OLEH :
Supervisor Pembimbing
Dr. drg. Lilies Anggarwati Astuti Sp. Perio
1
LEMBAR PENGESAHAN
Supervisor Pembimbing
2
BAB I
PENDAHULUAN
dan jaringan pendukung gigi lainnya, jika tidak dilakukan perawatan yang tepat
tulang alveolar.1,2
dapat disebabkan adanya kerusakan tulang yang mendukung gigi, trauma dari
oklusi dan adanya perluasan peradangan dari gingiva ke jaringan pendukung yang
lebih dalam serta proses patologik rahang.3 Menurut Fedi dkk, kegoyangan gigi
diklasifikasikan menjadi tiga derajat. Derajat 1 yaitu kegoyangan sedikit lebih besar
dari normal. Derajat 2 yaitu kegoyangan sekitar 1 mm, dan derajat 3 yaitu
kegoyangan sekitar > 1 mm pada segala arah dan gigi dapat ditekan ke arah apikal.4
3
oklusi traumatik, menyembuhkan, atau merangsang regenerasi dengan cara graft
dengan kerusakan tulang berat. Adapun indikasi utama penggunaan splint dalam
makin bertambah.6
1.2 TUJUAN
laporan kasus ini dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya bagi penyusun
4
BAB II
LAPORAN KASUS
No. RM : 3122
Nama : Tn. H
Umur : 54 tahun
Suku/Ras : Makassar
No. Hp :-
Keluhan utama :
Pasien datang dengan keluhan terdapat karang gigi pada bagian rahang atas dan
rahang bawah, pasien tidak mengeluhkan rasa sakit, pasien tidak pernah
pembersihan karang gigi, pasien sering mengkonsumsi teh dan perokok serta
5
pasien mengeluhkan gigi goyang pada bagian bawah depan dan atas belakang
Keadaan umum :
TD : 120/90 mm/Hg
N : 72 x/menit
P : 22 x/menit
S : 36,5oC
Kelainan sistemik :
Jantung : ada
6
Epilepsi : Tidak ada
Pemeriksaan intraoral :
Stain : ada
Poket :-
Hiperplasi :-
Resesi : 11, 12, 13, 14, 15 16, 17, 21, 24, 25, 26,
Perdarahan :-
RB = 31, 32, 33, 34, 35, 36, 41, 42, 43, 44,
45, 46, 47
7
11, 12, 21, 25, 41= mobile derajat 2
Pemeriksaan ekstraoral :
Pemeriksaan CPITN
Tabel CPITN
8
Pemeriksaan penunjang
2.4 DIAGNOSA
Periodontitis
2.5 PERAWATAN
Perawatan Pertama :
kalkulus yang berada pada bagian 2/3 tengah gigi. Gingiva membesar
berdarah.
9
- Scalling :
- DHE diberikan kepada pasien berupa cara menyikat gigi yang baik dan
dokter gigi.
Perawatan Kedua :
- Splinting intrakorona:
Kunjungan Awal :
Sebelum scalling
10
Setelah scalling
11
Kunjungan pertama (Dilakukan Splinting intrakoronal) :
splinting intrakoronal pada gigi 11,12,13,21,22,23
Prosedur :
1. lakukan preparasi minimal di daerah puncak terbesar gigi sebagai retensi
bahan restorasi komposit
2. isolasi daerah gigi
3. lakukan etsa asam, kemudian di bilas hingga kering
4. lakukan bonding agent kemudian di lanjutkan dengan light curing
5. pasang wire di daerah yang sudah di preparasi kemudian di lanjutkan
dengan restorasi komposit.
12
Kunjungan Kedua (Kontrol) :
- Tidak terjadi penurunan kegoyangan gigi
2.6 PROGNOSIS
Sedang
13
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Periodontitis
3.1.1 Definisi
3.1.2 Etiologi
terdapat pada permukaan gigi, dimana plak merupakan deposit lunak berupa
14
Porphyromonas gingivalis, Actinobacillus actinomycetemcomitans,
15
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa DM meningkatkan faktor resiko
penderita non DM terutama dengan kontrol glikemik yang buruk, hal ini
periodontitis.8
3.2. Splinting
3.2.1. Definisi
dengan cara membagi tekanan oklusal ke seluruh gigi secara merata sehingga
16
peradangan gingival serta pemberian instruksi dan motivasi pasien dalam
melakukan kontrol plak. Terapi inisial juga disebut sebagai fase etiotropik
Terapi inisial mencakup kontrol plak yang meliputi motivasi, edukasi dan
terapi inisial berhasil dengan baik. Splinting biasanya dilakukan pada fase
inisial, sebelum fase bedah, baik berupa splinting sementara maupun splinting
occlusion
periodontitis.
3.2.2. Indikasi
17
derajat 3 dengan kerusakan tulang berat. Adapun indikasi utama penggunaan
mastikasi.6
3.2.3. Klasifikasi
Splinting Sementara
18
Gambar 1. Splint kawat. Kawat besi lunak (diameter 0.04 mm) dililitkan mengelilingi
permukaan fasial dan oral gigi yang akan di-splinting, kemudian ligatur dikencangkan
dengan memuntir ujung kawat.
Gambar 2. Splint resin komposit, tanpa preparasi gigi. Setelah gigi dibersihkan secara
menyeluruh, permukaan interproksimal diaplikasikan etsa-asam dan resin. Daerah apikal
ruang interdental harus dibiarkan terbuka untuk memelihara kebersihan yang baik.
Splint sementara lepasan dapat terbuat dari akrilik bening yang ditarik
di dalam vakum pada model studi (Gbr. 3). Splint ini kadang diindikasikan
untuk stabilisasi sementara gigi individu untuk jangka waktu yang singkat.
Jenis splint ini sebelumnya digunakan sebagai “bite guard” pada perawatan
19
Gambar 3. Vacuum formed removable acrylic splint. Splint ini dapat digunakan untuk retensi
atau stabilisasi gigi jangka pendek. Tepi splint harus melebihi tinggi kontur tiap
gigi (tanda panah pada skema) baik pada permukaan labial dan lingual, untunk
memberikan retensi yang aman.
Splinting Semipermanen
gigi.
20
1. Penurunan gigi-jaringan pendukung yang signifikan.
Prosedur:
yang cukup besar pada gigi yang akan di-splinting dan gigi tetangga.
menguntungkan; jika lebih dari tiga gigi yang disatukan, risiko fraktur
estetik.
setelah preparasi gigi. splint ini dapat berfungsi selama beberapa bulan atau
anterior yang lama dan menggunakan preparasi kavitas pada splint. Teknik
21
aplikasi ini serupa dengan penempatan restorasi resin komposit menggunakan
22
BAB IV
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
gigi yang berawal dari inflamasi gingiva dan berlanjut ke struktur jaringan
trauma dari oklusi dan adanya perluasan peradangan dari gingiva ke jaringan
pendukung yang lebih dalam serta proses patologik rahang. Salah satu cara
23
DAFTAR PUSTAKA
2. Fedi, Peter F., Arthur R. Vernino, John L. Gray. 2004. Silabus Periodonti.
127126
pada penderita periodontitis kronis dewasa. Jurnal PDGI. Vol. 59, No. 3,
24
8. Ermawati, Tantin. 2012. Periodontitis Dan Diabetes Melitus. Bagian
Desember
No. 3, 94-99
25