Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

“KISTA RADIKULER REGIO GIGI 321 ”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas akhir Kepaniteraan Klinik


Madya di Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura

Oleh:
1. BENEDIKTUS R. KAYAME (0120840040)
2. SONDI V. LUMBAN BATU (0120840257)

Pembimbing :
drg. Meiske. E. Paoki. Sp. BM

KEPANITERAAN KLINIK MADYA SMF GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA PAPUA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Kista radikuler disebut juga kista periapikal. Kista ini merupakan jenis kista
yang paling sering ditemukan. Kista radikuler terbentuk oleh karena iritasi kronis
gigi yang sudah tidak vital. Kista ini tumbuh dari epitel rest of Malassez yang
mengalami proliferasi oleh karena respon terhadap proses radang yang terpicu
oleh karena infeksi bakteri pada pulpa yang nekrosis.1,2
Kista radikuler disebut juga kista inflamasi, kista periapikal. Kista radikuler
merupakan kista yang paling sering dijumpai di rongga mulut, kurang lebih 60%-
75% dari seluruh kista odontogenik, dengan frekuensi tersering di rahang atas
terutama di regio anterior lebih kurang sekitar 60%, sedangkan pada rahang
bawah sering terjadi pada regio posterior, namun kista ini dapat terjadi di region
mana saja pada rahang. Biasanya peradangan mengikuti kematian pulpa gigi dan
kista yang timbul dengan cara ini tersering ditemukan apeks gigi yang terkena.
Sering terjadi pada usia 20-40 tahun. Lebih sering terjadi pada laki-laki. Lokasi
yang paling sering terkena adalah maxilla teruatma pada region anterior maxilla.
1,2

Pada umumnya kista radikular dirawat dengan enukleasi dan kuretase.


Enukleasi saja dapat dilakukan pada kista radikular yang kecil melalui soket gigi.
Gigi penyebab dan yang terlibat dapat dirawat endodontik, apikoektomi dan
retrograde filling, atau diekstraksi. Enukleasi tanpa kuretase dapat menyebabkan
terjadinya kista residual, demikian pula ekstraksi gigi non vital yang sudah
mengandung granuloma. Granuloma yang tertinggal dapat pula menyebabkan
kista residual. Marsupialisasi dapat dilakukan bila ada kemungkinan tertembusnya
sinus maksilaris, hidung atau kanalis mandibularis, juga pada pasien lanjut usia
atau debil. Kelemahan teknik itu adalah kemungkinan rekurensi akibat
tertinggalnya sebagian dinding kista yang juga dapat menimbulkan kista residual.
Kay dan Kramer (dikutip dari Laskin) melaporkan kasus karsinoma sel skuamosa
yang berasal dari dinding epitel kista residual. Dengan demikian marsupialisasi
bukan merupakan terapi pilihan untuk kista.3

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Definisi Kista Radikuler


Kista radikuler adalah kista odontogenik yang terjadi pada apeks gigi
nonvital yang mengalami peradangan. Terjadinya kista ini diakibatkan oleh
infeksi gigi yang berkembang dari granuloma berisi sel epitel massez. 1,2
Kista radikuler disebut juga kista inflamasi, kista periodontal, atau kista
periodontal apikal.kista radikuler merupakan kista paling sering dijumpai di
rongga mulut (sekitar 60-75% dari seluruh kista odontogen) dengan frekuensi
tersering di rahang atas terutama regio anterior (kurang lebih 60%) dan di
rahang bawah terutama regio posterior. Akan tetapi, kista ini dapat terjadi di
regio mana saja di rahang. 1,2,3

2. Etiologi
Kista radikuler diperkiarkan terjadi karena faktor fisik, kimia, atau luka
karena bakteri yang mengakibatkan pulpa mati dan diikuti stimulasi dari sel
epitel rest of Malaseez yang muncul pada ligamen periodontal. 2,3
Sifat dan reaksi lesi yang terbentuk di apeks gigi adalah bayangan kondisi
yang memulai penghancuran dari pulpa gigi yang terserang. Empat faktor
mayor yang berperan :
i. Timbulnya pulpitis terbuka maupun tertutup
ii. Berbagai jenis mikroorganisme yang bersangkutan
iii. Tingkat sklerosis dari tubulus dentis
iv. Kemampuan dari respon imun host
Faktor-faktor tersebut dikatakan optimal saat timbul pulpitis kronis
terbuka, bakteri bervirulensi rendah, gigi tua dengan sklerosis tubulus dentis,
pasien sehat, serta perubahan dari apeks gigi menjadi jinak dan kronis.
Banyaknya faktor optimal kadang-kadang berhubungan dengan sedkit atau
tanpa aktivitas dari respon imun. Sebagai gantinya faktor-faktor tersebut
menjadi stimulus sel fibroblastik, sel osteoblastik, jaringan tulang, dan jaringan
parut untuk berproduksi terus sehingga menebal di daerah tersebut. Ketika

3
kondisi merugikan seperti timbulnya pulpitis akut tertutup, peningkatan jumlah
bakteri bervirulensi tinggi, dan pembukaan tubulus dentin muda, inflamasi dari
apeks gigi akan lebih ganas dan banyak toksin bakteri dan enzim otolitik yang
diproduksi dan menyebar. Di dalam kondisi penghancuran cepat dari jaringan
periapikal dan tulang-tulang di sekitar, proses akan cepat meluas ke dalam
ruang sumsum tulang yang berdampingan. 3,4

3 . EPIDEMIOLOGI
Frekuensi terjadinya paling banyak dari semua lesi kistik rahang (kira-kira
52,3%). Sering terjadi pada usia 20-40 tahun dengan jumlah laki-laki lebih
banyak dari wanita (58% : 42%).orang kulit putih mempunyai frekuensi 2 kali
lipat terkena kista jenis ini daripada ras kulit hitam. Kista ini dapat terjadi di
semua gigi di kedua rahang, tetapi lebih banyak terjadi di regio maxilla
anterior. 1,2,3,4
Jenis kista radikuler
A. Apikal
Kista radikuler mengarah ke puncak akar.
B. Lateral
Kista radikular mengarah ke bagian samping saluran akar yang terbuka
daru gigi yang terserang

