TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Tinjauan Pustaka
2. 1. 1. Bottle-Feeding
a. Definisi Bottle-Feeding
Bottle-feeding adalah salah satu metode yang diberikan untuk memberi makan bayi,
yaitu dengan menggunakan dot artifisial dan susu formula. Bottle-feeding diisi secara rutin
dengan formula untuk menghasilkan supplemen demi memberi makan bayi.18 Bottle-
feeding adalah lanjutan dari breast-feeding pada anak, dengan beda bahwa kedekatan sang
ibu dengan anaknya selama bottle-feeding tidak sedalam kedekatan sang ibu dengan
anaknya selama breast-feeding.19 Proses ini dimulai setelah masa ASI esklusif berakhir,
yakni ketika bayi berumur 2 tahun dan berhenti seiring perkembangan sang bayi.
b. Gerakan Bottle-Feeding
Pada usia ll-16 rninggu di dalam kandungan, fetus telah memulai pergerakan
menghisap dan menelan. Refleksi ini adalah refleks penting bagi bayi baru lahir untuk
menyusu pada ibunya hingga usia 12 bulan. Refleks menghisap akan menghilang pada
tahap perkembangan ketika anak mulai belajar makan.20 Bottle-feeding termasuk ke dalam
salah satu fungsi orofasial dan melibatkan fungsi menghisap dan menelan.
5
6
yang minum melalui botol menggunakan lidah dengan gerakan menyerupai penghisap
untuk menekan dot pada palatum. Pada kasus ini, terdapat aktivitas menghisap yang lebih
kuat pada bibir dan pipi. Dengan penggunaan dot, terdapat kekurangan dukungan palatal
dari lidah sehingga meningkatkan aktivitas pada pipi. Juga terdapat penempatan lidah yang
tidak sesuai ketika menelan demi menghasilkan aliran susu yang cepat dan berkelanjutan.8
Pada bottle-feeding, terdapat gerakan menghisap yang lebih sedikit, jeda yang lebih sedikit
Kebiasaan minum susu memakai botol dan dibawa tidur sering dilakukan oleh anak
usia sangat muda (1-3 tahun) yang dapat menyebabkan karies dini yang dinamakan nursing
bottle syndrome, baby bottle syndrome, nursing caries, night bottle syndrome, dan sebutan
lainnya. Susu formula biasanya ditambah dengan sukrosa, sukrosa maupun laktosa
merupakan karbohidrat yang dapat difermentasi oleh bakteri mulut menjadi asam. Aliran
saliva pada saat tidur berkurang sehingga susu menumpuk dan menggenangi gigi.22
Karies yang terjadi pada usia dini ini memperlihatkan pola yang khas. Mula-mula
yang terkena adalah 4 gigi insisif atas, kemudian meluas ke gigi-gigi molar dan kaninus
sulung, sedangkan gigi-gigi insisif rahang bawah adalah yang terakhir kena karies karena
cenderung terlindung oleh lidah. Akan tetapi, jika karies sudah kena pada semua gigi
terhadap perkembangan orofasial. Keseimbangan dinamis antara keterlibatan lidah dan pipi
perkembangan motorik oral yang dihasilkan oleh bottle-feeding berefek negatif pada
Penggunaan botol susu hingga melewati umur 2 tahun dapat mengakiballan berjejalnya gigi
salah satunya memberi pengaruh negatif pada perkembangan gigitan.2, 13 Anak-anak yang
melakukan bottle-feeding memiliki resiko memiliki maloklusi cross-bite posterior dua kali
lipat.14 Kemudian anak yang makan melalui botol memiliki kesempatan sembilan kali lipat
lebih besar memiliki openbite anterior jika dibandingkan dengan anak yang disusui lebih
bahwa tingkat keparahan maloklusi tertinggi ditemukan pada usia 3 tahun dan
Lamanya waktu pemberian makan bayi melalui botol juga turut mempengaruhi
tingkat keparahan maloklusi. Terdapat hubungan signifikan antara non-mesial step dan
bottle-feeding lebih dari 18 bulan, dibandingkan dengan anak-anak yang meminum susu
melalui susu melalui botol kurang dari 18 bulan. Hubungan yang serupa juga ditemukan
menemukan bahwa semakin tua seorang anak berhenti menyusui melalui botol (3-4 tahun)
8
dan semakin singkat durasi breast-feeding (<3 bulan), semakin besar kemungkinan anak
1. Aktivitas otot yang lebih sedikit dibutuhkan untuk mengeluarkan susu dari
2. Lidah hanya digunakan untuk mengendalikan jalan keluar susu selama bottle-
3. Lebih dari 60% dari anak yang menyusui melalui botol memiliki mouth
Pembentukan gigi geligi susu dimulai setelah 4-5 bulan kehidupan intra uterine.
