Oleh:
1. BENEDIKTUS R. KAYAME (0120840040)
2. SONDI V. LUMBAN BATU (0120840257)
Pembimbing :
drg. Meiske. E. Paoki. Sp. BM
Kista radikuler disebut juga kista periapikal. Kista ini merupakan jenis kista
yang paling sering ditemukan. Kista radikuler terbentuk oleh karena iritasi kronis
gigi yang sudah tidak vital. Kista ini tumbuh dari epitel rest of Malassez yang
mengalami proliferasi oleh karena respon terhadap proses radang yang terpicu
oleh karena infeksi bakteri pada pulpa yang nekrosis.1,2
Kista radikuler disebut juga kista inflamasi, kista periapikal. Kista radikuler
merupakan kista yang paling sering dijumpai di rongga mulut, kurang lebih 60%-
75% dari seluruh kista odontogenik, dengan frekuensi tersering di rahang atas
terutama di regio anterior lebih kurang sekitar 60%, sedangkan pada rahang
bawah sering terjadi pada regio posterior, namun kista ini dapat terjadi di region
mana saja pada rahang. Biasanya peradangan mengikuti kematian pulpa gigi dan
kista yang timbul dengan cara ini tersering ditemukan apeks gigi yang terkena.
Sering terjadi pada usia 20-40 tahun. Lebih sering terjadi pada laki-laki. Lokasi
yang paling sering terkena adalah maxilla teruatma pada region anterior maxilla.
1,2
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2. Etiologi
Kista radikuler diperkiarkan terjadi karena faktor fisik, kimia, atau luka
karena bakteri yang mengakibatkan pulpa mati dan diikuti stimulasi dari sel
epitel rest of Malaseez yang muncul pada ligamen periodontal. 2,3
Sifat dan reaksi lesi yang terbentuk di apeks gigi adalah bayangan kondisi
yang memulai penghancuran dari pulpa gigi yang terserang. Empat faktor
mayor yang berperan :
i. Timbulnya pulpitis terbuka maupun tertutup
ii. Berbagai jenis mikroorganisme yang bersangkutan
iii. Tingkat sklerosis dari tubulus dentis
iv. Kemampuan dari respon imun host
Faktor-faktor tersebut dikatakan optimal saat timbul pulpitis kronis
terbuka, bakteri bervirulensi rendah, gigi tua dengan sklerosis tubulus dentis,
pasien sehat, serta perubahan dari apeks gigi menjadi jinak dan kronis.
Banyaknya faktor optimal kadang-kadang berhubungan dengan sedkit atau
tanpa aktivitas dari respon imun. Sebagai gantinya faktor-faktor tersebut
menjadi stimulus sel fibroblastik, sel osteoblastik, jaringan tulang, dan jaringan
parut untuk berproduksi terus sehingga menebal di daerah tersebut. Ketika
3
kondisi merugikan seperti timbulnya pulpitis akut tertutup, peningkatan jumlah
bakteri bervirulensi tinggi, dan pembukaan tubulus dentin muda, inflamasi dari
apeks gigi akan lebih ganas dan banyak toksin bakteri dan enzim otolitik yang
diproduksi dan menyebar. Di dalam kondisi penghancuran cepat dari jaringan
periapikal dan tulang-tulang di sekitar, proses akan cepat meluas ke dalam
ruang sumsum tulang yang berdampingan. 3,4
3 . EPIDEMIOLOGI
Frekuensi terjadinya paling banyak dari semua lesi kistik rahang (kira-kira
52,3%). Sering terjadi pada usia 20-40 tahun dengan jumlah laki-laki lebih
banyak dari wanita (58% : 42%).orang kulit putih mempunyai frekuensi 2 kali
lipat terkena kista jenis ini daripada ras kulit hitam. Kista ini dapat terjadi di
semua gigi di kedua rahang, tetapi lebih banyak terjadi di regio maxilla
anterior. 1,2,3,4
Jenis kista radikuler
A. Apikal
Kista radikuler mengarah ke puncak akar.
B. Lateral
Kista radikular mengarah ke bagian samping saluran akar yang terbuka
daru gigi yang terserang
4 . PATOGENESIS
Lapisan kista radikuler berasal dari proliferasi sisa epitel Malassez yang
terjadi sebagai efek proses inflamasi. Faktor pencetusnya belum dapat
dipastikan. Endotoksin bakteri dan sitokin sel-sel inflamasi serta faktor
pertumbuhan epidermal terbukti sebagai salah satu pencetus proliferasi epitel.