4 . PATOGENESIS
Lapisan kista radikuler berasal dari proliferasi sisa epitel Malassez yang
terjadi sebagai efek proses inflamasi. Faktor pencetusnya belum dapat
dipastikan. Endotoksin bakteri dan sitokin sel-sel inflamasi serta faktor
pertumbuhan epidermal terbukti sebagai salah satu pencetus proliferasi epitel.
Proliferasi epitel akan terus berlanjut selama masih ada faktor stimulus. 4,5,6,7
A. True cyst
Tahap awal ditandai dengan proliferasi sisa sel Malassez sebagai
reaksi inflamasi. Pada tahap kedua terbentuk rongga yang dilapisi epitel.
Ada 2 hipotesis mengenai pembentukan rongga kista :

4
1. Nutritional deficiency theory
Sel-sel mengalami kekurangan nutrisi dan mengalami nekrosis
menuju degenerasi likuifaktif. Akumulasi produk nekrotik ini akan
menarik granulosit neutrofilik ke daerah nekrotik. Sel-sel akan
berdegenaratif. Leukosit yang terinfiltrasi bersama eksudat jaringan
akan menjadi satu membentuk rongga kista yang dilapisi oleh epitel
skuamos nonkeratinisasi.
2. Abscess theory
Epitel yang berproliferasi akan menutupi abses yang terbentuk di
jaringan nekrotik yang lisis. Secara alamiah sel-sel epitel akan
melindungi jaringan ikat yang terekspos.
3. Kista akan mulai membesar.
Mekanisme pertumbuhan kista juga belum diketahui pasti. Telah
dikemukan teori tekanan osmotik sebagai sebagai salah satu faktor
dalam pertumbuhan kista. Likuifikasi sel-sel menyebabkan tekanan
osmotik di dalam rongga kista menjadi tinggi menyebabkan resorpsi
tulang alveolar di sekitarnya dan rongga kista membesar.
Karies  nekrosis pulpa  inflamasi periapikal  granuloma
periapikal  timbul area kaya vaskularisasi untuk rest of Malassez 
proliferasi rest of Malassez  terbentuk massa besar  inner cells of
mass deprived of nourishment  terjadi liquefaction necrosis 
muncul kavitas di tengah-tengah granuloma  kista radikuler

5
B. Pocket cyst
Pembentukan pocket cyst dimulai dengan akumulasi neutrofil di
sekitar foramen apikalis sebagai respon terhadap eksistensi bakteri di
dalam saluran akar. Kemudian terjadi mikroabses yang dilapisi oleh epitel
yang berproliferasi. Ketika berkontak dengan ujung akar akan terbentuk
leher epitel dengan perlekatan epitel. Keadaan ini akan memisahkan
saluran akar yang terinfeksi dan mikroabses dengan lingkungan periapeks.
Neutrofil di dalam mikroabses akan mati den berintegrasi membentuk
kantung mikrositik. Bakteri dalam saluran akar dan produknya beserta sel-
sel mati akan menarik lebih banyak granulosit neutrofilik ke dalam lumen
kista. Akumulasi sel-sel nekrotik akan menyebabkan kantung membesar
guna mengakomodasi debris yang terbentuk membentuk perpanjangan
dari ruang saluran akar ke arah periapeks. Secara histologis lapisan epitel
dan dinding kista mirip dengan true cyst. 4,5,6,7

5 . Gambaran Kista Radikuler


1. Gambaran klinis kista radikuler
Kebanyakan pada penyakit kista radikuler tersebut tidak terdapat
gejala-gejala yang signifikan (asimptomatik), terutama pada kista yang
berukuran kecil. Hal ini baru akan terlihat setelah dilakukannya
pemeriksaan rontgen foto pada pasien, kecuali jika kista tersebut bernanah,
di mana rasa sakit terjadi seperti pada gejala yang biasa ditunjukkan. Kista
yang besar akan menghasilkan pembengkakan pada bagian bukal dan
meluas hingga bagian lingual atau palatal. Pembengkakan ini terjadi
sebagai bentuk perluasan pada dasar kortikal bukal, yang menyebabkannya
menjadi tipis dan dapat menimbulkan bunyi “cracking” (crepitus). Jika
tulang sudah benar-benar hancur maka kista tersebut akan terhubung
dengan periosteum dan mukosa pada daerah tersebut akan terlihat berwarna
merah kebiru-biruan. 6,7,8

6
2. Gambaran radiografis kista radikuler
Secara radiografi kista radikuler menunjukkan adanya osteolytic atau
lesi radiolucent (berbentuk bulat atau oval) dengan pinggiran radiopac yang
terlihat jelas, kecuali jika daerah tersebut sudah terinfeksi maka gambaran
perifer radiopac tidak akan terlihat.

3. Aspirasi pada isi kantung kista


Sebagai tambahan dari pemeriksaan klinis dan radiologi, aspirasi
terhadap isi kantung kista tersebut merupakan diagnosis tambahan yang
sangat berharga. Kista dengan ukuran yang lebih besar dari 1,5-2 cm,
sedikit atau banyaknya cairan, tetap dapat diaspirasi untuk mencegah
timbulnya lesi yang lebih padat lainnya

6 . DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakan dengan cara :
A. Radiografi
Gambarannya khas. Kista memiliki dinding epitel gepeng berlapis
berkeratin dan berisi cairan kental, berbentuk bundar atau oval, dan
besarnya bervariasi. Lamina dura dan membran periodontal menghilang.
Oleh karena cairan yang bertambah besar dan menekan ke segala arah
sehingga gambaran radiolografisnya berbentuk bundar atau oval, berbatas
garis putih yang tegas dan jelas, dindingnya halus, dna teratur sehingga
dapat dibedakan dengan daerah sekitarnya yang normal. Lokasinya dapat
mengenai hanya satu atau beberapa gigi sekaligus. 1,2,3,4,5

