disusun untuk Memenuhi Tugas Praktikum Mata Kuliah Penatalaksanaan Kuratif Terbatas IV
Disusun Oleh :
Intan Rachmawati Sumarno
P1337425218042
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Analisis
Kasus : Anestesi Infiltrasi Pencabutan Gigi Persistensi” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas praktikum mata kuliah Penatalaksanaan Kuratif Terbatas IV. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai penggunaan
anestesi infiltrasi pada tindakan pencabutan gigi persistensi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sadimin, S.Si.T., M.Kes.
selaku dosen pembimbing praktikum Penatalaksanaan Kuratif Terbatas IV yang
telah membimbing kami dalam mempelajari dan menyelesaikan tugas ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerjasama untuk
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah yang ini masih jauh
dari kata sempurna sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Minggu, 29 Agustus 2021
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. IDENTIFIKASI KASUS 2
C. PENATALAKSANAAN KASUS 4
BAB II PEMBAHASAN 9
A. PERSISTENSI 9
B. WAKTU ERUPSI GIGI 9
C. DAMPAK PERSISTENSI 10
D. ANESTESI PADA TINDAKAN PENCABUTAN GIGI PERSISTENSI 12
BAB III PENUTUP 15
A. KESIMPULAN 15
DAFTAR PUSTAKA 16
DAFTAR GAMBAR
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gigi lebih merupakan kelainan jumlah gigi yaitu jumlah gigi yang ada lebih
banyak dari normal. Gigi lebih yang paling sering dijumpai adalah mesiodens
yang terletak di daerah premaksila pada garis tengah palatum dengan
frekuensi sekitar 90-98% dan seluruh gigi lebih. Mesiodens ini dapat erupsi dan
dapat pula tidak erupsi atau impaksi. Adanya mesiodens dapat menimbulkan
berbagai gangguan klinis pada pasien anak, seperti erupsi gigi permanen yang
terlambat dan malposisi gigi permanen. Diagnosis dini dan penanganan yang
tepat sangat penting untuk mencegah terjadinya berbagai gangguan klinis
tersebut.
Suatu studi menunjukkan terdapat perbedaan jenis dan penyebab yang
ditimbulkan oleh trauma gigi sulung dan gigi permanen, hal ini terkait dengan
struktur tulang pada gigi permanen yang padat sehingga lebih sering
mengalami fraktur, sedangkan gigi sulung mengandung bahan anorganik lebih
sedikit dibandingkan dengan gigi permanen. Tulang yang kurang padat dan
termineralisasi menyebabkan gigi sulung yang trauma lebih sering mengalami
subluksasi daripada fraktur.
Kelainan jantung kongenital merupakan kelainan jantung yang paling
sering dijumpai pada anak, salah satunya adalah kelainan Defek Septum
Ventrikel. Kelainan ini mengenai anak dengan insiden 20-30% dari seluruh
kelainan jantung longenital. Perawatan gigi pada anak dengan kelainan jantung
harus dilakukan secara hati-hati terutama dalam hal pencegahan terhadap
infeksi endokarditis. Oleh karena itu kerjasama dengan ahli kardiologi sangat
diperlukan untuk mengetahui apakah prosedur dental yang akan dilakukan
merupakan intra indikasi dan premedikasi apa yang tepat untuk tindakan
profilaksis terbadap infeksi endokarditis.
1
2
B. IDENTIFIKASI KASUS
1. Identitas Pasien
Nama lengkap : …….
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat dan tanggal lahir : 9 tahun
Agama : ……
Pekerjaan : ……
Bangsa : Indonesia
Alamat : ……
Gol. Darah : ……
No. telpon : …..
2. Pengkajian
a. Keluhan Pasien
Keluhan utama :
Pasien dating dengan keluhan gigi berlebih pada gigi depan atas
kanan dan menyebabkan giginya terlihat berjejal.
