Puji dan syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan-Nya
sehingga makalah “Manajemen Perilaku Pada Anak” ini dapat terselesaikan dengan
baik. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
kami dalam penyusunan tugas makalah ini.
Makalah ini kami susun untuk menyelesaikan tugas tutorial pada blok ini. Kami
mengerjakan makalah tutorial ini dengan harapan makalah ini dapat berguna dalam
pembelajaran kami.
Akhir kata kami sebagai penyusun makalah ini mengucapkan terima kasih atas
perhatian dan dukungan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga
makalah ini dapat membantu pengembangan topik makalah ini menjadi lebih baik dan
bermanfaat.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN 2
1.2 Skenario 3
1.3 Terminologi 3
1.4 Timeline 5
1.7 Hipotesis 7
BAB II ISI
DAFTAR PUSTAKA 22
iii
DAFTAR GAMBAR
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kunci keberhasilan perawatan gigi pada anak selain ditentukan oleh pengetahuan
klinis dan ketrampilan dokter gigi, ditentukan juga oleh tingkat kooperatif anak
selama perawatan.. Sebagian anak yang 2ahasa ke praktik dokter gigi berperilaku
kooperatif dan dapat menerima perawatan gigi dengan baik namun ada sebagian
anak bersikap 2ahasa2t dan non kooperatif pada perawatan gigi. Dasar untuk
memulai perawatan memerlukan suatu strategi manajemen perilaku yaitu dengan
melakukan 2ahasa2t management yang baik dengan tujuan mengembangkan sikap
anak dalam menjalankan perawatan sehingga dicapai kesehatan gigi dan mulut
tanpa menimbulkan rasa takut dan cemas.
Tehnik 2ahasa2t management dapat dilakukan pada anak biasa maupun Anak
berkebutuhan khusus (ABK). Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan
seseorang yang mempunyai hambatan perilaku, fisik maupun intelektual.
Klasifikasi terbaru dalam menentukan ABK adalah Visually Handicaped, Hearing
Imparement, Mentally Retardation, Physically Handicaped, Behavior/
Emotionally Disordered, Tuna Wicara, Tuna Ganda, kesulitan belajar (hiperaktif),
Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD), disleksia, disgraphia,
dysphasia dan autis. Menurut Badan Pusat Statistik dan Departemen Sosial
keberadaan ABK semakin lama semakin meningkat
Komunikasi merupakan salah satu faktor dalam keberhaslan perawatan yang akan
dilakukan. Efektivitas komunikasi 2ahasa2tic2 dapat meningkatkan kepuasan serta
kenyamanan pasien. Adanya kerjasama yang baik antara anak, orang tua dan
dokter gigi serta lingkungan fisik dan lingkungan psikologis yang aman dapat
2
mempengaruhi tindakan atau perasaan anak, dan dapat meningkatkan prognosis
perawatan pada pasien ABK.
1.2 Skenario
Seorang anak laki laki, anak R, 8 tahun 5 bulan, 3ahasa ke RSGM Maranatha
diantar oleh ibunya, dengan keluhan, gigi belakang bawah kanan berlubang.
Berdasarkan hasil anamnesis diketahui gigi yang dikeluhkan tersebut tidak pernah
sakit dan bengkak. Namun, gusi anaknya sering berdarah saat menyikat gigi dan
nafasnya kurang segar. 3ahasa3 ingin gigi anaknya ditambal dan dibersihkan agar
tidak bertambah parah. Berdasarkan anamnesis lanjut, menurut ibunya gigi-gigi
anaknya juga tumbuhnya lama beda dengan kakaknya. Saat drg.mengajak anak R
untuk duduk di dental chair dan akan memeriksa giginya, anak R terlihat takut dan
menolak perawatan. Perilaku anak selama berkomunikasi dan berada di ruang drg,
terlihat sulit berkonsentrasi, tidak bisa menangkap apa yang ditanyakan, tidak mau
duduk tenang di dental chair, impulsif, menolak saat dilakukan perawatan dan
takut dengan alat gigi.