Gigi-gigi pertama biasanya erupsi setelah 6-7 bulan sesudah kelahiran dan semua gigi-gigi
susu biasanya erupsi pada usia 2,5 atau 3 tahun. Gigi yang pertama kali erupsi adalah gigi-
gigi insisivus. Posisi ideal gigi-gigi insisivus tersebut lebih vertikal dibandingkan dengan
gigi permanen, dengan tumpang gigit yang lebih dalam. Dalam keadaan oklusi sentris, gigi
9
insisivus bawah akan mengenai singulum gigi insisivus atas, kemudian celah akan tampak
Tahap gigi desidui dimulai dari erupsinya gigi desidui pertama, biasanya merupakan
insisivus sentral mandibula, dan berakhir dengan erupsinya molar permanen pertama, yaitu
pada usia 6 bulan hingga usia 6 tahun.27 Pada usia 2,5 tahun, gigi desidui pada umumnya
sudah lengkap dan berfungsi penuh. Pembentukan akar pada seluruh gigi desisui selesai
Gigi Desidui
Gigi Atas Erupsi Tanggal
Insisivus Sentral Bulan Tahun
Insisivus Lateral Bulan Tahun
Kaninus
Bulan Tahun
Molar Pertama Bulan Tahun
Molar Kedua Bulan Tahun
Pada usia 3 tahun, gigi desidui telah erupsi dengan sempurna, disertai pembentukan
akar yang sudah lengkap. Bila gigi geligi susu telah lengkap, ukuran dan bentuk lengkung
10
berubah sangat sedikit sampai gigi-gigi tetap mulai erupsi; penambahan pada lebar dan
panjang sangatlah sedikit. Ruang interdental pada gigi geligi yang jarang tidak bertambah
lebarnya, atau terjadi celah pada gigi geligi yang rapat. Akan tetapi, mungkin terlihat dua
perubahan selama periode ini. atrisi gigi-gigi (khususnya gigi-gigi anterior), dan
pengurangan overbite dan overjet, sehingga insisivus dapat beroklusi secara edge to edge.28
1. Celah di antara gigi-gigi anterior. Celahini biasanya terlihat pada masa gigi
desidui untuk menyediakan ruang bagi gigi-gigi permanen yang lebih besar pada
rahang.
2. Anthropoid space. Celah ini terdapat pada mesial dari kaninus maksila dan
distal dari kaninus mandibula. Celah ini digunakan untuk mesial shift lebih
awal.
Pada kebanyakan gigi geligi, molar susu kedua berada pada oklusi cusp to cusp
sehingga kedudukan akhir dari gigi-gigi tersebut berada dalam garis lurus. Pada
keadaan gigi geligi yang lain, molar kedua rahang bawah berada lebih ke arah
mesial daripada molar kedua rahang atas, sehingga menghasilkan mesial step; hal
11
ini dapat pula dinyatakan normal. Dapat pula terjadi distal step dan hal ini
c. Klasifikasi Barnett
Klasifikasi Barnett adalah klasifikasi yang digunakan pada gigi dan berdasarkan
klinis. Tahapan-tahapan dan rentang usia dalam klasifikasi Barnett dapat dilihat dalam tabel
berikut.30
Pada tahap gigi sulung, terdapat empat kategori untuk melihat maloklusi gigi sulung
yaitu overjet, overbite, hubungan gigi kaninus atas bawah, dan relasi molar atau terminal
plane, di samping itu, susunan gigi anterior sulung yang berjejal juga merupakan gambaran
maloklusi.31, 32
Pada masa gigi desidui, terdapat celah-celah antar gigi yang disebut spacing.
