Anda di halaman 1dari 75

BLOK 8

Manajemen Perilaku Pada Anak


KELOMPOK 3

Tutor :Susanti Bulan, drg., Sp.BM

Ketua : Santa Ezra 1990084


Sekretaris : Joanne Yolanda 1990044
Anggota : Katarina Amanda T 1990002
Gisela Alvina Murnady 1990017
Muhammad Hafizh A.S 1990024
Yolanda Tarina 1990045
Ni Putu Ayu Dinda O.J 1990072
Thio Lison 1990050
Fransesco Ariesto P.A.S 1990070
Monika Situmorang 1990081
Diany Adlina Fadilah 1990901

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan-Nya
sehingga makalah “Manajemen Perilaku Pada Anak” ini dapat terselesaikan dengan
baik. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
kami dalam penyusunan tugas makalah ini.

Makalah ini kami susun untuk menyelesaikan tugas tutorial pada blok ini. Kami
mengerjakan makalah tutorial ini dengan harapan makalah ini dapat berguna dalam
pembelajaran kami.

Akhir kata kami sebagai penyusun makalah ini mengucapkan terima kasih atas
perhatian dan dukungan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga
makalah ini dapat membantu pengembangan topik makalah ini menjadi lebih baik dan
bermanfaat.

Bandung, 11 Juni 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 2

1.1 Latar Belakang Masalah 2

1.2 Skenario 3

1.3 Terminologi 3

1.4 Timeline 5

1.5 Identifikasi Masalah 6

1.6 Analisis Masalah 6

1.7 Hipotesis 7

1.8 Tujuan Pembelajaran 7

BAB II ISI

2.1 Definisi Behavior Management 8

2.2 Teknik Behavior Management 9

2.3 Definisi ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder) 16

2.4 Etiologi ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder) 16

2.5 Tanda dan Gejala ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder) 17

2.6 Klasifikasi ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder) 18

2.7 Pertimbangan Dalam Menangani ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) 19

BAB III KESIMPULAN 21

DAFTAR PUSTAKA 22

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Papoose Board 13


Gambar 2.2 Triangular sheet 13
Gambar 2.3 Pedi Wrap 14
Gambar 2.4 Beanbag dental 14
Gambar 2.5 Posey Strap 15
Gambar 2.6 velcro strap 15
Gambar 2.7 Plastic bowl 15

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kunci keberhasilan perawatan gigi pada anak selain ditentukan oleh pengetahuan
klinis dan ketrampilan dokter gigi, ditentukan juga oleh tingkat kooperatif anak
selama perawatan.. Sebagian anak yang 2ahasa ke praktik dokter gigi berperilaku
kooperatif dan dapat menerima perawatan gigi dengan baik namun ada sebagian
anak bersikap 2ahasa2t dan non kooperatif pada perawatan gigi. Dasar untuk
memulai perawatan memerlukan suatu strategi manajemen perilaku yaitu dengan
melakukan 2ahasa2t management yang baik dengan tujuan mengembangkan sikap
anak dalam menjalankan perawatan sehingga dicapai kesehatan gigi dan mulut
tanpa menimbulkan rasa takut dan cemas.

Tehnik 2ahasa2t management dapat dilakukan pada anak biasa maupun Anak
berkebutuhan khusus (ABK). Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan
seseorang yang mempunyai hambatan perilaku, fisik maupun intelektual.
Klasifikasi terbaru dalam menentukan ABK adalah Visually Handicaped, Hearing
Imparement, Mentally Retardation, Physically Handicaped, Behavior/
Emotionally Disordered, Tuna Wicara, Tuna Ganda, kesulitan belajar (hiperaktif),
Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD), disleksia, disgraphia,
dysphasia dan autis. Menurut Badan Pusat Statistik dan Departemen Sosial
keberadaan ABK semakin lama semakin meningkat

Komunikasi merupakan salah satu faktor dalam keberhaslan perawatan yang akan
dilakukan. Efektivitas komunikasi 2ahasa2tic2 dapat meningkatkan kepuasan serta
kenyamanan pasien. Adanya kerjasama yang baik antara anak, orang tua dan
dokter gigi serta lingkungan fisik dan lingkungan psikologis yang aman dapat

2
mempengaruhi tindakan atau perasaan anak, dan dapat meningkatkan prognosis
perawatan pada pasien ABK.

1.2 Skenario

Seorang anak laki laki, anak R, 8 tahun 5 bulan, 3ahasa ke RSGM Maranatha
diantar oleh ibunya, dengan keluhan, gigi belakang bawah kanan berlubang.
Berdasarkan hasil anamnesis diketahui gigi yang dikeluhkan tersebut tidak pernah
sakit dan bengkak. Namun, gusi anaknya sering berdarah saat menyikat gigi dan
nafasnya kurang segar. 3ahasa3 ingin gigi anaknya ditambal dan dibersihkan agar
tidak bertambah parah. Berdasarkan anamnesis lanjut, menurut ibunya gigi-gigi
anaknya juga tumbuhnya lama beda dengan kakaknya. Saat drg.mengajak anak R
untuk duduk di dental chair dan akan memeriksa giginya, anak R terlihat takut dan
menolak perawatan. Perilaku anak selama berkomunikasi dan berada di ruang drg,
terlihat sulit berkonsentrasi, tidak bisa menangkap apa yang ditanyakan, tidak mau
duduk tenang di dental chair, impulsif, menolak saat dilakukan perawatan dan
takut dengan alat gigi.

Pemeriksaan intral oral sulit dilakukan karena pasien tidak mau membuka
mulutnya, walaupun drg sudah melakukan tehnik manajemen perilaku tell show
do dan desensitisasi.

Apa yang terjadi pada perilaku An. R? Bagaimana dokter gigi menjelaskan pada
ibunya?

