PENDAHULUAN
Penggunaan sinar-X merupakan bagian integral kedokteran gigi klinik. Oleh karena itu,
radiograf merupakan rujukan bagi dokter gigi sebagai alat diagnostik utama. Secara tradisional,
gambar radiografik dihasilkan oleh sinar-x yang melintas sebuah obyek (pasien) dan
berinteraksi dengan emulsi fotografik pada sebuah film, yang menghasilkan daerah kehitaman
pada film. Film secara bertahap mulai digantikan oleh sensor digital dengan gambar yang
ditampilkan dalam komputer. Bagian sensor pada gambar digital yang ditumbuk oleh sinar-x
akan tampak hitam pada gambar yang dihasilkan komputer itu. Banyaknya emulsi atau gambar
pada monitor komputer yang menghitam itu bergantung pada jumlah sinar-x yang dapat
mencapai film atau sensor (reseptor gambar), yaitu tergantung pada densitas objek. Warna
hitam atau radiolusen berarti daerah tersebut ditumbuk sinar X tanpa berhenti sama sekali.
Daerah abu-abu menunjukkan bahwa sinar X sempat berhenti untuk beberapa saat. Sedangkan
daerah berwarna putih atau radiopak berarti objek telah berhasil menghentikan tumbukan
sinar-x.1
Bentuk, densitas dan ketebalan jaringan pasien, khususnya jaringan keras akan
memengaruhi gambaran radiografik. Oleh karena itu, ketika melihat gambar radiograf dua
dimensi, klinisi harus mempertimbangkan juga anatomi tiga dimensi yang memengaruhi
gambar tersebut. Keterbatasan gambar dua dimensi pada radiograf oleh karena itu akan
menyebabkan satu abgian akan saling tumpang tindih dengan struktur anatomi lain.
Alat ronsen dental merupakan mesin penghasil sinar X yang terdiri dari kepala tabung,
lengan dan panel control yang kemudian akan diterima oleh reseptor gambar. Reseptor gambar
digunakan untuk mengenali sinar X. ada beberapa jenis reseptor gambar, yaitu film radiografik
yng sudah digunakan sejak lama sebagai reseptor gambar dan masih digunakan sampai saat ini
dan reseptor digital. Secra umum kualitas gambar yang dihasulakn adalah sama dan telah
dibuktikan dalam penelitian Yoshiura dkk, 1998. Keuntungan radiografi digital adalah radiasi
yang lebih kecil, kecepatan dalam memperoleh gambar, dapat dilakukan peningkatan kualitas
gambar, dapat disimpan di computer dan merupakan sistem yang tidak memerlukan proses
kimiawi. Sedangkan kerugiannya adalah biaya tinggi dan kesulitan menyimpan sensor.1,2,3
7,20,21
Pada bidang endodontik, radiograf memiliki sejumlah fungsi penting yaitu sebagai alat
diagnosis adanya perubahan jaringan keras gigi dan struktur periradikular, penentu jumlah,
lokasi, bentuk, ukuran dan arah akar dan saluran akar dan memerkirakan dan memastikan
panjang saluran akar. Pengukuran panjang kerja pada perawatan endodontik menurut menurut
cara radiograf adalah mengurangi 1 mm dari apeks.2,4 22
Sedapat mungkin harus didapatkan gambar radiograf yang paling baik. Ada dua teknik
yang umum dilakukan untuk memperoleh radiograf pada bidang endodontik, yaitu teknik
biseksi dan paralel. Keuntungan teknik paralel adalah visualisasi gambar yang lebih baik dan
memungkinkannya diperoleh foto dengan sudut yang sama. Hal ini dapat menjadi pembanding
apabila diperlukan radiograf selanjutnya.2 20
TINJAUAN PUSTAKA
Radiologi kedokteran gigi adalah salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang
memberikan informasi diagnostik yang berguna dan akan mempengaruhi rencana perawatan,
sering kali untuk mencari beberapa tanda atau gejala klinis atau menemukan riwayat pasien
yang memerlukan pemeriksaan radiologis. Hingga saat ini dental radiografi menjadi salah satu
peralatan penting yang digunakan dalam perawatan kedokteran gigi modern. Teknik radiografi
intra oral maupun ekstra oral merupakan prosedur umum yang dilakukan oleh dokter gigi
dalam membantu penatalaksanaan suatu ksus (White dan Pharoah, 2000).
Teknik radiografi intraoral adalah pemeriksaan gigi dan jaringan sekitar secara radiografi
dan filmnya ditempatkan di dalam mulut pasien. Ada tiga teknik pemeriksaan radiografi
intraoral yaitu pemeriksaan periapikal, interproksimal/bitewing, dan oklusal (Whaites 2007).
1. Periapikal
Radiografi yang berguna untuk melihat gigi geliligi secara individual mulai dari
keseluruhan mahkota, akar gigi dan jaringan pendukungnya[3].
Dalam bidang endodontik, teknik foto periapikal ini dapat digunakan antara lain untuk foto
diagnosa (foto klinis awal), untuk menentukan panjang kerja, untuk foto try in pengisian saluran
akar dan untuk melihat hasil akhir pengisian saluran akar.