Spacing di antara gigi-gigi insisivus susu adalah normal, dan menunjukkan bahwa gigi-gigi
12
tetap mempunyai tempat untuk bererupsi. Kurangnya spacing atau imbrikasi insisivus susu
merupakan tanda bahwa insisivus tetap mungkin akan berjejal-jejal bila kelak erupsi. Di
sana juga terdapat celah khusus untuk menyediakan ruang yang disebut sebagai anthropoid
spaces. Anthropoid spaces terletak di sebelah mesial kaninus rahang atas dan di bagian
1. Flush terminal plane, adalah relasi molar di mana permukaan distal dari molar
kedua mandibula berada lurus dengan permukaan distal dari molar kedua maksila.
Hubungan tersebut dapat memandu molar satu permanen menjadi relasi molar kelas
I yang normal atau relasi molar kelas II yang abnormal tergantung pada lebar mesial
2. Mesial step, adalah relasi molar di mana permukaan distal molar kedua mandibula
berada pada mesial dari permukaan distal molar kedua maksila. Mesial step adalah
hubungan yang ideal yang akan memandu gigi molar satu permanen menjadi kelas
I.
13
3. Distal step, adalah relasi molar di mana permukaan distal molar kedua mandibula
Gambar 3: Relasi molar sulung (flush terminal plane, mesial step, distal step)
Gambar 4: Relasi molar sulung dan perkembangannya menuju relasi molar permanen.
14
Sementara relasi kaninus pada periode gigi sulung adalah sebagai berikut.31
1. Klas I, adalah relasi kaninus di mana kaninus sulung maksila terletak pada bidang
2. Klas II, adalah relasi kaninus di mana ujung mahkota kaninus sulung maksila
3. Klas III, adalah relasi kaninus di mana ujung mahkota kaninus sulung maksila
Relasi molar sulung, sebagaimana digambarkan oleh permukaan distal dari molar
kedua sulung, patut diperhatikan tidak hanya karena mereka menggambarkan hubungan
relasi antara maksila dan mandibula, tetapi juga karena permukaan tersebut memandu
molar permanen menuju oklusi dan menentukan hubungan rahang molar permanen.32
Molar pertama permanen adalah kunci untuk oklusi permanen gigi-geligi. Molar
pertama permanen memainkan peranan yang sangat penting dalam menetapkan dan fungsi
15
dari oklusi gigi permanen. Dengan erupisinya molar pertama, gigi-geligi akan memasuki
b. Periode intertransisi, relatif stabil dan tidak ada perubahan berarti. Pada periode
ini, lengkung maksila dan mandibula terdiri dari gigi-geligi desidui dan
c. Periode transisi kedua, ditandai dengan penggantian molar desidui dan kaninus
Benih gigi dari molar pertama permanen maksila berkembang di tuberositas maksila
dan permukaan oklusalnya biasanya berorientasi ke arah bawah dan belakang. Benih gigi
dari molar pertama permanen mandibula biasanya terletak pada sudut gonion mandibula
dengan permukaan menghadap ke arah atas dan depan. Terdapat perbedaan yang jelas pada
jalur erupsi molar pertama permanen maksila dan mandibula. Segera setelah molar pertama
permanen erupsi di rongga mulut, gigi tersebut berkontak dengan permukaan distal dari
molar kedua desidui. Bagaimanapun, lokasinya selama periode ini tidak stabil hingga relasi
interoklusal akhir ditetapkan. Selama proses ini, banyak celah-celah tidak normal yang
muncul oleh karies atau kerusakan traumatik dari mahkota gigi dan/atau kehilangan
prematur gigi sulung akan menghasilkan mesial shift dari molar pertama dengan cara
Salah satu perbedaan karakteristik antara gigi desidui dan permanen adalah sumbu
gigi. Secara umum, gigi sulung berada pada posisi tegak tetapi gigi permanen
antara insisivus sentral maksila dan mandibula sekitar 1500 di periode gigi sulung,