Pemeriksaan intral oral sulit dilakukan karena pasien tidak mau membuka
mulutnya, walaupun drg sudah melakukan tehnik manajemen perilaku tell show
do dan desensitisasi.
Apa yang terjadi pada perilaku An. R? Bagaimana dokter gigi menjelaskan pada
ibunya?
3
1.3 Terminologi
4
dibandingkan dengan anak lain yang sama umurnya, jenis kelamin, adat istiadat
dan kecerdasannya. (Jurnal Undip)
10. Desensitisasi : Perawatan atau proses yang mengurangi suatu emosional
terhadap suatu perangsang atau stimulus. (Jurnal IAIN Kudus)
1.4 Timeline
5
- Pemeriksaan penenang,anastesi
intraoral sulit inhalasi atau
dilakukan karena anastesi umum).
pasien tidak mau
membuka
mulutnya,
walaupun drg
sudah melakukan
Teknik tell show
do dan desensitasi
tapi tidak berhasil.
6
1. Tergantung umur, berat/ringannya gangguan behavior, pada refkeks muntah,
kondisi sistemik.
2. Berpengaruh karena anak berkebutuhan khusus memiliki gangguan
perkembangan dan motoric sehingga aktivitas sehari-hari termasuk dalam
menjaga kesehatan dan kebersihan kondisi mulutnya.
3. Anestesi inhalasi : pasien tetap sadar dan diajak bicara, memerlukan oksigen
100% selama 5 menit. Anestesi dilakukan dengan cara memberikan kombinasi
obat yang berupa gas dan atau cairan volatil (mudah menguap) melalui alat atau
mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.
Anestesi umum : Anestesi umum atau general anestesi merupakan tindakan
meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran yang dapat pulih
kembali (reversible). Anestesi umummenyebabkan mati rasa karena obat ini
masuk ke jaringan otak dengan tekanan setempat yang tinggi.
4. Psikologis (behavior approach), physical restraint dan chemical restraint.
5. Suatu kewajiban drg mengedukasi orangtua yang mempunyai ABk agar
gangguan behavior anak terkontrol.
1.7 Hipotesis
Keberhasilan perawatan gigi ditentukan oleh kerjasama dan komunikasi yang baik
antara anak, orangtua, dan dokter gigi di mana behavior management, physical
restraint, dan chemical restraint perlu dilakukan, sehingga dapat meningkatkan
prognosis perawatan.
7
2. Tehnik Behavior Management.
3. Definisi ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder).
4. Etiologi ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder).
5. Klasifikasi ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder).
6. Pertimbangan Dalam Menangani ABK (Anak Berkebutuhan Khusus).
8
BAB II
ISI
Hal ini merupakan metode tim kesehatan gigi secara efektif dan efisien dalam
melakukan perawatan terhadap pasien anak dan sekaligus menanamkan sikap gigi
yang positif.
1. Behavioral Approach
1) Tell Show Do
Dikembangkan oleh Addelston (1959)
9
Prosedur yang dilakukan dokter gigi :
a. Menjelaskan kepada anak apa yang akan dilakukan dengan bahasa yang
anak bisa mengerti.
b. Menunjukkan kepada anak apa yang akan digunakan, cara kerja, dan
bagaimana prosedur akan digunakan.
c. Melakukan operasi pratinjau selagi melakukan penjelasan dan demonstrasi
kepada anak.
2) Pembentukan Perilaku (Behavior Shaping)
a. Membutuhkan perilaku positif sepanjang prosedur.
b. Memungkinkan penelusuran kembali langkah-langkah. Jika sudah selesai
memberi tahu anak tentang prosedur, dokter harus mampu mendapat
perhatian anak lagi bisa dilakukan dengan bercerita kepada anak.
c. Harus termasuk adanya penguatan positif (positive reinforcement).
3) Penguatan positif (Positive Reinforcement)
Teknik yang efektif untuk menghargai perilaku pasien dan dilakukan
pengulangan terus.
Contoh:
Jika seorang anak takut disuntik, dan dokter gigi meyakinkan anak bahwa tidak
akan ada rasa sakit, memberikan suntikan tanpa rasa sakit memperkuat perilaku
kooperatif positif yang telah dicapai.
