Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. berkat taufik dan
hidayah-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Sistem
Stomatognatik. Selawat beriringkan salam tidak lupa kita haturkan atas pahlawan besar kita
Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa umatnya dari alam kegelapan dan kebodohan
ke alam yang terang dan penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini.
Maksud dan tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diembankan kepada kami selaku mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi sebagai hasil
diskusi kelompok pada setiap pemicu.
Ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada drg. Ridwan L. Sp. Pros. selaku
fasilitator kelompok yang telah memberikan banyak masukan-masukan yang membangun
dan juga untuk teman-teman yang telah berpartisipasi aktif dalam membantu penyusunan
makalah ini hingga selesai.
Walaupun makalah ini telah dapat kami selesaikan, namun masih banyak terdapat
kekurangan, baik dari segi bahasa maupun dari segi penyusunan karena kami selaku manusia
tidak luput dari salah dan lupa. Maka dengan senang hati, kami mengharapkan saran,
kritikan, dan bimbingan yang bersifat membangun ke arah yang positif demi kesempurnaan
dalam penyusunan makalah selanjutnya. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami dan pembaca pada umumnya.
Darussalam, 15 September 2013
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................4
1.2 Perumusan Masalah...........................................................................................................4
1.3 Tujuan.................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................6
2.1 Orthodonti dan Prostodonti..............................................................................................6
2.2 Oklusi........................................................................................................................6
2.2.1 Definisi.............................................................................................................6
2.2.2
Klasifikasi...................................................................................................6
2.3.1 Definisi.............................................................................................................7
2.3.2
Etiologi........................................................................................................7
2.3.3 Klasifikasi.......................................................................................................9
2.3.4 Penanganan Terhadap Maloklusi...............................................................10
2.4 Sistem Stomatognatik...............................................................................................11
2.4.1 Definisi...........................................................................................................11
2.4.2
2.2.1
Definisi..........................................................................................................18
2.2.2
2.2.3
Sanksi Pelanggaran.....................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
Trayektoris Maxilla
Trayektoris Mandibula
6. Kode Etik
Definisi
Isi Kode Etik
Sanksi Pelanggaran
1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai hasil laporan diskusi kelompok
tutorial kami dalam pembahasan dari kasus dalam skenario. Makalah ini juga bertujuan untuk
mengetahui lebih dalam tentang sistem stomatognati, oklusi, maloklusi dan kode etik profesi
dalam kedokteran gigi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Oklusi
2.2.1 Definisi
Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi pada maksila dan mandibula yang
terjadi selama pergerakan mandibula dan berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada
kedua rahang.
Oklusi dapat terus menerus berubah sebagai respon terhadap perubahan, baik itu
perubahan adaptasi yang sehat dan kelainan.
2.2.2 Klasifikasi
1. Oklusi sentrik adalah ketika posisi mandibula saat gigi mengalami intercuspid
maksimal.
2. Oklusi eksentrik adalah kontak gigi yang terjadi selama pergerakan mandibula. Oklusi
ini terbagi menjadi 2, yaitu :
Oklusi fungsional (working side occlusion).
a) Oklusi fungsional lateral, yaitu kontak yang terjadi pada kaninus dan
gigi posterior pada bagian mandibula yang berpindah. Terdapat 2 tipe,
yaitu canine guided occlussion / canine protected dan grouped lateral
occlusion. Canine guided occlussion terjadi ketika ujung cusp kaninus
dan gigi posterior pada bagian mandibula yang berpindah, berkontak.
Grouped lateral occlusion terjadi ketika gigi posterior berkontak
selama working side.
b) Oklusi fungsional protrusive, yaitu gerakan mandibula ke depan.
Oklusi non fungsional merupakan kontak yang terjadi selama pergerakan mandibula,
contohnya mandibula bergerak ke kiri tetapi terjadi kontak pada gigi-gigi bagian kanan.1
2.2.3 Six Keys of Andrew
Kunci oklusi menurut L.F Andrew.
1.
Hubungan molar: cups mesiobukal dari gigi M1 rahang atas atas berada di groove
antara cups M1 rahang bawah, cups distobukal dari M1 rahang atas berkontak
dengan cups mesiobukal dari gigi-gigi M2 rahang bawah.