7
B. Histopatologi
1. Lapisan epitel
Kebanyakan kista radikuler merupakan suatu satu kesatuan atau
dalam bagian-bagian berlapis dengan stratified squamous epithelium
dan jangkuan ketebalannya dari 1 sampai 50 lapis sel
2. Rushton hyalin bodies
Kira-kira 10% dari kista radikuler ditemukan Rushton hyalin
bodies di lapisan epitel. Kadang-kadang, namun sangat jarang bisa
juga ditemukan di kapsul fibrous.
3. Belahan kolesterol
Deposisi kristal kolesterol ditemukan pada banyak kista radikuler.
Akumulasi kolesterol dapat terjadi melalui degenerasai dan deintegrasi
dari limfosit, plasma sel, dna makrofag yang memiliki peran pada

8
proses inflamasi. Pada akhirnya kolesterol ini akan keluar dari dinding
sel.
4. Kapsul fibrous
Kapsul fibrous kista radikuler tersusun terutama dari pemadatan
kolagen perifer dan jaringan pengikat longgar yang berdampingan
dengan lapisan epitel.
5. Sel inflamasi
Sel inflamasi akut muncul ketika terjadi proliferasi epitel. Sel
inflamasi kronis muncul pada jaringan pengikat segera berdampingan
ke epitel.
6. Sel mast
Sisa-sisa dari epitel odontogenik dan kadang-kadang satelite
microcyst juga muncul. Beberapa kista tampak jelas bervaskularisasi.
Berbagai macam kalsifikasi juga muncul.

7 . PENATALAKSANAAN
A. Biopsi 3,4,5
1. Aspirasi jarum halus (FNAB)
Jarum diameter < 1 mm, ujung jarum ditusukan ± 5 kali kemudian
dibuat hapusannya (one layered smear)
2. Eksisi
Guna mengambil lesi kecil yang secara klinis merupakan lesi
jinak (ᴓ < 1 cm) baik lesi superfisial maupun lesi profunda, lunak, atau

9
keras. Pendekatan yang dilakukan bisa insisi berbentuk elips (untuk
lesi permukaan) atau modifikasinya (apabila lesi terletak di jaringan
lunak)
3. Insisi
Digunakan pada lesi berukuran besar atau potensial ganas
(nantinya memerlukan eksisi luas) atau untuk menghindari struktur
penting di sekitarnya (misalnya arteri atau saraf). Biopsi insisional
biasanya dipilih untuk lesi besar dan terletak di dalam tulang baik lesi
kistik maupun solid. Digunakan untuk menentukan sifatnya. Hasil ini
dapat digunakan untuk merencanakan tindakan rehabilitasi.
4. Aspirasi
Suatu pendekatan untuk fluktuan di dalam lesi jaringan lunak baik
superfisial atau profunda. Lesi sentral pada tulang diaspirasi dahulu
sebelum diambil karena dikhawatirkan akan terjadi perdarahan yang
disebabkan oleh adanya hemangioma sentral atau anomali vaskuler.
Aspirasi kurang bermanfaat untuk diagnosis lesi solid.

B. Perlakuan endodontik 3,4,5


Lesi perifer termasuk juga kista radikuler disingkirkan oleh tubuh
segera setelah agen penyebab disingkirkan. Kebanyakan kista radikuler
dapat mengalami mengalami resolusi sebagai akibat perawatan saluran
akar dan tidak membutuhkan intervensi bedah.
Mekanisme potensial untuk degenerasi kista dan perbaikan jaringan
dengan perawatan endodontik konvensial dapat dicapai dengan
debridemen sistem saluran akar untuk mengangkat semua iritan. Tahapan
pembentukan dan pembersihan sistem saluran akar merupakan suatu
tahapan penting dalam mendukung suksesnya perawatan saluran akar.
Pembentukan dan pembersihan saluran akar akan memudahkan pengisian
saluran akar yang benar-benar padat dalam tida dimensi. Selain tahap
pembentukan dan pembersihan saluran akar penggunaan medikamen
saluran akar yang dapat dengan kalsium hidroksida juga sangat menunjang
suksesnya perawatan kista periapikal.

10
Pada gigi-gigi dengan lesi periapikal, pengangkatan iritan, atau
jaringan yang mengalami inflamasi atau nekrotik dari sistem saluran akar
akan menstimulasi proses perbaikan dan pengecilan lesi. Perbaikan lesi
periapikal terutama ditandai dengan infiltrasi sel-sel inflamasi yang
berperan dalam mengangkat iritan endogenous dan eksogenous diikuti
dengan proliferasi kolagen oleh sel-sel fibroblas dan pembentukan tulang.
Adanya integrasi seluler dan fenomena imunologi akan membersihkan
semua debris dan benda-benda asing yang meningkatkan proses perbaikan.
Kalsium hidroksida dapat dipakai sebagai medikamen saluran akar
karena mempunyai efek antibakterial dan anti jamur karena pH nya tinggi
dengan berkontak pada jaringan periapikal akan mempengaruhi aktivitas
osteoklas dan memacu perbaikan. Pada kasus di mana terjadinya resorpsi
tulang oleh aktivitas enzimatik, kalsium hidroksida menyebabkan suasana
alkalin sehingga deposit jaringan keras dapat terjadi. Penempatan kalsium
hidroksida berkontak dengan jaringan periapikal akan mempengaruhi
langsung jaringan yang mengalami inflamasi. Kemampuan kalsium
hidroksida menyebabkan nekrotik dan rusaknya dinding epitelium
menyebabkan jaringan ikat dapat mengadakan invaginasi ke dalam lesi
sehingga penyembuhan dapat terjadi.
Aksi kalsium hidroksida melewati apeks memberi empat keuntungan,
yaitu:
1. Anti inflamasi dengan sifat higroskopisnya membentuk jembatan
dentin kalsium protein dan menginhibisi fosfolipase
2. Menetralkan produk-produk asam seperti hidrolase yang
berpengaruh pada aktivitas osteoklastik
3. Mengaktifkan fosfatase alkali
4. Aksi antibakterial
Peletakan kalsium hidroksida sebagai medikamen intrakranial setelah
overinstumen ke dalam kista periapeks dan hasil yang dicapai biasanya
jauh lebih baik. Kalsium hidroksida berlebih melewati foramen apikal
menunjukkan penyembuhan lesi yang tidak berbeda bila kalsium
hidroksida tidak melewati apeks.

