Anda di halaman 1dari 36

KASUS I

GIGI TIRUAN LENGKAP


Pembimbing Diskusi Indikasi Perawatan : drg. Diwya N.H., Sp. Pros

1.1 DATA DEMOGRAFIS PASIEN


Nama Pasien : Tn. Samsuyudi
JenisKelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
TanggalLahir : 15 Juli 1958 (58 tahun)
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Jln. MT.Haryono Gang 1/17
Hp : 085 850 707 911
PendidikanTerakhir : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Pembiayaan : 100% Operator

1.2 HISTORY TAKING


Keluhan Utama : Pasien mengeluhkan rasa tidak nyaman saat
mengunyah karena banyak gigi yang hilang.
Pasien juga menyampaikan bahwa ia merasa
malu karena terlihat ompong. Hal tersebut
mengakibatkan pasien kurang percaya diri
saat berbicara ataupun tersenyum. Sehingga
pasien ingin dibuatkan gigi palsu.
Tujuan Pembuatan GT : Untuk memperbaiki fungsi estetik dan
Pengunyahan.
Riwayat Kesehatan Gigi & Mulut :
• Penyebab kerusakan/ kehilangan gigi karena gigi berlubang dan tidak pernah
dirawat sehingga menjadi keropos dan banyak yang hancur menjadi sisa akar
sejak ±3-4 tahun yang lalu.
• Kebiasaan buruk : Merokok dan menggertakkan gigi pada saat tidur.
Riwayat Kesehatan Umum : t.a.k

1
2

Riwayat Pemakaian GT : Tidak pernah memakai GT


Sikap Mental : Philosophis

1.3 PEMERIKSAAN KLINIS


1.3.1 EKSTRA ORAL
Bentuk Kepala : Mecochepalic ( Lebar kepala: 14 cm
Panjang kepala: 11 cm Indeks sefalik
14/17,5= 80 cm)
Bentuk Wajah : Ovoid
Bentuk Profil Wajah : Convex/Retrognathic Mandibula
Tinggi & Lebar Wajah : Mesoprosop (Tinggi Wajah: 9,6 cm Lebar
wajah: 11 cm; Indeks sefalik 87 cm)
Proporsi & Simetri Wajah : Proporsional, Simetris
Mata : Simetris
Warna Pupil : Hitam
Hidung : Simetris
Bernafas melalui hidung : ya
Bibir : Normal
Kontur : kompeten
Panjang bibir : normal-klas 1
Ketebalan bibir : medium
Mobilitas bibir : normal
Lateral negative space : Ada
Bentuk lengkung bibir atas : straight
Garis senyum : Asimetri
Lengkung senyum : Asimetri
Warna kulit : Sawo Matang
TMJ :
Tonus otot klas : 1-normal
Range of motion rongga mulut : normal (50mm)
Pembukaan Mulut : deviasi ke sisi kiri
Tes beban kunyah : tidak nyeri
Joint sound : tak
3

Evaluasi neuromuscular : normal


Koordinasi neuromuscular : baik
Kelainan/ defek pada wajah : t.a.k

FOTO EKSTRAORAL

Profil Tampak Samping Kanan Profil Tampak Samping Kanan dan Kiri

Profil Tampak atas

Gambar 1.1 Foto Ekstraoral

INTRA ORAL
Reflek muntah : rendah
Sensitivitas palatal : klas 1 - normal
Saliva : klas 1 normal
Mukosa : kondisi klas 1 –normal
Ketebalan : klas 1
Resiliensi : normal
4

Lidah : klasifikasi House klas 1


Posisi Lidah : klasifikasi Wright klas 1
Mobiitas : aktif
Frenulum :
RA Bukalis Kanan : klas 1-rendah
RA Bukalis Kiri : klas 2-sedang
RA Labialis : klas 2-sedang
RB Bukalis Kanan : klas 1-rendah
RB Bukalis Kiri : klas 1-rendah
RB Labialis :-
RB Lingualis :-
Vestibulum :
RA anterior :-
RA posterior kanan :-
RA posterior kiri :-
RB anterior :-
RB poterior kanan : Dalam
RB posterior kiri : Dalam
Ukuran Lengkung Rahang : RA klas 1-besar
RB klas 1-besar
Bentuk Lengkung Rahang : RA klas 3-Ovoid
RB klas 3-Ovoid
Bentuk Dalam Palatum Keras : U-Shaped
Bentuk Palatum Lunak : klas 2
Bentuk Dan Relasi Palatal – Tenggorokan: klas 2
Tinggi Residual Ridge : RA anterior -
RA posterior –
RB anterior -
RB posterior kanan klas 4
RB posterior kanan klas 4
Kontur Residual Ridge : RB posterior kiri square Ovoid (U-Shaped)
RB posterior kanan square Ovoid (U-Shaped)
Kesejajaran Residual Ridge: Kelas 1-sejajar
5

Relasi Ridge Maksilo Mandibular Pada Rahang Tidak Bergigi :


Sagital : normal-orthognathic
Transversal : ≥800
Ruang Antar Rahang : Klas 1-Ideal
Undercut Tulang/Eksotosis : Klas 1
Torus Palatina : Klas 1
Torus mandibularis : Klas 1
Genial Tubercles : normal
Ridge Mylohyoid : normal
Ruang Retromilohyoid : kanan klas 2-sedang
kiri klas 2-sedang
Ruang Dasar Mulut : Dalam
Gigi Insisivus Ra :-
Warna :-
Fraktur :-
Relasi Rahang Bergigi :-
Oklusi : tidak ada oklusi
Artikulasi : tidak dapat ditentukan
Lain-Lain : t.a.k
6