2.
3.
Inklinasi mahkota: inklinasi mengarah kepada kemiringan mahkota gigi dalam arah
labiolingual atau bukolingual.
4.
5.
6.
2.3 Maloklusi
2.3.1 Definisi
Maloklusi adalah bentuk hubungan rahang atas dan rahang bawah yang menyimpang
dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk yang normal.2
2.3.2 Etiologi
Graber mengklasifikasikan etiologi maloklusi menjadi dua factor yaitu factor umum
dan faktor local.
1.Faktor Umum
7
a. Herediter
Contohnya ukuran gigi-geligi, crowding/spacing, dimensi rahang, variasi antar
rahang.
b. KelainanKonginetal
Contohnya: Keadaan yang abnormal pada saat ibu mengandung, penyakit infeksi,
celah langit-langit dan wajah.
c. Lingkungan
1.Prenatal, contohnya trauma, material diet.
2.Postnatal, contohnya cedera saat kelahiran, cedera TMJ
d. Penyakit-penyakit dan keadaan-keadaan metabolic
Contohnya: yang menyebabkan adanya predisposisi ke arah maloklusi seperti
ketidakseimbangan kelelnjar endokrin, gangguan metabolis, dan penyakit-penyakit
infeksi.
e. Masalah Diet (defisiensi nutrisi)
f.Kebiasaanburuk
Contohnya: menghisapjari, bernafas dengan mulut, mendorong-dorong lidah ke gigi,
mengigit kuku.
g. Sikap Badan
h. Trauma dan Kecelakaan.
2.Faktor Lokal
a. Anomali jumlah gigi
b. Anomali ukuran gigi
c. Anomali bentuk gigi
d. Frenulum labii yang abnormal
e. Kehilang dini gigi
f. Presistensi gigi desidui
h. Erupsi gigi permanen yang tertunda
i. Waktu erupsi yang abnormal
j. Ankylosis
k. Karies gigi
l. Retensi gigi yang tidak baik.1
8
2.3.3
Klasifikasi
Klasifikasi maloklusi menurut Edward Angle dibagi dalam tiga kelas, yaitu:
1. Klas I angle (Netroklusi)
Pada maloklusi ini patokannya diambil dari hubungan molar pertama atas dengan molar
pertama rahang bawah. Bila molar pertama atas atau molar pertama bawah tidak ada maka
kadang-kadang dilihat dari hubungan kaninus rahang atas dan rahang bawah.
2. Klas II Angle
Sehubungan bonjol mesiobukal cusp molar pertama atas lebih anterior dari garis bukal molar
pertama bawah. Juga apabila bonjol mesial cusp molar pertama atas bergeser sedikit ke
anteriordan tidak pada garis bukal pertama atas melewati bonjol mesiobukal molar pertama
bawah.
Pada maloklusi ini hubungan kaninusnya bervariasi yaitu kaninus bisa terletak diantara insisif
lateral dan kaninus bawah.pada umumnya kelainan ini disbabkan karena kelainan pada tulang
rahang atau maloklusi tipe skeletal.
Menurut dewey, klas II Angle ini dibagi dalam dua divisi, yaitu:
a. Divisi I : hubungan antara molar pertama bawah dan molar pertama atas disoklusi dan gigi
anterior adalah protusif. Kadang-kadang disebabkan karena kecilnya rahang bawah sehingga
profil pasien terlihat seperti paruh burung.
b. Divisi 2 : hubungan antara molar pertama bawah dan molar pertama atas disoklusi dan gigi
anterior seolah-olah normal tetapi terjadi deep bite dan profil pasien seolah-olah normal.
Disini bonjol mesiobukal cusp molar pertama atas berada lebih ke distal atau melewati bonjol
distal molar pertama bawah, atau lebih kedistal sedikit saja dari garis bukal molar pertama
bawah. Sedangkan kedudukan kaninus biasanya terletak diantara premolar pertama dan
kedua bawah. Klas III ini disebut juga tipe skeletal.
Menurut dewey, klas III Angle ini dibagi dalam tiga tipe, yaitu:
a. Klas III tipe 1 : hubungan molar pertama atas dan bawah mesioklusi sedang hubungan
anterior insisal dengan insisal (edge to edge).
b. Klas III tipe 2 : hubungan molar pertama atas dan bawah mesioklusi,sedang gigi anterior
hubungannya normal.
c. Klas III tipe 3 : hubungan gigi anterior seluruhnya bersilang (cross bite) sehingga dagu
penderita menonjol kedepan.1
2.3.4 Penanganan Maloklusi
Ada beberapa cara penanganan untuk kasus maloklusi:
Perawatan Preventif
Perawatan preventif adalah segala tindakan yang menghilangkan segala pengaruh
yang dapat merubah jalannya perkembangan normal agar tidak terjadi malposisi gigi
dan hubungan rahang yang abnormal. Misalnya dalam periode prenatal anak yang
berada dalam kandungan, asupan nutrisi ibu harus baik. Sedangkan pada saat periode
post natal harus dijaga kebersihan mulutnya (pemilihan dot yang tepat, anak diajari
cara menyikat gigi yang benar) serta dijaga dari kebiasaan buruk misalnya menghisap
ibu jari.
Perawatan Interseptif
Perawatan interseptif adalah perawatan orthodontik pada maloklusi yang telah mulai
tampak, untuk mencegah agar maloklusi yang ada tidak berkembang menjadi parah.
Macam-macam perawatan interseptif:
Activator
Head gear
Rapid palatal ekspansion
Face mask
Chin cup
Space maintainer
Space regainer
Serial ekstraksi
Perawatan Kuratif
Perawatan ini dilakukan untuk mengoreksi maloklusi atau malposisi yang ada dan
mengembalikan kepada posisis, oklusi, dan lengkung yang ideal. Perawatan kuratif
terbagi menjadi 2 macam yaitu perawatan ortho cekat (fixed orthodontic treatment)
dan perawatan ortho lepasan (removable orthodontic treatment).3
10
Gigi
Jaringan gigi terdiri dari email, dentin, sementum, dan pulpa.
Fungsi:
a. insisivus didesain untuk memotong makanan.
b. caninus didesain untuk mengoyak makanan.
c. premolar membantu memotong dan meghaluskan makanan.
d. molar didesain untuk mengunyah dan menghaluskan makanan.
Jaringan periodontal
Terdiri dari gingiva, sementum, ligament periodontal, dan tulang alveolar.
Fungsi:
a. gingiva merupakan bagian dari mukosa oral yang mengelilingi gigi dan
menutup tulang alveolar pada rahang.
b. sementum merupakan jaringan keras yang mengelilingi akar gigi.
Lidah
Lidah berfungsi untuk mastikasi atau pengunyahan dan penelanan.
Rahang
a. maksila berfungsi sebagai media penahanan dalam mastikasi agar dapat
bekerja secara maksimal.
b. mandibula berfungsi sebagai media penerus gerakan temporo mandibular
joint (TMJ).
Otot-otot pengunyahan
a. otot masseter
b. otot temporalis
c. otot pterigoid medial
d. otot pterigoid lateral
Temporo mandibular joint (TMJ)
TMJ berfungsi sebagai penghubung antara mandibula dengan tulang temporal.
Kelenjar saliva
Pembuluh darah5
Sebagai suatu kunci petumbuhan fisik dn kematangan pasien yang bias memiliki korelasi
dento-facial.
Gaya Berjalan ( Galt)
Abnormalitas pada gaya berjalan pasien biasanya dihubungkan dengan neuromuscular
yang bias memiliki korelasi dental.
Posture
Menunjukkan pada cara pasien berdiri. Posture abnormal dapat mempengaruhi maloklusi
yang diakibatkan pada perubahan dalam hubungan maksila mandibula.
Fisik
tipe bentuk badan :
1. Aesthetic
Orang yang kurus dan biasanya memiliki lengkung dental yang sempit.
2. Pletonic
Orang yang kelebihan berat badan, umumnya memiliki lengkung dental yang lebar dan
petak.
3. Atthetic
Normal, tidak kurus dan tidak gemuk. Lengkung dental dengan ukuran normal.
Seldom, klasifikasi :
1. Ectomorphic
2. Mesomorphic
3. Endomorphic
12
Dapat dibagi ke dalam 3, 1/3 vertikal yang sama 4 bidang horizontal pada level garis
rambut, ridge supra orbital, dasar hidung dan border inferior dagu. Wajah bagian bawah, bibir
atas menempati 1/3 jarak sementara dagu menempati rest of the space.