Proliferasi epitel akan terus berlanjut selama masih ada faktor stimulus. 4,5,6,7
A. True cyst
Tahap awal ditandai dengan proliferasi sisa sel Malassez sebagai
reaksi inflamasi. Pada tahap kedua terbentuk rongga yang dilapisi epitel.
Ada 2 hipotesis mengenai pembentukan rongga kista :
4
1. Nutritional deficiency theory
Sel-sel mengalami kekurangan nutrisi dan mengalami nekrosis
menuju degenerasi likuifaktif. Akumulasi produk nekrotik ini akan
menarik granulosit neutrofilik ke daerah nekrotik. Sel-sel akan
berdegenaratif. Leukosit yang terinfiltrasi bersama eksudat jaringan
akan menjadi satu membentuk rongga kista yang dilapisi oleh epitel
skuamos nonkeratinisasi.
2. Abscess theory
Epitel yang berproliferasi akan menutupi abses yang terbentuk di
jaringan nekrotik yang lisis. Secara alamiah sel-sel epitel akan
melindungi jaringan ikat yang terekspos.
3. Kista akan mulai membesar.
Mekanisme pertumbuhan kista juga belum diketahui pasti. Telah
dikemukan teori tekanan osmotik sebagai sebagai salah satu faktor
dalam pertumbuhan kista. Likuifikasi sel-sel menyebabkan tekanan
osmotik di dalam rongga kista menjadi tinggi menyebabkan resorpsi
tulang alveolar di sekitarnya dan rongga kista membesar.
Karies nekrosis pulpa inflamasi periapikal granuloma
periapikal timbul area kaya vaskularisasi untuk rest of Malassez
proliferasi rest of Malassez terbentuk massa besar inner cells of
mass deprived of nourishment terjadi liquefaction necrosis
muncul kavitas di tengah-tengah granuloma kista radikuler
5
B. Pocket cyst
Pembentukan pocket cyst dimulai dengan akumulasi neutrofil di
sekitar foramen apikalis sebagai respon terhadap eksistensi bakteri di
dalam saluran akar. Kemudian terjadi mikroabses yang dilapisi oleh epitel
yang berproliferasi. Ketika berkontak dengan ujung akar akan terbentuk
leher epitel dengan perlekatan epitel. Keadaan ini akan memisahkan
saluran akar yang terinfeksi dan mikroabses dengan lingkungan periapeks.
Neutrofil di dalam mikroabses akan mati den berintegrasi membentuk
kantung mikrositik. Bakteri dalam saluran akar dan produknya beserta sel-
sel mati akan menarik lebih banyak granulosit neutrofilik ke dalam lumen
kista. Akumulasi sel-sel nekrotik akan menyebabkan kantung membesar
guna mengakomodasi debris yang terbentuk membentuk perpanjangan
dari ruang saluran akar ke arah periapeks. Secara histologis lapisan epitel
dan dinding kista mirip dengan true cyst. 4,5,6,7
6
2. Gambaran radiografis kista radikuler
Secara radiografi kista radikuler menunjukkan adanya osteolytic atau
lesi radiolucent (berbentuk bulat atau oval) dengan pinggiran radiopac yang
terlihat jelas, kecuali jika daerah tersebut sudah terinfeksi maka gambaran
perifer radiopac tidak akan terlihat.
6 . DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakan dengan cara :
A. Radiografi
Gambarannya khas. Kista memiliki dinding epitel gepeng berlapis
berkeratin dan berisi cairan kental, berbentuk bundar atau oval, dan
besarnya bervariasi. Lamina dura dan membran periodontal menghilang.
Oleh karena cairan yang bertambah besar dan menekan ke segala arah
sehingga gambaran radiolografisnya berbentuk bundar atau oval, berbatas
garis putih yang tegas dan jelas, dindingnya halus, dna teratur sehingga
dapat dibedakan dengan daerah sekitarnya yang normal. Lokasinya dapat
mengenai hanya satu atau beberapa gigi sekaligus. 1,2,3,4,5
7
B. Histopatologi
1. Lapisan epitel
Kebanyakan kista radikuler merupakan suatu satu kesatuan atau
dalam bagian-bagian berlapis dengan stratified squamous epithelium
dan jangkuan ketebalannya dari 1 sampai 50 lapis sel
2. Rushton hyalin bodies
Kira-kira 10% dari kista radikuler ditemukan Rushton hyalin
bodies di lapisan epitel. Kadang-kadang, namun sangat jarang bisa
juga ditemukan di kapsul fibrous.