11
Penyembuhan kista terjadi dalam waktu 6 bulan setelah dilakukan
perawatan endodontik non-bedah dengan kalsium hidroksida sebagai
medikamen intrakanal. Penyembuhan dapat dicapai dengan kemampuan
neutrofil untuk merusak jaringan dengan enzim-enzim proteolitiknya dan
kemampuan merusak epithelial lining dari dinding kista. Hal inilah yang
diharapkan dalam proses penyembuhan kista radikuler. Instrumentasi pada
awal perawatan melewati foramen apikal juga merupakan tindakan untuk
mempercepat proses pengecilan kista melalui :
1. Inflamasi akut dengan terjadinya distraksi epitelial
2. Perdarahan subepitelial dengan ulserasi dari epithelial lining

C. Perlakuan bedah 3,4,5


1. Enukleasi
Gigi yang terpengaruhi diekstraksi atau dipelihara melalui
perawatan saluran akar dengan apicocetomy. Lapisan mukoperiosteal
di sekitar kista diangkat dan celah terbuka pada tulang untuk memberi
akses yang cukup. Kista dengan hati-hati dipisahkan dari dinding
tulang. Seluruh kista disingkirkan. Tepi dari lubang tulang dihaluskan,
perdarahan dikendalikan, dan lubang diirigasi untuk membuang debris.
Lapisan mukoperiosteal dikembalikan dan disambungkan kembali.
2. Marsupialisasi
Kista yang utama dibuka. Sama seperti enukleasi tepi lapisan
epitel dijahit ke membran mukosa di tepi dari tempat pembukaan.
Dengan maksud untuk menghasilkan pembersihan dari rongga sendiri
di mana menjadi sebuah invaginasi jaringan oral. Pada awalnya rongga
ditutup dengan pita seperti kasa dan setelah bagian tepinya sembuh,
penyumbat atau penyambung dari gigi buatan dibuat untuk menutup
pembukaan. Rongga biasanya ditutup oleh pertumbuhan kembali dari
jaringan di sekelilingnya dan terjadi perbaikan dari garis normal
bagian itu. Penggunaan utama adalah untuk mengurangi tekanan udara
sementara dari kista yang luar biasa besar di mana fraktur rahang

12
sebagai faktor risiko. Ketika tulang baru yang terbentuk cukup kista
dapat dienukleasi.

8 . PROGNOSIS
Prognosis tergantung dari gigi yang terkena, derajat kerusakan tulang, dan
kemudahn perawatan. Terapi dari kista radikuler sebagai penyakit dari infeksi
saluran akar terdiri dari pembasmian mikroba atau pada hakikatnya
menurunkan jumlah mikroba dari saluran akar dan mencegah infeksi kembali
dari orthograde root filling. Terapi ini memiliki tingkat kesuksesan tinggi,
namun terapi endodonti dapat gagal. Kegagalan terbanyak terjadi pada saat
prosedural terapi, kebanyakan dari teknik dasar tidak tercapai standar yang
memuaskan, sebagai kontrol, dan pehilangan infeksi, bahkan ketika standar
tinggi dan prosedur paling hati-hati telah dilaksanakan, kegagalan dapat terjadi.
Hal ini dikarenakan daerah saluran akar yang tidak dapat dibersihkan dan

13
obturated peralatan yang ada, material, dan teknik sehingga menyebabkan
infeksi menetap. 2,3,4,5

9 . KOMPLIKASI
A. Perubahan menjadi karsinoma atau neoplasma
Squamous cell carcinoma atau epidermoid carcinoma biasanya tumbuh
dari lapisan epitel kista radikuler
B. Fraktur patologis pada rahang
Apabila kista telah tererosi seluruhnya khususnya saat muncul pada regio
posterior yang kasusnya sangat jarang terkena ksita radikuler, bisa
mengakibatkan
C. Secondary infection
Kista bisa menjadi secondary infection dan menimbulkan komplikasi lebih
jauh.

10 .Diffential Diagnosis
Dental granuloma
Tumor odontogenik

14
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien


a. Nama : Ny. C.P
b. Umur : 51 tahun
c. Tanggal Lahir : 03 Mei 1968
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Suku : Merauke
f. Alamat : Jl. Kampung Timur Merauke / Jl. Kayu Batu
Base-G
g. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
h. Tanggal MRS : 17 Agustus 2019
Nomor Rekam Medik : 46 05 92

3.2. Anamnesis (Autoanamnesis)


Pasien rujukan dari Rumah Sakit Umum Merauke datang dengan keluhan
bengkak pada gusi gigi atas ± 3 bulan yang lalu disertai nyeri tekan. Riwayat
trauma (+) ± 30 tahun yang lalu dan mengakibatkan gigi depan terjatuh
kebelakang. Oleh dokter umum direposisi ulang dan diberikan obat dan
sampai sekarang gigi depan masih bertahan.
1) Keluhan Utama
Pembengkakan pada gusi gigi atas
2) Riwayat Penyakit / Pengobatan Dahulu
Obat analgesik : As. Mefenamat ? 1x kemudian bengkak menurun →
STOP
3) Riwayat Penyakit lain
- Riwayat diabetes melitus : (+)
- Riwayat Penyakit kardiovaskular : disangkal
4) Riwayat Alergi
- Riwayat alergi makanan : disangkal
- Riwayat alergi obat : disangkal

15
3.3. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda Vital
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
c. Nadi : 72 x/menit
d. Respirasi : 18 x/menit
e. Suhu : 36,5oC
2) Pemeriksaan Ekstraoral
- Muka: dalam batas normal
- Pipi : dalam batas normal
- Bibir: dalam batas normal
- Tampak wajah asimetris (-)
- Bengkak (-)
- Trismus (-)
3) Pemeriksaan Intra oral:
- Lidah: dalam batas normal
- Mukosa bukal: dalam batas normal
- Mukosa palatinal: dalam batas normal
- Gingival: eritema regio gigi 21
- Gigi-geligi : gigi 2 mobil depan/belakang (+/+)

16
3.4.Pemeriksaan Penunjang
Foto Panoramik

Gambar. Hasil foto panoramik


Radiolusen yang jelas dan berbatas tegas, membulat dengan diameter 2 cm di
apikal gigi insicivus media dan lateralis kanan atas.

