Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS KONTROL ORAL MEDICINE

LINEA ALBA

Disusun Oleh :
Naufal Ardi Rachmanda, S.KG
NIM : J3A019037

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KASUS KONTROL ORAL MEDICINE


LINEA ALBA

Disusun Oleh :
Naufal Ardi Rachmanda, S.KG
NIM : J3A019037

Semarang, 6 Januari 2021

Disetujui Oleh :

Preceptor

drg. Ratna Sulistyorini, M.Si, Med


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit mukosa mulut merupakan bagian dari penyakit mulut yang
berdampak besar bagi pasien yang mengalaminya. Hal ini dapat terjadi karena
mukosa mulut memiliki fungsi protektif yang secara signifikan dapat
mempengaruhi kesehatan umum pasien.

Lapisan mukosa adalah lapisan basah yang berkontak dengan lingkungan


eksternal dan berfungsi untuk proteksi dan pertahanan terhadap antigen. Mukosa
oral mempunyai fungsi utama yaitu sebagai pelindung jaringan yang lebih dalam
pada rongga mulut. Fungsi lainnya, antara lain sebagai organ sensoris, aktifitas
kelenjar, dan sekresi. Sebagai lapisan terluar, oral mukosa akan melindungi
jaringan rongga mulut dari lingkungan eksternal. Oral mukosa akan melakukan
proses adaptasi pada epitel dan jaringan ikat untuk menahan gaya mekanis dan
abrasi yang disebabkan aktifitas normal seperti mastikasi. Selain itu, lapisan epitel
mulut akan bertindak sebagai pelindung terhadap populasi mikroorganisme yang
tertinggal di rongga mulut yang dapat menyebabkan infeksi bila masuk ke dalam
jaringan.
Secara histologis mukosa mulut terdiri dari 2 lapisan. Lapisan pertama adalah
lapisan epitelium, yang melapisi di bagian permukaan luar, terdiri dari berlapis-
lapis sel mati yang berbentuk pipih dimana lapisan sel-sel yang mati ini selalu
diganti terus-menerus dari bawah, dan sel-sel ini disebut dengan stratified
squamous epithelium. Struktur epitel rongga mulut dari arah luar ke dalam adalah
stratum keratinosum, stratum granulosum, stratum spinosum, stratum basalis.
Lapisan kedua adalah lamina propria ini terdapat ujung-ujung saraf rasa sakit,
raba, suhu dan cita rasa.
Diantara semua penyakit-penyakit mukosa mulut, terdapat beberapa
kondisi yang dikategorikan sebagai variasi normal pada struktur anatomis
mukosa mulut. Kondisi-kondisi ini terkadang diabaikan oleh dokter gigi
ketika melakukan pemeriksaan klinis, hal ini dapat terjadi karena kondisi-
kondisi tersebut tidak terasa sakit dan kebanyakan pasien tidak menunjukkan
keluhan atau bahkan tidak menyadari akan keberadaan kondisi-kondisi variasi
normal tersebut. Namun, apabila pasien secara tidak sengaja menemukan
kondisi seperti ini pada rongga mulut mereka, mereka kebanyakan akan
khawatir dan bahkan mengira bahwa kondisi tersebut merupakan suatu
kondisi yang patologis atau kanker. Variasi anatomis normal struktur dan
tampilan mukosa mulut terdiri dari fordyce granules, leukoedema, dan linea
alba buccallis.
B. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Farkhi Muhammad
2. Umur : 25 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Mahasiswa
6. Alamat : Pedurungan Semarang
7. Diagnosa medis : Linea alba
8. No. RM : 0001234
C. DESKRIPSI KASUS
1. Pemeriksaan Subjektif
a. Keluhan
Pasien datang dengan keluhan adanya garis putih menonjol pada pipi
bagian dalamnya pada sisi kanan dan kiri. Pasien menyadari adanya garis
putih pada pipi tersebut ketika pasien melakukan perawatan penambalan
gigi di dokter gigi. Pasien menyatakan bahwa bercak tersebut tidak sakit
dan juga tidak terasa gatal. Pasien juga mengaku belum pernah minum
obat-obatanuntuk menghilangkan bercak putih tersebut.Pasien menyatakan
bahwa dirinya memiliki kebiasaan menggigit–gigit pipi bagian dalamnya
sejak kecil dan terkadang masih melakukannya hingga saat ini.
a) Riwayat medis
Pasien suspect tidak memiliki riwayat penyakit sistemik, tidak
pernah dirawat di Rumah Sakit dan tidak sedang mengkonsumsi
obat rutin. Pasien tidak memiliki alergi makanan, minuman serta
obat-obatan.
b) Riwayat gigi geligi terdahulu
Pasien pernah ke dokter gigi 2 tahun yang lalu untuk melakukan
perawatan pembersihan karang gigi dan penambalan gigi. Pasien
melakukan perawatan penambalan gigi geraham bawah kanan dan
kiri, yaitu gigi 36, 46, 47 dan saat ini tumpatan tersebut dalam
keadaan baik.
c) Riwayat keluarga
Keluarga pasien tidak memiliki riwayat lesi garis putih menonjol
pada pipi bagian dalam seperti yang dialami oleh pasien.
d) Riwayat sosial
Pasien merupakan seorang mahasiswa, jarang berolahraga. Sering
mengkonsumsi kopi dan teh, serta sering mengkonsumsi buah dan
sayur.
2. Pemeriksaan Objektif
Terdapat lesi putih menonjol berbentuk plak membentuk garis horizontal
pada mukosa bukal dextra dan sinistra setinggi dataran oklusal dengan lebar 1
– 2 mm dan memanjang dari gigi molar ketiga sampai dengan premolar kedua,
tidak sakit (pain scale = 0), tidak gatal, konsistensi lunak, bilateral, dan
berbentuk irregular. Lesi tersebut tidak hilang ketika diregangkan.