4) Pengkondisian Operan (Operant Conditioning)
Melibatkan penguatan verbal yang diikuti dengan reward yang nyata.
Contoh:
anak dipuji secara verbal dan persetujuan atas perilaku mereka diakui.
5) Modelling
Diharapkan tingkah laku yang kooperatif dan relaks dari model, dikemudian
hari akan ditiru oleh anak yang cemas.
Contoh :
kasus takut dengan jarum suntik. Pemodelan dapat dilakukan dengan tontonan
rekaman video atau live model.
10
6) Voice Control
Perintah yang tiba-tiba dan tegas digunakan untuk menarik perhatian anak atau
menghentikannya dari apa pun yang dia lakukan. Setelah dokter gigi
mendapatkan perhatian anak, percakapan harus kembali ke nada yang lebih
tenang.
7) Desensitasi
Penghapusan kebiasaan respons kecemasan dengan terlebih dahulu
menghadirkan stimulus yang membangkitkan respons ringan. Meliputi :
melatih pasien melemaskan otot, menyusun hierarki rasa takut, dan
mengerjakan berdasarkan hierarki rasa takut.
8) Visual imagery
Diyakini berhasil pada anak karena mereka memiliki kemampuan berimajinasi
dan berfantasi yang baik.
9) Humor
Mengatasi rasa takut anak seperti bercanda-tawa dengan anak tersebut.
2. Chemical Restraint
1) Sedasi Inhalasi
Nitrous oxide adalah agen anestesi yang lemah dan berguna dalam
menghilangkan kecemasan. Penggunaan N2O adalah teknik yang aman dan
relatif mudah digunakan sebagai tambahan untuk perawatan klinis.
Memberikan pengenalan yang gentle untuk operative dentistry untuk pasien
yang sangat cemas. Efektif untuk anak yang cemas tetapi kooperatif. Anak
yang tidak kooperatif sering kali tidak mau menggunakan masker atau penutup
hidung dipasang di atas hidung.
2) Conscious sedation
Pasien yang sadar, responsif dan mampu berkomunikasi. Komunikasi verbal
dengan anak merupakan indikator tingkat kesadaran yang memadai dan
pemeliharaan refleks protektif. Dalam praktek klinis, sedasi (sedasi sadar,
sedasi dalam dan/atau anestesi umum) adalah sebuah kontinum (rangkaian).
11
Setiap teknik yang mengurangi SSP dapat mengakibatkan keadaan sedasi yang
lebih dalam daripada yang dimaksudkan, dan akibatnya, dokter yang membius
anak memerlukan tingkat keterampilan yang jauh lebih tinggi dengan teknik
tertentu, pelatihan dan pengalaman yang relevan dan kualifikasi yang tepat
dengan otoritas pengatur yang relevan.
3) General Anaesthesia
Solusi akhir yang diberikan dokter untuk menangani masalah gigi anak. Untuk
anak di bawah 14 tahun memerlukan formulir khusus “persetujuan untuk anak
di bawah umur”. Untuk pasien 16 tahun ke atas harus menyetujui pengobatan
mereka sendiri. Induksi anestesi mungkin intravena atau gas. Penggunaan krim
anestesi lokal topikal sebelum dimasukkan ke dalam vena mengurangi
beberapa rasa sakit untuk mendapatkan akses intravena. Beberapa anak yang
sangat tidak kooperatif mungkin memerlukan induksi dengan ketamin
intramuskular 2-3 mg/kg. Ini biasanya anak-anak autis atau anak-anak dengan
keterlambatan perkembangan.
4) Intraoral
Sejauh ini metode pemberian obat yang paling diterima secara universal dan
termudah adalah rute oral. Dari sudut pandang pasien, tidak ada rasa tidak
nyaman. Itu tidak berarti bahwa semua pasien akan dengan mudah menerima
obat yang diberikan secara oral. Mungkin agak tidak menyenangkan, terutama
bagi anak yang masih sangat kecil. Hal ini biasanya dapat diatasi bila obat
dicampur dengan cairan yang enak. Telah disarankan bahwa, untuk anak-anak
yang keberatan, jarum suntik digunakan untuk menyemprotkan larutan ke
dalam rongga mulut.