3. Belahan kolesterol
Deposisi kristal kolesterol ditemukan pada banyak kista radikuler.
Akumulasi kolesterol dapat terjadi melalui degenerasai dan deintegrasi
dari limfosit, plasma sel, dna makrofag yang memiliki peran pada
8
proses inflamasi. Pada akhirnya kolesterol ini akan keluar dari dinding
sel.
4. Kapsul fibrous
Kapsul fibrous kista radikuler tersusun terutama dari pemadatan
kolagen perifer dan jaringan pengikat longgar yang berdampingan
dengan lapisan epitel.
5. Sel inflamasi
Sel inflamasi akut muncul ketika terjadi proliferasi epitel. Sel
inflamasi kronis muncul pada jaringan pengikat segera berdampingan
ke epitel.
6. Sel mast
Sisa-sisa dari epitel odontogenik dan kadang-kadang satelite
microcyst juga muncul. Beberapa kista tampak jelas bervaskularisasi.
Berbagai macam kalsifikasi juga muncul.
7 . PENATALAKSANAAN
A. Biopsi 3,4,5
1. Aspirasi jarum halus (FNAB)
Jarum diameter < 1 mm, ujung jarum ditusukan ± 5 kali kemudian
dibuat hapusannya (one layered smear)
2. Eksisi
Guna mengambil lesi kecil yang secara klinis merupakan lesi
jinak (ᴓ < 1 cm) baik lesi superfisial maupun lesi profunda, lunak, atau
9
keras. Pendekatan yang dilakukan bisa insisi berbentuk elips (untuk
lesi permukaan) atau modifikasinya (apabila lesi terletak di jaringan
lunak)
3. Insisi
Digunakan pada lesi berukuran besar atau potensial ganas
(nantinya memerlukan eksisi luas) atau untuk menghindari struktur
penting di sekitarnya (misalnya arteri atau saraf). Biopsi insisional
biasanya dipilih untuk lesi besar dan terletak di dalam tulang baik lesi
kistik maupun solid. Digunakan untuk menentukan sifatnya. Hasil ini
dapat digunakan untuk merencanakan tindakan rehabilitasi.
4. Aspirasi
Suatu pendekatan untuk fluktuan di dalam lesi jaringan lunak baik
superfisial atau profunda. Lesi sentral pada tulang diaspirasi dahulu
sebelum diambil karena dikhawatirkan akan terjadi perdarahan yang
disebabkan oleh adanya hemangioma sentral atau anomali vaskuler.
Aspirasi kurang bermanfaat untuk diagnosis lesi solid.
10
Pada gigi-gigi dengan lesi periapikal, pengangkatan iritan, atau
jaringan yang mengalami inflamasi atau nekrotik dari sistem saluran akar
akan menstimulasi proses perbaikan dan pengecilan lesi. Perbaikan lesi
periapikal terutama ditandai dengan infiltrasi sel-sel inflamasi yang
berperan dalam mengangkat iritan endogenous dan eksogenous diikuti
dengan proliferasi kolagen oleh sel-sel fibroblas dan pembentukan tulang.
Adanya integrasi seluler dan fenomena imunologi akan membersihkan
semua debris dan benda-benda asing yang meningkatkan proses perbaikan.
Kalsium hidroksida dapat dipakai sebagai medikamen saluran akar
karena mempunyai efek antibakterial dan anti jamur karena pH nya tinggi
dengan berkontak pada jaringan periapikal akan mempengaruhi aktivitas
osteoklas dan memacu perbaikan. Pada kasus di mana terjadinya resorpsi
tulang oleh aktivitas enzimatik, kalsium hidroksida menyebabkan suasana
alkalin sehingga deposit jaringan keras dapat terjadi. Penempatan kalsium
hidroksida berkontak dengan jaringan periapikal akan mempengaruhi
langsung jaringan yang mengalami inflamasi. Kemampuan kalsium
hidroksida menyebabkan nekrotik dan rusaknya dinding epitelium
menyebabkan jaringan ikat dapat mengadakan invaginasi ke dalam lesi
sehingga penyembuhan dapat terjadi.