FOTO INTRAORAL

Intra Oral Samping Kanan Intra Oral Samping Kiri

Intra Oral Tampak Depan

Oklusal RA Oklusal RB

Gambar 1.2 Foto Intraoral


7

1.4 ODONTOGRAM

Keterangan odontogram:
- Kehilangan gigi 18,28,31,36,37,38,46,47,48
- Sisa akar 17,16,15,14,13,12,11,21,22,23,24,25,26,27,34,35,45
- Kegoyangan 01 pada 32,42
- Kegoyangan 02 pada 41
- Karies mencapai lesi dentin terbatas 32,33
- Karies lesi mencapai pulpa 43,44
8

1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1.5.1 RADIOGRAFIK PENORAMIK

Interpretasi Radiograf :
• Ketinggian Puncak Alveolar Ridge klasifikasi Wical dan Scope : terdapat
gambaran penurunan tulang kelas 2 (Moderate Resorption)
• Terdapat gigi 32,33,41,42,43,44 dan sisa akar gigi 17, 16, 15, 14, 13, 12, 11, 21,
22, 23, 24, 25, 26, 27, 35, 34, 44
9

1.5.2 RADIOGRAFIK INTRAORAL

1. Gigi 32

Perbandingan mahkota dan akar 1:3


Terdapat resorpsi horizontal tulang alveolar sebesar 2/3 dari alveolar crest normal
Terdapat gambaran radiolusen pada bagian proximal mesial dan distal mencapai
dentin terbatas
Tes vitalitas (-)
Kegoyangan o1

2.Gigi 33
Perbandingan mahkota dan akar 1:3
Terdapat resorpsi horizontal tulang alveolar sebesar 2/3 dari alveolar crest normal
Terdapat gambaran radiolusen pada bagian proximal mesial dan distal mencapai
dentin terbatas
Tes vitalitas (+)

3. Gigi 41
Perbandingan mahkota dan akar 1:3
Terdapat resorpsi horizontal tulang alveolar sebesar 2/3 dari alveolar crest normal
Terdapat gambaran radiolusen pada bagian servikal bagian mesial dan distal
mencapai dentin
Kegoyangan o2
Tes vitalitas (-)

4.Gigi 42
Perbandingan mahkota dan akar 1:3
Terdapat resorpsi horizontal tulang alveolar sebesar 2/3 dari alveolar crest normal
Terdapat gambaran radiolusen pada bagian proximal servikal mesial dan distal
mencapai dentin
10

Kegoyangan o1
Tes vitalitas ( - )
Gambar 1.5 Radiografik Intraoral

1.6 DIAGNOSA
a. Edentulous 18,28,38,37,36,31,46,47,48
b. Nekrosis pulpa 17,16,15,14,13,12,11,21,22,23,24,25,26,27,35,34,44
c. Periodontitis kronis generalisata

1.7 TATA LAKSANA


a. Bedah Mulut: ekstraksi gigi 17, 16, 15, 14, 13, 12, 11, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 35,
34, 44
b. Prosthodonsia : GTL RA-RB
11

1.8 DESAIN GIGI TIRUAN


1.8.1 DESAIN GTL

Rahang Atas
Keterangan Desain :
- Gigi Tiruan Penuh Basis Akrilik
- Anasir gigi akrilik

Rahang Bawah
Keterangan Desain :
- Gigi Tiruan Penuh Basis Akrilik
- Anasir gigi akrilik
12

1.9 TAHAPAN PEKERJAAN


1.9.1 PERSIAPAN
1. Melakukan indikasi kasus, pengisian rekam medik, dan informed consent.
2. Melakukan foto klinis intra oral, ekstra oral, foto radiografik periapikal, dan membuat
rujukan untuk foto radiografik panoramik.
3. Mencetak anatomis menggunakan bahan cetak irreversible hydrocolloid (alginate)
dan sendok cetak untuk rahang bergigi RA dan RB. Tujuan utama mencetak adalah
mereproduksi permukaan jaringan yang akan menyangga gigi tiruan (Neil dkk,
1990).
4. Mengatur posisi pasien pada kursi dental unit. Pasien duduk dalam posisi tegak
dengan sandaran kepala sejajar dengan tubuh pasien. Kemudian mengatur
ketinggian kursi dental unit dan memposisikan kursi dental unit pasien supaya saat
mencetak RA, mulut pasien sejajar dengan siku operator dan saat mencetak RB,
mulut pasien sejajar dengan bahu operator (Neil dkk, 1990).
5. Menentukan ukuran sendok cetak yang sesuai dengan besar lengkung RA dan RB
pasien dengan cara mencobakan ke pasien berbagai macam ukuran sendok cetak
yang akan digunakan. Pada pasien ini, digunakan sendok cetak untuk bergigi no 1
pada RA dan RB.
6. Memanipulasi material cetak dengan cara mencampur bubuk bahan cetak alginat
tersebut ke dalam mangkuk karet (bowl) berisi air (takaran bubuk dan air sesuai
ketentuan pabrik). Adonan tersebut diaduk sambil ditekan ke tepi mangkuk karet
(teknik vigourous eight-hand mixing) hingga homogen dengan memperhatikan
working time dan setting time bahan cetak (sesuai aturan pabrik).
7. Meletakkan adonan bahan cetak ke dalam sendok cetak, yaitu untuk RA bahan
cetak diletakkan di bagian palatum/ posterior dan diratakan ke bagian anterior
sedangkan untuk RB bahan cetak diletakkan di bagian anterior kemudian diratakan
ke bagian posterior. Setelah itu melakukan pencetakan pada RA dan RB pasien
sambil menggunakan kaca mulut untuk meretraksi bibir dan pipi pasien.
8. Posisi operator saat mencetak RA yaitu berdiri sedikit di belakang dan sisi kanan
pasien sehingga operator dapat mengontrol sendok cetak dan menempatkannya
13