5) Rektal
Diazepam merupakan obat yang dapat diberikan secara oral, rektal, dan
parenteral. Dosis yang dapat digunakan 0,2-0,5 mg/kg hingga maksimum
dosis tunggal 10 mg. Sediaan obat : tablet 2,5 sampai 10 mg dan suspensi 5
mg/ml. Obat lainnya yaitu, Chloral Hydrate (Noctec, Aquachloral Supprettes)
12
merupakan obat yang dapat diberikan secara rektal dengan penggunaan dosis
324-648 mg.
3. Physical Restraint
1) Papoose Board
Alat pengendali fisik yang berupa papan penahan tubuh dengan ikatan
dimana pasien dapat diatur posisi tubuhnya. Sederhana, mudah disimpan,
ukuran bervariasi dan mempunyai stabilisier kepala.
13
3) Pedi wrap
Bantalan yang diletakkan di bawah pasien baik pada lengan ataupun kaki.
14
Gambar 2.5 Posey Strap 1
6) Velcro straps
15
2.3 Definisi ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder)
ADHD adalah kondisi heterogen yang tidak ada penyebab tunggal yang telah
diidentifikasi. Namun, bukti menunjukkan bahwa faktor genetik dan lingkungan
memainkan peran penting selama perkembangan janin dan pascakelahiran dalam
munculnya ADHD selama anak usia dini. Perbedaan morfologis dan fungsional
otak telah diidentifikasi, termasuk pengurangan moderat dalam ukuran corpus
callosum, ganglia basal, dan lobus frontal, dan hipoperfusi jalur dopamin frontal-
striatal. Selain itu, ADHD biasanya terjadi setelah kerusakan SSP (misalnya,
prematuritas atau cedera otak traumatis), paparan racun (misalnya, sindrom
alkohol janin atau keracunan timbal), perkembangan yang buruk (misalnya,
sindrom keterbelakangan mental), dan gejala sisa dari proses infeksi yang
mempengaruhi SSP. ADHD juga terjadi pada anak-anak yang sehat secara fisik.
Studi kembar dan keluarga menunjukkan komponen genetik yang kuat untuk
ADHD, dan studi genetik molekuler telah mengidentifikasi kelainan pada gen
transporter dopamin, gen reseptor D4, dan gen beta reseptor tiroid manusia.
16
Etiologinya tidak sepenuhnya dipahami, tetapi dianggap sebagai kelainan yang
sangat diwariskan dalam banyak kasus yang berasal dari keluarga. Orang tua
dengan ADHD memiliki kemungkinan lebih besar dari 50% untuk memiliki anak
dengan ADHD. Mayoritas anak-anak dengan ADHD memiliki setidaknya satu
kerabat biologis dekat yang hadir dengan gejala ADHD. Ada hipotesis yang
mencakup paparan dalam rahim terhadap zat beracun, bahan tambahan makanan
atau pewarna, atau penyebab alergi.
1. Perhatian pendek.
2. Menurunnya daya ingat jangka pendek.
3. Gangguan motorik dan koordinasi.
4. Gangguan dalam mengatur dan mengorganisir kegiatan.
5. Terdapat gangguan impulsif.
6. Kesulitan menyesuaikan diri.
7. Gangguan memiliki ketidakstabilan emosi.
17
2.6 Klasifikasi ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder)
1. Inattentive
2. Impulsive/ Hyperactive
3. Kombinasi
Ini adalah kombinasi dari bentuk lalai dan hiperaktif-impulsif. Jenis gabungan
ADHD adalah yang paling umum. Onset tidak lebih dari usia 12 tahun Gejala
18
harus ada dalam 2 situasi atau lebih, seperti sekolah, tempat kerja, atau rumah
Gangguan menyebabkan penderitaan yang signifikan secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan Gangguan tidak terjadi secara
eksklusif selama perjalanan penyakit skizofrenia atau gangguan psikotik lainnya
dan tidak lebih baik dijelaskan oleh suasana hati, kecemasan, disosiatif,
gangguan kepribadian atau keracunan zat atau penarikan.