sebaliknya, periode gigi permanen memiliki rata-rata 1230. Dengan kata lain,
dibandingkan insisivus desidui. Hal ini membuat keliling dari lengkung dental
Anak-anak pada kelas-kelas awal sekolah dasar cenderung untuk terlihat tidak
normal selama waktu penggantian gigi-gigi insisivus mereka, terutama pada lengkung atas
di mana insisivus permanen terlihat terlalu besar dibandingkan gigi-gigi sulung dengan
sumbu longitudinal melebar seperti V terbalik. Banyak orang tua yang khawatir dengan
keadaan ini. Ketika gigi kaninus erupsi, gaya yang tertanam pada akar-akar gigi lateral
menyebabkan pelebaran distal dari mahkota insisivus. Selama erupsinya kaninus, gaya
diastema midline. Maloklusi sementara ini disebut sebagai ugly duckling stage oleh
Broadbent pada tahun 1937 dikarenakan anak-anak cenderung terlihat jelek dan
permukaan mesial molar permanen membentuk batas distal dan permukaan distal dari
insisor lateral permanen membentuk batas mesial. Oleh karena itu, untuk mempermudah
a. Leeway Space
Jumlah lebar mesiodistal dari gigi permanen lateral umumnya lebih kecil dibandingkan
gigi desidui lateral, sejumlah 0,9 mm di maksila untuk setiap sisi dan 1,7 mm di mandibula
untuk setiap sisi. Perbedaan ini disebut Leeway space. Leeway space adalah ruang yang
timbul akibat adanya perbedaan lebar mesiodistal gigi pada pergantian gigi kaninus, molar
pertama dan molar kedua desidui oleh kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua.
Celah ini juga faktor fundamental yang penting untuk penggantian gigi lateral dengan
mudah. Celah-celah berlebih yang tersedia setelah penggantian molar desidui dan kaninus
digunakan untuk pergeseran mesial dari molar-molar mandibula untuk menetapkan relasi
molar Klas I.
19
Penggantian seluruh gigi-gigi lateral memerlukan waktu satu setengah tahun. Dalam
kondisi sulit dengan jangka waktu yang relatif singkat dan ruang yang terbatas di lengkung,
untuk penggantian normal gigi lateral, urutan penggantian gigi merupakan faktor penting.
umum adalah 3 4 5.
Setelah lengkapnya penggantian gigi lateral, dan lengkung dental berdasarkan molar
pertama sudah ditetapkan, molar kedua permanen akan mulai erupsi. Di kebanyakan kasus,
setelah erupsinya molar kedua, gaya erupsi yang ke arah mesial dengan molar permanen
Keliling lengkung lebih lanjut dikurangi oleh penggunaan Leeway space dengan
penggantian dari premolar kedua hingga molar kedua. Lesi karies proksimal atau ekstraksi
dini dari molar kedua desidui, yang tidak aneh karena tingginya prevalensi karies untuk gigi
ini, akan menyebabkan kehilangan ruang lengkung dental lebih lanjut. Celah ini pada
hakikatnya berkurang selama periode erupsi molar kedua dan secara signifikan akan
2. 1. 3. Maloklusi
a. Definisi
yang memiliki efek timbal balik pada tulang rahang, gigi, dan jaringan lunak fasial,
berdampak pada gangguan fungsi dan estetik.1 Maloklusi merupakan akibat dari malrelasi
antara pertumbuhan dan posisi serta ukuran gigi. Maloklusi diklasifikasikan menurut relasi
molar pertama (I, II, dan III), atau sebagai relasi normal, pranormal, dan pascanormal.
Maloklusi juga bisa dibagi menjadi maloklusi primer yang timbul pada gigi-geligi yang
sedang berkembang dan maloklusi sekunder yang timbul pada orang dewasa akibat
b. Etiologi34
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya maloklusi, antara lain:
1 Faktor umum
21
Faktor umum adalah faktor yang dapat menimbulkan ketidakteraturan seluruh gigi.