3
1.3 Terminologi

1. Visually handicaped : kecacatan penglihatan/kecacatan fisik berupa limitasi


atau keterbatasan penglihatan. (Collins Dictionary)
2. Mentally retardation : Gangguan yang ditandai oleh keterbatasan tertentu
dalam fungsi mental seseorang dan dalam keterampilan seperti berkomunikasi,
merawat dirinya sendiri, dan keterampilan social. (Mosby)
3. Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) : Gangguan mental berupa
gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif dengan pola perhatian yang
kurang dan/atau hiperaktivitas yang impulsif yang berkelanjutan yang
mengganggu perkembangan dan/atau aktivitas sehari-hari (National Institute of
Mental Health)
4. Behavior/emotionally disorder : Gangguan emosional atau perilaku mengacu
pada suatu kondisi di mana tanggapan perilaku atau emosional seorang
individu di sekolah sangat berbeda dari norma-norma yang umumnya diterima,
sesuai dengan usia, etnis, atau budaya.(Jurnal Unissula)
5. Physically handicaped : keterbatasan pada fungsi fisik, mobilitas, ketangkasan
atau stamina seseorang. (Mosby)
6. Hearing impairment : Penurunan kemampuan untuk mendengar suara; dapat
berkisar dari ringan sampai tuli total. (Farlex Dictionary)
7. Disgraphia : Gangguan kemampuan menulis termasuk masalah dengan
pembentukan huruf, spasi huruf, ejaan, koordinasi 4ahasa4 halus, kecepatan
menulis, tata 4ahasa, dan komposisi. (NCBI)
8. Disleksia : Gangguan yang berpusat pada 4ahasa saraf yang menyebabkan
penderita kesulitan dalam hal membaca, menulis, mengeja, atau dapat
dikatakan kesulitan dalam mengenali huruf-huruf. (Jurnal UIN dan Farlex)
9. Disphasia : ketidakmampuan atau keterbatasan/limitasi untuk kemampuan
berbicara menggunakan 4ahasa 4ahasa4tic untuk berkomunikasi secara verbal,
atau terdapatnya keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa jika

4
dibandingkan dengan anak lain yang sama umurnya, jenis kelamin, adat istiadat
dan kecerdasannya. (Jurnal Undip)
10. Desensitisasi : Perawatan atau proses yang mengurangi suatu emosional
terhadap suatu perangsang atau stimulus. (Jurnal IAIN Kudus)

1.4 Timeline

Past Present Future


- Gusi anaknya - Saat akan diperiksa - Edukasi dan inform
sering berdarah giginya anak R consent.
saat menyikat terlihat takut - Merujuk anak ke
gigi dan bengkak. ,Perilaku anak dokter psikiater
- Gigi yang selama atau psikolog untuk
dikeluhkan tidak berkomunikasi dan mengatasi masalah
pernah sakit dan berada di ruang perilaku.
bengkak. drg, terlihat sulit (Koordinasi tim
- Pertumbuhan gigi berkonsentrasi, dokter dengan
lebih lambat dari tidak bisa dokter psikiater
kakaknya. menangkap apa atau psikolog.)
yang ditanyakan, - Bila manajemen
tidak mau duduk mouth preparation
tenang di dental atau perawatan gigi
chair, impulsif, akan dilakukan
menolak saat segera maka
dilakukan perawatan gigi
perawatan dan dilakukan physical
takut dengan alat restraint dan
gigi. chemical restraint
(pendekatan obat

5
- Pemeriksaan penenang,anastesi
intraoral sulit inhalasi atau
dilakukan karena anastesi umum).
pasien tidak mau
membuka
mulutnya,
walaupun drg
sudah melakukan
Teknik tell show
do dan desensitasi
tapi tidak berhasil.

1.5 Identifikasi Masalah

1. Apakah lebih baik dilakukan anestesi inhalasi atau anestesi umum ?


2. Apakah kondisi ADHD memengaruhi kondisi rongga mulut ?
3. Perbedaan anestesi inhlasi dan anestesi umum ?
4. Apakah ada tehnik lain yang bisa dilakukan drg. Kepada pasien selain tell show
do ?
5. Pada future terdapat bahwa anak yang di scenario dirujuk ke psikolog atau
psikiater apakah ini suatu kewajiban ? Jika iya, bagaimana jika anak tersebut
tidak dirujuk ?

1.6 Analisis Masalah

6
1. Tergantung umur, berat/ringannya gangguan behavior, pada refkeks muntah,
kondisi sistemik.
2. Berpengaruh karena anak berkebutuhan khusus memiliki gangguan
perkembangan dan motoric sehingga aktivitas sehari-hari termasuk dalam
menjaga kesehatan dan kebersihan kondisi mulutnya.
3. Anestesi inhalasi : pasien tetap sadar dan diajak bicara, memerlukan oksigen
100% selama 5 menit. Anestesi dilakukan dengan cara memberikan kombinasi
obat yang berupa gas dan atau cairan volatil (mudah menguap) melalui alat atau
mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.
Anestesi umum : Anestesi umum atau general anestesi merupakan tindakan
meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran yang dapat pulih
kembali (reversible). Anestesi umummenyebabkan mati rasa karena obat ini
masuk ke jaringan otak dengan tekanan setempat yang tinggi.
4. Psikologis (behavior approach), physical restraint dan chemical restraint.
5. Suatu kewajiban drg mengedukasi orangtua yang mempunyai ABk agar
gangguan behavior anak terkontrol.

1.7 Hipotesis

Keberhasilan perawatan gigi ditentukan oleh kerjasama dan komunikasi yang baik
antara anak, orangtua, dan dokter gigi di mana behavior management, physical
restraint, dan chemical restraint perlu dilakukan, sehingga dapat meningkatkan
prognosis perawatan.

1.8 Tujuan Pembelajaran

1. Definisi Behavior Management.

7
2. Tehnik Behavior Management.
3. Definisi ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder).
4. Etiologi ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder).
5. Klasifikasi ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder).
6. Pertimbangan Dalam Menangani ABK (Anak Berkebutuhan Khusus).

8
BAB II
ISI

2.1 Definisi Behavior Management

McElroy (1895) secara tidak sengaja memberikan definisi untuk manajemen


perilaku pada awal abad ini. Dia menulis, "Walaupun operasi kedokteran gigi
mungkin sempurna, penunjukan itu gagal jika anak itu pergi sambil menangis." Ini
adalah penyebutan pertama dalam literatur kedokteran gigi untuk mengukur
keberhasilan atau kegagalan pengangkatan anak pada apa pun selain dasar teknis.

Istilah manajemen perilaku, atau sinonimnya manajemen anak, telah digunakan


berulang kali dalam kedokteran gigi untuk anak-anak. Umumnya mengacu pada
metode yang digunakan untuk mendapatkan penerimaan anak terhadap perawatan
di kursi gigi. Mempertimbangkan frekuensi penerapan istilah-istilah ini, agak
mengejutkan bahwa definisi yang tepat tidak ada ketika edisi pertama buku ini
diproduksi. Untuk tujuan monografi itu, istilah manajemen perilaku didefinisikan
sebagai berikut:

Hal ini merupakan metode tim kesehatan gigi secara efektif dan efisien dalam
melakukan perawatan terhadap pasien anak dan sekaligus menanamkan sikap gigi
yang positif.

2.2 Tehnik Behavior Management

1. Behavioral Approach
1) Tell Show Do
Dikembangkan oleh Addelston (1959)

9
Prosedur yang dilakukan dokter gigi :
a. Menjelaskan kepada anak apa yang akan dilakukan dengan bahasa yang
anak bisa mengerti.
b. Menunjukkan kepada anak apa yang akan digunakan, cara kerja, dan
bagaimana prosedur akan digunakan.
c. Melakukan operasi pratinjau selagi melakukan penjelasan dan demonstrasi
kepada anak.
2) Pembentukan Perilaku (Behavior Shaping)
a. Membutuhkan perilaku positif sepanjang prosedur.
b. Memungkinkan penelusuran kembali langkah-langkah. Jika sudah selesai
memberi tahu anak tentang prosedur, dokter harus mampu mendapat
perhatian anak lagi bisa dilakukan dengan bercerita kepada anak.
c. Harus termasuk adanya penguatan positif (positive reinforcement).
3) Penguatan positif (Positive Reinforcement)
Teknik yang efektif untuk menghargai perilaku pasien dan dilakukan
pengulangan terus.
Contoh:
Jika seorang anak takut disuntik, dan dokter gigi meyakinkan anak bahwa tidak
akan ada rasa sakit, memberikan suntikan tanpa rasa sakit memperkuat perilaku
kooperatif positif yang telah dicapai.
4) Pengkondisian Operan (Operant Conditioning)
Melibatkan penguatan verbal yang diikuti dengan reward yang nyata.
Contoh:
anak dipuji secara verbal dan persetujuan atas perilaku mereka diakui.
5) Modelling
Diharapkan tingkah laku yang kooperatif dan relaks dari model, dikemudian
hari akan ditiru oleh anak yang cemas.
Contoh :
kasus takut dengan jarum suntik. Pemodelan dapat dilakukan dengan tontonan
rekaman video atau live model.

10
6) Voice Control
Perintah yang tiba-tiba dan tegas digunakan untuk menarik perhatian anak atau
menghentikannya dari apa pun yang dia lakukan. Setelah dokter gigi
mendapatkan perhatian anak, percakapan harus kembali ke nada yang lebih
tenang.
7) Desensitasi
Penghapusan kebiasaan respons kecemasan dengan terlebih dahulu
menghadirkan stimulus yang membangkitkan respons ringan. Meliputi :
melatih pasien melemaskan otot, menyusun hierarki rasa takut, dan
mengerjakan berdasarkan hierarki rasa takut.
8) Visual imagery
Diyakini berhasil pada anak karena mereka memiliki kemampuan berimajinasi
dan berfantasi yang baik.
9) Humor
Mengatasi rasa takut anak seperti bercanda-tawa dengan anak tersebut.

2. Chemical Restraint
1) Sedasi Inhalasi
Nitrous oxide adalah agen anestesi yang lemah dan berguna dalam
menghilangkan kecemasan. Penggunaan N2O adalah teknik yang aman dan
relatif mudah digunakan sebagai tambahan untuk perawatan klinis.
Memberikan pengenalan yang gentle untuk operative dentistry untuk pasien
yang sangat cemas. Efektif untuk anak yang cemas tetapi kooperatif. Anak
yang tidak kooperatif sering kali tidak mau menggunakan masker atau penutup
hidung dipasang di atas hidung.
2) Conscious sedation
Pasien yang sadar, responsif dan mampu berkomunikasi. Komunikasi verbal
dengan anak merupakan indikator tingkat kesadaran yang memadai dan
pemeliharaan refleks protektif. Dalam praktek klinis, sedasi (sedasi sadar,
sedasi dalam dan/atau anestesi umum) adalah sebuah kontinum (rangkaian).

11
Setiap teknik yang mengurangi SSP dapat mengakibatkan keadaan sedasi yang
lebih dalam daripada yang dimaksudkan, dan akibatnya, dokter yang membius
anak memerlukan tingkat keterampilan yang jauh lebih tinggi dengan teknik
tertentu, pelatihan dan pengalaman yang relevan dan kualifikasi yang tepat
dengan otoritas pengatur yang relevan.
3) General Anaesthesia
Solusi akhir yang diberikan dokter untuk menangani masalah gigi anak. Untuk
anak di bawah 14 tahun memerlukan formulir khusus “persetujuan untuk anak
di bawah umur”. Untuk pasien 16 tahun ke atas harus menyetujui pengobatan
mereka sendiri. Induksi anestesi mungkin intravena atau gas. Penggunaan krim
anestesi lokal topikal sebelum dimasukkan ke dalam vena mengurangi
beberapa rasa sakit untuk mendapatkan akses intravena. Beberapa anak yang
sangat tidak kooperatif mungkin memerlukan induksi dengan ketamin
intramuskular 2-3 mg/kg. Ini biasanya anak-anak autis atau anak-anak dengan
keterlambatan perkembangan.
4) Intraoral
Sejauh ini metode pemberian obat yang paling diterima secara universal dan
termudah adalah rute oral. Dari sudut pandang pasien, tidak ada rasa tidak
nyaman. Itu tidak berarti bahwa semua pasien akan dengan mudah menerima
obat yang diberikan secara oral. Mungkin agak tidak menyenangkan, terutama
bagi anak yang masih sangat kecil. Hal ini biasanya dapat diatasi bila obat
dicampur dengan cairan yang enak. Telah disarankan bahwa, untuk anak-anak
yang keberatan, jarum suntik digunakan untuk menyemprotkan larutan ke
dalam rongga mulut.
5) Rektal
Diazepam merupakan obat yang dapat diberikan secara oral, rektal, dan
parenteral. Dosis yang dapat digunakan 0,2-0,5 mg/kg hingga maksimum
dosis tunggal 10 mg. Sediaan obat : tablet 2,5 sampai 10 mg dan suspensi 5
mg/ml. Obat lainnya yaitu, Chloral Hydrate (Noctec, Aquachloral Supprettes)

12
merupakan obat yang dapat diberikan secara rektal dengan penggunaan dosis
324-648 mg.

3. Physical Restraint
1) Papoose Board
Alat pengendali fisik yang berupa papan penahan tubuh dengan ikatan
dimana pasien dapat diatur posisi tubuhnya. Sederhana, mudah disimpan,
ukuran bervariasi dan mempunyai stabilisier kepala.

Gambar 2.1 Papoose Board


2) Triangular sheet
Alat bantu yang dikaitkan pada tubuh dan ekstrimitas untuk
mempertahankan posisi tubuh.

Gambar 2.2 Triangular sheet

13
3) Pedi wrap
Bantalan yang diletakkan di bawah pasien baik pada lengan ataupun kaki.

Gambar 2.3 Pedi Wrap


4) Beanbag dental chair insert
Alat bantu berupa bantalan yang diletakkan di bawah pasien.