1. Preparation
Dokter gigi dapat meminta orang tua anak untuk membiasakan anaknya agar
dapat lebih kooperatif saat dilakukan perawatan, seperti untuk membuka mulut
untuk jangka waktu yang lama, duduk di kursi yang miring, dan menggunakan
kacamata. Menjadwalkan anak sebelum jadwal yang sebenarnya dapat
membiasakan pasien dengan suasana dental office.
2. Developmental and Verbal Level
ABK mungkin tidak mempunyai kemampuan verbal dan kognitif yang sama
dengan teman sepantaranya. Sangatlah penting untuk menanyakan kepada orang
tua anak cara berkomunikasi yang dapat dimengerti pasien di dalam situasi
medis. Dokter gigi juga harus dapat memahami bahwa kemampuan anak untuk
berbicara tidak sama dengan kemampuannya untuk mengerti bahasa.
3. Developmental and Verbal Level
Karena hyper- atau hyposensitivity oral, beberapa anak berkebutuhan khusus
mungkin memiliki perbedaan dalam Gag reflex. Mungkin sulit untuk
memprediksi tantangan apa yang mungkin relevan untuk anak tertentu. Dokter
gigi harus fleksibel dan mau bereksperimen dengan penggunaan pasta gigi atau
fluoride dengan rasa yang berbeda, dan dapat beradaptasi dengan penggunaan
19
peralatan gigi (misalnya menggunakan sikat gigi manual jika anak terganggu
oleh prophy angle.
4. Desensitization
Terlepas dari seberapa banyak persiapan yang mungkin akan dilakukan dokter
gigi untuk membuat lingkungan perawatan lebih menyenangkan dan nyaman,
stimuli atau rangsangan asing dapat menimbulkan ketakutan yang cukup besar
dan kesusahan pada individu dengan cacat perkembangan. Pengalaman sensorik
yang intens dan asing, seperti yang dialami di klinik gigi, dapat meningkatkan
ketakutan dan kecemasan. Akibatnya, beberapa anak mungkin memerlukan
paparan yang lebih bertahap, terkadang memerlukan lebih dari satu kunjungan
agar dapat "mengenal Anda" untuk membangun keakraban dengan staf dan
lingkungan gigi sebelum mencoba perawatan.
Bukti menunjukkan bahwa proses secara bertahap mengekspos beberapa
individu ke lingkungan gigi di sejumlah kunjungan dapat " desensitize atau
menurunkan kepekaan" mereka terhadap rangsangan dan mengurangi
kesusahan.
20
BAB III
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
22
Manajemen Perilaku
Pada Anak
Behaviour management Attention
Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD)
Kelompok 3
Terminologi
Visually Handicapped :
❏ kecacatan penglihatan/kecacatan fisik berupa limitasi atau keterbatasan
penglihatan. (Collins Dictionary)
Mentally Retardation :
❏ gangguan yang ditandai oleh keterbatasan tertentu dalam fungsi mental
seseorang dan dalam keterampilan seperti komunikasi, merawat dirinya
sendiri, dan keterampilan sosial. (Mosby)
Physically handicapped :
❏ keterbatasan pada fungsi fisik, mobilitas, ketangkasan atau stamina seseorang. (Mosby)
Terminologi
Behavior/emotionally disorder :
❏ gangguan emosional atau perilaku mengacu pada suatu kondisi di mana tanggapan perilaku
atau emosional seorang individu di sekolah sangat berbeda dari norma-norma yang umumnya
diterima, sesuai dengan usia, etnis, atau budaya.(Jurnal Unissula)
Terminologi
Hearing impairment :
❏ genurunan kemampuan untuk mendengar suara; dapat berkisar dari ringan
sampai tuli total. ( Farlex Dictionary).
Disgraphia :
❏ gangguan kemampuan menulis termasuk masalah dengan pembentukan
huruf, spasi huruf, ejaan, koordinasi motorik halus, kecepatan menulis, tata
bahasa, dan komposisi. (NCBI)
Disleksia :
❏ gangguan yang berpusat pada sistem saraf yang menyebabkan penderita kesulitan dalam hal
membaca, menulis, mengeja, atau dapat dikatakan kesulitan dalam mengenali huruf-huruf.
(jurnal UIN dan Farlex)
Terminologi
Disphasia :
❏ ketidakmampuan atau keterbatasan/limitasi untuk kemampuan berbicara menggunakan simbol
linguistik untuk berkomunikasi secara verbal, atau terdapatnya keterlambatan perkembangan
bicara dan bahasa jika dibandingkan dengan anak lain yang sama umurnya, jenis kelamin, adat
istiadat dan kecerdasannya. (Jurnal Undip)
Desensitisasi :
❏ perawatan atau proses yang mengurangi suatu emosional terhadap suatu perangsang atau
stimulus. (Jurnal IAIN Kudus)
01
Definisi Behavior
Management
Joanne Yolanda 1990044
Wright Z Gerald, Behavior management in dentistry for children, 1975., Saunders Company.
Definisi
McElroy (1895)
Secara tidak sengaja memberi definisi untuk behavior management pada awal
abad ini. “Walaupun operasi kedokteran gigi mungkin sempurna, penunjukan itu
gagal jika anak itu pergi sambil menangis”. Ini adalah penyebutan pertama dalam
literatur kedokteran gigi untuk mengukur keberhasilan.
Definisi
metode tim kesehatan gigi secara efektif dan efisien dalam melakukan
tindakan perawatan terhadap pasien anak dan sekaligus menanamkan
sikap yang positif.(Wraith)
Pendekatan perilaku bukan sesuatu aplikasi yang dapat diciptakan pada semua
individu terutama anakanak, tetapi suatu teknik yang komprehensif
berkesinambungan untuk membangun dan memelihara hubungan antara pasien
dan dokter dimana akan tercipta rasa kepercayaan dan menghilangkan rasa takut
serta cemas. (AAPD)
Teknik Behavior
02 Management
Katarina Amanda 1990002
Santa Ezra 1990084
Teknik Behavior Management
❏ Teknik yang efektif untuk menghargai ❏ Melibatkan penguatan verbal yang diikuti
perilaku pasien dan dilakukan dengan reward yang nyata.
pengulangan terus ❏ Contoh:
❏ Contoh : Anak dipuji secara verbal dan persetujuan
Jika seorang anak takut disuntik, dan atas perilaku mereka diakui
dokter gigi meyakinkan anak bahwa tidak
akan ada rasa sakit, memberikan suntikan
tanpa rasa sakit memperkuat perilaku
kooperatif positif yang telah dicapai.
Modelling Voice Control
❏ Diharapkan tingkah laku yang kooperatif ❏ Perintah yang tiba-tiba dan tegas
dan relaks dari model, dikemudian hari digunakan untuk menarik perhatian anak
akan ditiru oleh anak yang cemas. atau menghentikannya dari apa pun yang
❏ Contoh : dia lakukan.
Kasus takut dengan jarum suntik. ❏ Setelah dokter gigi mendapatkan
Pemodelan dapat dilakukan dengan perhatian anak, percakapan harus
tontonan rekaman video atau live model. kembali ke nada yang lebih tenang.
Visual imagery
Desensitasi
diyakini berhasil pada anak karena mereka
memiliki kemampuan berimajinasi dan
● Nitrous oxide adalah agen anestesi yang lemah dan berguna dalam menghilangkan
kecemasan.
● Penggunaan N2O adalah teknik yang aman dan relatif mudah digunakan sebagai
tambahan untuk perawatan klinis.