Aksi kalsium hidroksida melewati apeks memberi empat keuntungan,
yaitu:
1. Anti inflamasi dengan sifat higroskopisnya membentuk jembatan
dentin kalsium protein dan menginhibisi fosfolipase
2. Menetralkan produk-produk asam seperti hidrolase yang
berpengaruh pada aktivitas osteoklastik
3. Mengaktifkan fosfatase alkali
4. Aksi antibakterial
Peletakan kalsium hidroksida sebagai medikamen intrakranial setelah
overinstumen ke dalam kista periapeks dan hasil yang dicapai biasanya
jauh lebih baik. Kalsium hidroksida berlebih melewati foramen apikal
menunjukkan penyembuhan lesi yang tidak berbeda bila kalsium
hidroksida tidak melewati apeks.
11
Penyembuhan kista terjadi dalam waktu 6 bulan setelah dilakukan
perawatan endodontik non-bedah dengan kalsium hidroksida sebagai
medikamen intrakanal. Penyembuhan dapat dicapai dengan kemampuan
neutrofil untuk merusak jaringan dengan enzim-enzim proteolitiknya dan
kemampuan merusak epithelial lining dari dinding kista. Hal inilah yang
diharapkan dalam proses penyembuhan kista radikuler. Instrumentasi pada
awal perawatan melewati foramen apikal juga merupakan tindakan untuk
mempercepat proses pengecilan kista melalui :
1. Inflamasi akut dengan terjadinya distraksi epitelial
2. Perdarahan subepitelial dengan ulserasi dari epithelial lining
12
sebagai faktor risiko. Ketika tulang baru yang terbentuk cukup kista
dapat dienukleasi.
8 . PROGNOSIS
Prognosis tergantung dari gigi yang terkena, derajat kerusakan tulang, dan
kemudahn perawatan. Terapi dari kista radikuler sebagai penyakit dari infeksi
saluran akar terdiri dari pembasmian mikroba atau pada hakikatnya
menurunkan jumlah mikroba dari saluran akar dan mencegah infeksi kembali
dari orthograde root filling. Terapi ini memiliki tingkat kesuksesan tinggi,
namun terapi endodonti dapat gagal. Kegagalan terbanyak terjadi pada saat
prosedural terapi, kebanyakan dari teknik dasar tidak tercapai standar yang
memuaskan, sebagai kontrol, dan pehilangan infeksi, bahkan ketika standar
tinggi dan prosedur paling hati-hati telah dilaksanakan, kegagalan dapat terjadi.
Hal ini dikarenakan daerah saluran akar yang tidak dapat dibersihkan dan
13
obturated peralatan yang ada, material, dan teknik sehingga menyebabkan
infeksi menetap. 2,3,4,5
9 . KOMPLIKASI
A. Perubahan menjadi karsinoma atau neoplasma
Squamous cell carcinoma atau epidermoid carcinoma biasanya tumbuh
dari lapisan epitel kista radikuler
B. Fraktur patologis pada rahang
Apabila kista telah tererosi seluruhnya khususnya saat muncul pada regio
posterior yang kasusnya sangat jarang terkena ksita radikuler, bisa
mengakibatkan
C. Secondary infection
Kista bisa menjadi secondary infection dan menimbulkan komplikasi lebih
jauh.