Gambar 2.4 Beanbag dental


5) Posey strap
Untuk mengendalikan ekstremitas yang dapat merangsang relaksasi dan
mencegah refleks yang tidak terkendali.

14
Gambar 2.5 Posey Strap 1
6) Velcro straps

Gambar 2.6 velcro strap


7) Plastic bowl
Pengendali kepala yang berfungsi untuk mendapatkan posisi kepala yang
baik.

Gambar 2.7 Plastic bowl

15
2.3 Definisi ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder)

Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) adalah gangguan pemusatan


perhatian disertai hiperaktif paling umum pada masa kanak-kanak, salah satu
kondisi kesehatan kronis yang paling umum mempengaruhi anak-anak usia
sekolah, dan gangguan mental masa kanak-kanak yang paling banyak dipelajari.
Menurut edisi keempat dari American Psychiatric Association's Diagnostic and
Statistical Manual (DSM-IV), ADHD ditandai dengan kurangnya perhatian,
termasuk peningkatan distraksi dan kesulitan mempertahankan perhatian; kontrol
impuls yang buruk dan penurunan kapasitas penghambatan diri; dan aktivitas
motorik yang berlebihan serta kegelisahan motorik.

2.4 Etiologi ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder)

ADHD adalah kondisi heterogen yang tidak ada penyebab tunggal yang telah
diidentifikasi. Namun, bukti menunjukkan bahwa faktor genetik dan lingkungan
memainkan peran penting selama perkembangan janin dan pascakelahiran dalam
munculnya ADHD selama anak usia dini. Perbedaan morfologis dan fungsional
otak telah diidentifikasi, termasuk pengurangan moderat dalam ukuran corpus
callosum, ganglia basal, dan lobus frontal, dan hipoperfusi jalur dopamin frontal-
striatal. Selain itu, ADHD biasanya terjadi setelah kerusakan SSP (misalnya,
prematuritas atau cedera otak traumatis), paparan racun (misalnya, sindrom
alkohol janin atau keracunan timbal), perkembangan yang buruk (misalnya,
sindrom keterbelakangan mental), dan gejala sisa dari proses infeksi yang
mempengaruhi SSP. ADHD juga terjadi pada anak-anak yang sehat secara fisik.
Studi kembar dan keluarga menunjukkan komponen genetik yang kuat untuk
ADHD, dan studi genetik molekuler telah mengidentifikasi kelainan pada gen
transporter dopamin, gen reseptor D4, dan gen beta reseptor tiroid manusia.

16
Etiologinya tidak sepenuhnya dipahami, tetapi dianggap sebagai kelainan yang
sangat diwariskan dalam banyak kasus yang berasal dari keluarga. Orang tua
dengan ADHD memiliki kemungkinan lebih besar dari 50% untuk memiliki anak
dengan ADHD. Mayoritas anak-anak dengan ADHD memiliki setidaknya satu
kerabat biologis dekat yang hadir dengan gejala ADHD. Ada hipotesis yang
mencakup paparan dalam rahim terhadap zat beracun, bahan tambahan makanan
atau pewarna, atau penyebab alergi.

Pada pola keluarga Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder telah ditemukan lebih


sering terjadi pada kerabat biologis tingkat pertama dari anak-anak dengan
Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder. Studi juga menunjukkan bahwa ada
prevalensi yang lebih tinggi dari Mood and Anxiety Disorders, Learning
Disorders, Substance-Related Disorders, dan Antisocial Personality Disorder pada
anggota keluarga individu dengan Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder.
Orang tua dan saudara kandung dari anak-anak dengan ADHD 2-8 kali lebih
mungkin mengembangkan ADHD daripada populasi umum.

2.5 Tanda dan Gejala ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder)

1. Perhatian pendek.
2. Menurunnya daya ingat jangka pendek.
3. Gangguan motorik dan koordinasi.
4. Gangguan dalam mengatur dan mengorganisir kegiatan.
5. Terdapat gangguan impulsif.
6. Kesulitan menyesuaikan diri.
7. Gangguan memiliki ketidakstabilan emosi.

17
2.6 Klasifikasi ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder)

1. Inattentive

1) Sulit memberikan perhatian dalam mengerjakan hal yang mendetail dan


ceroboh.
2) Tidak bisa mempertahankan fokus.
3) Terlihat tidak mendengarkan saat sedang berbicara langsung.
4) Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal dalam menyelesaikan tugas.
5) Sulit mengatur tugas dan aktivitas.
6) Sering menghindar, menolak, dan tidak suka untuk melakukan tugas yang
membutuhkan usaha.
7) Sering kehilangan barang yang diperlukan untuk tugas.
8) Mudah teralih perhatian.
9) Pelupa dalam kegiatan sehari-hari.

2. Impulsive/ Hyperactive

1) Mengetuk tangan/kaki, berputar-putar di tempat duduk.


2) Meninggalkan tempat duduk dimana diharapkan untuk tetap duduk.
3) Berlari atau memanjat dalam situasi di mana perilaku ini tidak pantas.
4) Sulit bermain atau beraktivitas dengan tenang.
5) Tidak bisa diam atau tidak nyaman untuk waktu yang lama.
6) Berbicara berlebihan.
7) Sering menjawab sebelum pertanyaan selesai.
8) Sulit antri atau menunggu giliran dalam bermain.
9) Sering mengganggu orang lain.

3. Kombinasi
Ini adalah kombinasi dari bentuk lalai dan hiperaktif-impulsif. Jenis gabungan
ADHD adalah yang paling umum. Onset tidak lebih dari usia 12 tahun Gejala

18
harus ada dalam 2 situasi atau lebih, seperti sekolah, tempat kerja, atau rumah
Gangguan menyebabkan penderitaan yang signifikan secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan Gangguan tidak terjadi secara
eksklusif selama perjalanan penyakit skizofrenia atau gangguan psikotik lainnya
dan tidak lebih baik dijelaskan oleh suasana hati, kecemasan, disosiatif,
gangguan kepribadian atau keracunan zat atau penarikan.