Termasuk di dalam faktor umum adalah penyimpangan antara ukuran gigi dan
rahang, yang menimbulkan crowding atau spacing, malrelasi skeletal, dan faktor
jaringan lunak.
2 Faktor lokal
Faktor lokal adalah faktor yang menimbulkan ketidakteraturan beberapa gigi saja.
c) Kebiasaan
1. Tipe Fasial
Tipe muka (fasial) dan ras harus diperhatikan. Apabila ada hubungan
maksilo mandibular yang salah pada tipe muka datar, lebih sering karena prognasi
mandibula, sedangkan pada tipe cembung lebih sering terjadi karena kekurangan
gigi yang relatif sempit. Orang-orang dengan bentuk kepala brakisefalik mempunyai
tipe muka sangat lebar dan relatif pendek (euryprosope) dan bentuk lengkung gigi
yang lebar dan bulat. Orang-orang yang mempunyai bentuk kepala mesosefalik
mempunyai tipe muka mesoprosope di antara kedua tipe muka tersebut di atas.
Macam maloklusi dapat berbeda dengan tipe muka, tetapi dapat diduga bahwa
lengkung gigi yang sempit terdapat pada tipe muka yang sempit, dan lengkung gigi
bahwa lengkung gigi maksila dan mandibula lebih cocok berbentuk elips daripada
parabola. Bentuk parabola lebih cocok untuk lengkung maksila dan mandibula
sebelah palatal atau lingual. Karena lengkung rahang sebelah luar atau sebelah
fasial, yaitu lengkung yang melewati permukaan bukal dan labial gigi-gigi sangat
penting bagi ahli ortodonti maka bentuk elips dianggap bentuk lengkung gigi yang
lebih baik dibandingkan parabola. Baik parabola maupun elips cocok untuk bentuk
lengkung gigi atas dan bawah sebelah palatal atau sebelah lingual.
a. Besar Gigi
Kemungkinan yang paling berpengaruh terhadap oklusi gigi adalah variasi besar
dan bentuk gigi. Gigi seseorang mempunyai ukuran besar yang bervariasi. Besar
23
gigi tidak ada hubungannya dengan besar tubuh. Tetapi besar gigi dipengaruhi oleh
jenis kelamin, seperti misalnya, gigi laki-laki lebih besar daripada gigi perempuan.
pasien dengan gigi geligi yang besar dan rahang yang kecil. Kemungkinan besar
ukuran gigi diwariskan dari ayah dan ukuran rahang diwariskan dari ibu atau
sebaliknya. Gigi yang besar pada rahang yang kecil atau gigi yang kecil pada rahang
b. Bentuk Gigi
Hal yang perlu diperhatikan ialah perbandingan antara besar dan bentuk gigi
sulung dan gigi permanen penggantinya. Pada umumnya gigi sulung mempunyai
besar dan bentuk yang sesuai dan letaknya teratur pada maksila dan mandibula,
tetapi apabila pada saat gigi sulung tanggal tidak terjadi celah-celah antar gigi
(interdental spacing), maka diperkirakan akan tidak cukup ruang bagi gigi
pemeriksaan radiografi secara teratur pada interval waktu tertentu dan analisis gigi
geligi bercampur, dokter gigi dapat memperkirakan besar dan bentuk gigi
permanen.
Besar dan bentuk gigi satu sama lain sangat erat hubungannya. Bentuk gigi yang
sering menyimpang dari normal adalah bentuk gigi insisivus kedua atas yang
berbentuk pasak (peg lateral). Karena bentuknya yang kecil maka sering terjadi sisa
c. Jumlah Gigi
Jumlah gigi manusia dapat lebih dari 32 buah gigi tetapi dapat pula kurang dari
jumlah tersebut. Kelebihan jumlah gigi disebabkan oleh adanya gigi lebih
absen. Jika jumlah gigi yang seharusnya ada di maksila dan mandibula tidak sesuai
Gigi absen lebih sering terjadi pada gigi geligi permanen daripada gigi geligi
sulung. Pada pasien-pasien yang memiliki gigi absen bawaan sering mempunyai
kelainan besar dan bentuk gigi (seperti gigi insisivus lateral atas yang berbentuk
taji). Kemungkinan dapat terjadi bahwa pada seseorang yang memiliki gigi absen
juga memiliki gigi lebih. Masalah gigi absen bawaan lebih sering terjadi bilateral
daripada gigi lebih. Kadang-kadang gigi premolar pada satu sisi absen, sedangkan
di sisi lain sangat abnormal dan hanya terbentuk sebagian dan tidak dapat erupsi.
