Disusun Oleh :
LENI RUSLAINI
NPM. 160121170010
Pembimbing :
1
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
3
Definisi Abses
Abses adalah kumpulan pus yang terletak dalam satu kantung yang
terbentuk dalam jaringan yang disebabkan oleh suatu proses infeksi oleh bakteri,
parasit atau benda asing lainnya. Abses merupakan reaksi pertahanan yang
bertujuan mencegah agen-agen infeksi menyebar kebagian tubuh lainnya. Pus itu
sendiri merupakan suatu kumpulan sel-sel jaringan lokal yang mati, sel-sel darah
putih, organism penyebab infeksi atau benda-benda asing dan racun yang
dihasilkan oleh organism serta sel-sel darah.12,13
Abses rongga mulut adalah suatu infeksi pada mulut, wajah, rahang, atau
tenggorokan yang biasanya dimulai sebagai infeksi gigi atau karies gigi. Jumlah
dan rute penyebaran infeksi tergantung pada lokasi gigi yang terkena serta
virulensi penyebab.3,14
Etiologi Abses
4
jalan masuk bakteri ke jaringan dibawahnya. Gigi-gigi dan mukosa yang
sehat merupakan pertahanan tubuh lokal terhadap infeksi. Adanya karies
dan poket periodontal memberikan jalan masuk untuk invasi bakteri serta
memberikan lingkungan yang mendukung terhadap perkembangbiakan
jumlah bakteri.
4. Pertahanan Humoral
5. Pertahanan Seluler
Mekanisme pertahanan seluler berupa sel fagosit dan limfosit. Sel fagosit
yang berperan daam proses infeksi adalah leukosit polimorfonuklear
(PMN). Sel-sel ini keluar dari aliran darah dan bermigrasi ke daerah invasi
baksteri dengan proses kemotasis. Sel-sel ini melakukan respon dengan
cepat, tetapi sel-sel ini siklus hidupnya pendek, dan hanya dapat melakukan
fagositosis pada sebagian kecil bakteri. Fase ini diikuti oleh keluarnya
5
monosit dari aliran darah ke jaringan dan disebut sebagai makrofag.
Makrofag berfungsi sebagai fagositosis, membunuh dan menghancurkan
bakteri dan siklus hidupnya cukup lama dibandingkan leukosit
polimorfonuklear. Makrofag (monosit) biasanya terlihat pada infeksi lanjut
atau infeksi kronis.
Penyebab kardinal dai infeksi di bagian orofasial adalah gigi non vital,
pericoronitis (berhubungan dengan gigi mandibula yang semi impaksi),
granuloma periapikal yang tidak bisa dirawat, dan kista yang terinfeksi. Penyebab
yang lebih jarang adalah trauma pasca bedah, defect karena fraktur, lesi pada
nodus limfa atau glandula saliva, dan infeksi sebagai hasil dari anestesi lokal.15,16
1. Trauma pada akar yang fraktur, atau dari gigi yang mengalami keausan
akibat pemakaian patologis
2. Trauma pada pulpa akibat perawatan gigi
3. Melalui periodontal membran dan saluran akar aksesoris
4. Abses periapikal dapat terjadi pada gigi utuh tetapi sudah non vital (akibat
trauma, fraktur, atau kerusakan tambalan)
5. Abses periaapikal dan periodontal dan terbentuk dari gingivitis kronis,
tulang pendukung, serta penyakit periodontal. Gigi mungkin sama sekali
utuh secara klinis dan radiografis
6. Erupsi gigi (terutama pada gigi molar tiga yang mengalami impaksi
sebagian) dapat menjalari penyebab inflamasi, dan infeksi dari operculum
(perikoronitis)
7. Melalui akar, supragingival atau subgingiva.2,3
Mikrobiologi Abses
Lebih dari setengah kasus infeksi odontogenik pada abses yang ditemukan
(sekitar 60%) disebabkan oleh bakteri anaerob. Organisme penyebab abses yang
sering ditemukan pada pemerikssaan kultur adalah alphahemolytic Streptococcus,
Peptostrepcoccus, Peptococcus, Eubacterium, Bacteroides (Prevotella)
melaninogenicus, dan Fusobacterium. Bakteri aerob sendiri jarang menyebabkan
infeksi odontogen (sekitar 5%). Bila infeksi odontogenik disebabkan oleh bakteri
aerob, biasanya Streptococcus viridians. Terkadang banyak juga yang disebabkan
oleh infeksi dari campuran bakteri aerob dan anaerob yaitu sekitar 35%. Pada
infeksi campuran ini biasanya ditemukan 5-10 organisme pada pemeriksaan
kultur.16,18,19
8
Gejala Abses
Tanda dan gejala abses akut menimbulkan gejala sakit yang kompleks,
pembengkakan, kemerahan, supurasi, gangguan pengecapan, dan bau mulut.