Pemeriksaan Bibir
Secara normal bibir atas menutupi seluruh labial anterior atas kecuali insisal 2-3 mm.
bibir bawah menutupi seluruh permukaan labial anterior bawah dan 2-3 mmedge insisal
anterior atas. Bibir dapat diklasifikasikan ke dalam 4 tipe berikut :
1. Competent lips
Bibir pada kontak ringan sementara otot-otot dalam keadaan istirahat
2. Incompetens lips
Secara marfologi bibir pendek, tidak dapat membentuk suatu pola penutupan bibir dalam
keadaan istirahat. Penutupan bibir hanya dilakukan dengan kontraksi aktif dari otot-otot
perioral dan mentalis.
3. Potentially incompetens lips
Bibir normal yang gagal untuk membentuk suatu pola penutupan akibat proklinasi pada
insisiv-insisiv atas.
4. Everted lips
Bibir hipertropi dengan lemahnya tonusitasotot-otot.
Pemeriksaan hidung
1. Ukuran hidung
Secara normal, hidung pada bagian 1/3 tinggi total wajah.
2. Kontur hidung
Bentuk hidung bias lurus, cembung atau cekung sebagai suatu akibat dari nasal injuries.
3. Nostrils ( lubang hidung )
Berbentuk oval, harus simetris secara bilateral, stenosis nostril bias menindikasikan
terhalangnya pernapasan hidung.
Pemeriksaan Dagu
1. Mentolabial sulcus
14
Sulkus mentolabial adalah suatu cekungan yang terlihat di bawah bibir bawah. Sulus
mentolabial yang dalam dapat dilihat pada maloklusi kelas II divisi I sedangkan sulkus
dangkal pada bimaksillary protrusion.
2. Mentalis activity
Secara normal, otot-otot mentalis tidak dapat ditunjukkan kontraksi apapun saat posisi
normal. Aktivitas hiperaktif mentalis terlihat pada beberapa keadaan maloklusi seperti kasus
kelas II divisi I. Hal ini menyebabkan pengerutan atau lipatan dagu.
3. Chin position and prominence
Menonjolnya dagu biasanya diasosiasikan dengan maloklusi kelas III smentara recessive
chin biasanya maloklusi kelas II.
4. Nasolabial Angle
Susut ini terlihat antara border bawah hidung dan suatu garis yang menghubungkan
interseksi ( penyilangan) hidung dan bibir atas dengan ujung bibir ( labrale superior ). Sudut
ini normalnya 110o. Sudut ini berkurang jika pasien memiliki gigi-geligi anterior yang
proklinasi atau prognatis maksilla. Sudut ini juga bisa meningkat / bertambah pada pasien
dengan retrognatik maksilla atau retroclined maxillary anterior.
Pemeriksaan Intraoral
Pemeriksaan Lidah
Berlebihnya ukuran lidah diindikasikan karena adanya gigi pada margin lateral.
Memberikan gambaran scallop pada lidah.
Pemeriksaan Palatum
Palatum harus diperiksaan untuk menemukan hal-hal berikut :
Variasi kedalaman paltum terjadi pada hubungan dengan variasi bentuk facial.
Kebanyakan pasien dolicofacial memiliki palatum yang dalam.
Adanya swelling ( lekukan ) pada palatum dapat mengindikasi suatu keadaan gigi
impaksi, adanya kista atau patologis tulang lainnya.
Ulcerasi mukosa dan indentation adalah suatu gambaran dari deep bite traumatic.
Adanya celah palatum diasosiasikan dengan diskontinuitas palatum.
the third rugae biasanya pada garis dengan caninus. Hal ini berguna dalam
perkiraan proklinasi anterior maksilla.
Pemeriksaan Gingiva
Gingival diperiksa untuk inflamasi, resesi dan lesi mucogingival lainnya. Biasanya
temuan gingivitis marginal pada region anterior disebabkan oleh postur open lip. Adanya
oklusi traumatic diindikasikan dengan resesi gingival terlokalisir.