Foto Thoraks

Cor tidak membesar


Sinuses dan Diafragma normal
Pulmo : Hili normal
Corakan bronchovasculer normal
Tidak tampak infiltrat
Bone dan soft tissue : Baik

Kesimpulan :
Cor dan pulmo dalam batas
normal

Gambar. Hasil foto thoraks

17
Pemeriksaan Darah

Gambar. Hasil pemeriksaan darah


3.5.RESUME
Pasien rujukan dari Rumah Sakit Umum Merauke datang dengan keluhan
bengkak pada gusi gigi atas ± 3 bulan yang lalu disertai nyeri tekan. Riwayat
trauma (+) ± 30 tahun yang lalu dan mengakibatkan gigi depan terjatuh
kebelakang. Oleh dokter umum direposisi ulang dan diberikan obat dan
sampai sekarang gigi depan masih bertahan.
Pada pemeriksaan fisik didapati Tekanan Darah 120/80 mmHg, Nadi 72
x
/menit, Respirasi 18 x/menit, Suhu 36,5oC.

3.6.Diagnosa Kerja
Kista radikuler regio gigi 321 + 2 resorbsi berat + DM

18
3.7. Laporan Operasi
Hari / tanggal Selasa, 20 Agustus 2019
Operator drg. Meiske E. Paoki, Sp.BM
Diagnosis pra bedah Kista radikuler regio 321 + DM terkontrol
+ HT
Diagnosis pasca bedah Kista radikuler beradang regio 321 + DM
terkontrol + HT
Indikasi operasi Eksisi - Biopsi
Rencana operasi Enukleasi kista radikuler + Odentektomi
gigi 21
Jaringan yang dieksisi Kista tulang alveolar reg 21
Lapoan operasi
- SIO diisi
- Skin test cetriaxone negatif, inj. Ceftriaxone 2 gr
- Pasang duck sterile
- Injeksi pehacain:aquades= 1:1 = 1,5cc di labial 321
- Insisi landas tulang ginggiva regio 321 , flek diangkat
- Identifikasi lokasi kista diapikal 2 , dibikin window di tulang
dengan bor, tulang dibuka
- Dilakukan enuklease kista radikuler, pencabutan gigi 21
- Cavitas irigasi flek dikembalikan dan dijahit dengan vicryl 3.0
- Pasang plester tekan dibibir atas
- Jumlh perdarahan ±20 cc
- Operasi seinstruksi lesai

Instruksi post operasi


- Infus RL : 1500 cc/24 jam
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
- Inj. Antrain 1gr/8 jam
- Pasien sadar baik MSS pukul 15.00, bila tidak mual muntah, makan
pukul 16.00
- Monitoring vital sign & tanda perdarahan
Obat gula tetap dilanjutkan oleh TS Sp.PD

19
Foto Operasi

20
3.8 Follow up
Hari / Tanggal Perjalanan Penyakit Instruksi Dokter

Jumat S: benjolan di gusi atas kanan  MRS di RPDW


sering sakit & bengkak. Gigi  Pro regulasi GD (Raber)
16 Agustus terbentur 30 thn yang lalu.  Pro enukleasi kista
2019 RPD: DM tak terkontrol radikuler bila GDS
O: status general terkontrol
 Kes: CM
 KU :Tampak sakit sedang
 TD : 130/80 mmHg
 N : 69 x/menit
 RR : 18 x/menit
 Suhu : 36,9 °C
 GDS: 285 post terapi poli
usul dr.Sp.PD →regulasi
cepat di rawat inap
A : kista radikuler reg 321 +
DM tak terkontrol

Sabtu Kel : lemas (-), pusing (-), Terapi Sp.PD


mual/muntah (-/-) - NaCl 0.9 % 20 tpm
17 Agustus KU : tampak sakit ringan - Levemir 0-0-20 Unit
2019 - Novorapid 3x15IU
 Kes: : CM
- Metformin 3x500mgtab
 TD : 140/90 mmHg - Amlodipin 1x5 mg
 N : 79 x / menit
 RR : 21 x / menit Sp.BM
- Bila regulasi DM baik
 Suhu: 36,9 °C rencana operasi hari
Pemeriksaan lab: senin
GDS: 103 mg/dl

Dx : kista radikuler reg 321 +


DM + HT

Senin Kel : lemas (-), pusing (-), Terapi Sp.PD


mual/muntah (-/-) - NaCl 0.9 % 20 tpm
19 Agustus KU : tampak sakit ringan - Levemir 0-0-20 Unit
2019 - Novorapid 3x15IU
 Kes: : CM
- Metformin 3x500mgtab
 TD : 120/80 mmHg - Amlodipin 1x5 mg
 N : 75 x / menit

21
 RR : 18 x / menit Sp.BM
 Suhu: 36,8 °C Rencana operasi besok
selasa, 20 Agustus 2019 .
Pemeriksaan lab:
pasien di puasakan makan
GDS: 116 mg/dl dan minum sejak pukul
22.00
Dx : kista radikuler reg 321 +
DM + HT

Selasa Kel : lemas (-), pusing (-), Terapi Sp.PD


mual/muntah (-/-) - NaCl 0.9 % 20 tpm
20 Agustus KU : tampak sakit ringan - Levemir 0-0-20 Unit
2019 - Novorapid 3x15IU
 Kes: : CM
- Metformin 3x500mgtab
 TD : 120/80 mmHg - Amlodipin 1x5 mg
 N : 75 x / menit
 RR : 18 x / menit
Sp.BM
 Suhu: 36,8 °C - Infus RL : 1500 cc/24
Pemeriksaan lab: jam
GDS: 153 mg/dl - Inj. Ceftriaxone 1gr/12
Dx : kista radikuler reg 321 + jam
DM + HT - Inj. Antrain 1gr/8 jam
- Pasien sadar baik MSS
pukul 15.00, bila tidak
mual muntah, makan
pukul 16.00
- Monitoring vital sign &
tanda perdarahan
- Obat gula tetap
dilanjutkan oleh TS
Sp.PD