● Memberikan pengenalan yang gentle untuk operative dentistry untuk pasien yang
sangat cemas
● Efektif untuk anak yang cemas tetapi kooperatif. Anak yang tidak kooperatif sering kali
tidak mau menggunakan masker atau penutup hidung dipasang di atas hidung
Penggunaan nitrous oxide dengan rubber dam. Penempatan dam untuk
memastikan tidak ada pernapasan mulut dan anak-anak biasanya lebih tenang
2. Conscious sedation (dalam keadaan sadar)
● Solusi akhir yang diberikan dokter untuk menangani masalah gigi anak
● Untuk anak di bawah 14 tahun memerlukan formulir khusus “persetujuan untuk anak di
bawah umur”
● Untuk pasien 16 tahun ke atas harus menyetujui pengobatan mereka sendiri
● Induksi anestesi mungkin intravena atau gas. Penggunaan krim anestesi lokal topikal
sebelum dimasukkan ke dalam vena mengurangi beberapa rasa sakit untuk mendapatkan
akses intravena.
● Beberapa anak yang sangat tidak kooperatif mungkin memerlukan induksi dengan ketamin
intramuskular 2-3 mg/kg. Ini biasanya anak-anak autis atau anak-anak dengan
keterlambatan perkembangan.
4. Intra oral
● Sejauh ini metode pemberian obat yang paling diterima secara universal dan termudah
adalah rute oral.
● Dari sudut pandang pasien, tidak ada rasa tidak nyaman. Itu tidak berarti bahwa semua
pasien akan dengan mudah menerima obat yang diberikan secara oral. Mungkin agak tidak
menyenangkan, terutama bagi anak yang masih sangat kecil.
● Hal ini biasanya dapat diatasi bila obat dicampur dengan cairan yang enak. Telah disarankan
bahwa, untuk anak-anak yang keberatan, jarum suntik digunakan untuk menyemprotkan
larutan ke dalam rongga mulut.
5. Rektal
● Diazepam merupakan obat yang dapat diberikan secara oral, rektal, dan parenteral.
● Dosis yang dapat digunakan 0,2-0,5 mg/kg hingga maksimum dosis tunggal 10 mg
● Sediaan obat : tablet 2,5 sampai 10 mg dan suspensi 5 mg/ml
● Obat lainnya yaitu, Chloral Hydrate (Noctec, Aquachloral Supprettes) merupakan obat yang
dapat diberikan secara rektal dengan penggunaan dosis 324-648 mg
3. Physical Restraint
Papoose Board
Alat bantu yang dikaitkan pada tubuh dan Bantalan yang diletakkan di bawah pasien
ekstrimitas untuk mempertahankan posisi baik pada lengan ataupun kaki.
tubuh.
Beanbag dental chair insert Posey Strap
Alat bantu berupa bantalan yang diletakkan untuk mengendalikan ekstremitas yang
di bawah pasien dapat merangsang relaksasi dan
mencegah refleks yang tidak terkendali
Velcro straps Plastic bowl
Definisi ADHD
Thio Lison 1990050
Simms MD. Attention Deficit/Hyperactivity Disorder. In: Behrman RE, KliegmanRM, Jenson HB (eds). Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition. Saunders, USA.2004. p. 107-10.
Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD)
gangguan pemusatan perhatian disertai
hiperaktif paling umum pada masa
adalah kanak-kanak, salah satu kondisi kesehatan
kronis yang paling umum mempengaruhi
anak-anak usia sekolah, dan gangguan mental
masa kanak-kanak yang paling banyak
dipelajari.
Menurut edisi keempat dari American
Psychiatric Association's Diagnostic
and Statistical Manual (DSM-IV)
Genetika
Faktor Lingkungan
Etiologi ADHD
Genetika
● Pola keluarga : Prevalensi yang lebih tinggi dari Mood and Anxiety Disorders, Learning
Disorders, Substance-Related Disorders, dan Antisocial Personality Disorder pada
anggota keluarga individu dengan Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder.
● Orang tua dengan ADHD memiliki kemungkinan lebih besar dari 50% untuk memiliki
anak dengan ADHD.
● Mayoritas anak-anak dengan ADHD memiliki setidaknya satu kerabat biologis dekat
yang mempunyai gejala ADHD.
● Orang tua dan saudara kandung dari anak-anak dengan ADHD 2-8 kali lebih mungkin
mengembangkan ADHD daripada populasi umum.