2. Oklusal
Oclusal film radiography adalah sebuah teknik radiography yang memanfaatkan film
occlusal untuk mendapatkan gambaran organ yang berada dalam mulut selain gigi misalnya
seperti maxilla dan mandibula. Film occlusal sama seperti film dental (single emulsi) hanya
ukurannya lebih besar dari film dental. Radiografi ini bertujuan untuk melihat area yang
lebih luas yaitu maksila atau mandibula dalam satu film (Whaites 2007).
B. Teknik Radiografi Ekstraoral
Teknik radiografi ekstraoral digunakan untuk melihat area yang luas pada rahang dan
tengkorak, film yang digunakan diletakkan di luar mulut pasien. Foto Rontgen ekstraoral yang
paling umum dan paling sering digunakan adalah foto panoramik, sedangkan macam lainnya
adalah lateral foto, chephalometri dan lain-lain (Whaites 2007). Teknik radiografi ekstraoral
yang paling sering digunakan dalam bidang endodontic adalah foto panoramic dan CBCT.
Cone – beam CT (CBCT) yang mulai diperkenalkan pada tahun 2000 menungkinkan
pencitraan 3 dimensi (3D) dari jaringan keras di volume kecil rahang. CBCT menyediakan
gambar tiga dimensi yang memungkinkan visualisasi lengkap dari suatu area, baik dilihat dari
bidang aksial, sagittal maupun koronal. CBCT dapat mengatasi beberapa keterbatasan dari
radiografi konvensional. Misalnya, hubungan spasial dari akar gigi yang multiple bisa
divisualisasikan dalam tiga dimensi serta ukuran sebenarnya dan sifat dari lesi periapikal juga
dapat dinilai menggunakan teknologi CBCT.8,9 2,6 / CBCT 3D termasuk teknologi baru sehingga
memiliki beberapa kelebihan, yaitu dosis paparan lebih rendah, waktu paparan radiasi cepat,
peralatan lebih kecil dan ringan, radiograf tiga dimensi depan memanipulasi, tersedia fasilitas
mengukur panjang, derajat kemiringan, panjang lengkung rahang, derajat densitas tulang, dan
sebagainya.10
Teknologi CBCT membantu diagnosis kelainan endodontic, fraktur akar dan alveolar,
penilaian morfologi anal, analisis lesi resorptif, identifikasi lesi patologis asal non-endodontik,
evaluasi persiapan pengisian saluran akar dan serta penilaian pra-bedah yang diperlukan untuk
operasi endodontik.9,10,11,12
BAB III
KESIMPULAN
1. Whaite E. The biological effects and risks associated with x-rays. Essentials of Dental
Radiography and Radiology4th ed. London: Churchill Livingstone Elsevier; 2007. p. 29-
33.
2. Walton R. Diagnostic Imaging A. Endodontic Radiography. In: Ingle J, Bakland L,
Baumgartner JC, editors. Endodontics. 6th ed: People's Medical Publishing House; 2008.
p. 554-57.
3. Yoshiura K, Kawazu T, Chikui T, Tatsumi M, Tokumori K, Tanaka T, et al. Assessment of
image quality in dental radiography, part 1: Phantom validity. Oral Surgery, Oral
Medicine, Oral Pathology, Oral Radiology, and Endodontology 1999;87(1):115-22.
4. Vieyra J, Acosta J, Mondaca J. Comparison of working length determination with
radiographs and two electronic apex locators. International Endodontic Journal
2010;43:16-20.
5. Supriyadi. Pedoman Interpretasi Radiograf Lesi-lesi di Rongga Mulut. Stomatognatic
(J.K.G Unej),2012,vol.9, no.3, hal.134-139.
6. Sjahriar, Rasad.. Radiologi Diagnostik, Ed. 2, Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2009.
7. Rita A, Mason.Radiografi Kedokteran Gigi, Ed. 3, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta:
EGC,2014.
8. Rai A, Burde K, Guttal K, Naikmasur VG. Comparison between cone - beam computed
tomography and direct digital intraoral imaging for the diagnosis of periapical
pathology. 2016. doi:10.4103/2321-3841.196346
9. Pratyusha M V, Nadig P, Jayalakshmi KB, Math S. CBCT assessment of healing of a large
radicular cyst treated with enucleation followed by PRF and osseograft placement : A
case report. 2017;(21):72-76. doi:10.21276/sjodr.2017.2.3.4
10. Araki. Characteristics of a newly developed dentomaxillofacial X-ray cone beam CT
scanner (CB MercuRayTM): system configuration and physical properties.
Dentomaxillofacial Radiology 2004; 33: 51-9
11. Khetarpal A, Chaudhary S, Sahai S. Radiological assessment of periapical healing using
the cone beam computed tomography periapical index : case report. 2013;9(5):46-51/
8: Estrela C, Bueno MR, Azevedo BC, Azevedo JR, Pécora JD. A New Periapical Index
Based on Cone Beam Computed Tomography. 2008;34(11):1325-1331.
doi:10.1016/j.joen.2008.08.013
12. Gusiyska A. Cone Beam Computed Tomography in the Diagnosis of Chronic Apical
Periodontitis and Clinical Decisions : A Review. 2015;4(2):1655-1659.