Rabu Kel : perdarahan bekas Terapi Sp.PD


operasi negatif (-), - NaCl 0.9 % 20 tpm
21 Agustus Nyeri (+) berkurang. - Levemir 0-0-20 Unit
2019 - Novorapid 3x15IU
KU : tampak sakit ringan
- Metformin 3x500mgtab
 Kes: : CM - Amlodipin 1x5 mg
 TD : 130/80 mmHg
 N : 76 x / menit
Sp.BM
 RR : 19 x / menit - BPL
 Suhu: 36,8 °C - Obat oral:
Pemeriksaan lab: Cefadroxil 2x500mg
GDS: 162 mg/dl (PO)

22
Dx : Kista radikuler beradang Asam mefenamat
regio 321 + DM terkontrol + 3x500mg (PO)
HT post Enukleasi kista - Kontrol polik hari Jumat
radikuler + Odentektomi gigi tgl 23 Agustus 2019
21 (H-I)

23
BAB IV
PEMBAHASAN

Telah dilaporkan suatu kasus wanita 51 tahun yang kemudian didiagnosa


dengan diagnosa kista radikuler reg 321 + DM + HT. Selanjutnya akan dibahas:
4.1 Apakah klinis pasien sesuai dengan diagnosis yang ditegakkan?
Kista radikuler adalah suatu kavitas tertutup atau kantung patologis
pada ujung akar gigi (periapikal), berisi massa setengah padat atau cairan
yang dilapisi oleh jaringan epitel1. Kista radikular adalah kista yang
berhubungan dengan peradangan (inflammatory cysts). Kista tersebut
berasal dari sisa-sisa sel epitel Malassez di ligamen periodontal sebagai
hasil periodontitis apikalis yang mengikuti kematian pulpa. Kista radikular
yang tertinggal di rahang setelah pengangkatan gigi penyebab disebut
sebagai kista residual. Kista radikuler ini diklasifikan ke dalam
inflammatory odontogenic cyst, yaitu kista yang timbul sebagai akibat dari
proses peradangan atau inflamasi pulpa gigi yang tidak dirawat sampai
menyebabkan inflamasi hingga pulpa mengalami kematian atau menjadi
nekrosis.2,4 Selain karies, penyebab lainnya adalah trauma benturan, pukulan
keras, terjatuh, sehingga menyebabkan gigi menjadi nekrosis, atau dapat
juga disebabkan karena gigi pernah mendapatkan perawatan restorasi yang
tidak tepat.3
Kasus penyakit ini lebih sering diemukan pada gigi permanen dan dapat
terjadi pada usia berapa pun, dan lebih sering pada laki-laki antara umur 30
sampai 50 tahun. Berdasarkan perhitungan pasien dengan kista rahang dari
semua kelompok usia, kista radikuler merupakan kista odontogenik yang
paling umum terjadi pada rahang, dengan persentase kejadian sekitar 52%-
68% dari semua kista rahang yang ada. Kasus kista ini juga dapat terjadi
pada gigi sulung namun dengan presentase kejadian yang sangat kecil, yaitu
< 1% dari seluruh kejadian kista radikuler yang ada.2,3 Kista ini dapat terjadi
di daerah periapikal dari gigi regio manapun, namun dilaporkan lebih sering
terjadi pada gigi anterior maksila, sementara pada mandibula lebih sering
terjadi pada regio premolar.2

24
Patogenesis penyakit ini mencakup tiga fase, yaitu fase inisiasi, fase
pembentukan kista, dan fase pembesaran. Dimulai dari produk dari pulpa
nekrosis yang keluar ke jaringan periapikal, menginduksi terjadinya respon
inflamasi. Pertahanan tubuh pertama dari nekrosis pulpa ini adalah
pembentukan granuloma sebagai respon inflamasi tersebut. Kemudian sisa-
sisa epitel malassez yang terjerat dalam granuloma distimulasi untuk
berproliferasi secara ekstensif. Epitel malassez merupakan bagian dari
selubung hertwig akar yang tidak aktif yang berada dekat dengan ligamen
periodontal. Massa sel-sel epitel ini berkembang terus menerus membentuk
dinding kista sehingga bagian tengah semakin jauh atau terhalang untuk
mendapatkan suplai darah dan nutrisi. Hal ini menyebabkan defisiensi
nutrisi yang mengakibatkan bagian tersebut mati dan terjadilah akumulasi
cairan. Kemudian terjadi pembesaran kista. Berdasarkan studi, terbukti
bahwa tekanan osmosis memiliki peranan dalam peningkatan ukuran kista.
Adanya jaringan nekrotik, eksudat plasma protein, dan asam hialuronat
dalam rongga atau bagian tengah kista mengakibatkan tekanan osmosis
cairan kista lebih tinggi dibandingkan cairan jaringan sekitarnya, sehingga
akan menarik cairan disekitarnya masuk ke dalam ronga kista dan
menyebabkan ukuran kista membesar.2,3,4
Pelebaran tulang korteks tulang membutuhkan proses yang lama dan
juga tidak menimbulkan rasa sakit, oleh karena itu lesi ini dapat ditentukan
secara tidak terduga dalam radiografi periapikal seperti dalam kasus ini. Ciri
khas dari kista radikuler adalah adanya gigi dengan keadaan pulpa yang non
vital, dan terkadang disertai sinus yang muncul dari ruang kista. Kista ini
dapat terjadi pada bagian periapikal dari setiap gigi, tetapi jarang terlihat
pada periode gigi desidui. Beberapa penelitian populasi di Inggris dan
Afrika Selatan menunjukkan bahwa kista radikuler biasanya terjadi pada
dekade ketiga dan kelima masa hidup, lebih sering terjadi pada laki-laki
dibandingkan perempuan dan lebih sering terjadi pada bagian anterior
rahang atas. Pada kasus ini terjadi pada rahang bawah dan bilateral2,4
Sebagian besar, lesi kista radikuler tidak terdeteksi secara klinis karena
lesi kista umumnya kecil, tumbuh lambat, tanpa gejala (asimptomatis), tidak