Gambar 1.1. Linea Alba dextra dan sinistra


3. Assessment
Berdasarkan pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan objektif, didapatkan
bahwa :
Diagnosis : Linea alba
Differential diagnosis : cheek biting (morsicatio buccarum)
Prognosis : Bonam
4. Planning
a) KIE
1) Komunikasi
Mengkomunikasikan kepada pasien bahwa garis putih menonjol
yang memanjang pada pipi bagian dalam sisi kanan dan kiri pasien
disebut dengan Linea alba.
2) Informasi

Menginformasikan kepada pasien bahwa garis putih yang


dinamakan Linea alba tersebut adalah variasi normal dan bukan
merupakan suatu keganasan. Linea Alba dapat terjadi karena gesekan
berlebih pada mukosa pipi, seperti kebiasaan menggigit – gigit pipi,
terdapat gigi / tumpatan / gigi tiruan / alat ortodontik yang yang tajam
dan menyebabkan gesekan berlebih pada pipi bagian dalam.

3) Edukasi

Mengedukasi pasien untuk untuk menghilangkan iritan atau yang


menyebabkan kondisi tersebut seperti penghentian kebiasaan buruk
menggigit – gigit pipi bagian dalam, serta menjaga kebersihan rongga
mulut, dan kontrol rutin kedokter gigi setiap 6 bulan sekali.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mukosa Oral
1. Definisi Mukosa Oral
Lapisan mukosa adalah lapisan basah yang berkontak dengan
lingkungan eksternal. Terdapat pada saluran pencernaan, rongga hidung,
dan rongga tubuh lainnya. Pada rongga mulut, lapisan ini dikenal dengan
oral mucous membrane atau oral mucosa.
2. Fungsi Mukosa Oral
Mukosa oral mempunyai fungsi utama yaitu sebagai pelindung
jaringan yang lebih dalam pada rongga mulut. Fungsi lainnya, antara lain
sebagai organ sensoris, aktifitas kelenjar, dan sekresi. Sebagai lapisan
terluar, oral mukosa akan melindungi jaringan rongga mulut dari
lingkungan eksternal. Oral mukosa akan melakukan proses adaptasi pada
epitel dan jaringan ikat untuk menahan gaya mekanis dan abrasi yang
disebabkan aktifitas normal seperti mastikasi. Selain itu, lapisan epitel
mulut akan bertindak sebagai pelindung terhadap populasi
mikroorganisme yang tertinggal di rongga mulut yang dapat menyebabkan
infeksi bila masuk ke dalam jaringan.
3. Struktur Secara histologis
Mukosa mulut terdiri dari 2 lapisan. Lapisan pertama adalah
lapisan epitelium, yang melapisi di bagian permukaan luar, terdiri dari
berlapis-lapis sel mati yang berbentuk pipih dimana lapisan sel-sel yang
mati ini selalu diganti terus-menerus dari bawah, dan sel-sel ini disebut
dengan stratified squamous epithelium. Struktur epitel rongga mulut dari
arah luar ke dalam adalah stratum keratinosum, stratum granulosum,
stratum spinosum, stratum basalis. Lapisan kedua adalah lamina propria.
Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf rasa sakit, raba, suhu dan cita
rasa.
Gambar 2.1. Struktur epitel rongga mulut

