Anda di halaman 1dari 3

Penggunaan anastesi dalam penatalaksanaan pencabutan kasus persistensi

Anastesi adalah hilangnya semua bentuk sensasi termasuk sakit, sentuhan, persepsi
temperatur dan tekanan dan dapat disertai dengan terganggunya fungsi motorik.(Putri, 2015).

Anastesi yang digunakan dalam pencabutan kasus persistensi adalah anastesi Lokal,

Anastesi lokal adalah tindakan menghilangkan rasa sakit untuk sementara pada satu
bagian tubuh dengan cara mengaplikasikan bahan topikal atau suntikan tanpa menghilangkan
kesadaran. Pencegahan rasa sakit selama prosedur perawatan gigi dapat membangun hubungan
baik antara perawat gigi dan pasien, membangun kepercayaan, menghilangkan rasa takut, cemas
dan menunjukkan sikap positif dari perawat gigi. Anastesi lokal dapat berupa anastesi infiltrasi
dan topical. Keuntungan dari anastesi lokal adalah teknik-teknik anastesi lokal dapat dipelajari
dengan mudah dan peralatan yang diperluka tidak terlalu banyak, ekonomis serta mudah dibawa
bawa. Penggunaan bentuk anastesi ini juga tidak menganggu saluran pernapasan dan anastesi
dapat dilakukan oleh perawat gigi biasa. Keuntungan lain dari anastesi lokal adalah
memungkinkan diperolehnya kerja sama yang baik antatra pasien dan perawat gigi selama
dilakukannya perawtan gigi. Kontraindikasi terpenting dari anastesi lokal adalah adanya infeksi
akut pada daerah operasi. Suntikan larutan anastesi lokal ke daerah peradangan akut akan
menyebabkan infeksi menyebar melalui rusaknya daya pertahanan alami dan jarang dapat
menimbulkan efek anastesi .

Anastesi topical dibagi menjadi 2, yakni topical dan infiltrasi:

1. Anastesi Topikal atau Permukaan


Anastesi topikal diperoleh melalui aplikasi agen anastesi tertentu pada daerah
kulit maupun membran mukosa yang dapat dipenetrasikan untuk membaalkan ujung-
ujung saraf superfisial. Anastesi ini paling sering digunakan untuk membaalkan mukosa
sebelum penyuntikkan. Semprotan yang mengandung agen anastesi lokal tertentu dapat
digunakan untuk tujuan ini karena aksinya berjalan cukup tepat. Bahan aktif yang
terkandung dalam larutan adalah lignokain hidroklorida 10% dalam basis air yang
dikeluarkan dalm jumlah kecil dari kontainer aerosol. Penambahan berbagai rasa buah-
buahnan dimaksudkan untuk membuat preparat lebih dapat ditolerir oleh anak, namun
sebenarnya dapat menimbulkan masalah karena merangsang terjadinya salivasi
berlebihan.

2. Anastesi Infiltrasi
Teknik yang lebih sering digunakan untuk menghentikan persepsi rasa sakit
adalah dengan mendepositkan larutan anastesi di sekitar filamen saraf, suatu metode yang
disebut anastesi infiltrasi . Peralatan yang diperlukan untuk anastesi lokal harus dapat
digunakan dengan mudah dan harus selalu dalam keadaan steril. Peralatan anastesi lokal
yang paling sering digunakan pada praktek gigi yaitu syringe,cartridge, dan jarum.
Larutan anastesi lokal umumnya masing-masing preparat mengandung konstituen
agen anastesi lokal, vasokonstriktor, agen reduktor, pengawet, antijamur, dan perantara
(vehicle).
Persyaratan pertama untuk substansi ideal adalah bila substansi di pergunakan
secara tepat dan dalam dosis yang tepat, substansi ini akan memberikan efek anastesi
lokal yang efektif dan konsisten. Agenagen terdahulu (misal kokain) umunya diambil dari
sumber-sumber alami dan karena itu, mempunyai kemurnian, potensi dan realiabilitas
yang bervariasi. Kendala ini dapat ditanggulangi dengan menggunakan metode-metode
produksi dan pengemasan modern. Jadi, pengalaman menunjukkan bahwa 98% suntikan
yang menggunakan lignokain 2% dengan adrenalin 1:80.000 merupakan suntikan yang
memberikan efek anastesi efektif. Idealnya, suntikan agen tersebut harus diikutin segera
dengan timbulnya efek anastesi lokal. Dalam konteks ini, perlu diketahui perbedaan
antara timbulnya “perubahan sensasi” yang berefek analgesia dan anastesi operasi yang
sebenarnya dengan pemblokiran impuls yang menyeluruh. Hasil percobaan menunjukkan
bahwa waktu timbul rata-rata setelah anastesi infiltrasi dengan lignokain 2% dan larutan
adrenalin 1:80.000 adalah sekitar 1 menit 20 detik (Wasilah, 2011).
Keefektifan anastesi lokal Tergantung pada :
1) Potensi analgesik dari agen anastesi yang digunakan
2) Konsentrasi agen anastesi lokal.
3) Kelarutan agen anastesi lokal dalam air (misal cairan ekstraselular) dan lipoid
(selubung mielin lipoid).
4) Persistensi agen pada daerah suntikan tergantung baik pada konsenttrasi agen anastesi
lokal maupun keefektifan vasokonstriktor yang ditambahkan.
5) Kecepatan metabolisme agen pada daerah suntikan.
6) Ketepatan terdepositnya larutan di dekat saraf yang akan dibuat baal. Hal ini sangat
tergantung pada keterampilan operator, tetapi variasi anatomi juga berpengaruh disini.
7) Penyebaran agen anastesi dapat digunakan untuk menanggulangi kendala akibat
variasi anatomi. Lignokain mempunyai kualitas penyebaran yang baik dan blok gigi
inferior dapat dilakukan dengan lebih mudah pada penggunaan lignokain daripada
prilokain.

Daftar pustaka

Putri, O. J. (2015). Penatalaksanaan Tindakan Pencabutan Sisa Akar Gigi Sulung Pada Pasien
Anak a.N. N Dengan Kasus Persistensi Disertai Ulkus Dekubitus Di Puskesmas Karang
Setra Bandung Tahun 2015. In Karya Tulis Ilmiah.

Wasilah, N. P. (2011). Penatalaksanaan Pasien Cemas pada Pencabutan Gigi Anak dengan
Menggunakan Anestesi Topikal dan Injeksi. Stomatognatic (J.K.G. Unej), 8(1), 51–55.

Anda mungkin juga menyukai