10 .Diffential Diagnosis
Dental granuloma
Tumor odontogenik
14
BAB III
LAPORAN KASUS
15
3.3. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda Vital
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
c. Nadi : 72 x/menit
d. Respirasi : 18 x/menit
e. Suhu : 36,5oC
2) Pemeriksaan Ekstraoral
- Muka: dalam batas normal
- Pipi : dalam batas normal
- Bibir: dalam batas normal
- Tampak wajah asimetris (-)
- Bengkak (-)
- Trismus (-)
3) Pemeriksaan Intra oral:
- Lidah: dalam batas normal
- Mukosa bukal: dalam batas normal
- Mukosa palatinal: dalam batas normal
- Gingival: eritema regio gigi 21
- Gigi-geligi : gigi 2 mobil depan/belakang (+/+)
16
3.4.Pemeriksaan Penunjang
Foto Panoramik
Foto Thoraks
Kesimpulan :
Cor dan pulmo dalam batas
normal
17
Pemeriksaan Darah
3.6.Diagnosa Kerja
Kista radikuler regio gigi 321 + 2 resorbsi berat + DM
18
3.7. Laporan Operasi
Hari / tanggal Selasa, 20 Agustus 2019
Operator drg. Meiske E. Paoki, Sp.BM
Diagnosis pra bedah Kista radikuler regio 321 + DM terkontrol
+ HT
Diagnosis pasca bedah Kista radikuler beradang regio 321 + DM
terkontrol + HT
Indikasi operasi Eksisi - Biopsi
Rencana operasi Enukleasi kista radikuler + Odentektomi
gigi 21
Jaringan yang dieksisi Kista tulang alveolar reg 21
Lapoan operasi
- SIO diisi
- Skin test cetriaxone negatif, inj. Ceftriaxone 2 gr
- Pasang duck sterile
- Injeksi pehacain:aquades= 1:1 = 1,5cc di labial 321
- Insisi landas tulang ginggiva regio 321 , flek diangkat
- Identifikasi lokasi kista diapikal 2 , dibikin window di tulang
dengan bor, tulang dibuka
- Dilakukan enuklease kista radikuler, pencabutan gigi 21
- Cavitas irigasi flek dikembalikan dan dijahit dengan vicryl 3.0
- Pasang plester tekan dibibir atas
- Jumlh perdarahan ±20 cc
- Operasi seinstruksi lesai
19
Foto Operasi
20
3.8 Follow up
Hari / Tanggal Perjalanan Penyakit Instruksi Dokter
21
RR : 18 x / menit Sp.BM
Suhu: 36,8 °C Rencana operasi besok
selasa, 20 Agustus 2019 .
Pemeriksaan lab:
pasien di puasakan makan
GDS: 116 mg/dl dan minum sejak pukul
22.00
Dx : kista radikuler reg 321 +
DM + HT
22
Dx : Kista radikuler beradang Asam mefenamat
regio 321 + DM terkontrol + 3x500mg (PO)
HT post Enukleasi kista - Kontrol polik hari Jumat
radikuler + Odentektomi gigi tgl 23 Agustus 2019
21 (H-I)
23
BAB IV
PEMBAHASAN
24
Patogenesis penyakit ini mencakup tiga fase, yaitu fase inisiasi, fase
pembentukan kista, dan fase pembesaran. Dimulai dari produk dari pulpa
nekrosis yang keluar ke jaringan periapikal, menginduksi terjadinya respon
inflamasi. Pertahanan tubuh pertama dari nekrosis pulpa ini adalah
pembentukan granuloma sebagai respon inflamasi tersebut. Kemudian sisa-
sisa epitel malassez yang terjerat dalam granuloma distimulasi untuk
berproliferasi secara ekstensif. Epitel malassez merupakan bagian dari
selubung hertwig akar yang tidak aktif yang berada dekat dengan ligamen
periodontal. Massa sel-sel epitel ini berkembang terus menerus membentuk
dinding kista sehingga bagian tengah semakin jauh atau terhalang untuk
mendapatkan suplai darah dan nutrisi. Hal ini menyebabkan defisiensi
nutrisi yang mengakibatkan bagian tersebut mati dan terjadilah akumulasi
cairan. Kemudian terjadi pembesaran kista. Berdasarkan studi, terbukti
bahwa tekanan osmosis memiliki peranan dalam peningkatan ukuran kista.