B. LINEA ALBA BUCCALIS


1. Definisi Linea Alba Buccalis
Linea alba buccalis merupakan alur horizontal pada mukosa setinggi
bidang oklusal, meluas dari lipcommissure sampai gigi posterior, biasanya
berhubungan dengan tekanan, iritasi friksional, atau sucking trauma. Berupa
garis putih yang lateral akibat dari hyperkeratosis trauma jaringan dari hasil
gesekan gigi yang berdekatan dan sesuai dengan konfigurasi gigi di daerah ini.
Gesekan gigi-gigi dapat menyebabkan perubahan-perubahan epitel yang
menebal dan terdiri dari jaringan hiperkeratotik. Lesi ini memiliki demarkasi
yang baik terhadap mukosa bukal berwarna kemerahan yang ada di sekitarnya,
lunak dan lembut dengan batas yang relatif sulit di bedakan, biasanya Linea
alba bucallis terjadi secara bilateral.

2. Gambaran Klinis Linea Alba Buccalis


Secara umum kelainan tanpa gejala ini umumnya asimtomatik dengan
lebar 1-2 mm dan meluas dari molar 2 sampai regio kaninus pada mukosa
bukal. Perubahan-perubahan epitel yang menebal yang terdiri atas jaringan
hiperkeratotik yang merupakan suatu respon terhadap gesekan pada gigi-gigi.
Gambaran klinisnya menunjukkan ciri diagnostik sehingga mudah didiagnosa,
Lesi umum di temukan secara bilateral. Garis putih tersebut membentuk
scallope dan berada pada mukosa bukal pada bidang oklusan gigi sekitarnya.

Gambar 2.2 Linea alba buccalis


Sumber : Normal Variations of Oral Anatomy and Comon Oral Soft
Tissue Lesions. Departement of oral medicine, University of
Pennsylvania.

3. Etiologi Linea Alba


Pada umumnya Linea Alba Bukalis terjadi akibat gesekan atau friksi
kronik pada mukosa oral. Lesi tersebut analog dengan callus pada kulit. Linea
Alba Bukalis juga dapat diakibatkan karena variasi dalam diet (pola makan),
kebersihan mulut, frekuensi kontak gesekan antara makanan dan gigi, efek
dari merokok, tekstur makanan, tekanan dari musculus buccinators yang
menekan mukosa melalui cusp gigi posterior rahang atas ke dalam garis oklusi
dan trauma friksional dan penyebab iritasi lainnya (bruxism).

4. Gambaran Histologis Linea Alba


Terjadi perubahan epitel pada lapisan stratum keratinosum yang
mengalami hyperkeratosis sebagai respon terhadap aktifitas friksional gigi.
Stratum
keratinosum
mengalami
perubahan berupa
penebalan atau
disebut
hiperkeratosis

Gambar 2.3 histologi linea alba buccalis

5. Diagnosis Banding Linea Alba


CheekBiting (Morsicatio Buccarum) merupakan istilah untuk
cheek chewing chronic. Umumnya terdapat pada mukosa bukal, namun dapat
juga terjadi pada mukosa labial dan lateral lidah. Prevalensinya tinggi pada
pasien dengan kondisi stress atau yang menunjukkan kondisi psikologis dan
kebanyakan pasien mengetahui kebiasaan menggigit tersebut. Perbedaan
cheek biting dengan linea alba secara gambaran klinis adalah warna mukosa
pada cheek biting sewarna dengan mukosa bukal sekitarnya dan lesi tidak
selalu membentuk sebuah garis melainkan berupa alur atau bekas gigitan yang
sewarna dengan mukosa.

Gambar 2.4 Cheek Biting / morsicatio buccarum


6. Penatalaksanaan Linea Alba
Tidak ada treatment / perawatan khusus yang dibutuhkan pada pasien dengan
kondisi Linea Alba. Setelah mendiagnosis lesi tersebut adalah Linea Alba, dokter
gigi atau oral pathologist perlu menyarankan pasien untuk menghilangkan iritan
atau yang menyebabkan kondisi iritasi seperti penghentian kebiasaan buruk
seperti menggigit pipi, menjaga kebersihan rongga mulut, atau penyesuaian
elemen orthodontik, perbaikan gigi yang tidak rata atau denture dan peralatan
lainnya.
BAB III

PEMBAHASAN

Pasien datang dengan keluhan adanya garis putih menonjol pada pipi bagian
dalamnya pada sisi kanan dan kiri. Pasien menyadari adanya garis putih pada pipi
tersebut ketika pasien melakukan perawatan penambalan gigi di dokter
gigi. Pasien menyatakan bahwa bercak tersebut tidak sakit dan juga tidak terasa
gatal. Pasien juga mengaku belum pernah minum obat - obatan
untuk menghilangkan bercak putih tersebut. Pasien menyatakan bahwa dirinya
memiliki kebiasaan menggigit – gigit pipi bagian dalamnya sejak kecil dan
terkadang masih melakukannya hingga saat ini.