Keluhan utama adalah rasa sakit, dengan nyeri tekan regional yang ekstrim yang
tidak mempan diobati dengan analgesik biasa dan secara nyata mengganggu
waktu makan, tidur, dan pada waktu melakukan prosedur pembersihan mulut.
Penderitaan yang dirasakan pasien tergantung pada intensitas dan durasi rasa sakit
serta perubahan sehubungan dengan perilaku pasien. Rasa sakit yang dialami
pasien ini cukup untuk mengelompokkan abses kedalam kategori darurat yang
memerlukan tindakan cepat dan efektif untuk menghilangkan rasa sakit. Status
darurat didukung pula oleh adanya bahaya potensial dari semua infeksi orofasial
yang memerlukan terapi cepat dan tepat untuk menghindari penyebaran.
Penyebaran Abses
Melalui tiga tahap yaitu tahap abses dentoalveolar, tahap yang
menyangkut spasium, dan tahap yang lebih lanjut yang merupakan tahap
komplikasi. Suatu abses akan terjadi bila bakteri dapat masuk melalui foramen
apikal atau marginal gingiva.
Penyebaran melalui foreman apikal berawal dari kerusakan gigi atau karies
gigi, kemudian terjadi proses inflamasi di sekitar periapikal didaerah membran
periodontal berupa suatu periodontitis apikalis. Rangsangan yang ringan dan
kronis menyebabkan membran periodontal di apikal mengadakan resaksi
membentuk dinding untuk mengisolasi penyebaran infeksi.
Penyebaran abses dapat melalui : 1) Hematogen ; 2) Limfogen; 3) melalui
spasium (ruang) pada jaringan. Yang paling umum melalui spasium pada jaringan.
Pus dapat menyebar kearah bukal, palatal, atau lingual, hal tersebut tergantung
pada posisi gigi dalam lengkung rahang, ketebalan tulang, dan jarakl ujung apeks
kearah mukosa. 15,16
Macam Abses
1. Abses periapikal
9
Abses periapikal sering juga disebut abses dentoalveolar, terjadi di daerah
periapikal gigi yang sudah mengalami kematian (non vital). Mungkin terjadi
segera setelah kerusakan jaringan pulpa atau setelah periode laten yang tiba-
tiba menjadi infeksi akut dengan gejala inflamasi, pembengkakan dan
demam.
Abses periapikal dibagi menjadi dua yaitu abses periapikal akut dan abses
periapikal kronis. Pada abses periapikal akut disertai pembentukan eksudat
pus dan pembengkakan yang biasanya terletak di vestibulum bukal, lingual
atau palatal, tergantung pada lokasi apeks gigi yang terlibat. Pada tes perkusi
abses periapikal akut akan menghasilkan respon yang sangat positif, tes
palpasi akan merespon sensitif. Sedangkan tes vitalitas tidak memberikan
respon.
Abses periapikal kronis merupakan keadaan yang timbul akibat lesi
yang berjalan lama dan kemudian mengadakan drainase kepermukaan. Fistula
merupakan ciri khas dari abses periapikal kronis. Fistula dalah saluran
abnormal yang terbentuk akibat drainase abses. Abses periapikal kropnis
disebabkan oleh nekrosis pulpa yang meluas ke jaringan periapikal, dapat
juga disebabkan oleh abses akut yang sebelumnya terjadi. Abses periapikal
kronis pada tes palpasi dan perkusi tidak memberikan respon (non sensitif),
dan tes vitalitas tidak memberikan respon. 15,16
4. Abses Vestibular
Abses vestibular biasanya berasal dengan gigi premolar rahang atas dan
geraham. Pemeriksaan klinis biasanya memperlihatkan pembengkakan yang terasa
sakit dalam vestibulum bukal dekat gigi yang menyebabkan kondisi tersebut. Sering
disebabkan oleh penjalaran infeksi gigi menyebabkan adanya pembengkakan di
daerah vestibular yang pada perabaan sangat keras biasanya tidak terabaadanya
11
fluktuasi. Sering mendorong lidah keatas dan kebelakang dapat menyebabkan
trismus. Hal ini sering menyebabkan sumbatan jalan napas.
12
Gambaran abses sublingual
6. Abses Bukal
Spasia bukal; dibatasi oleh kulit superfisial wajah pada bagian lateral
dan muskulus buccinator pada bagian medial. Spasia ini dapat terlibat baik
akibat perluasan infeksi gigi pada maksila maupun mandibula. Selain itu,
spasia bukal terjadi akibat infeksi yang merusak tulang di atas perlekatan
muskulus buccinator. Gejala klinis yang ditimbulkan berupa pembengkakan di
sudut zigomatikus dan sekitar batas bawah dari mandibula (Gambar 2.2). Abses
membesar pada mukosa bukal dan menonjol ke dalam rongga mulut dengan batas
tegas yang terlihat pada lengkung zigomatikus dan batas bawah mandibula. 4
7. Abses Submandibula
Abses ini teretak pada spasium submandibula. Spasium ini terletak di
mandibula, dibagian bawah m. Mylohioid yang memisahkannya dari spasium
sublingual. Dibatasi oleh m. Hipoglosus dan m. Digastricus dan bagian
posterior oleh m. Pterygoid externus, spasium ini berisi kelenjar ludah
submandibula dan kelenjar getah bening submandibula.