tepat di bagian tengah rongga mulut dan tangkai sendok cetak segaris dengan
hidung pasien atau garis median wajah. Saat mencetak RB posisi operator berdiri
di depan dan sisi kanan penderita.
9. Pada rahang atas, sendok cetak harus menutupi hingga pterygomaxillary notches/
hamular notch dan garis vibrasi palatum lunak (AH Line) serta meluas ke vestibulum
fasial, sedangkan untuk rahang bawah sendok cetak harus menutupi permukaan
retromolar pads, buccal shelf dan seluruh residual alveolar ridge serta meluas ke
vestibulum lingual.
10. Memberikan instruksi kepada pasien pada saat mencetak RA untuk bernafas
melalui hidung dan menundukkan kepala (bila perlu), sehingga reflex muntah (garg)
berkurang. Pada pasien dengan reflex muntah tinggi, diinstruksikan untuk menarik
nafas panjang dan menahannya, lalu sendok cetak dimasukkan ke rongga mulut
pasien dan meminta pasien untuk menghembuskan nafas/ bernafas melalui hidung.
11. Memberikan instruksi kepada pasien pada saat mencetak RB untuk mengangkat
lidah sampai ujung lidah menyentuh palatum sesaat setelah sendok cetak
dimasukkan dalam mulut. Kemudian pasien diminta untuk menjulurkan lidah. Hal
ini dilakukan agar didapatkan hasil cetakan yang meluas di daerah lingual hingga
ke retromylohyoid dan menentukan posisi frenulum lingualis pasien.
12. Setelah adonan mengeras, sendok cetak dilepaskan dari mulut pasien. Kemudian
dicuci bersih pada air mengalir untuk menghilangkan kotoran/ saliva yang
menempel pada hasil cetakan. Kemudian dilakukan pengisian hasil cetakan
dengan gips tipe III dan dilakukan pembuatan basis.
13. Menentukan diagnosis, rencana perawatan dan desain gigi tiruan yang disetujui
oleh pembimbing diskusi indikasi perawatan
14. Melakukan perawatan pendahuluan di bidang:

• Bedah mulut :Ekstraksi gigi 17,16,15,14,13,12,11,21,22,23,24,25,26,27,35,34,44


• Alveolektomi Ra anterior
• Prosthodontia : GTL Ra-Rb

1.9.2 TAHAP I
1. Mencetak anatomis dan membuat model studi RA dan RB post perawatan
pendahuluan. Kemudian hasil cetakan diisi dengan gips tipe III.
14

Gambar 1.7 Hasil Cetakan Anatomis Post Perawatan Pendahuluan

2. Membuat individual tray RA dan RB

Dengan menggunakan bahan akrilik self cure, tahapan pertama adalah membuat outline
pada model RA.
Untuk RA: sayap labial mengikuti batas mukosa bergerak-tidak bergerak, sayap bukal
dimulai dari frenulum bukalis ke distal hingga mencapai hamular notch, melintasi palatum
melalui daerah sekitar fovea palatina menuju hamular notch sisi lain lalu diteruskan ke
frenulum bukalis ke mesial, lekukan pada area frenulum labialis, bukalis kanan dan kiri.
Untuk RB: sayap labial meliputi batas mukosa bergerak-tidak bergerak, sayap bukal
menutupi buccal shelf dari frenulum bukalis ke distal retromolar pad kanan dan kiri, sayap
distolingual merupakan kelanjutan dari bagian yang menutup retromolar pad dan masuk
ke dalam retromylohyoid space, lekukan untuk area frenulum labialis, bukalis dan
lingualis.

Kemudian membuat spacer malam dengan cara mengaplikasikan lempeng malam pada
model yang dibuat underextended ±2-3 mm dari outline mukosa bergerak-tidak bergerak
dan membuat 4 tissue stoppers dengan bentuk persegi panjang 2x4 mm pada puncak
ridge hingga ke arah sulkus bukal atau labial. Kemudian mengulasi seluruh permukaan
model studi yang tidak tertutupi oleh wax spacer berikut juga permukaan wax spacer
dengan CMS, aplikasi resin akrilik self cure yang telah mencapai dough stage pada
model studi, lalu membuat pegangan pada individual tray. Setelah resin akrilik mengeras,
kelebihannya dipotong dengan fraser dan dihaluskan menggunakan stone hijau dan
pink.

3. Melakukan border molding RA dengan tujuan untuk mendapatkan bentuk dan


ketebalan tepi sayap gigi tiruan yang adekuat, menduplikasi kontur dan
15

kedalaman vestibulum sebagai panduan untuk menentukan panjang sayap gigi


tiruan, mendapatkan border seal/peripheral seal yang baik bagi gigi tiruan agar
retensi dan stabilitasnya baik. Material yang digunakan dalam tahapan ini adalah
green stick compound. Tahapan awal border molding yaitu mencoba individual
tray dengan memasukkan ke dalam rongga mulut. Hal-hal yang harus
diperhatikan adalah bagian tepi individual tray harus lebih pendek 2-3 mm dari
vestibulum untuk memberikan tempat bagi material compound, tepi individual tray
dihaluskan menggunakan fraser dan stone, serta pergerakan frenulum harus
terbebas dari hambatan.

4. Melakukan border molding pada rahang atas dan rahang bawah, dimulai dari
regio posterior (regio molar), posterior (regio premolar), anterior, posterior palatal
seal.

a. Pasien didudukkan dalam posisi tegak, relaks, kepala bersandar pada sandaran
kepala, rongga mulut sejajar dengan lantai. Compound yang sebelumnya telah
dilunakkan diaplikasikan pada tepi individual tray, kemudian dimasukkan ke
dalam rongga mulut. Pasien diinstruksikan untuk bernafas melalui hidung saat
dilakukan border molding. Gerakan muscle trimming dilakukan dengan cara
memegang pipi menggunakan ibu jari dan jari-jari tangan lalu menarik jaringan
ke arah luar, dalam dan bawah. Kemudian melakukan molding pada regio bukal
posterior (frenulum bukalis) cara menarik pipi ke arah luar, bawah, dalam, depan
dan belakang karena jaringan pada regio frenulum bukalis bergerak
anteroposterior. Untuk mencetak frenulum labialis, dilakukan dengan cara
menarik bibir atas ke arah luar, bawah dan dalam sesuai arah pergerakan
frenulum labialis. Untuk molding posterior palatal seal, pasien diinstruksikan
untuk melafalkan kata AA-HAA atau terbatuk ringan beberapa kali, pasien
diinstruksikan untuk membuka mulutnya lebar-lebar, lalu memajukan mandibula
(protrusi mandibula) dan menggerakkan mandibula ke kiri dan kanan agar area
perluasan distal hamular notch termolding dan mendapatkan ruang antara batas
anterior ramus prosesus coronoid dan tuberositas maksila
b. Mengevaluasi border molding pada rahang atas dengan cara individual tray
diposisikan pada rahang atas. Seal yang baik didapat bila saat operator melepas
pegangannya, sendok cetak tetap melekat pada basal seat dan tidak terjatuh.
16

c. Menghilangkan spacer menggunakan pisau model lalu dibuat lubang pada


individual tray untuk mengurangi tekanan hidrostatik saat proses mencetak.
5. Melakukan border molding pada rahang bawah dimulai dari regio bukal posterior
(regio molar), distal posterior , anterior labial, anterior lingual, mylohyoid area.
a. Pasien didudukkan dalam posisi tegak, relaks, kepala bersandar pada sandaran
kepala, rongga mulut sejajar lantai. Compound yang sebelumnya telah
dilunakkan diaplikasikan pada tepi individual tray, kemudian masukkan ke dalam
rongga mulut. Operator berada di kanan depan pasien dan melakukan muscle
trimming. Kemudian melakukan molding pada region bukal posterior (regio molar)
dengan cara memegang pipi menggunakan ibu jari dan jari-jari tangan lalu
menarik jaringan ke arah luar, dalam dan atas. Pipi pasien ditarik ke arah luar, ke
atas, ke dalam, ke depan dan ke belakang untuk mengaktifkan gerakan frenulum.
Pasien diinstruksikan untuk meletakkan ujung lidahnya di bagian anterior palatum
durum dan menyentuhkannya ke pipi di kedua sisi dan menjulurkan lidah. Selain
itu pasien juga diminta melakukan gerakan menelan, menutup mulut perlahan-
lahan hingga menyentuh jari operator. Area molding pada mylohyoid area
berbentuk huruf S. Pada area distal posterior, pasien diinstruksikan untuk
melakukan gerakan menutup mulut perlahan-lahan sembari operator tetap
menahan sendok cetak di posisinya dan menahan penutupan mulut pasien
dengan jari-jari tangan.
b. Mengevaluasi border molding pada rahang bawah dengan cara pasien
diinstruksikan untuk mengangkat lidahnya hingga menyentuh palatum, sudut
mulut dan menjulurkan lidahnya. Seal yang baik didapat bila saat pergerakan
normal lidah, GT tidak terangkat.
c. Menghilangkan spacer menggunakan pisau model lalu dibuat lubang pada
individual tray untuk mengurangi tekanan hidrostatik saat proses mencetak.

Gambar 1.8 Border Molding RA dan RB


17

5. Mencetak fungsional RA dan RB menggunakan bahan cetak elastomer light body.


Material cetak dimanipulasi dan diaplikasikan pada sendok cetak. Saat mencetak
fungsional, dilakukan tindakan border molding dan muscle trimming. Kemudian cetakan
diisi dengan gips tipe 3 dan membuat basis.

Gambar 1.9 Cetakan Fungsional RA dan RB

1.9.3 TAHAP II
1. Melakukan pasang coba lempeng dan galangan gigit

Pertama, mengamati dukungan galangan gigit RA terhadap bibir atas dari arah
depan dan samping. Anatomical landmark yang diperhatikan adalah philtrum,
sulcus nasolabialis dan commisura bibir. Apabila dukungan terhadap bibir
berkurang akan tampak philtrum datar, sulcus nasolabialis dalam, dan commisura
bibir turun. Apabila dukungan terhadap bibir berlebih akan tampak philtrum hilang
(dapat sebagian atau seluruhnya), sulcus nasolabialis dangkal dan commisura
bibir distorsi ke lateral.
Kedua, memeriksa panjang galangan gigit RA terhadap bibir atas. Lempeng dan
galangan gigit diinsersikan ke dalam rongga mulut. Pasien memiliki tipe bibir
normal, sehingga diamati saat tersenyum akan terlihat 2/3 panjang gigi anterior RA
atau panjang galangan gigit RA akan terlihat 2 mm di bawah bibir atas.
2. Melakukan MMR atau penetapan gigit, dengan tujuan untuk mencapai
keharmoisan dan keserasian wajah pasien (estetik), serta untuk mencapai fungsi
gigi tiruan lengkap yang optimal (mastikasi dan fonetik).

a. Menentukan kesejajaran bidang insisal/oklusal galangan gigit RA terhadap


maksila pasien.
Pasien diposisikan duduk rileks dan kepala tegak, rongga mulut sejajar
dengan permukaan lantai. Memasang benang putih pada tragus melewati
18

ala nasi menuju tragus di sisi yang berlawanan untuk digunakan sebagai
panduan garis Camper dan garis interpupillary, kemudian menginsersikan
galangan gigit RA kedalam mulut pasien. Bite plate diposisikan pada mulut
hingga permukaannya berkontak merata dengan permukaan insisal dan
oklusal galangan gigit RA lalu difiksasi dengan jari telunjuk dan jari tengah
operator. Selanjutnya, dilakukan observasi dan pemeriksaan kesejajaran
galangan gigit atau bite plate tersebut dengan cara melihat dari sisi anterior,
bite plate sejajar dengan garis interpupillary dan melihat dari sisi sagital, bite
plate sejajar dengan garis Camper, saat terjadi ketidaksejajaran maka
lakukan pengurangan atau penambahan pada permukaan oklusal galangan
gigit RA hingga tercapai kesejajaran.

Gambar 1.10 Kesejajaran Galangan Gigit RA


b. Menentukan tinggi gigit/ DVO
Cara untuk mendapatkan DVO yaitu DVR dikurangi 2–4 mm. Mengukur DVR
dengan menggunakan two dot technique. DVR diketahui 71,3 mm, sehingga
DVO berkisar antara 67-69 mm. Kemudian membuat nukleus walkhoff
(bulatan malam merah yang dilunakkan) sebagai panduan untuk
memposisikan pasien dalam kondisi relasi sentrik dan dilekatkan pada
lempeng gigit RA di daerah palatum posterior. Pasien diposisikan duduk
dengan kepala tegak lalu menginsersikan lempeng dan galangan gigit RA
dan RB. Mengarahkan pasien untuk membuka mulut lebar dan melakukan
gerakan menelan atau meletakkan ujung lidahnya pada nukleus walkhoff
supaya posisi RA dan RB pasien dalam kondisi relasi sentrik, kemudian
mengarahkan pasien untuk menutup mulut perlahan-lahan hingga seluruh
permukaan insisal dan oklusal galangan gigit RA dan RB saling berkontak
dengan merata serta didapatkan DVO sesuai dengan hasil perhitungan, saat
belum terjadi kontak bidang yang merata permukaan insisal dan oklusal
19

galangan gigit RB yang diubah dan disesuaikan dengan RA sehingga


diperoleh kontak bidang yang merata. Pada pasien ini DVO yang digunakan
adalah 69 mm.

Gambar 1.11 Penentuan DVO


c. Menentukan letak gigit

Pasien diposisikan duduk relaks dan dental unit direbahkan (semi supine),
kepala dorsal fleksi, agar didapatkan posisi kondile yang supero-posterior
(relasi sentris). Lempeng dan galangan gigit RA dan RB di insersikan lalu
menginstruksikan pasien menutup mulut hingga permukaan galangan gigit
RA dan RB berkontak pada relasi sentris. Dibuat keratan yang segaris pada
sisi anterior dan posterior galangan gigit RA dan RB sebagai garis panduan.
Pasien diminta untuk membuka dan menutup mulut lalu dievaluasi supaya
garis panduan pada anterior dan posterior galangan gigit RA dan RB tetap
segaris. Kemudian apabila sudah segaris, dibuat garis senyum, garis
kaninus, dan garis median dengan cara membuat keratan pada galangan
gigit RA dan RB. Lempeng dan galangan gigit RA dan RB dikeluarkan dari
mulut pasien, lalu dibuat keratan berbentuk huruf V pada permukaan oklusal
posterior galangan gigit RA dan RB (segaris) dan dikerok secukupnya untuk
tempat utility wax. Kemudian galangan diinsersikan kembali ke mulut pasien,
lalu diperiksa garis panduan. Bila garis panduan masih segaris, utility wax
diletakkan pada keratan V tersebut kemudian pasien diminta untuk menutup
mulut perlahan sambil operator mengarahkan pasien pada relasi sentrisnya.
Bila sudah oklusi, fiksasi galangan gigit RA dan RB dengan isi staples besar
yang dipanaskan dan dilekatkan pada sisi keratan posterior tersebut
20

d. Lempeng dan galangan gigit RA dan RB dikeluarkan dari dalam rongga mulut
dalam keadaan terfiksasi, kemudian garis median wajah ditransfer pada model
kerja.

Gambar 1.12 Fiksasi Galangan Gigit

3. Mounting pada artikulator

Mounting adalah prosedur laboratoris pemasangan model studi/kerja rahang atas


dan rahang bawah ke dalam artikulator atau instrumen yang serupa.
Tahapan mounting adalah sebagai berikut:
a. Membuat bentukan 3 (tiga) cekungan (index groove) pada dasar model kerja
RA dan RB dengan menggunakan bantuan pisau gips dan pisau malam.
Tujuannya adalah untuk menambah retensi model kerja dengan gips saat
dipasang dalam artikulator.
b. Model kerja difiksasi menggunakan batang korek api dan malam perekat
(sticky wax) yang dilunakkan di atas nyala api bunsen burner.
c. Melapisi semua bagian artikulator yang akan berkontak dengan gips dan
dasar model kerja menggunakan bahan separasi (vaselin).
d. Meletakkan posisi model kerja pada artikulator dengan bantuan karet gelang.
Garis median model harus sebidang garis median pada artikulator dan
bidang oklusi model sebidang dengan horisontal artikulator.
e. Memeriksa kesejajaran menggunakan karet gelang yang ditarik dari pin
horisontal menuju ke horisontal artikulator yang sesuai dengan bonwill
triangle yaitu garis median model sebidang dengan garis median artikulator
dan bidang oklusi model sebidang dengan horisontal artikulator
f. Menyiapkan adonan gips tipe II untuk memasang model dalam artikulator,
kemudian meletakkan adonan gips tipe II di bagian atas artikulator hingga
menutupi split cast plate dan model locking pin, tunggu hingga gips
mengeras, gunanya untuk memfiksasi split cast plate dan model locking pin
21

supaya tidak berubah posisi. Selanjutnya meletakkan adonan gips tipe II


pada model RA yang sudah diulasi vaselin dan meletakkan adonan gips tipe
II pada model plate RA hingga menutupi bagian-bagian undercut model plate
kemudian mengatupkan bagian atas artikulator sehingga menekan model
kerja serta merapikan kelebihan gips tipe II yang melekat pada artikulator
dan menunggu hingga gips mengeras. Memperhatikan letak pin vertikal
menempel pada incisor guide table dan pin horisontal terletak pada titik
kontak gigi insisif pertama RA dan RB. Ketika gips untuk model kerja RA
dalam artikulator telah mengeras, artikulator dibalik sehingga bagian bawah
artikulator menjadi bagian atas.
g. Tahapan pemasangan model dalam artikulator RB sama dengan
pemasangan model kerja dalam artikulator RA. Melakukan fiksasi artikulator
menggunakan tali rafia yang diikatkan sekeliling artikulator dengan erat agar
tidak terjadi perubahan gigitan model kerja. Memeriksa garis median model
kerja yang telah dipasang dalam artikulator telah sebidang dengan garis
median artikulator dan memeriksa posisi pin horizontal.

Gambar 1.13 Mounting pada Artikulator


22

1.9.4 TAHAP III


1. Penyusunan gigi artificial anterior RA

Penyusunan anasir gigi tiruan untuk mencapai estetik yang diharapkan umumnya
tergantung pada komposisi, ukuran, bentuk dan warna dari keenam gigi anterior
yang dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kepribadian pasien, kosmetik dan
refleksi artistik. Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan ukuran dan bentuk
gigi anterior antara lain ukuran wajah, jarak antara maksila mandibula (interarch
space) yang tersisa, pengukuran jarak antara distal gigi kaninus sisi kiri hingga
distal gigi kaninus sisi kanan, panjang bibir; ukuran dan relasi rahang. Sedangkan
warna gigi dipengaruhi oleh usia, kebiasaan, kompleksi wajah, warna pupil mata.

Gambar 1.14 Penyusunan Anasir Anterior


2. Pasang coba gigi artificial anterior RA

Gambar 1.15 Pasang Coba Anasir Anterior

3. Penyusunan gigi artificial posterior RA dan RB

Anasir gigi posterior RA dan RB disusun pada posisi oklusi sentrik. Penyusunan
berpedoman pada curve of wilson sebagai kurva kompensasi transversal, curve of
23

spee sebagai kurva kompensasi sagital dan optimal intercuspidasi antara gigi
geliginya.

Gambar 1.16 Penyusunan Anasir Posterior RA-RB

4. Pasang coba anasir anterior

Gambar 1.17 Pasang Coba Anasir Posterior

5. Kontur gingival

Bentuk kontur gingival pada permukaan poles GT lepasan berperan penting dalam
menunjang retensi dan stabilitas GT serta kenyamanan pasien terhadap GT nya.
Ketebalan malam model disesuaikan dengan jaringan lunak pasien yang hilang
akibat resorpsi serta kontur wajah pasien dan dibuat tidak terlalu tipis.
24

Gambar 1.18 Konturing Gingiva


6. Instruksi laboratorium untuk packing akrilik
a. Flasking
Flasking merupakan proses penanaman model kerja beserta malam model
gigi tiruan ke dalam kuvet untuk membuat cetakan (sectional mold) yang
digunakan dalam pembuatan basis GT akrilik.
b. Wax elimination / boiling out
c. Packing akrilik heat cured
d. Tahapan polimerisasi resin akrilik meliputi:
• Sandy-stage
• Stringy-stage
• Dough-stage
• Rubbery-stage
• Stiff-stage
e. Deflasking, yaitu melepas model dari kuvet
7. Model kasar akrilik RA dan RB