2.7 Pertimbangan Dalam Menangani ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)

1. Preparation
Dokter gigi dapat meminta orang tua anak untuk membiasakan anaknya agar
dapat lebih kooperatif saat dilakukan perawatan, seperti untuk membuka mulut
untuk jangka waktu yang lama, duduk di kursi yang miring, dan menggunakan
kacamata. Menjadwalkan anak sebelum jadwal yang sebenarnya dapat
membiasakan pasien dengan suasana dental office.
2. Developmental and Verbal Level
ABK mungkin tidak mempunyai kemampuan verbal dan kognitif yang sama
dengan teman sepantaranya. Sangatlah penting untuk menanyakan kepada orang
tua anak cara berkomunikasi yang dapat dimengerti pasien di dalam situasi
medis. Dokter gigi juga harus dapat memahami bahwa kemampuan anak untuk
berbicara tidak sama dengan kemampuannya untuk mengerti bahasa.
3. Developmental and Verbal Level
Karena hyper- atau hyposensitivity oral, beberapa anak berkebutuhan khusus
mungkin memiliki perbedaan dalam Gag reflex. Mungkin sulit untuk
memprediksi tantangan apa yang mungkin relevan untuk anak tertentu. Dokter
gigi harus fleksibel dan mau bereksperimen dengan penggunaan pasta gigi atau
fluoride dengan rasa yang berbeda, dan dapat beradaptasi dengan penggunaan

19
peralatan gigi (misalnya menggunakan sikat gigi manual jika anak terganggu
oleh prophy angle.
4. Desensitization
Terlepas dari seberapa banyak persiapan yang mungkin akan dilakukan dokter
gigi untuk membuat lingkungan perawatan lebih menyenangkan dan nyaman,
stimuli atau rangsangan asing dapat menimbulkan ketakutan yang cukup besar
dan kesusahan pada individu dengan cacat perkembangan. Pengalaman sensorik
yang intens dan asing, seperti yang dialami di klinik gigi, dapat meningkatkan
ketakutan dan kecemasan. Akibatnya, beberapa anak mungkin memerlukan
paparan yang lebih bertahap, terkadang memerlukan lebih dari satu kunjungan
agar dapat "mengenal Anda" untuk membangun keakraban dengan staf dan
lingkungan gigi sebelum mencoba perawatan.
Bukti menunjukkan bahwa proses secara bertahap mengekspos beberapa
individu ke lingkungan gigi di sejumlah kunjungan dapat " desensitize atau
menurunkan kepekaan" mereka terhadap rangsangan dan mengurangi
kesusahan.

20
BAB III
KESIMPULAN

ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder) adalah Gangguan mental berupa


gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif dengan pola perhatian yang kurang
dan/atau hiperaktivitas yang impulsif yang berkelanjutan yang mengganggu
perkembangan dan/atau aktivitas sehari-hari. Sebagai dokter gigi/calon dokter gigi
harus bisa menangani pasien dalam kondisi apapun dan mengenali tanda dan gejala
serta menerapkan penanganan psikologi (behavior approach), physical restraint dan
chemical restraint terhadap pasien ABK(Anak Berkebutuhan Khusus).

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Wright Z Gerald, Behavior management in dentistry for children, 1975.,


Saunders Company.
2. Cameron. Handbook of Pediatric Dentistry. Ed 4th . Mosby Elsevier.
3. McDonald RE, Avery DR, Dean JA. Dentistry for the child and adolescent. 8th
ed. St.Louis: Mosby Company; 2004. p.543.
4. Simms MD. Attention Deficit/Hyperactivity Disorder. In: Behrman RE,
KliegmanRM, Jenson HB (eds). Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition.
Saunders, USA.2004. p. 107-10.
5. DSM IV. Attention Deficit/Hyperactivity Disorder. Diagnostic and
StatisticalManual of Mental Disorders. 4th edition. American Psychiatric
Association,Washington DC. 1994. p. 78-85.
6. Support Group for ADHD Children and ADHD Adults.
http://www.adhdnews.com/ Last update: 2005. Accessed: August 2nd 2006.
7. Towbin KE, LeckmannJF. Attention Deficit Hyperctivity Disorder. In:
Rudolph AM(ed). Rudolph’s Pediatrics. 19th edition. Appleton and Lange,
USA,1991, p:115-16.
8. Montauk SL. Attention- Deficit/ Hyperactivity Disorder.
http://www.emedicine.com. Last update : Juny 2005. Accessed: August 2nd
2006.
9. Mostofsky, Daavid I; Fortune, Farida. 2014. Behavioral Dentistry. 2nd edition.
Wiley Blackwell

22
Manajemen Perilaku
Pada Anak
Behaviour management Attention
Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD)

Kelompok 3
Terminologi

Visually Handicapped :
❏ kecacatan penglihatan/kecacatan fisik berupa limitasi atau keterbatasan
penglihatan. (Collins Dictionary)

Mentally Retardation :
❏ gangguan yang ditandai oleh keterbatasan tertentu dalam fungsi mental
seseorang dan dalam keterampilan seperti komunikasi, merawat dirinya
sendiri, dan keterampilan sosial. (Mosby)

Physically handicapped :
❏ keterbatasan pada fungsi fisik, mobilitas, ketangkasan atau stamina seseorang. (Mosby)
Terminologi

Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) :


❏ gangguan mental berupa gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif dengan pola
perhatian yang kurang dan/atau hiperaktivitas yang impulsif yang berkelanjutan yang
mengganggu perkembangan dan/atau aktivitas sehari-hari. (National Institute of Mental Health)

Behavior/emotionally disorder :
❏ gangguan emosional atau perilaku mengacu pada suatu kondisi di mana tanggapan perilaku
atau emosional seorang individu di sekolah sangat berbeda dari norma-norma yang umumnya
diterima, sesuai dengan usia, etnis, atau budaya.(Jurnal Unissula)
Terminologi
Hearing impairment :
❏ genurunan kemampuan untuk mendengar suara; dapat berkisar dari ringan
sampai tuli total. ( Farlex Dictionary).

Disgraphia :
❏ gangguan kemampuan menulis termasuk masalah dengan pembentukan
huruf, spasi huruf, ejaan, koordinasi motorik halus, kecepatan menulis, tata
bahasa, dan komposisi. (NCBI)

Disleksia :
❏ gangguan yang berpusat pada sistem saraf yang menyebabkan penderita kesulitan dalam hal
membaca, menulis, mengeja, atau dapat dikatakan kesulitan dalam mengenali huruf-huruf.
(jurnal UIN dan Farlex)
Terminologi

Disphasia :
❏ ketidakmampuan atau keterbatasan/limitasi untuk kemampuan berbicara menggunakan simbol
linguistik untuk berkomunikasi secara verbal, atau terdapatnya keterlambatan perkembangan
bicara dan bahasa jika dibandingkan dengan anak lain yang sama umurnya, jenis kelamin, adat
istiadat dan kecerdasannya. (Jurnal Undip)

Desensitisasi :
❏ perawatan atau proses yang mengurangi suatu emosional terhadap suatu perangsang atau
stimulus. (Jurnal IAIN Kudus)
01
Definisi Behavior
Management
Joanne Yolanda 1990044

Wright Z Gerald, Behavior management in dentistry for children, 1975., Saunders Company.
Definisi