Infeksi pada spasium ini dapat berasal dari abses dentoalveolar. Abses
periodontal dan perikoronitis yang biasanya dari gigi molar kedua, ketiga, dan
kadang molar pertama mandibula, bila ujung apeks gigi tersebut berada pada
m. Mylohioid. Selain itu dapat juga berasal dari penyebaran infeksi spasium
sublingual atau submental.
Gambaran klini dari abses submandibula adalah pembengakakan pada
daerah submandibula yang menyebar, sudut dari mandibula menjadi tidak
tampak, kulit tampak berwarna merah, nyeri saat palpasi, dan trismus karena
keterlibatan m. Pterygoideus medialis. 2,15
13
Penatalaksanaan
Prognosis
Prognosis dapat bervariasi dari yang meragukan sampai yang baik,
tergantung dari : derajat kerusakan jaringan yang terkena, berapa banyak jaringan
yang rusak, kondisi fisik umum dari pasien. Walau gejala klinis abses
dentoalveolar kadang terkesan cukup parah, namun kebanyakan pada kasus, rasa
sakit dan pembengkakan akan mereda bila dilakukan tindakan perawatan yang
tepat. Prognosa gigi biasanya baik, dan banyak diantaranya dapat diselamatkan
dengan perawatan saluran akar, sehingga harus dipahami bahwa keparahan di
dalam penyakit secara klinis tidak berhubungan dengan sukar atau mudahnya
perawatan.
Pada beberapa kasus, jika kerusakan tulang apikal cukup besar, namun
fisioligis gigi masih baik, dapat diindikasikan untuk perawatan reseksi akar
(amputasi akar). Sedangkan pada kasus-kasus lainnya, penanganan abses
14
dentoalveolar yang optimal dapat dicapai melalui kombinasi perawatan saluan
akar, periodontal, dan bedah mulut.
Komplikasi
Komplikasi terjadi karena keterlambatan diagnosis, terapi yang tidak tepat
dan tidak adekuat. Komplikasi dapat diperberat jika disertai dengan penyakit
diabetes melitus, adanya kelainan hati dan ginjal. Komplikasi yang dapat
disebabkan abses rongga mulut diantaranya sebagai berikut :
1. Penyebaran infeksi jaringan lunak.
2. Penyebaran infeksi tulang, seperti terjadi osteomyelitis.
3. Penyebaran infeksi pada organ yang lain, seperti abses cerebral,
endokarditis, pneumonia.
4. Komplikasi yang berat dapat menyebabkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA
15
6. Prihandini OA. Kasus Pembengkakan yang disebabkan oleh Infeksi
Odontogenik pada Klinik Bedah Mulut FKG UPDM(B) Periode Januari-
Desember 2012. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Gigi. Jakarta: Universitas
Prof. Dr. Moestopo (Beragama). 2012
7. Robert D, Smith AJ. The Microbiology of The Acute Dental Abccess. J
Med Micro. 2009; 58, 155-162
8. Bahl R, Sandhu S, Singh K, Sahai N, Gupta M. Odontogenic Infections:
Microbiology and Management. Contemp Clin Dent 2014; 5: 307-311
9. Townsend CM, Sabiston DC. Sabiston Textbook of Surgery: The
Biological Basis of Modern Surgical Practice. Philadelphia: Saunders.
2004
10. Department of Education Republic of the Philippines. Promoting Oral
Healthin Public Elementary Schools. DepEd ORDER No.73, 19
September 2007
11. Pourdanesh F, Dehghani N, Azarsima M, Malekhosein Z. Pattern of
Odontogenic Infections at a Tertiary Hospital in Tehran, Iran: A 10-Year
Retrospective Study of 310 Patients. J Dent. 2013. 10(4): 319-328
12. Vasa AA, Sahana S, Sekhar R, Prasad V. Incongruousperiapical abscess,
A Case Report. Annals and Essences of Dent J. 2010; 2 (2): 44-47
13. Husby L, Lumintang N, Limpelch H. Profil Abses Submandibula di
Bagian Bedah RS. Prof. Dr. R. D. Kando Manado Periode Juni 2009
Sampai Juli 2012. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran. Manado: Universitas
Sam Ratulangi. 2012
14. Martin, Michael, and Jacoob W. Ufberg. “Dental Abscess.” eMedicine
Health. Eds. Ruben Olmodo, Francisco Talavera, and Steven L, Bernstein..
http://www.emedicinehealth.com/articles/20555-1.asp
15. Fragiskos FD. Oral Surgery. Germany: Spinger. 2007. 205-239
16. Hupp JR, Ellis E, Tucker MY. Contemporarry Oral and Maxillofacial
Surgery, 6th Edition. Missouri : Elsevier Inc. 2014. 295-318, 319-338
16