Adanya jaringan nekrotik, eksudat plasma protein, dan asam hialuronat
dalam rongga atau bagian tengah kista mengakibatkan tekanan osmosis
cairan kista lebih tinggi dibandingkan cairan jaringan sekitarnya, sehingga
akan menarik cairan disekitarnya masuk ke dalam ronga kista dan
menyebabkan ukuran kista membesar.2,3,4
Pelebaran tulang korteks tulang membutuhkan proses yang lama dan
juga tidak menimbulkan rasa sakit, oleh karena itu lesi ini dapat ditentukan
secara tidak terduga dalam radiografi periapikal seperti dalam kasus ini. Ciri
khas dari kista radikuler adalah adanya gigi dengan keadaan pulpa yang non
vital, dan terkadang disertai sinus yang muncul dari ruang kista. Kista ini
dapat terjadi pada bagian periapikal dari setiap gigi, tetapi jarang terlihat
pada periode gigi desidui. Beberapa penelitian populasi di Inggris dan
Afrika Selatan menunjukkan bahwa kista radikuler biasanya terjadi pada
dekade ketiga dan kelima masa hidup, lebih sering terjadi pada laki-laki
dibandingkan perempuan dan lebih sering terjadi pada bagian anterior
rahang atas. Pada kasus ini terjadi pada rahang bawah dan bilateral2,4
Sebagian besar, lesi kista radikuler tidak terdeteksi secara klinis karena
lesi kista umumnya kecil, tumbuh lambat, tanpa gejala (asimptomatis), tidak
25
terasa nyeri, dan tidak menimbulkan pembesaran tulang rahang yang
bermakna, sehinga keberadaannya tidak disadari oleh pasien dan umumnya
lesi lebih sering ditemukan secara tidak sengaja pada survei radiografi
dibandingkan secara klinis dalam rongga mulut. Namun apabila lesi kista ini
berkembang cukup besar, biasanya akan terlihat secara nyata dalam rongga
mulut berupa benjolan pada gingiva dengan permukaan yang licin, warna
sama dengan permukaan disekitarnya atau kebiruan, dan apabila dipalpasi
benjolan tersebut akan ikut bergerak atau dikenal dengan fenomena
pingpong.3
Gambar radiografi dari kista radikuler adalah radiolusen berbentuk
bulat atau oval pada area periapikal gigi dengan batas yang jelas berwarna
putih opak dan dalam ukuran yang bervariasi. Lesi lainnya, seperti
granuloma dan neoplasma juga menampilkan gambaran radiografi
periapikal serupa. Oleh karena itu, radiolusen periapikal yang berbatas jelas
tidak dapat secara otomatis dianggap sebagai kista. Beberapa studi
menyebutkan bahwa granuloma dan kista dapat dibedakan berdasarkan
ukuran dalam radiografi, granuloma umumnya berdiameter < 0,5 cm
sementara kista umumnya berdiameter > 0,5 cm. Namun studi lain telah
menunjukkan bahwa tidak mungkin mengandalkan ukuran radiografi dari
radiolusen periapikal untuk menetapkan diagnosis baik antara granuloma
atau kista, kecuali diameter lesi lebih besar dari 2 cm, maka dapat dipastikan
bahwa itu adalah kista.1,3,6
Pada kasus diagnosis kista radikuler reg 321 + DM + HT
ditegakkan berdasarkan anamnesis berupa adanya riwayat trauma dan
juga terdapat benjolan pada gusi yang hilang timbul yang terkadang
tidak disadari sendiri oleh pasien dan tanpa diketahui penyebabnya,
dan pada pemeriksaan fisik didapati bembengkakan pada gingiva
dengan permukaan yang licin, warna sama dengan permukaan
disekitarnya dan apabila dipalpasi benjolan tersebut akan ikut
bergerak. Pada pemeriksaan radiologis didapatkan gambaran
Radiolusen yang jelas dan berbatas tegas berwarna putih opak,
26
membulat dengan diameter 2 cm di apikal gigi insicivus media dan
lateralis kanan atas.
4.2 Apa diferensial diagnosis / diagnosis banding dari penyakit ini?
Terdapat beberapa kondisi yang merupakan diagnosa banding dari kista
radikular, antara lain :
a. Periapical granuloma
Periapical granuloma adalah massa yang mengalami radang kronis
pada jaringan ikat imatur yang berkembang pada bagian apeks gigi
non vital yang bereaksi terhadap racun yang berasal dari saluran
pulpa.5
Tampilan radiografi :
Perubahan periapikal awal pada ligamen periodontal menunjukan
adanya penebalan ligamen di bagian apeks akar. Proliferasi jaringan
granulasi dan resorpsi tulang berlanjut, periapical granuloma terlihat
sebagai area radiolusen ukuran variabel yang tampaknya melekat pada
apeks akar. Pada beberapa kasus, gambaran radiolusen ini berbatas
jelas dengan tulang sekitarnya dan garis radiopak tipis yang
menunjukan zona tulang sklerotik biasanya terlihat membentuk
outline dari lesi. Hal ini mengindikasikan bahwa lesi periapikal adalah
lesi berprogresif lambat.6
Pada kasus lain, tampilan radiografi dari tepi granuloma mengalami
difus daerah radiolusen dengan tulang disekitarnya. Perbedaan ini
disebabkan karena adanya perbedaan dalam aktivitas selular disekitar
tepi lesi.6
27
b. Periapical scar
Periapical scar adalah gabungan dari jaringan fibrosa padat yang
terletak pada periapex gigi yang sudah tidak berisi jaringan pulpa dan
biasanya sudah dilakukan pengisian saluran akar yang ditunjukan oleh
adanya granuloma, kista, atau abses yang telah diobati, penghentian
formasi jaringan parut yang memadat lebih tinggi dibandingkan
dengan kerusakan pada tulang.5
Gambaran radiologi dari penyakit ini adalah radiolusen tidak
beraturan berbatas jelas yang menyerupai periapical granuloma dan
kista. Hal ini sering lebih kecil dari dua entitas. Gigi dan gambaran
radiolusen asimptomatik jika diamati selama periode waktu, gigi tetap
konstan dalam ukuran atau mungkin ukurannya sedikit berkurang.