Keluhan tambahan :-
b. Riwayat Kesehatan Umum:
Tidak ada riwayat medis yang tercatat secara relevan, sedangkan
riwayat kesehatan keluarga juga tidak tercatat secara signifikan.
c. Riwayat Kesehatan gigi
1) Ini merupakan pengalaman pertama datang ke klinik gigi
2) Melakukan beberapa kali kunjungan untuk melakukan
perawatan gigi
d. Pemeriksaan Ekstra oral : wajah simetris
3
Data /
Bentuk Bentuk Warn
G Lokasi Konsistensi Masala
Papil Margin a
i h
g Pal La Abn
Bu Ling Keny Lun Run Bul Nor
i ata bia orm
kal ual al ak cing at mal
l l al
severe
5 Mera
V - - - - V - V - V gingiviti
2 h
s
severe
1 Mera
- - V - - V V - - V gingiviti
1 h
s
f. Diagnosa
C. PENATALAKSANAAN KASUS
Penatalaksanaan pada ekstraksi mesiodens pada anterior maksila sebagai
berikut :
1. Melakukan pemeriksaan menyeluruh pada rongga mulut
Pada kunjungan awal, dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada
rongga mulut pasien. Untuk pemeriksaan penunjang, dilakukan radiograf
periapical. Setelah seluruh kondisi rongga mulut diperiksa, ditentukan
diagnosis dan rencana perawatan lalu dijelaskan kepada pasien dan
orang tuanya. Pasien juga diinstruksikan mengenai cara menyikat gigi
yang baik dan benar.
2. Melakukan Tindakan ekstraksi
5
h. Jangan meludah.
i. Jangan berkumur selama 24 jam pertama.
j. Jangan minum alkohol
k. Jangan memberikan rangsangan panas pada daerah pencabutan.
9
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERSISTENSI
Persistensi gigi sulung (gigi susu) adalah suatu keadaan dimana gigi
sulung masih berada pada mulut dan belum tanggal, tetapi gigi tetap yang
akan menggantikannya sudah tumbuh. Pada keadan persistensi terkadang gigi
sulung tidak goyang dan dapat ditemukan pada bagian gigi mana saja.
Persistensi gigi sulung merupakan gigi sulung yang tidak tanggal ketika
seharusnya sudah tanggal.
Dikutip dari sebuah jurnal penelitian di Turkey men gungkapkan bahwa
ketidak hadiran konginetal dari gigi pengganti permanen adalah alasan paling
umum yang menyebabkan gigi sulung tetap bertahan, diikuti dengan faktor lain
seperti impaksi,posisi gigi abnormal,dan erupsi gigi penerus yang terlambat
(Aktan et al., 2012).
Jenis gigi sulung yang persisten yang paling umum dijumpai adalah molar
kedua sulung mandibula, diikuti oleh kaninus sulung rahang atas. Dari hasil
riset disebutkan bahwa jika gigi persisten berhubungan dengan tidak adanya
gigi penerus secara konginetal maka resorpsi akar gigi lebih sedikit. Disisi lain
jika alasan persistensi gigi adalah impaksi maka resorpsi akar gigi sulung lebih
banyak terjadi (Aktan et al., 2012).
Waktu erupsi gigi permanent dimulai saat anak berusia 6 sampai 7 tahun,
ditandai dengan erupsi gigi molar pertama rahang bawah bersamaan dengan
insisif pertama rahang bawah dan molar pertama rahang atas. Gigi insisif
sentral rahan atas erupsi umur 7 tahun dilanjutkan dengan gigi insisif lateral
rahang bawah. Gigi insisif lateral rahang atas erupsi umur 8 tahun dan gigi
kaninus rahang bawah umur 9 tahun. Gigi premolar pertama rahang atas
erupsi umur 10 tahun, dilanjutkan dengan erupsi gigi premolar kedua rahang
atas, premolar pertama rahang bawah, kaninus rahang atas dan premolar
kedua rahang bawah. Erupsi gigi molar kedua rahang bawah terjadi umur 11
tahun dan molar kedua rahang atas umur 12 tahun. Erupsi gigi paling akhir
adalah molah ketiga rahang atas dan rahang bawah (McDonald dan Avery,
2000).
C. DAMPAK PERSISTENSI
Gigi supernumerary memiliki potensi mengganggu perkembangan oklusal
normal dan estetika pada anak (Sembiring and Marcia, no date). Persistensi
gigi sulung adalah keadaan pada akar gigi sulung yang tidak mengalami
resorpsi secara normal sehingga gigi sulung tetap berada ditempatnya dan
tidak mengalami eksfoliasi. Gigi persistensi bila tetap berada didalam rongga
mulut dapat menyebabkan beberapa masalah seperti maloklusi. Salah Satu
contoh maloklusi adalah gigi berjejal. Kondisi tersebut dapat meningkatkan
akumulasi plak sehingga meningkatkan faktor risiko terjadinya karies pada gigi
sulung. Selain masalah klinis, masalah pada gigi sulung juga menyebabkan
kesulitan untuk mengunyah, gangguan fonetik, gangguan estetika, bahkan
dapat mempengaruhi penampilan anak (Oktafiani and Dwimega, 2020).