Gambar 1.19 Model Kasar Akrilik

8. Remounting I
Tahapan remounting dilakukan sesaat setelah pemrosesan akrilik.
25

Tahapan Remounting I:
a. Model kasar akrilik RA dan RB yang telah dibersihkan dari sisa gips yang
menempel, dipasang kembali pada artikulator sesuai dengan keadaan
semula, dengan bantuan 3 cekungan (index groove) lalu fiksasi dengan
malam perekat.
b. Dari hasil pengamatan oklusi sentrik dan posisi pin vertical dan meja insisal
terdapat peninggian gigitan.
c. Peninggian gigit yang terjadi dikoreksi dengan melakukan pengasahan
(Selective Grinding) hingga pin vertical menyentuh meja insisal.
9. Selective Grinding I
Tujuannya adalah memperbaiki oklusi dan dimensi vertikal serta menghilangkan
kontak prematur gigi geligi. Dilakukan pemeriksaan oklusi sentrik dengan bantuan
articulating paper. Terdapat kontak prematur (yang ditandai dengan spot paling
tebal pada oklusal gigi posterior), maka dilakukan pengasahan pada gigi tersebut
dengan cara mengurangi bidang miring pada cusp bukal atau palatal/ lingual
rahang atas dan bawah tanpa mengurangi tinggi cusp, serta memperdalam dan
memperluas fossa menggunakan stone hijau atau merah muda dengan cara
Hukum BULL (Buccal Upper Lingual Lower):
a. Memperdalam fossa
b. Memperluas fossa, mengurangi bidang miring cusp lingual/palatal gigi RA,
mengurangi bidang miring cusp bukal gigi RB (bila kontak gigi hampir edge
to edge)
c. Memperluas fossa, mengurangi bidang miring cusp lingual/palatal gigi RA,
mengurangi bidang miring cusp bukal gigi RB (bila terjadi horizontal overlap)
d. Tidak mengurangi tinggi cusp
10. Remount jig, merupakan kunci gigit dari gips keras pada artikulator yang berguna
sebagai tempat permukaan bidang oklusal gigi tiruan rahang atas.
26

Gambar 1.20 Remount Jig

11. Instruksi laboratorium untuk pemolesan (polishing) awal.


1.9.5 TAHAP IV
1. Pasang coba GTL akrilik pada pasien

2. IMR (Intermaxillary record)

Inter Maxillary Record (IMR) merupakan catatan relasi antara permukaan oklusal
gigi tiruan rahang atas dan rahang bawah saat posisi mandibula terletak paling
posterior dan dalam keadaan relasi sentris, yang dibuat saat tahapan pasang coba
gigi tiruan. Material yang digunakan adalah elastomer (putty) untuk bite
registration. Tujuannya untuk melihat apakah terjadi permasalahan oklusi terutama
pada oklusi eksentrik.
Cara untuk melakukan interocclusal record adalah memposisikan pasien semi
supine dan kepala dorsal fleksi, karena pada posisi ini kondile pasien akan berada
paling posterior (relasi sentris). Kemudian memasang gigi tiruan akrilik pada
pasien. Elastomer putty yang sudah dimanipulasi diletakkan pada sisi posterior
kanan dan kiri gigi tiruan, kemudian pasien diinstruksikan untuk menutup mulut
secara perlahan dan menggigit putty elastomer sedangkan operator memfiksasi
gigi tiruan RA dengan ibu jari dan telunjuk kiri sedangkan RB dengan ibu jari dan
telunjuk kanan sambil melakukan gerakan ringan mendorong mandibula ke
posterior untuk mencapai relasi sentrik, kemudian memastikan bahwa garis
median gigi tiruan RA dan RB harus tetap segaris. Setelah mengeras, hasil IMR
dikeluarkan dari rongga mulut dan melihat hasil elastomer putty dalam kondisi baik.
27

Gambar 1.21 IMR

3. Remounting II

Gambar 1.22 Remounting II


4. Selective Grinding II
Selective grinding II untuk menghilangkan kontak prematur pada gerakan oklusi
eksentrik dengan cara mengasah (grinding) spot yang tebal dengan stone warna
hijau atau merah muda dengan panduan hukum BULL untuk sisi kerja (Buccal
Upper Lingual Lower) dan hukum ANTI BULL untuk sisi keseimbangan(Lingual
Upper Buccal Lower).
Pengasahan (grinding) pada sisi kerja (working side) dengan cara:
1. Memperdalam fossa
2. Mengurangi bidang miring cusp bukal gigi RA (bila cusp bukal gigi RA dan
RB berkontak, sedangkan cusp lingual tidak kontak)
3. Mengurangi bidang miring cusp lingual gigi RB (bila cusp bukal gigi RA dan
RB tidak berkontak, sedangkan cusp lingual berkontak)
4. Mengurangi bidang miring mesial gigi RA dan bidang miring distal gigi RB
(bila terjadi kesalahan oklusi pada relasi mesiodistal yaitu posisi cusp bukal
atau lingual gigi RA lebih ke mesial dari posisi intercuspatingnya)
5. Mengurangi bidang miring distal gigi RA dan bidang miring mesial gigi RB
(bila posisi cusp bukal atau lingual gigi RA lebih ke distal dari posisi
intercuspating nya)
6. Tinggi cusp tidak dikurangi
28

Pengasahan (grinding) pada sisi keseimbangan (balancing side) dengan cara:


1. Mengurangi bidang miring cusp bukal gigi RB, cusp lingual tidak dikurangi
(bila kontak pada sisi keseimbangan berat sehingga sisi kerja tidak
berkontak)
2. Mengurangi bidang miring cusp bukal gigi RA dan cusp lingual gigi RB pada
sisi kerja. Fosa sentral tidak dikurangi (bila sisi keseimbangan tidak
berkontak)
3. Tidak mengurangi tinggi cusp

Gambar 1.23 Selective Grinding II

5. Pemolesan (polishing) Akhir

Gambar 1.24 Hasil Poles Akhir


29

1.9.6 TAHAP V
Insersi Full Denture RA dan RB
S: Pasien merasa nyaman dengan gigi tiruannya. Gigi tiruan tidak mudah lepas,
tidak terasa tajam, dan tidak terasa menekan. Pasien tidak kesulitan dalam
memasang dan melepas gigi tiruan.
O:
EO: tak
IO:
• RA: gigi tiruan stabil, retensi baik, stabilitas baik

• RB: gigi tiruan stabil, retensi baik, stabilitas baik

• Oklusi: baik; Fonetik : baik

A: Pasien belum beradaptasi dengan baik terhadap GT


P: Insersi Full Denture RA dan RB
Instruksi:
1. KIE dan DHE cara memasang dan melepas gigi tiruan

2. Cara menjaga kebersihan rongga mulut

3. Memakai gigi tiruan dalam waktu 1x24 jam, kecuali saat makan dan menyikat gigi

4. Gigi tiruan dibersihkan dengan sabun cair dan sikat halus, lalu di keringkan

5. Apabila terdapat keluhan, hubungi operator

6. Pro kontrol I
30

Gambar 1.25 Insersi Full Denture RA dan RB

KONTROL DAN EVALUASI


1. Kontrol I

S: Pasien tidak ada keluhan pada full denturenya dan merasa mulai bisa
beradaptasi serta nyaman saat memakai gigi tiruannya. Pasien telah mengikuti
instruksi yang diberikan pada saat insersi.
O:
EO: tak
IO :
• Debris (-)

• RA: retensi baik, stabilitas baik, oklusi baik

• RB: retensi baik, stabilitas baik, oklusi baik

• Mukosa: hiperemi (-)

• Oklusi dan artikulasi baik

A: Pasien beradaptasi baik dengan gigi tiruannya


P: KIE dan DHE
Instruksi:
1. Gigi tiruan sudah dapat digunakan untuk makan makanan yang lunak

2. Bila tidur, gigi tiruan dilepas

3. Menjaga kebersihan rongga mulut dengan sikat gigi secara teratur

4. Gigi tiruan dibersihkan dengan sabun cair dan sikat halus, kemudian dikeringkan

5. Apabila terdapat keluhan, hubungi operator

6. Pro kontrol II
31

Gambar 1.26 Kontrol I

2. Kontrol II

S: Pasien tidak ada keluhan selama memakai gigi tiruan dan merasa nyaman
dengan gigi tiruannya.
O:
EO: tak
IO:
• Debris (-)

• RA: retensi baik, stabilitas baik, oklusi baik

• RB: retensi baik, stabilitas baik, oklusi baik

• Mukosa: hiperemi (-)

• Oklusi dan artikulasi baik

A: Pasien beradaptasi baik dengan gigi tiruannya


P: KIE dan DHE
Instruksi:
1. Menjaga kebersihan rongga mulut dengan sikat gigi secara teratur

2. Gigi tiruan dibersihkan dengan sabun cair dan sikat halus, kemudian dikeringkan

3. Bila tidur, gigi tiruan dilepas


32

4. Apabila terdapat keluhan, hubungi operator

5. Pro kontrol III

Gambar 1.27 Kontrol II

3. Kontrol III

S: Pasien merasa nyaman saat menggunakan gigi tiruan untuk mengunyah.


Pasien puas dengan gigi tiruannya. Pasien menyikat gigi 2x sehari. Pasien telah
menggunakan dental floss.
O:
EO: tak
IO:
• Marginal fit baik
• Oklusi baik
• Debris (+)
• Hiperemi (-)
A: Pasien sudah dapat beradaptasi dengan baik terhadap gigi tiruannya
P: KIE dan DHE
Instruksi:
1. Menjaga kebersihan mulut dengan menyikat gigi minimal 2x sehari setelah
sarapan dan sebelum tidur.
2. Menggunakan dental floss untuk membersihkan sela-sela gigi tiruan.
3. Apabila terdapat keluhan, hubungi operator
33

4. Menjaga kebersihan mulut dengan menyikat gigi minimal 2x sehari setelah


sarapan dan sebelum tidur.
5. Menggunakan dental floss untuk membersihkan sela-sela gigi tiruan.
6. Apabila terdapat keluhan, hubungi operator

Gambar 1.28 Kontrol III


34

FOTO SEBELUM DAN SESUDAH PERAWATAN

SEBELUM PERAWATAN SESUDAH PERAWATAN

Tampak anterior Tampak anterior

Samping kanan Samping kanan

Samping kiri Samping kiri


35

Rahang atas Rahang atas

Rahang bawah Rahang bawah

Tampak anterior Tampak anterior


36

Anterior tersenyum Anterior tersenyum

Samping kanan Samping kanan

Samping kiri Samping kiri

Gambar 1.29 Sebelum dan Sesudah Perawatan

Anda mungkin juga menyukai