Jika setelah perawatan saluran akar radiolusen tidak mengecil, maka
gambaran radiolusen dapat diasumsikan sebagai periapical scar.7
c. Surgical defect
Surgical bone defect merupakan daerah yang gagal saat pengisian
struktur tulang setelah operasi. Hal ini sering terlihat pada bagian
periapikal setelah prosedur reseksi akar terutama ketika kedua plate
labial / bukal dan lingual / palatal telah dihilangkan atau
dihancurkan.5,6
Gambaran radiolusen periapikal yang dihasilkan oleh surgical bone
defect berbentuk bulat. berkontur halus dan memiliki perbatasan tepi
yang baik. Bayangan radiolusen dapat diproyeksikan langsung di atas
28
apeks atau beberapa milimeter di luar apeks akar yang direseksi dari
gigi endodontik. Biasanya, hal ini akan dapat diselesaikan dengan
ukuran tertentu dan kemudian tetap konstan. Gigi dan daerah
periapikal akan benar-benar tanpa gejala. Sebuah pemeriksaan klinis
dengan hati-hati dapat menentukan mucosal scar dari operasi
sebelumnya. Jika kerusakan cukup besar, surgical defect bone dapat
dideteksi dengan palpasi.7
29
Gambaran radiografi Keratocystic Odontogenic Tumor
Apicoectomy
b. Kista radikuler yang berukuran sedang dapat dilakukan perawatan
enukleasi atau pengangkatan seluruh jaringan kista tanpa adanya rupture
pada kista. Thin-bladed kuret digunakan pada perawatan ini untuk
cleaving connective tissue layer pada dinding kista dari rongga tulang
sehingga kista dapat terangkat dan dikeluarkan dari tulang. 3,4,5
30
Enukleasi
Marsupiliasi
31
Pada pasien ini dilakukan tindakan Enukleasi kista radikuler +
Odentektomi gigi 21 . Dari enukleasi diperoleh jaringan dinding kista
sebanyak ± 3 cc berwarna merah kecoklatan dengan konsistensi kenyal.
Selanjutnya akan diperiksakan apakah hasil pemeriksaan
histopatologinya sesuai dengan histopatologi kista radikular atau tidak.
32
BAB V
PENUTUP
Kista radikuler adalah kista odontogenik yang terjadi pada apeks gigi nonvital
yang mengalami peradangan. Terjadinya kista ini diakibatkan oleh infeksi gigi
yang berkembang menjadi granuloma yang berisikan sel epitel malassez. Kista
radikuler disebut juga kista inflamasi, kista periodontal, atau kista periodontal
apical.
Kista radikuler merupakan kista yang paling sering dijumpai di rongga mulut,
kurang lebih 60%-75% dari seluruh kista odontogenik, dengan frekuensi tersering
di rahang atas terutama di regio anterior lebih kurang sekitar 60%, sedangkan
pada rahang bawah sering terjadi pada regio posterior, namun kista ini dapat
terjadi di region mana saja pada rahang. Biasanya peradangan mengikuti kematian
pulpa gigi dan kista yang timbul dengan cara ini tersering ditemukan apeks gigi
yang terkena. Sering terjadi pada usia 20-40 tahun. Lebih sering terjadi pada laki-
laki. Lokasi yang paling sering terkena adalah maxilla teruatma pada region
anterior maxilla.
Prognosis tergantung dari gigi yang terkena, derajat kerusakan tulang, dan
kemudahn perawatan. Terapi dari kista radikuler sebagai penyakit dari infeksi
saluran akar terdiri dari pembasmian mikroba atau pada hakikatnya menurunkan
jumlah mikroba dari saluran akar dan mencegah infeksi kembali dari orthograde
root filling.
33
DAFTAR PUSTAKA
34