Behavior Management/Manajemen Perilaku telah digunakan dalam


kedokteran gigi untuk anak, mengacu pada metode untuk mendapatkan
penerimaan anak terhadap perawatan di dental chair

McElroy (1895)
Secara tidak sengaja memberi definisi untuk behavior management pada awal
abad ini. “Walaupun operasi kedokteran gigi mungkin sempurna, penunjukan itu
gagal jika anak itu pergi sambil menangis”. Ini adalah penyebutan pertama dalam
literatur kedokteran gigi untuk mengukur keberhasilan.
Definisi

metode tim kesehatan gigi secara efektif dan efisien dalam melakukan
tindakan perawatan terhadap pasien anak dan sekaligus menanamkan
sikap yang positif.(Wraith)

Pendekatan perilaku bukan sesuatu aplikasi yang dapat diciptakan pada semua
individu terutama anakanak, tetapi suatu teknik yang komprehensif
berkesinambungan untuk membangun dan memelihara hubungan antara pasien
dan dokter dimana akan tercipta rasa kepercayaan dan menghilangkan rasa takut
serta cemas. (AAPD)
Teknik Behavior
02 Management
Katarina Amanda 1990002
Santa Ezra 1990084
Teknik Behavior Management

behavioral approach chemical restraint physical restraint


1. Behavioral Approach

Tell-Show-Do (TSD) Pembentukan Perilaku (Behavior


Shaping)
❏ Dikembangkan oleh Addelston (1959)
❏ Prosedur yang dilakukan dokter gigi : ❏ Membutuhkan perilaku positif
1) Menjelaskan kepada anak apa yang sepanjang prosedur
akan dilakukan dengan bahasa yang ❏ Memungkinkan penelusuran kembali
anak bisa mengerti langkah-langkah. Jika sudah selesai
2) Menunjukkan kepada anak apa yang memberi tahu anak tentang prosedur,
akan digunakan, cara kerja, dan dokter harus mampu mendapat
bagaimana prosedur akan digunakan perhatian anak lagi bisa dilakukan
3) Melakukan operasi pratinjau selagi dengan bercerita kepada anak
melakukan penjelasan dan ❏ Harus termasuk adanya penguatan
demonstrasi kepada anak positif (positive reinforcement)
Penguatan positif (Positive Pengkondisian Operan (Operant
Reinforcement) Conditioning)

❏ Teknik yang efektif untuk menghargai ❏ Melibatkan penguatan verbal yang diikuti
perilaku pasien dan dilakukan dengan reward yang nyata.
pengulangan terus ❏ Contoh:
❏ Contoh : Anak dipuji secara verbal dan persetujuan
Jika seorang anak takut disuntik, dan atas perilaku mereka diakui
dokter gigi meyakinkan anak bahwa tidak
akan ada rasa sakit, memberikan suntikan
tanpa rasa sakit memperkuat perilaku
kooperatif positif yang telah dicapai.
Modelling Voice Control

❏ Diharapkan tingkah laku yang kooperatif ❏ Perintah yang tiba-tiba dan tegas
dan relaks dari model, dikemudian hari digunakan untuk menarik perhatian anak
akan ditiru oleh anak yang cemas. atau menghentikannya dari apa pun yang
❏ Contoh : dia lakukan.
Kasus takut dengan jarum suntik. ❏ Setelah dokter gigi mendapatkan
Pemodelan dapat dilakukan dengan perhatian anak, percakapan harus
tontonan rekaman video atau live model. kembali ke nada yang lebih tenang.
Visual imagery

Desensitasi
diyakini berhasil pada anak karena mereka
memiliki kemampuan berimajinasi dan

❏ Penghapusan kebiasaan respons berfantasi yang baik.


kecemasan dengan terlebih dahulu
menghadirkan stimulus yang
membangkitkan respons ringan.
Humor
❏ Meliputi : melatih pasien melemaskan
otot, menyusun hierarki rasa takut, dan
mengerjakan berdasarkan hierarki rasa
takut. Mengatasi rasa takut anak seperti
bercanda-tawa dengan anak tersebut.
2. Chemical Restraint
1. Sedasi Inhalasi

● Nitrous oxide adalah agen anestesi yang lemah dan berguna dalam menghilangkan
kecemasan.
● Penggunaan N2O adalah teknik yang aman dan relatif mudah digunakan sebagai
tambahan untuk perawatan klinis.
● Memberikan pengenalan yang gentle untuk operative dentistry untuk pasien yang
sangat cemas
● Efektif untuk anak yang cemas tetapi kooperatif. Anak yang tidak kooperatif sering kali
tidak mau menggunakan masker atau penutup hidung dipasang di atas hidung
Penggunaan nitrous oxide dengan rubber dam. Penempatan dam untuk
memastikan tidak ada pernapasan mulut dan anak-anak biasanya lebih tenang
2. Conscious sedation (dalam keadaan sadar)

● Pasien yang sadar, responsif dan mampu berkomunikasi.


● Komunikasi verbal dengan anak merupakan indikator tingkat kesadaran yang memadai dan
pemeliharaan refleks protektif.
● Dalam praktek klinis, sedasi (sedasi sadar, sedasi dalam dan/atau anestesi umum) adalah
sebuah kontinum (rangkaian).
● Setiap teknik yang mengurangi SSP dapat mengakibatkan keadaan sedasi yang lebih dalam
daripada yang dimaksudkan, dan akibatnya, dokter yang membius anak memerlukan tingkat
keterampilan yang jauh lebih tinggi dengan teknik tertentu, pelatihan dan pengalaman yang
relevan dan kualifikasi yang tepat dengan otoritas pengatur yang relevan.
3. General anaesthesia

● Solusi akhir yang diberikan dokter untuk menangani masalah gigi anak
● Untuk anak di bawah 14 tahun memerlukan formulir khusus “persetujuan untuk anak di
bawah umur”
● Untuk pasien 16 tahun ke atas harus menyetujui pengobatan mereka sendiri
● Induksi anestesi mungkin intravena atau gas. Penggunaan krim anestesi lokal topikal
sebelum dimasukkan ke dalam vena mengurangi beberapa rasa sakit untuk mendapatkan
akses intravena.
● Beberapa anak yang sangat tidak kooperatif mungkin memerlukan induksi dengan ketamin
intramuskular 2-3 mg/kg. Ini biasanya anak-anak autis atau anak-anak dengan
keterlambatan perkembangan.
4. Intra oral