25
terasa nyeri, dan tidak menimbulkan pembesaran tulang rahang yang
bermakna, sehinga keberadaannya tidak disadari oleh pasien dan umumnya
lesi lebih sering ditemukan secara tidak sengaja pada survei radiografi
dibandingkan secara klinis dalam rongga mulut. Namun apabila lesi kista ini
berkembang cukup besar, biasanya akan terlihat secara nyata dalam rongga
mulut berupa benjolan pada gingiva dengan permukaan yang licin, warna
sama dengan permukaan disekitarnya atau kebiruan, dan apabila dipalpasi
benjolan tersebut akan ikut bergerak atau dikenal dengan fenomena
pingpong.3
Gambar radiografi dari kista radikuler adalah radiolusen berbentuk
bulat atau oval pada area periapikal gigi dengan batas yang jelas berwarna
putih opak dan dalam ukuran yang bervariasi. Lesi lainnya, seperti
granuloma dan neoplasma juga menampilkan gambaran radiografi
periapikal serupa. Oleh karena itu, radiolusen periapikal yang berbatas jelas
tidak dapat secara otomatis dianggap sebagai kista. Beberapa studi
menyebutkan bahwa granuloma dan kista dapat dibedakan berdasarkan
ukuran dalam radiografi, granuloma umumnya berdiameter < 0,5 cm
sementara kista umumnya berdiameter > 0,5 cm. Namun studi lain telah
menunjukkan bahwa tidak mungkin mengandalkan ukuran radiografi dari
radiolusen periapikal untuk menetapkan diagnosis baik antara granuloma
atau kista, kecuali diameter lesi lebih besar dari 2 cm, maka dapat dipastikan
bahwa itu adalah kista.1,3,6
Pada kasus diagnosis kista radikuler reg 321 + DM + HT
ditegakkan berdasarkan anamnesis berupa adanya riwayat trauma dan
juga terdapat benjolan pada gusi yang hilang timbul yang terkadang
tidak disadari sendiri oleh pasien dan tanpa diketahui penyebabnya,
dan pada pemeriksaan fisik didapati bembengkakan pada gingiva
dengan permukaan yang licin, warna sama dengan permukaan
disekitarnya dan apabila dipalpasi benjolan tersebut akan ikut
bergerak. Pada pemeriksaan radiologis didapatkan gambaran
Radiolusen yang jelas dan berbatas tegas berwarna putih opak,

26
membulat dengan diameter 2 cm di apikal gigi insicivus media dan
lateralis kanan atas.
4.2 Apa diferensial diagnosis / diagnosis banding dari penyakit ini?
Terdapat beberapa kondisi yang merupakan diagnosa banding dari kista
radikular, antara lain :
a. Periapical granuloma
Periapical granuloma adalah massa yang mengalami radang kronis
pada jaringan ikat imatur yang berkembang pada bagian apeks gigi
non vital yang bereaksi terhadap racun yang berasal dari saluran
pulpa.5
Tampilan radiografi :
Perubahan periapikal awal pada ligamen periodontal menunjukan
adanya penebalan ligamen di bagian apeks akar. Proliferasi jaringan
granulasi dan resorpsi tulang berlanjut, periapical granuloma terlihat
sebagai area radiolusen ukuran variabel yang tampaknya melekat pada
apeks akar. Pada beberapa kasus, gambaran radiolusen ini berbatas
jelas dengan tulang sekitarnya dan garis radiopak tipis yang
menunjukan zona tulang sklerotik biasanya terlihat membentuk
outline dari lesi. Hal ini mengindikasikan bahwa lesi periapikal adalah
lesi berprogresif lambat.6
Pada kasus lain, tampilan radiografi dari tepi granuloma mengalami
difus daerah radiolusen dengan tulang disekitarnya. Perbedaan ini
disebabkan karena adanya perbedaan dalam aktivitas selular disekitar
tepi lesi.6

Gambaran radiografi periapikal granuloma

27
b. Periapical scar
Periapical scar adalah gabungan dari jaringan fibrosa padat yang
terletak pada periapex gigi yang sudah tidak berisi jaringan pulpa dan
biasanya sudah dilakukan pengisian saluran akar yang ditunjukan oleh
adanya granuloma, kista, atau abses yang telah diobati, penghentian
formasi jaringan parut yang memadat lebih tinggi dibandingkan
dengan kerusakan pada tulang.5
Gambaran radiologi dari penyakit ini adalah radiolusen tidak
beraturan berbatas jelas yang menyerupai periapical granuloma dan
kista. Hal ini sering lebih kecil dari dua entitas. Gigi dan gambaran
radiolusen asimptomatik jika diamati selama periode waktu, gigi tetap
konstan dalam ukuran atau mungkin ukurannya sedikit berkurang.
Jika setelah perawatan saluran akar radiolusen tidak mengecil, maka
gambaran radiolusen dapat diasumsikan sebagai periapical scar.7

Gambaran radiografi periapical scar

c. Surgical defect
Surgical bone defect merupakan daerah yang gagal saat pengisian
struktur tulang setelah operasi. Hal ini sering terlihat pada bagian
periapikal setelah prosedur reseksi akar terutama ketika kedua plate
labial / bukal dan lingual / palatal telah dihilangkan atau
dihancurkan.5,6
Gambaran radiolusen periapikal yang dihasilkan oleh surgical bone
defect berbentuk bulat. berkontur halus dan memiliki perbatasan tepi
yang baik. Bayangan radiolusen dapat diproyeksikan langsung di atas

28
apeks atau beberapa milimeter di luar apeks akar yang direseksi dari
gigi endodontik. Biasanya, hal ini akan dapat diselesaikan dengan
ukuran tertentu dan kemudian tetap konstan. Gigi dan daerah
periapikal akan benar-benar tanpa gejala. Sebuah pemeriksaan klinis
dengan hati-hati dapat menentukan mucosal scar dari operasi
sebelumnya. Jika kerusakan cukup besar, surgical defect bone dapat
dideteksi dengan palpasi.7