15
2.5 Trayektoris
2.5.1 Definisi
Trayektoris merupakan jalan/lintasan tulang frabekula yang menerangkan lintasan
dari tekanan dan tegangan maksila.1
2.5.2 Trayektoris Maxilla
Trayektoris maxilla dapat diklasifikasikan sebagai trayektoris vertikal dan horizontal.
Trayektoris Vertikal
16
Trayektoris maxilla
17
20
Pasal 79 UU
Praktik kedokteran secara tegas mengatur bahwa setiap dokter atau dokter gigi yang
dengan sengaja tidak membuat rekam medis dapat dipidana dengan pidana kurungan
1 tahun atau denda paling banyak Rp 50.000.000. Selain tanggung jawab pidana,
dokter atau dokter gigi yang tidak mebuat rekam medis juga dapat dikenakan sanksi
secara perdata, karena dokter atau dokter gigi tidak melakukan yang seharusnya
dilakukan dalam hubungan dokter dengan pasien.
21
BAB III
KESIMPULAN
Orthodontik adalah cabang kedokteran gigi yang mempelajari pencegahan, interseptif,
dan koresi dari maloklusi dan keabnormalan yang lain pada regio dentofasial.
Ruang lingkup Orthodontik meliputi preventif orthodontik, interseptif orthodontik,
korektif orthodontik dan surgical orthodontik.
Prostodontik merupakan cabang ilmu pengetahuan dan seni kedokteran gigi yang
berhubungan dengan penggantian gigi yang hilang dan jaringan mulut untuk
merestorasi dan memelihara bentuk mulut, fungsi, penampilan dan kesehatan.
Cabang- cabang prostodontik adalah prostodontik cekat ( Fixed Prosthodontics ),
prostodontik lepasan ( Removable Prosthodontics ), maxilafasial Prostodontik.
Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi pada maksila dan mandibula yang
terjadi selama pergerakan mandibula dan berakhir dengan kontak penuh dari gigi
geligi pada kedua rahang.
Maloklusi adalah bentuk hubungan rahang atas dan rahang bawah yang menyimpang
dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk yang normal.
Penanganan maloklusi dapat dilakukan dengan perawatan preventif, perawatan
interseptif, dan perawatan kuratif.
Sistem stomatognatik merupakan suatu kesatuan yang meliputi komponen gigi, dan
jaringan pendukungnya, maksila dan mandibula, otot-otot kepala, sendi rahang, lidah,
syaraf dan komponen terkait lainnya dalam melakukan aktifitas rongga mulut.
Pengetahuan tentang sistem stomatognatik ini sangat dibutuhkan dan dipahami
sebagai dasar untuk penerapan ilmu ortodonti dan prostodonti klinik.
Trayektoris merupakan jalan/lintasan tulang frabekula yang menerangkan lintasan
dari tekanan dan tegangan maksila.
Kode etik adalah prinsip tertentu yang wajib ditegakkan anggota dari komunitas
profesi itu dengan melibatkan orang yang memahami seluk beluk profesi itu dan ahli
etika, serta didukung organisasi profesi yang solid.
Sanksi atas pelanggaran kode etik umumnya identik dengan sanksi terhadap
pelanggaran norma agama, kesusilaan atau sopan santun.
Selain mendapat sanksi hukum, pelanggaran kode etik juga dapat dikenakan sanksi
disiplin dan etik sesuai dengan UU praktik kedokteran.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Bhalaji.S.I. Orthodontics: Art and Science. 3rd ed. New Delhi:Arya Publishing Home.
2006. p.1, p.2-3, p.57-59, p.82, p.115-127
2. Sulandjari H., Buku Ajar Ortodonsia I KGO I, Yogyakarta, Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Gajah Mada, 2008. p.43
3. Bakar, Abu. Kedokteran Gigi Klinis. 2011. Yogyakarta: Quantum Sinergis Media. p.162
4. Geriatric Dentistry Aging and Oral Health. Athena S. Papas, Nelsen C. Linda. Mosby St.
Louis. 1991. p.51
5. Salzman J.A. Practice of Orthodontic. Vol. 2. J.B. Lippicont Company. Philadelpia and
Mort. 1906.
6. Hanafiah, M. Jusuf. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. 1999. Jakarta: EGC
23