Etiologi ADHD
Faktor Lingkungan
● Ada hipotesis yang mencakup paparan dalam rahim terhadap zat beracun, bahan
tambahan makanan atau pewarna, atau penyebab alergi.
● Seberapa besar peran lingkungan keluarga dalam patogenesis ADHD tidak jelas, tetapi
tentu saja dapat memperburuk gejala.
05
Tanda dan Gejala ADHD
M Hafizh Adritama Sakti 1990024
Ni Putu Ayu Dinda Okkyana Jahaya 1990072
Hyperactive-Impulsive
Inattentive Behaviors
Behaviors
Kombinasi
Inattentive Behaviors
Sulit memberikan perhatian dalam mengerjakan hal yang mendetail dan
ceroboh
Sering menghindar, menolak, dan tidak suka untuk melakukan tugas yang
membutuhkan usaha
Tidak lebih baik dijelaskan oleh suasana hati, kecemasan, disosiatif, gangguan kepribadian
atau keracunan zat atau penarikan.
07
Pertimbangan dalam
Menangani ABK
Fransesco Ariesto Prakoso A S 1990070
Monika Situmorang 1990081
Mostofsky, Daavid I; Fortune, Farida. 2014. Behavioral Dentistry. 2nd edition. Wiley Blackwell
Pertimbangan yang bisa dilakukan:
Developmental and
Preparation Verbal Level
Differences in Gag
Desensitization
Reflex
Preparation
Dokter gigi harus fleksibel dan mau bereksperimen dengan penggunaan pasta gigi
atau fluoride dengan rasa yang berbeda, dan dapat beradaptasi dengan penggunaan
peralatan gigi.
Desensitization
Stimuli atau rangsangan asing dapat menimbulkan ketakutan yang cukup besar
dan kesulitan pada individu dengan developmental disabilities. Oleh karena itu
beberapa anak memerlukan paparan yang lebih bertahap, dan memerlukan lebih
dari 1 kali kunjungan agar dapat "mengenal Anda" untuk membangun keakraban
dengan staf dan lingkungan dental sebelum mencoba perawatan.
TERIMA KASIH
GENAP 2019-2020 FORMULIR ANALISA AKHIR DISKUSI
Blok : 07-08
Modul manajemen Perilaku Pada Anak (ADHD)
Judul Modul MAnajemen Perilaku Pada Anak (ADHD)
Hari / Tanggal : 10 Juni 2021
Nama Tutor/ Fasilitator : Susanti Bulan, drg., Sp.BM
Kelompok :3
Angota Kelompok :
NO NRP MAHASISWA
1 1990024 MUHAMMAD HAFIZH ADRITAMA SAKTI
2 1990070 FRANSESCO ARIESTO PRAKOSO ANGGA SUCIPTO
3 1990050 THIO LISON
4 1990002 KATARINA AMANDA TANUJAYA
5 1990017 GISELA ALVINA MURDANY
6 1990044 JOANNE YOLANDA
7 1990045 YOLANDA TARINA
8 1990901 DIANY ADLINA FADILAH
9 1990081 MONIKA SITUMORANG
10 1990072 NI PUTU AYU DINDA OKKYANA JAHAYA
11 1990084 SANTA EZRA
Fasilitator Tanggal :
Ketua / Sekretaris Kelompok
Hari/Tanggal: Kamis,10 Juni 2021 Blok: 8 Kelompok: 3 Nama Tutor: Susanti Bulan,
drg.,Sp.BM
Berikan Nilai 1 – 4 sebagai umpan balik untuk Tutor Saudara selama memfasilitasi kelompok. Umpan balik ini sangat
bermanfaat bagi Tutor. Berikan nilai 1 – 4. Nilai 1 = tidak pernah, 2 = jarang, 3 = sering, 4 = selalu
Berikan nilai 1 – 4 sebagai penilaian kelompok Saudara. Berikan nilai 1-4. Nilai 1 = buruk, 2 + cukup, 3 = baik,
4 = baik sekali