Gambaran radiografi surgical defect

d. Keratocystic Odontogenic Tumor ( KOT )


KOT merupakan tumor jinak yang tidak menunjukan gejala, namun
jika timbul dengan radang maka akan menyebabkan rasa sakit dan
bengkak. KOT biasanya lebih sering terjadi pada rahang bawah
dibandingkan dengan rahang atas. KOT mudah mengalami
kekambuhan setelah perawatan, dan biasanya juga dapat mendorong
gigi dan tulang kortikal di sekitarnya.5,6
Terlihat gambaran radiolusen menyerupai kista dengan dinding yang
bersepta, berbentuk bulat, atau melengkung mengikuti bentuk rahang
dengan ekspansi kearah mediolateral. Pada beberapa kasus KOT
biasanya meresorpsi tulang kortikal, dan gigi disekitarnya.7

29
Gambaran radiografi Keratocystic Odontogenic Tumor

4.3 Bagaimana penatalaksanaan pada pasien ini?


Penatalaksanaan kista radikuler dibedakan berdasarkan dari ukuran kista,
yaitu:
a. Pada kista radikuler yang berukuran kecil perawatan yang bisa
dilakukan adalah perawatan saluran akar dengan apicoectomy atau
pemotongan 1/3 apikal gigi pada gigi yang mengalami kista. 3,4,5

Apicoectomy
b. Kista radikuler yang berukuran sedang dapat dilakukan perawatan
enukleasi atau pengangkatan seluruh jaringan kista tanpa adanya rupture
pada kista. Thin-bladed kuret digunakan pada perawatan ini untuk
cleaving connective tissue layer pada dinding kista dari rongga tulang
sehingga kista dapat terangkat dan dikeluarkan dari tulang. 3,4,5

30
Enukleasi

c. Pada kista radikuler yang berukuran besar dapat dilakukan perawatan


marsupiliasi. Perawatan marsupiliasi adalah membuat suatu surgical
window pada dinding kista, membuang isi kista, dan mempertahankan
kontinuitas antara kista dan rongga mulut, sinus maksilaris, dan rongga
nasal. Jika kerusakan tulang sudah luas dan tipis karena kista, insisi bisa
diperluas ke tulang melalui rongga kista. Kemudian osseus window
dihilangkan secara hati-hati dengan bur dan rongeurs. Selanjutnya kista
dikeluarkan dan dilakukan pemeriksaan visual pada lapisan residual dari
kista. Setelah memastikan lapisan residual pada kista maka lakukan
irigasi pada kista untuk menghilangkan residual fragmen atau debris.3,4,5

Marsupiliasi

31
Pada pasien ini dilakukan tindakan Enukleasi kista radikuler +
Odentektomi gigi 21 . Dari enukleasi diperoleh jaringan dinding kista
sebanyak ± 3 cc berwarna merah kecoklatan dengan konsistensi kenyal.
Selanjutnya akan diperiksakan apakah hasil pemeriksaan
histopatologinya sesuai dengan histopatologi kista radikular atau tidak.

32
BAB V
PENUTUP

Kista radikuler adalah kista odontogenik yang terjadi pada apeks gigi nonvital
yang mengalami peradangan. Terjadinya kista ini diakibatkan oleh infeksi gigi
yang berkembang menjadi granuloma yang berisikan sel epitel malassez. Kista
radikuler disebut juga kista inflamasi, kista periodontal, atau kista periodontal
apical.
Kista radikuler merupakan kista yang paling sering dijumpai di rongga mulut,
kurang lebih 60%-75% dari seluruh kista odontogenik, dengan frekuensi tersering
di rahang atas terutama di regio anterior lebih kurang sekitar 60%, sedangkan
pada rahang bawah sering terjadi pada regio posterior, namun kista ini dapat
terjadi di region mana saja pada rahang. Biasanya peradangan mengikuti kematian
pulpa gigi dan kista yang timbul dengan cara ini tersering ditemukan apeks gigi
yang terkena. Sering terjadi pada usia 20-40 tahun. Lebih sering terjadi pada laki-
laki. Lokasi yang paling sering terkena adalah maxilla teruatma pada region
anterior maxilla.
Prognosis tergantung dari gigi yang terkena, derajat kerusakan tulang, dan
kemudahn perawatan. Terapi dari kista radikuler sebagai penyakit dari infeksi
saluran akar terdiri dari pembasmian mikroba atau pada hakikatnya menurunkan
jumlah mikroba dari saluran akar dan mencegah infeksi kembali dari orthograde
root filling.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Regezi JA, Scuiba J. Oral Pathology Clinical-Pathologic Correlation. 2nd


ed. Philadelphia : W. B. Saunders Company, 1993: 424-7.
2. Ruslijanto Hartono, karsinoma Sel Skuamosa Pada Lidah, Forum Ilmiah
II, Fakultas Kedokteran gigi Universitas Trisakti, 1987.
3. Laskin D. Oral and maxillofacial surgery, vol.2. San Francisco: The C.V
Mosby Company;1985.p450-454
4. Torabinejad M., Walton RE. Penyakit Jaringan Pulpa dan Jaringan Sekitar
Akar di dalam Prinsip dan Praktik Ilmu Endodental. Ed2. Alih bahasa :
Sumawinata N., Shidarta W., Nursasongko B. Jakarta: EGC, 1994: 60-2
5. Theresia Indah Budhy Sulisetyawati, Insidens Tumor ganas Rongga Mulut
di Surabaya-Jawa Timur selama periode tahun 1987-199, Majalah
kedokteran Gigi Universitas Airlangga, vol 34, no 4, Oktober-Desember
1997.
6. Nuryana E, Syafriadi M. Pembentukan kista radikular dalam granuloma
dental. Jurnal PDGI edisi khusus kongres PDGI XXIII 2008.p.61-65
7. Shear M. Cysts of the oral and maxillofacial regions, 4th ed. Copenhagen:
BlackwellMunksgaard;2007.p.123-142
8. Danudiningrat CP. Kista odontogen dan nonodontogen. Surabaya:
Airlangga University Press;2006.p.39-42

34

Anda mungkin juga menyukai