● Sejauh ini metode pemberian obat yang paling diterima secara universal dan termudah
adalah rute oral.
● Dari sudut pandang pasien, tidak ada rasa tidak nyaman. Itu tidak berarti bahwa semua
pasien akan dengan mudah menerima obat yang diberikan secara oral. Mungkin agak tidak
menyenangkan, terutama bagi anak yang masih sangat kecil.
● Hal ini biasanya dapat diatasi bila obat dicampur dengan cairan yang enak. Telah disarankan
bahwa, untuk anak-anak yang keberatan, jarum suntik digunakan untuk menyemprotkan
larutan ke dalam rongga mulut.
5. Rektal

● Diazepam merupakan obat yang dapat diberikan secara oral, rektal, dan parenteral.
● Dosis yang dapat digunakan 0,2-0,5 mg/kg hingga maksimum dosis tunggal 10 mg
● Sediaan obat : tablet 2,5 sampai 10 mg dan suspensi 5 mg/ml
● Obat lainnya yaitu, Chloral Hydrate (Noctec, Aquachloral Supprettes) merupakan obat yang
dapat diberikan secara rektal dengan penggunaan dosis 324-648 mg
3. Physical Restraint

Papoose Board

● Alat pengendali fisik yang berupa papan


penahan tubuh dengan ikatan dimana
pasien dapat diatur posisi tubuhnya.

● Sederhana, mudah disimpan, ukuran


bervariasi dan mempunyai stabilisier kepala.
Triangular sheet Pedi Wrap

Alat bantu yang dikaitkan pada tubuh dan Bantalan yang diletakkan di bawah pasien
ekstrimitas untuk mempertahankan posisi baik pada lengan ataupun kaki.
tubuh.
Beanbag dental chair insert Posey Strap

Alat bantu berupa bantalan yang diletakkan untuk mengendalikan ekstremitas yang
di bawah pasien dapat merangsang relaksasi dan
mencegah refleks yang tidak terkendali
Velcro straps Plastic bowl

pengendali kepala yang berfungsi untuk


mendapatkan posisi kepala yang baik.
03

Definisi ADHD
Thio Lison 1990050

Simms MD. Attention Deficit/Hyperactivity Disorder. In: Behrman RE, KliegmanRM, Jenson HB (eds). Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition. Saunders, USA.2004. p. 107-10.
Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD)
gangguan pemusatan perhatian disertai
hiperaktif paling umum pada masa
adalah kanak-kanak, salah satu kondisi kesehatan
kronis yang paling umum mempengaruhi
anak-anak usia sekolah, dan gangguan mental
masa kanak-kanak yang paling banyak
dipelajari.
Menurut edisi keempat dari American
Psychiatric Association's Diagnostic
and Statistical Manual (DSM-IV)

ADHD ditandai dengan kurangnya perhatian, termasuk


peningkatan distraksi dan kesulitan mempertahankan
perhatian; kontrol impuls yang buruk dan penurunan
kapasitas penghambatan diri; dan aktivitas motorik yang
berlebihan serta kegelisahan motorik.
04 Etiologi ADHD
Diany Adlina Fadilah 1990901
Etiologi ADHD

Genetika

Perbedaan Morfologis dan


Fungsional Otak
(Neurobiologis)

Faktor Lingkungan
Etiologi ADHD

Genetika
● Pola keluarga : Prevalensi yang lebih tinggi dari Mood and Anxiety Disorders, Learning
Disorders, Substance-Related Disorders, dan Antisocial Personality Disorder pada
anggota keluarga individu dengan Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder.
● Orang tua dengan ADHD memiliki kemungkinan lebih besar dari 50% untuk memiliki
anak dengan ADHD.
● Mayoritas anak-anak dengan ADHD memiliki setidaknya satu kerabat biologis dekat
yang mempunyai gejala ADHD.
● Orang tua dan saudara kandung dari anak-anak dengan ADHD 2-8 kali lebih mungkin
mengembangkan ADHD daripada populasi umum.
Etiologi ADHD

Perbedaan Morfologis dan Fungsional Otak (Neurobiologis)


● Pengurangan moderate ukuran corpus callosum, ganglia basal, dan lobus frontal
● Kerusakan SSP (prematuritas atau cedera otak traumatis)
● Perkembangan yang buruk (sindrom keterbelakangan mental)
Etiologi ADHD

Faktor Lingkungan
● Ada hipotesis yang mencakup paparan dalam rahim terhadap zat beracun, bahan
tambahan makanan atau pewarna, atau penyebab alergi.
● Seberapa besar peran lingkungan keluarga dalam patogenesis ADHD tidak jelas, tetapi
tentu saja dapat memperburuk gejala.
05
Tanda dan Gejala ADHD
M Hafizh Adritama Sakti 1990024
Ni Putu Ayu Dinda Okkyana Jahaya 1990072

Support Group for ADHD Children and ADHD Adults. http://www.adhdnews.com/


Last update: 2005. Accessed: August 2nd 2006.
Tanda dan Gejala ADHD

Perhatian yang pendek

Menurunnya daya ingat jangka pendek

Gangguan motorik dan koordinasi

Gangguan dalam mengatur dan mengorganisir kegiatan


Tanda dan Gejala ADHD

Terdapat gangguan implusif

Kesulitan untuk menyesuaikan diri

Gangguan memiliki ketidakstabilan emosi


06 Klasifikasi ADHD
Gisela Alvina Murdany 1990017
Yolanda Tarina 1990045

Montauk SL. Attention- Deficit/ Hyperactivity Disorder. http://www.emedicine.com.


3 Subtipe ADHD
(Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

Hyperactive-Impulsive
Inattentive Behaviors
Behaviors

Kombinasi
Inattentive Behaviors
Sulit memberikan perhatian dalam mengerjakan hal yang mendetail dan
ceroboh

Tidak bisa mempertahankan fokus

Terlihat tidak mendengarkan saat sedang berbicara langsung

Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal dalam menyelesaikan tugas


Inattentive Behaviors
Sulit mengatur tugas dan aktivitas

Sering menghindar, menolak, dan tidak suka untuk melakukan tugas yang
membutuhkan usaha

Sering kehilangan barang yang diperlukan untuk tugas

Mudah teralih perhatian

Pelupa dalam kegiatan sehari-hari


Hyperactive/Impulsive Behaviors
Mengetuk tangan/kaki, berputar-putar di tempat
duduk
Sulit antri atau menunggu giliran dalam bermain

Meninggalkan tempat duduk dimana diharapkan


untuk tetap duduk
Sering menjawab sebelum pertanyaan selesai

Berlari atau memanjat dalam situasi di mana


perilaku ini tidak pantas
Berbicara berlebihan.
Sulit bermain atau beraktivitas dengan tenang

Sering mengganggu orang lain


Tidak bisa diam atau tidak nyaman untuk waktu
yang lama
Kombinasi
Kombinasi inattentive dan impulsif.

Paling umum ditemukan.

Onset tidak lebih dari usia 12 tahun.

Gejala harus ada dalam 2 situasi atau lebih.

Menyebabkan penderitaan dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan.


Kombinasi
Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama perjalanan skizofrenia atau gangguan psikotik
lainnya.

Tidak lebih baik dijelaskan oleh suasana hati, kecemasan, disosiatif, gangguan kepribadian
atau keracunan zat atau penarikan.
07
Pertimbangan dalam
Menangani ABK
Fransesco Ariesto Prakoso A S 1990070
Monika Situmorang 1990081

Mostofsky, Daavid I; Fortune, Farida. 2014. Behavioral Dentistry. 2nd edition. Wiley Blackwell
Pertimbangan yang bisa dilakukan:

Developmental and
Preparation Verbal Level

Differences in Gag
Desensitization
Reflex
Preparation

● Dokter gigi meminta orang tua anak untuk membiasakan


anaknya untuk:
1. Membuka mulut untuk waktu yang lama
2. Duduk di kursi yang miring
3. Menggunakan kacamata
● Menjadwalkan anak sebelumnya untuk membiasakan pasien
dengan suasana dental office
Developmental and Verbal Level

● Tanyakan ke orang tua anak strategi berbicara yang


dapat dipahami oleh anak dalam situasi medis.
● Dokter gigi harus menyadari bahwa kemampuan
berbicara bisa berbeda dengan kemampuan untuk
memahami bahasa
Differences in Gag Reflex

Karena hyper- atau hyposensitivity oral, beberapa anak berkebutuhan khusus


mungkin memiliki perbedaan dalam Gag reflex sehingga sulit untuk
memprediksi tantangan apa yang mungkin relevan untuk anak tertentu.

Dokter gigi harus fleksibel dan mau bereksperimen dengan penggunaan pasta gigi
atau fluoride dengan rasa yang berbeda, dan dapat beradaptasi dengan penggunaan
peralatan gigi.
Desensitization

Stimuli atau rangsangan asing dapat menimbulkan ketakutan yang cukup besar
dan kesulitan pada individu dengan developmental disabilities. Oleh karena itu
beberapa anak memerlukan paparan yang lebih bertahap, dan memerlukan lebih
dari 1 kali kunjungan agar dapat "mengenal Anda" untuk membangun keakraban
dengan staf dan lingkungan dental sebelum mencoba perawatan.
TERIMA KASIH
GENAP 2019-2020 FORMULIR ANALISA AKHIR DISKUSI

Blok : 07-08
Modul manajemen Perilaku Pada Anak (ADHD)
Judul Modul MAnajemen Perilaku Pada Anak (ADHD)
Hari / Tanggal : 10 Juni 2021
Nama Tutor/ Fasilitator : Susanti Bulan, drg., Sp.BM
Kelompok :3
Angota Kelompok :
NO NRP MAHASISWA
1 1990024 MUHAMMAD HAFIZH ADRITAMA SAKTI
2 1990070 FRANSESCO ARIESTO PRAKOSO ANGGA SUCIPTO
3 1990050 THIO LISON
4 1990002 KATARINA AMANDA TANUJAYA
5 1990017 GISELA ALVINA MURDANY
6 1990044 JOANNE YOLANDA
7 1990045 YOLANDA TARINA
8 1990901 DIANY ADLINA FADILAH
9 1990081 MONIKA SITUMORANG
10 1990072 NI PUTU AYU DINDA OKKYANA JAHAYA
11 1990084 SANTA EZRA

1. Modul / Pemicu : ADHD


2. Learning Issues yang diperoleh :
Definisi Behavior Management
Teknik Behavior Management
Definisi ADHD
Etiologi ADHD
Tanda dan Gejala ADHD
Klasifikasi ADHD
Pertimbangan dalam Menangani ABK

3. Learning issues yang belum dimengerti :


Definisi Behavior Management
Teknik Behavior Management
Tanda dan Gejala ADHD

Fasilitator Tanggal :
Ketua / Sekretaris Kelompok

Susanti Bulan, drg., Sp.BM


Hadir Joanne Yolanda
(…………………………………..) (……………………………………….)

Cat: Diisi oleh sekretaris dengan persetujuan seluruh anggota kelompok


LEMBAR EVALUASI TUTOR

Hari/Tanggal: Kamis,10 Juni 2021 Blok: 8 Kelompok: 3 Nama Tutor: Susanti Bulan,
drg.,Sp.BM

Berikan Nilai 1 – 4 sebagai umpan balik untuk Tutor Saudara selama memfasilitasi kelompok. Umpan balik ini sangat
bermanfaat bagi Tutor. Berikan nilai 1 – 4. Nilai 1 = tidak pernah, 2 = jarang, 3 = sering, 4 = selalu

No. Pernyataan Nilai


1 Tutor memahami tujuan dari PBL dan masalah yang ada dalam skenario 4
2 Tutor memahami apa yang harus dipelajari oleh mahasiswa 4
3 Tutor menunjukkan antusiasme sebagai Tutor 4
4 Tutor hadir sesuai dengan waktu yang ditentukan 3
5 Tutor memperhatikan dan member umpan balik dalam diskusi kelompok 3
6 Tutor memberikan kuliah/menjelaskan masalah yang ada dalam skenario 3
7 Tutor mengarahkan dan membantu mahasiswa dalam memilih sumber informasi dan materi 4
pembelajaran
8 Tutor mendorong mahasiswa untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi 4
9 Tutor membantu mahasiswa untuk mengidentifikasi masalah dan tujuan pembelajaran yang 4
ada dalam skenario
10 Tutor mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan masalah yang ada dalam skenario 4

LEMBAR EVALUASI KELOMPOK

Berikan nilai 1 – 4 sebagai penilaian kelompok Saudara. Berikan nilai 1-4. Nilai 1 = buruk, 2 + cukup, 3 = baik,
4 = baik sekali

No. Pernyataan Nilai


1 Anggota kelompok menyiapkan materi dengan baik 3
2 Kesimpulan kelompok cukup jelas 4
3 Tujuan pembelajaran sebagian besar sudah tercakup 3
4 Diskusi kelompok merangsang anggota untuk berpartisipasi 4
5 Semua anggota memberikan kontribusi pemikiran dalam diskusi 3
6 Suasana kerjasama tampak di dalam kelompok 4

LEMBAR EVALUASI MODUL

No. Pernyataan Ya Tidak


1 Skenario mudah dipahami Y
2 Skenario sesuai dengan modul yang dipelajari Y
3 Modul sesuai dengan tema blok Y
4 Kepustakaan mudah dicari Y

Tuliskan komentar Saudara terhadap tutor, kelompok dan modul.

Anda mungkin juga menyukai