Disusun Oleh:
Yogyakarta
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oklusi merupakan salah satu aspek penting yang berperan besar dalam proses
pengunyahan, menelan, serta berbicara. Oklusi secara sederhana dapat diartikan sebagai
kontak antar gigi geligi bawah dengan gigi geligi atas. Kontak ini akan menghasilkan suatu
tekanan yang kemudian diteruskan ke jaringan periodontal. Jaringan periodontal yang sehat
meliputi sementum, ligamen periodontal, dan tulang alveolar, sebagai kesatuan fungsi unit
atau organ. Jaringan ini merupakan jaringan pendukung dan mengelilingi gigi, berfungsi
meredam tekanan oklusi yang diterima oleh gigi. Jaringan periodontal mempunyai batas
ambang dalam menahan tekanan oklusi, bila tekanan ini berlebihan dapat mencederai
jaringan periodontal. Kontak oklusi yang tidak tepat dapat menimbulkan masalah, salah
satunya adalah penyakit periodontal ( Klineberg, 2004). Oklusi yang tidak tepat ini biasanya
ditimbulkan oleh tumpatan yang overhanging, protesa dengan desain yang kurang baik,
kebiasaan bruxism, serta susunan gigi geligi yang tidak teratur ( Tulak, 2013). Kelainan
periodontal dapat terjadi 6 bulan setelah terjadi traumatik oklusi ( Newman dkk, 2019).
Trauma oklusal adalah suatu proses keseluruhan yang dikenal dengan traumatik oklusi
yang menyebabkan terjadinya cedera pada jaringan pendukung, akibat gaya oklusal yang
berlebihan. Traumatik oklusi akut dapat terjadi karena adanya faktor eksternal dan traumatik
oklusi kronis dapat terjadi karena adanya faktor internal (prematur kontak). Traumatik oklusi
kronis dibagi menjadi traumatik oklusi primer dan traumatik oklusi sekunder ( Klineberg,
2004). Traumatik oklusi bisa diperbaiki dengan prosedur tindakan occlusal adjustment.
Occlusal adjustment atau disebut juga penyelarasan oklusal adalah prosedur perawatan
yang tercakup dalam bidang fungsional ( Newman dkk, 2019). Sebenarnya perawatan bidang
fungsional tercakup juga prosedur restoratif, prosedur prostetik dan prosedur ortodonsi.
Namun karena ketiga prosedur terakhir bukanlah prosedur periodonsia, maka dalam
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
perawatan yang tercakup dalam bidang fungsional ( Newman dkk, 2019). Occlusal
grinding, spheroiding dan pointing, restorasi gigi dan menggerakkan gigi. Tindakan
menyebabkan interference (sangkutan atau gangguan) pada daerah oklusal gigi. Oleh
sebab itu, sebelum dilakukan occlusal adjustment harus benar-benar ada komitmen yang
besar baikdari pihak pasien maupun pihak dokter. Selain itu prosedur occlusal adjustment
harus terencana dan tepat. Sebuah prosedur occlusal adjustment yang lemah atau tidak
lengkap sering kali memberikan hasil yang lebih buruk daripada tanpa occlusal
5. Mengubah relasi gigi geligi dan rahang dengan jalan bedah ortognasi.
Occlusal adjustment harus dipandang dari dua sisi, yang satu sama lain tidak
terpisahkan. Pada satu sisi, occlusal adjustment adalah untuk menyingkirkan tekanan
oklusal yang mencederai. Namun pada sisi lain, dan ini sering dilupakan, occlusal
adjustment adalah untuk menciptakan stimulasi fungsional yang dibutuhkan untuk dapat
adjustment tidak hanya diukur dari hilang atau tidaknya tekanan oklusal yang telah
menimbulkan cedera pada jaringan periodonsium, tetapi juga dari apakah tercipta
periodonsium.
Trauma oklusi digambarkan terbagi atas faktor primer atau sekunder dalam etiologi
sehingga sulit untuk menentukan mana yang lebih dahulu terjadi. Trauma dari oklusi
yang disebabkan terjadinya inflamasi pada ligamen periodontal yang disebabkan oleh
bakteri pemicu penyakit periodontal, hal ini menyebabkan terjadinya migrasi, ekstrusi
sehingga mengakibatkan puncak bonjol atau puncak insisal melewati batas curve of spee
trauma oklusi biasanya tidak terlalu terlihat sehingga terkadang membingungkan, karena
secara klinis trauma oklusi tidak memperlihatkan suatu kelainan dan terkadang tanpa
inflamasi pada jaringan periodontal. Tetapi jika diperiksa dengan fotoradiografi maka
akan terlihat adanya pelebaran ligament periodontal sebagai tanda awal trauma oklusi
BAB III
KESIMPULAN
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA