Anda di halaman 1dari 19

KLASIFIKASI GIGI TIRUAN

Prostodonsia merupakan salah satu cabang ilmu dalam bidang kedokteran


gigi yang berhubungan dengan penggantian gigi dan jaringan mulut yang hilang
untuk memperbaiki fungsi estetik dan kesehatan rongga mulut. Gigi tiruan
berfungsi untuk meningkatkan kemampuan dalam mengunyah, berbicara,
memberikan dukungan untuk otot wajah, dan meningkatkan penampilan wajah
dan senyum. Gigi tiruan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu gigi tiruan tetap dan gigi tiruan lepasan (Aschi, 2013)

Berdasarkan Jaringan Pendukung


Victor L.S mengklasifikasikan gigi tiruan sebagian lepasan berdasarkan
jaringan pendukungnya, yaitu (Wagner, 2012):
a. Tooth borne, yaitu gigi tiruan yang hanya mendapat dukungan dari gigi
asli.
b. Mucosa borne, yaitu gigi tiruan yang hanya mendapat dukungan dari
jaringan mukosa.
c. Tooth and mucosa borne, yaitu gigi tiruan yang mendapat dukungan
dari mukosa dan gigi.

Berdasarkan Waktu Pemasangan


a. Convensional denture, gigi tiruan yang dibuat dan dipasang sesudah
luka pencabutan sembuh.
b. Immediate denture, yaitu gigi tiruan yang dibuat sebelum pencabutan
dan segera dipasang setelah pencabutan (Zarb, et al.,2013).

Berdasarkan ada tidaknya wing


a.Open face denture, tanpa wing pada bagian bukal dan labial, biasanya
untuk anterior.
b.Close face denture, memakai wing pada bagian bukal, biasanya untuk
posterior (Zarb, et al.,2013).

Klasifikasi gigi tiruan sebagian berdasarkan bahan yang digunakan


menurut Soelarko dan Wachijati (1980) dalam Aschi (2013) adalah :
a. Frame denture
Frame denture adalah gigi tiruan sebagian lepasan yang terdiri dari
kerangka logam tuang dan bagian sadel terdiri dari akrilik serta
elemen gigi tiruan.
b. Acrylic denture
Acrylic denture adalah gigi tiruan sebagian lepasan yang basisnya
terdiri dari akrilik sertaelemen gigi tiruan.
c. Vulkanite denture
Vulkanite denture adalah gigi tiruan sebagian lepasan yang terdiri dari
karet yang dikeraskan sebagai basis gigi tiruan serta elemen gigi
tiruan.

Klasifikasi gigi tiruan sebagian menurut Swenson adalah :


1. Kelas I Ujung bebas unilateral / Unilateral Free End
2. Kelas II Ujung bebas bilateral / Bilateral free end

3. Kelas III Bounded sadle

4. Kelas IV Anterior tooth supported


Klasifikasi Applegate Kenedy Fiset
Berdasarkan Nallaswamy (2007), rincian klasifikasi applegate kennedy
fiset, yaitu:
a. Kelas I : Daerah tak bergigi terletak pada posterior bilateral.

b. Kelas II : Daerah tak bergigi terletak pada posterior unilateral.

c. Kelas III : Daerah tak bergigi terletak pada unilateral 2 gigi atau lebih
yang berdekatan.

d. Kelas IV : Daerah tak bergigi terletak pada anterior dan melewati garis
tengah rahang.

e. Kelas V : Daerah tak bergigi terletak pada unilateral paradental dimana


gigi anteriornya tidak mampu untuk dijadikan penyangga.
f. Kelas VI : daerah tak bergigi terletak pada unilateral dimana gigi
tetangga nya harus dilakukan restorasi.

g. Kelas VII : Daerah tak bergigi terletak pada satu sisi (unilateral) dan
hanya menyisakan beberapa gigi dilengkung rahang tetangga yang
sudah melewati garis tengah rahang.

h. Kelas VIII : Daerah tak bergigi yang hanya menyisakan beberapa gigi
dibagian anterior.

i. Kelas Iχ: Daerah tak bergigi yang dibutuhkan untuk dilakukan


perawatan prostodontia karena secara fungsi dan estetiknya
diperhatikan.

j. Kelas χ : Daerah tak bergigi sebagian dimana hanya menyisakan


sedikit gigi asli yang tidak mampu dijadikan sebagai penyangga.
Klasifikasi Kennedy
Klasifikasi ini bertujuan untuk menggolongkan dan menggabungkan
sebagian lengkung rahang yang tidak bergigi (McGarry, 2002).

Klasifikasi Kennedy adalah sebagai berikut (McGarry, 2002) :


1. Klas I : Daerah tidak bergigi bilateral yang letaknya pada bagian posterior dari
gigi asli yang masih tinggal pada bagian anterior (Bilateral free end)
2. Klas II : Daerah tidak bergigi unilateral pada bagian posterior dari gigi asli
yang masih tinggal (Unilateral free end)
3. Klas III : Daerah tidak bergigi unilateral dengan gigi asli yang tinggal pada
bagian anterior dan posterior (Bounded saddle)
4. Klas IV : Tunggal (single). Adanya letak sadel pada gigi anterior dan melewati
median line. Bila terdapat daerah tidak bergigi tambahan oleh Kennedy disebut
sebagai modifikasi, kecuali klas IV tidak ada modifikasi.
Salah satu keuntungan pemakaian klasifikasi ini adalah bahwa cara ini
memungkinkan orang melihat dengan cepat bagian rahang yang tidak bergigi lagi.
Cara ini juga memungkinkan pendekatan logis bagi masalah-masalah pembuatan
desain. Untuk memudahkan aplikasi atau penerapannya, terdapat Aturan dalam
penggunaan klasifikasi Kennedy adalah (Wagner, 2012) :
1. Klasifikasi ditentukan setelah ekstraksi gigi yang mungkin mengubah
klasifikasi awal.
2. Molar ketiga tidak dipertimbangkan dalam klasifikasi jika tidak ada dan tidak
akan digantikan
3. Molar ketiga dipertimbangkan dalam klasifikasi jika ada dan digunakan
sebagai gigi penyangga
4. Molar kedua tidak dipertimbangkan dalam klasifikasi jika tidak ada dan tidak
akan digantikan
5. Penentuan klasifikasi selalu dari daerah edentulus paling posterior
6. Daerah edentulus diluar klasifikasi dikategorikan modifikasi dan sesuai jumlah
daerah edentulus
7. Luas daerah modifikasi tidak dipertimbangkan, hanya jumlah daerah
edentulus tambahan
8. Tidak ada modifikasi pada klas IV

Klasifikasi Applegate – Kennedy


Setelah bertahun-tahun menggunakan dan menerapkan Klasifikasi Kennedy,
Applegate menganggap perlu mengadakan perubahan-perubahan tertentu demi
perbaikan. Hal ini dimaksudkan semata-mata untuk lebih mendekatkan prosedur
klinis dengan pembuatan desain dengan klasifikasi yang dipakai. Applegate
membagi rahang yang sudah kehilangan sebagian giginya menjadi 6 kelas dengan
rincian sebagai berikut (Barclay dan Walmsley, 2001) :
(1) Kelas I
Pada kelas I klasifikasi ini daerah yang tidak bergigi sama dengan
klasifikasi Kennedy. Keadaan ini sering dijumpai pada rahang bawah dan
biasanya telah beberapa tahun kehilangan gigi. Indikasi pelayanan
prostodontik kelas I adalah gigi tiruan sebagian lepasan dengan desain
bilateral dan perluasan basis distal.

Gambar Klasifikasi Applegate – Kennedy Kelas I


(2) Kelas II
Pada kelas II klasifikasi ini daerah tidak bergigi sama dengan kelas II
Kennedy. Indikasi pelayanan prostodontik kelas II adalah gigi tiruan
sebagian lepasan bilateral perluasan basis distal.
Gambar Klasifikasi Applegate – Kennedy Kelas II
(3) Kelas III
Pada kelas III klasifikasi ini keadaan tidak bergigi paradental dengan
kedua gigi tetangga, tidak lagi mampu memberi dukungan kepada gigi
tiruan (protesa) secara keseluruhan. Indikasi pelayanan prostodontik kelas
III adalah gigi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi dengan desain
bilateral.

Gambar Klasifikasi Applegate – Kennedy Kelas III


(4) Kelas IV
Pada kelas IV klasifikasi ini daerah tidak bergigi sama dengan kelas IV
Kennedy. Indikasi pelayanan prostodontik kelas IV : geligi tiruan cekat,
bila gigi gigi tetangga masih kuat dan geligi tiruan sebagian lepasan
dengan desain bilateral dan dukungan gigi atau jaringan atau kombinasi.

Gambar Klasifikasi Applegate – Kennedy Kelas IV


(5) Kelas V
Pada kelas V klasifikasi ini daerah tak bergigi paradental, dimana gigi asli
anterior tidak dapat dipakai sebagai gigi penahan atau tak mampu
menahan daya kunyah. Kasus seperti ini banyak dijumpai pada rahang
atas, karena gigi caninus yang dicabut karena malposisi atau terjadinya
kecelakaan.

Gambar Klasifikasi Applegate – Kennedy Kelas V


(6) Kelas VI
Daerah tak bergigi paradental dengan ke dua gigi tetangga gigi asli dapat
dipakai sebagai gigi penahan. Kasus seperti ini sering kali merupakan
daerah tak bergigi yang terjadi pertama kalinya dalam mulut.

Gambar Klasifikasi Applegate – Kennedy Kelas VI


Selain keenam kelas tersebut diatas, Klasifikasi Applegate-Kennedy
mengenal juga modifikasi untuk daerah tak bergigi tambahan. Bila tambahanini
terletak di anterior, maka disebut Kelas…modifikasi A. Pada penambahan yang
terletak di posterior, disebut Kelas….modifikasi P. Untuk penambahan ruangan
yang lebih dari satu, di muka huruf petunjuk modifikasi diberi tambahan angka
Arab sesuai jumlahnya.Contoh, Kelas II Modifikasi 2A (atau 1P atau 2A & 3P
danseterusnya) (Sophie, 2013).

Klasifikasi Miller Berdasarkan Letak Cangkolannya adalah :


1. Klas I Ada dua cangkolan yang lurus berhadapan dan tegak lurus median line
2. Klas II Ada dua cangkolan yang letaknya diagonal
3. Klas III Ada tiga cangkolan yang membentuk segitiga di tengah prothesa bila
dihubungandengan garis.
4. Klas IV Ada empat cangkolan yang membentuk segi empat di tengah
prothesa bila dihubungandengan garis (Aschi, 2013).

Klasifikasi Cummer Berdasarkan Letak Cangkolannya adalah :


1. Klas I Diagonal, yang menggunakan 2 buah cangkolan berhadapan diagonal
2. Klas II Diametric, yang menggunakan 2 cangkolan yang berhadapan tegak
lurus
3. Klas III Unilateral, cangkolan terletak pada satu sisi rahang
4. Klas IV Multilateral, cangkolan dapat berupa segitiga maupun segiempat
(Aschi, 2013)

Komponen yang Perlu Diperhatikan dalam Pembuatan Gigi Tiruan :


1. Basis/Landasan Gigi Tiruan
Basis geligi tiruan sering disebut juga dengan dasar atau sadel
yangmerupakan bagian yang menggantukan tulang alveolar yang sudah
hilang dan berfungsi mendukung gigi tiruan. Adapun fungsi fungsi lainnya,
yaitu (Zarb, et al.,2013) :
1) Mendukung gugu (elemen) tiruan
2) Menyalurkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung, gigi penyangga
atau linggir sisa
3) Memenuhi faktor estetik
4) Memberikan stimulasi kepada jaringan yang berada dibawah dasar
geligi tiruan
5) Memberkan retensi dan stabilisasi
Basis dapat digolongkan menjadi :
1) Basis dukungan gigi atau basis tertutup (bounded saddle)
2) Basis dukungan jaringan atau kombinasi atau berujung bebas (free
end)
2. Retainer/Cengkram/Klamer/Cangkolan
Penahan atau retainer adalah bagian dari gigi geligi tiruan sebagian lepasan
yang berfungsi memberikan retensi dan karenanya mampu menahan protesa
tetap pada tempatnya. Penahan ini dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu
penahan langsung (direct retainer) yang berkontak langsung dengan
permukaan gigi penyangga dapat berupa cengkram atau kaitan presisi.
Kelompok kedua adalah penahan tidak langsung (indirect retainer) yang
memberikan retensi untuk melawan gaya yang cenderung melepas protesa
kearah oklusal dan bekerja pada basis. Retensi tak langsung ini didapatkan
dengan cara memberikan retensi pada sisi berlawanan dari garis fulkrum
(Wagner, 2012).
Kemampuan menahan gaya ini diperoleh dengan satu atau berbagai
cara,diantaranya :
a) Cengkram
Cengkram sendiri dapat digolongkan berdasarkan beberapa
pertimbangan berikut ini :
1) Menurut konstruksinya
 Cengkram tuang atau cor (cast clasp)
 Cengkram kawat (wrought wirl clasp)
 Cengkram kombinasi (combination clasp)
2) Menurut desainnya :
 Cengkram sirkumferensial
 Cengkram batang
3) Menurut arah datangnya lengan :
 Cengkram oklusal
 Cengkram gingival
b) Kaitan presisi
c) Gesekan (friksi), antara tepi geligi tiruan dengan gigi
d) Adhesi berupa ikatan antara basis dengan saliva dan saliva dengan
mukosa, serta Kohesi yang berupa ikatan antara saliva dengan
saliva itu sendiri
e) Tekanan atmosfir
f) Bagian basis yang melewati daerah gerong gigi
g) Bagian basis yang melewati daerah gerong jaringan lunak
h) Pembentukan tepi jaringan pada permukaan poles protesa
i) Gaya gravitasi
j) Retensi tak langsung
3. Sandaran/Rest
Sandaran merupakan bagian geligi tiruan yang bersandar pada
permukaan gigi penyangga dan dibuat dengan tujuan memberikan dukungan
vertikal pada protesa. Sandaran dapat ditempatkan pada permukaan oklusal
premolar dan molar atau permukaan lingual gigi anterior. Supaya dapat
berfungsi dengan efektif, sandaran harus ditempatkan pada permukaan gigi
yang sengaja di preparasi. Sandaran untuk gigi posterior dapat berupa
sandaran oklusal, sandaran internal, sandaran onlay dan sandaran kail. Untuk
gigi antrior, sandaran dapat berupa sandaran singulum, sandaran insisal,
sandaran restorasi, dan bahu lingual sirkumferensial (Jepson, 2004).
4. Konektor/Connector
1) Konektor Utama (Major Connector)
Merupakan bagian dari GTSL yang menghubungkan
komponen-komponen yang terdapat padasatu sisi rahang dengan sisi
yang lain atau bagian yang menghubungkan basis dengan
retainer.Fungsi konektor utama adalah menyalurkan daya kunyah
yang diterima dari satu sisi kepada sisi yang lain. Syarat konektor
utama adalah rigid, tidak mengganggu gerak jaringan, tidak
menyebabkan tergeseknya mukosa dan gingiva, tepi konektor utama
cukup jauh dari margin gingiva, tepi dibentuk membulat dan tidak
tajam supaya tidak menganggu lidah dan pipi. Konektor utama dapat
berupa bar atau plate tergantung lokasi, jumlah gigi yang
hilang, danrahang mana yang dibuatkan. Pada rahang atas dapat
berupa single palatal bar, U-shaped palatal connector, antero-
posterior palatal bar dan palatal palate. Pada rahang bawah dapat
berupa lingual bar dan lingual plate (Jepson, 2004).
2) Konektor minor
Konektor minor merupakan bagian GTSL yang menghubungkan
konektor utama dengan bagianlain, misalnya sandaran oklusal.
Biasanya diletakkan pada daerah embrasur gigi dan harus berbentuk
melancip ke arah gigi penyangganya. Fungsi konektor minor adalah
meneruskan tekanan oklusal/beban oklusi ke gigi peganggan,
membantu stabilisasi dengan menahan gaya pelepasan,
menghubungkan bagian-bagian GTS dengan konektor utama,
menyalurkan efek penahan, sandaran dan bagian pengimbangan
kepadasandaran serta mentransfer efek retainer/klamer serta
komponen gigi lain ke gigi tiruan (Jepson, 2004).

