menjadi primer, sekunder
dan komplementer
a. Warna primer
Warna-warna primer adalah merah, kuning dan biru. Warna-warna ini
membentuk dasar dari sistem warna dalam ilmu kedokteran gigi
b. Warna Sekunder
Warna-warna sekunder adalah percampuran dari warna-warna primer.
Contohnya Hijau adalah campuran warna biru dan kuning.
c. Warna Komplementer
Warna yang berseberangan didalam Lingkaran Warna adalah warna
komplementer. Untuk menganti warna, mengurangi kroma dan value,
warna komplementer ditambahkan.

Sensitifitas warna dapat muncul dan mempengaruhi pemilihan warna gigi.


Setelah 5 detik memperhatikan suatu gigi dan shade guide mata akan menjadi bias.
Untuk mereadaptasi mata, alihkan pandangan dan lihatlah permukaan yang berwarna
biru. Hal ini akan mengadaptasi mata kita ke bagian kuning dan jingga dalam
spectrum, bagian yang paling banyak terlibat dalam pencocokan warna.
Metamerisme adalah fenomena dimana dua sampel warna terlihat sama pada
satu sumber cahaya namun ternyata berbeda dibawah sumber cahaya lain. Hal ini
dapat menimbulkan komplikasi dalam pemilihan warna suatu restorasi. Hal ini dapat
dihindari dengan menggunakan tiga sumber cahaya saat memilih warna, yaitu,
cahaya alami dari jendela, cahaya pijar dan warna cool white fluorescent yang ada
pada dental unit.
Material yang opak tidak dapat ditembus oleh cahaya melainkan memantulkan
cahaya tersebut. Pada restorasi porcelain-fused-to-metal ditambahkan lapisan opak
diatas material metal untuk mencegah warna dari metal muncul pada bagian
translusen dan insisal dari porselen. Reduksi dari gigi harus cukup sufisien untuk
menciptakan ruang bagi lapisan opak dan translusen porselen. Material yang
translusen membiarkan cahaya untuk menembus sehingga menghasilkan realism dari
bahan restorasi.

C. Prinsip-prinsip bentuk
Persepsi mengenai warna, ukutan, bentuk, umur dan gender didasari oleh bias
alamiyang berasal dari latar belakang budaya seseorang. Bias presepsi ini dibagi
menjadi bias budaya dan artistik. Secara budaya, gigi anterior yang kotak dan angular
dianggap lebih feminism. Sedangkan bias artistik adalah bias yang melekat dengan
persepsi mengenai bentuk. Hal yang penting dalam bias ini adalah prinsip
pencahayaan dimana cahaya dan bayangan memberikan “hidup” kedalam dua
dimensi. Hal lain yang perlu diperhatikan di bidang kedokteran gigi dalam segi
artistik adalah penggunaan garis horizontal dan vertikal. Garis horizontal membuat
suatu objek terlihat lebih lebar dan garis vertical membuat suatu objek terlihat lebih
panjang.
Ilusi adalah seni dari merubah presepsi dari suatu objek. Gigi dapat dibuat
menjadi lebih lebar atau sempit, kecil atau besar, dan lain-lain. Pengertian mengenai
presepsi dan manipulasi ilusi dapat membantu dokter gigi dalam mengubah ukuran
dan bentuk gigi.
Hukum wajh adalah konsep terpenting dalam restorasi. Wajah dari gigi pada
permukaan fasial gigi anterior dan posterior dibatasi oleh garis transisi dilihat dari
aspek bukal. Garis transisi membatasi permukaan fasial dari permukaan mesial,
servikal, distal dan insisial. Pada garis-garis ini biasanya terbentuk bayangan ketika
cahaya menyinari permukaan fasial gigi

Anda mungkin juga menyukai