Pemeriksaan objektif didapatkan adanya lesi putih menonjol berbentuk plak


membentuk garis horizontal pada mukosa bukal dextra dan sinistra setinggi
dataran oklusal dengan lebar 1 – 2 mm dan memanjang dari gigi molar ketiga
sampai dengan premolar kedua, tidak sakit (pain scale = 0), tidak gatal,
konsistensi lunak, bilateral, dan berbentuk irregular. Lesi tersebut tidak hilang
ketika diregangkan.

Berdasarkan Pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan objektif yang telah


dilakukan, didapatkan diagnosis dari lesi tersebut adalah Linea alba buccalis.
Penatalaksanaan pada kasus tersebut adalah KIE (Komunikasi, Informasi, dan
Komunikasi). Mengkomunikasikan kepada pasien bahwa garis putih menonjol
yang memanjang pada pipi bagian dalam sisi kanan dan kiri pasien tersebut
dinamakan Linea alba buccalis. Menginformasikan kepada pasien bahwa garis
putih yang disebut Linea alba buccalis tersebut adalah variasi normal pada rongga
mulut dan bukan merupakan suatu keganasan. Linea Alba dapat terjadi karena
gesekan berlebih pada mukosa pipi, seperti kebiasaan menggigit – gigit pipi
bagian dalam, terdapat gigi / tumpatan / gigi tiruan / alat ortodontik yang yang
tajam dan menyebabkan gesekan berlebih pada pipi bagian dalam. Penyebab
adanya linea alba tersebut pada pasien adalah karena kebiasaan pasien yang sering
menggigit – gigit pipi bagian dalamnya. Mengedukasi pasien untuk untuk
menghilangkan iritan atau yang menyebabkan kondisi iritasi seperti penghentian
kebiasaan buruk seperti menggigit pipi bagian dalamnya, serta menjaga
kebersihan rongga mulut dan mengedukasi pasien untuk kontrol rutin kedokter
gigi setiap 6 bulan sekali.
BAB IV

PENUTUP

Linea alba buccalis merupakan variasi normal berupa alur horizontal pada
mukosa bukal setinggi bidang oklusal, meluas dari lipcommissure sampai gigi
posterior, biasanya berhubungan dengan tekanan, iritasi friksional, atau sucking
trauma. Berupa garis putih yang lateral akibat dari hyperkeratosis trauma jaringan
dari hasil gesekan gigi yang berdekatan dan sesuai dengan konfigurasi gigi di
daerah ini. Gesekan gigi-gigi dapat menyebabkan perubahan-perubahan epitel
yang menebal dan terdiri dari jaringan hiperkeratotik. Lesi ini memiliki demarkasi
yang baik terhadap mukosa bukal berwarna kemerahan yang ada di sekitarnya,
lunak dan lembut dengan batas yang relatif sulit di bedakan, biasanya Linea alba
bucallis terjadi secara bilateral.
DAFTAR PUSTAKA

Chynthia Michelle Anggraini. 2008. Prevalensi dan Distribusi Variasi Anatomis


Normal pada Pasien Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Berdasarkan lokasi, Usia dan Jenis
Kelamin. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Jakarta.

Faride M. Madani, Arthur S, Kupersten. 2014. Normal Variations of Oral


Anatomy and Comon Oral Soft Tissue Lesions. Departement of oral medicine,
University of Pennsylvania school of Dental Medicine. Philadephia USA.

Malcom A. Lych, Vernon J. Brightman, Martin S. Greenberg. 1997. Burket’s Oral


Medicine Diagnosis and Treatment 9th Edition. Lippincott-Raven Publisher.
Philadelphia.

Neville, Brad W. Doughlas Damm. Carl Allen. Jerry Bouquot. 2018. Oral And
Maxillofacial Pathology. 3rd Edition. Elsevier Saunders : Missouri.
Norman K. Wood, Paul W. Goaz. 1980. Differential Diagnosis of Oral Lession
2nd Edition. The C. V. Mosby Company. London.

Anda mungkin juga menyukai