Gigi Tiruan Jembatan


Gigi Tiruan Jembatan (GTJ) atau Fixed partial denture adalah gigi tiruan
sebagian yang direkatkan dengan semen secara permanen pada satu atau beberapa
gigi penyangga yang telah dipersiapkan untuk menggantikan satu atau beberapa
gigi yang hilang.
1. Fixed-Fixed Bridge
Fixed-Fixed Bridge adalah Gigi Tiruan Jembatan (GTJ) yang
memiliki konektor rigid di kedua ujung pontic. Semua komponen
digabungkan secara rigid, dengan cara penyolderan setiap unit individual
bersama atau melalui pengecoran. Bisa memiliki dua atau lebih gigi
penyangga. Gigi Tiruan Jembatan (GTJ) tipe ini menghasilkan kekuatan
dan stabilitas yang cukup baik dan juga dapat mendistribusikan tekanan
kunyah lebih merata pada restorasi, serta memberikan efek splinting yang
cukup baik (Smith, 2007).
Menurut (Smith, 2007), Fixed Fixed Bridge memiliki keuntungan dan
kelebihan sebagai berikut:
 Keuntungan : Memiliki indikasi terluas dari semua jenis Gigi Tiruan
Jembatan (GTJ); Punya efek splinting terbaik dan karenanya sering
digunakan sebagai perawatan penunjang periodontal.
 Kerugian : Jika span terlalu panjang terjadi resiko adanya gaya
ungkit/bent/efek flexural.
2. Fixed Movable Bridge
Fixed Movable Bridge adalah gigi tiruan jembatan yang mempunyai
dua jenis konektor yaitu konektor rigid dan konektor non rigid, konektor
yang rigid biasanya di ujung distal pontik, dan konektor non rigid yang
berfungsi sebagai stress breaker berada pada sisi mesial pontik (Smith,
2007). Pada jenis ini gaya yang datang dibagi menjadi dua, menggunakan
konektor rigid dan non rigid sehingga tekanan oklusi akan lebih disalurkan
ke tulang dan tidak dipusatkan ke retainer. Gigi Tiruan Jembatan (GTJ)
tipe ini memungkinkan pergerakan terbatas pada konektor diantara pontik
dan retainer. Konektor tersebut dapat memberikan dukungan penuh pada
pontik untuk melawan gaya oklusal vertikal, dan memungkinkan gerakan
terbatas pada respon terhadap gaya lateral. Hal ini mencegah gerakan-
gerakan satu retainer yang mentransmisikan gaya torsional secara langsung
ke retainer lainnya sehingga dapat menyebabkan lepasnya retainer (Jepson,
2004).
 Keuntungan: Dapat mengatasi kesulitan melakukan insersi.
 Kerugian : Pembuatan relatif sulit, terutama keakuratan kedua unit
retainer, harganya relatif lebih mahal, efek splinting kurang, risiko
fraktur pada kunci tinggi.
3. Cantilever Bridge
Cantilever Bridge didefinisikan sebagai gigi tiruan jembatan yang
memiliki satu abutment atau lebih pada satu ujung saja, sedangkan ujung
pontic yang lainnya bebas ( hanya berupa titik kontak ) (Jepson, 2004).
 Keuntungan: Desain sederhana, tidak mengalami kesulitan insersi,
pekerjaan klinik dan lab tidak lama, tidak membuang jaringan sehat
terlalu banyak, estetik memuaskan.
 Kerugian: punya daya mengungkit yang dapat merusak jaringan
periodonsium; terjadi rotasi palato-labial, namun hal ini jarang
terjadi karena adanya keseimbangan jaringan mukosa bibir, pipi,
dan lidah; indikasi sangat terbatas.
4. Spring Bridge
Spring Bridge adalah Gigi Tiruan Jembatan (GTJ) yang hanya
memiliki satu pontik, didukung oleh spring yang menempel pada palatum
dan kemudian terhubung pada konektor yang rigid pada sisi palatal dari
satu retainer yang terletak jauh dari pontik (Smith, 2007).
 Keuntungan: estetik cukup baik, mudah memperbaiki pontik, tanpa
membongkar semua komponen Gigi Tiruan Jembatan.
 Kerugian: Palatal bar dapat membengkok/patah suatu saat jika ada
gaya yang cukup besar seperti trauma atau sering bergerak atau
bahkan secara alami.
5. Combinations Bridge
Combinations Bridge adalah gabungan dari dua atau lebih tipe gigi
tiruan jembatan (Smith, 2007).
6. Adhesive Bridge
Adhesive bridge merupakan Gigi Tiruan Jembatan (GTJ) yang lebih
konservatif dari jenis gigi tiruan jembatan yang lainnya karena preparasi
yang minimal. Gigi Tiruan Jembatan (GTJ) tipe ini terdiri dari satu atau
dua pontik yang didukung retainer berupa sayap yang direkatkan dengan
semen (Jepson, 2004).
a. Rochette Bridge
Menggunakan retainer seperti sayap dengan menggabungkan retensi
mekanis dengan silane untuk menghasilkan adhesi pada metal.
b. Maryland Bridge
Memiliki retainer logam yang permukaan dalamnya dietsa untuk
mendapatkan retensi.
Tipe Immediate Denture
Berdasarkan Glossary of Prosthodontic Term, Akademi Prosthodontik
(1999), immediate denture merupakan gigi tiruan lengkap maupun sebagian yang
dibuat untuk ditempatkan dengan segera setelah gigi asli dicabut. Secara umum,
ada dua tipe immediate denture, yaitu conventional immediate denture (CID) yang
dimaksudkan sebagai protesa jangka panjang. Diikuti dengan penyelesaian fase
penyembuhan (minimal 3-6 bulan), CID dapat di-reline untuk memelihara
adaptasi terhadap struktur pendukung. Tipe kedua adalah interim (transisional)
immediate denture yang didesain untuk waktu yang terbatas. Biasanya setelah
fase penyembuhan akan digantikan dengan protesa yang sebenarnya.
Perbandingan Conventional immediate denture (CID) dan Interim immediate
denture (IID) (Sandeep, 2015):
a. Conventional immediate denture:
- Dikenal sebagai protesa definitif atau jangka panjang.
- Setelah penyembuhan sempurna, gigi tiruan tersebut di-reline.
- Semua tampilan awal pasien biasanya gigi anterior (kadang-kadang
ditambah remolar) yang tersisa.
- Memiliki retensi dan stabilitas yang baik pada saat pemasangan yang
memungkinkan pemeliharaan selama proses penyembuhan.
- Biaya yang dikeluarkan untuk perawatan CID lebih sedikit dibandingkan
IID karena CID ditambah dengan reline.
- Proses perawatan lebih lama dari IID karena adanya penundaan 3-4
minggu untuk area ekstraksi gigi posterior sembuh sebagian sebelum
membuat cetakan akhir.
- Umumnya diindikasikan hanya pada kasus gigi anterior yang masih ada
atau gigi posterior yang masih ada sedikit yang tidak mendukung gigi
tiruan sebagian lepasan.
- Jika semua gigi posterior awalnyadiekstraksi, dimensi vertikal oklusi tidak
terjaga, premolar antagonis dapat dipertahankan untuk tujuan ini.
- Kontraindikasi pada pasien yang memiliki rencana perawatan kompleks
(contoh: terapi periodontal, mahkota, gigi tiruan sebagaian lepasan dan
cekat pada rahang lawannya)atau untuk merubah dimensi vertikal oklusi.
- Tidak berfungsi untuk perubahan protesa sebelumnya seperti gigi tiruan
sebagian lepasan.

b. Interim immediate denture:


- Protesa transisional (sementara) atau jangka pendek.
- Setelah penyembuhan, gigi tiruan kedua akan dibuat. IID tetap dijaga
sebagai gigi tiruan cadangan dan dapat di-reline agar dapat digunakan
sebagai cadangan.
- Semua tampilan awal biasanya gigi anterior dan posterior masih ada.
- Biasanya retensi dan stabilitas lumayan baik saat insersi yang harus
ditingkatkan dengan reline sementara (tissue conditioning) selama
penyembuhan.
- Biaya yang dikeluarkan untuk perawatan IID lebih besar dibandingkan
CID karena termasuk biaya gigi tiruan sementara dan gigi tiruan kedua.
- Proses perawatan memakan waktu yang lebih sedikit karena prosedur
fabrikasi gigi tiruan dapat dimulai segera.
- Diindikasikan ketika ada beberapa gigi anterior atau posterior yang tersisa
atau ekstraksi satu rahang dan atau gigi yang mendukung gigi tiruan
sebagian lepasan yang pasien harapkan tetap digunakan hingga insersi.
- Diindikasikan pada pasien yang tidak bisa tanpa gigi posterior atau gigi
tiruan sebagian lepasan yang sudah ada sebelumnya karena estetik dan
fungsionalnya.
- Pada pemasangan IID biasanya baik gigi anterior maupun posterior telah
diekstraksi.
- Diindikasikan ketika hanya satu kali kunjungan bedah yang dapat
dilakukan.
- Prosedur gigi tiruan kedua IID membuat perubahan estetik dan faktor lain
jika diindikasikan.
- Pada akhir perawatan pasien memiliki gigi tiruan cadangan yang
digunakan pada kasus dengan keadaan yang ringan.
- Karena gigi posterior tidak diekstraksi sebelum pembuatan IID, dimensi
vertikal oklusi masih terjaga.
- Diindikasikan ketika pasien akan mengalami edentulous pada satu rahang
dan menjadi edentulous parsial pada rahang lawannya untuk pertama
kalinya atau prosedur kompleks yang dibutuhkan (mahkota, gigi tiruan
sebagaian lepasan dan cekat) atau perubahan pada dimensi vertikal oklusi.
Suatu IID pada rahang atas dengan gigi tiruan sebagian transisi pada
rahang bawah dapat dibuat dan terapi periodontal, mahkota dan gigi tiruan
sebagian cekat dapat diselesaikan selama tahap penyembuhan inisial.
- Dapat berfungsi untuk perubahan protesa sebelumnya menjadi IID.
DAFTAR PUSTAKA

Aschi, 2013. Fixed and removable prosthodontics 2nd ed. Tottenham: Churchill
livingstone; 115.
Barclay, C.W., Walmsley, A.D., 2001.Removable Prosthodontics. Edinburg:
Churchill Livingstone, 53.
Carr, A.B., McGivney, G.P., Brown, D.T., 2004, McCracken’s Removable Partial
Prosthodontics,11th ed., St. Louis : Elsevier ; 79-117
Jepson, N.J.A., 2004, Removable Partial Dentures, London : Quintessence
Publishing Co; 35 – 51.
Nallaswamy, D., 2007, Tetbook of Prosthodontic, Jaype, New Delhi.
Sandeep, S, Srawajya, B, Chandana N, Alok, K., 2015, Immediate Denture.
JDSOR; 6(1): 41-4.
Smith, B. G. 2007, Plaining and Making Crowns and Bridges 4th Edition. United
Kingdom: Informa Healthcare.
Sophie, 2013. Fixed Dentures Combined with Removable Dentures Retained with
Extracoronal Attachments. Ovidius Dentistry Journal.
Wagner, 2012. Mahkota dan jembatan (crown and bridge prosthodontics: an
illustrated handbook). Alih bahasa: Djaya A. Editor; Juwono L. Jakarta:
Hipokrates; 81.
Watt, D.M., MacGregor, A.R., 1993, Penentuan Desain Geligi Tiruan Sebagian
Lepasan (terj.), Jakarta : Penerbit Hipokrates; 56 - 71
Zarb, Hobkirk, Eckert, Jacob, 2013, Prosthodontic Treatment for Edentulous
Patient. 13th ed. St Louis: Elsevier; 112-6.

Anda mungkin juga menyukai