Persistensi gigi sulung yang tidak ditangani dengan baik dapat berisiko
menyebabkan masalah kesehatan, baik pada proses pertumbuhan gigi
maupun pada kesehatan gusi dan mulut. Beberapa masalah utama yang
disebabkan oleh persistensi gigi sulung adalah:
1. Infraoklusi
Infraoklusi adalah kondisi di mana gigi permanen mulai tumbuh di
samping gigi susu yang belum tanggal. Hal ini membuat posisi gigi susu
lebih rendah dan memiliki bentuk yang berbeda dari gigi permanen yang
ada di sebelahnya. Perbedaan tinggi antara gigi susu dengan gigi
11
A. KESIMPULAN
Persistensi merupakan suatu keadaan dimana gigi sulung belum
mengalami erupsi namun gigi tetap yang akan menggantikannya sudah
tumbuh. Oleh karena itu periode erupsi gigi sulung merupakan salah satu hal
yang mempengaruhi terjadinya persistensi. Persistensi harus ditangani dengan
baik supaya tidak menimbulkan risiko terjadinya masalah kesehatan lain, baik
pada proses pertumbuhan gigi maupun pada kesehatan gusi dan mulut.
Penatalaksanaan persistensi dilakukan dengan pencabutan gigi sulung. Dalam
tindakan pencabutan itu sendiri, persistensi merupakan faktor penyulit
sehingga anestesi yang dibutuhkan dalam tindakan pencabutan ini adalah
anestesi infilrasi yang memiliki kemampuan anestesi lebih dalam dan luas
dibandingkan dengan anestesi topical.
15
DAFTAR PUSTAKA
Aktan, A. M. et al. (2012) ‘An Evaluation of Factors Associated with Persistent Primary Teeth’,
European Journal of Orthodontics, 34, pp. 208–212. doi: 10.1093/ejo/cjq189.
Ariany, S., Hayatiz, R. and Suharsini, M. (2000) ‘Penatalaksanaan Mesiodens pada Anak dengan
Kelainan Jantung Kongenital Defek Septum Ventrikel’, JKGUI, 7.
Kurniasih, I. (2008) ‘Permasalahan-permasalahan yang Menyertai Erupsi Gigi’, Mutiara Medika, 8(1),
pp. 52–59.
Noerdin, S. (2000) ‘Penatalaksanaan Pemberian Anestesi Lokal Pada Gigi Anak’, Jurnal Kedokteran
Gigi, pp. 162–168.
Oktafiani, H. and Dwimega, A. (2020) ‘Prevalensi Persistensi Gigi Sulung Pada Anak Usia 6-12 Tahun’,
Jurnal Kedokteran Gigi Terpadu, 2(2), pp. 12–15.
Pratiwi, A., Sulastri, S. and Hidayati, S. (2014) ‘Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang
Jadwal Pertumbuhan Gigi Dengan’, Jurnal Gigi dan Mulut, 1(1), pp. 12–18.
Putri, O. J. (2015) Penatalaksanaan Tindakan Pencabutan Sisa Akar Gigi Sulung Pada Pasien Anak
a.N. N Dengan Kasus Persistensi Disertai Ulkus Dekubitus Di Puskesmas Karang Setra Bandung Tahun
2015, Karya Tulis Ilmiah.
Sembiring, L. S. and Marcia (no date) ‘Ekstraksi Mesiodens pada Anterior Maksila : Laporan Kasus’,
SONDE (Sound of Dentistry), 4(2), pp. 47–56.
Wasilah and Probosari, N. (2011a) ‘Penatalaksanaan Pasien Cemas pada Pencabutan Gigi Anak
dengan Menggunakan Anestesi Topikal dan Injeksi’, Stomatognatic (J. K. G. Unej), 8(1), pp. 51–55.
Wasilah and Probosari, N. (2011b) ‘PENATALAKSANAAN PASIEN CEMAS PADA PENCABUTAN GIGI
ANAK DENGAN MENGGUNAKAN ANESTESI TOPIKAL DAN INJEKSI Wasilah, Niken Probosari Bagian
Pedodonsia Fakultas kedokteran Gigi Universitas Jember’, 8(1), pp. 51–55.
16