Anodonsia sebagian atau penuh jarang terjadi tetapi sebaiknya pasien diperiksa
dengan teliti apakah dalam riwayat keluarga ditemukan keadaan yang sama. Jadi
faktor keturunan memainkan peran yang berarti dalam masalah jumlah gigi, baik
d. Posisi Gigi
malposisi gigi individu. Bagi gigi-gigi yang erupsi berlebih (over eruption) istilah
yang digunakan adalah supraversi, dan yang belum erupsi penuh adalah infraversi.
Dalam menjelaskan oklusi, terdapat beberapa istilah yang wajib diketahui, yakni:
1. Tumpang gigit (overbite) yaitu jarak dari tepi insisal gigi insisivus atas ke tepi
insisal gigi insisivus bawah dalam arah vertikal, pada saat oklusi sentrik.33
permukaan palatal dari insisivus atas, pada keadaan oklusi, namun bisa juga terjadi
overbite yang berlebihan atau tidak ada kontak insisal. Pada keadaan ini overbite
disebut tidak sempurna jika insisivus bawah di atas ketinggian edge insisal atas,
atau gigitan terbuka anterior, jika insisivus bawah lebih pendek dari edge insisal
2. Jarak gigit (overjet) yaitu jarak dari tepi insisal gigi insisivus atas ke permukaan
labial gigi insisivus bawah dalam arah horizontal, pada saat oklusi sentrik.27 Overjet
dari lengkung gigi. Pada sebagian besar individu, ada overjet positif, misalnya
sewaktu insisivus atas terletak di depan insisivus bawah pada keadaan oklusi,
3.
Gambar 10: oj: overjet (jarak gigit); ob: overbite (tumpang gigit)
4. Gigitan terbuka (open bite) yaitu suatu keadaan yang pada saat oklusi sentrik
terdapat ruang antara permukaan oklusal atau insisal gigi-gigi maksila dan
5. Gigitan silang (cross bite) yaitu bila dalam keadaan oklusi sentrik satu gigi atau
lebih malposisi ke arah bukal, labial, lingual, atau palatal terhadap gigi-gigi
a. Anterior cross bite, yaitu keadaan di mana gigi insisivi atas terdapat di sebelah
a. Buccal cross bite atau outer cross bite, yaitu keadaan di mana tonjol
palatinal gigi posterior atas terdapat di sebelah bukal tonjol bukal gigi
posterior bawah.
b. Lingual cross bite, yaitu keadaan di mana tonjol bukal gigi posterior atas
c. Complete lingual cross bite atau inner cross bite atau scissor bite, yaitu
Gambar 11: a) anterior cross bite; b) buccal cross bite/outer cross bite; c) lingual cross
bite; d) complete lingual cross bite/inner cross bite/scissor cross bite
6. Istilah-istilah yang menjelaskan malposisi gigi individual, seperti yang terlihat pada
gambar 5 dan 6.
28
Gambar 12: Model gigi kasus maloklusi tampak depan dan tampak samping, yang
memperlihatkan kemungkinan malposisi gigi individual. (Graber, 1972)
i. Klasifikasi Angle35
Klasifikasi berikut ini berdasarkan pada klasifikasi Edward Angle (1899) walaupun
berbeda dalam beberapa aspek yang penting. Ini adalah klasifikasi dari hubungan antero-
posterior lengkung gigi-gigi atas dan bawah, dan tidak melibatkan hubungan lateral serta
a. Klas I Angle
pertama rahang atas terletak pada celah bagian bukal (buccal groove) gigi molar
Klas I Angle adalah hubungan ideal yang bisa ditolerir. Ini adalah hubungan
antero-posterior yang sedemikian rupa, dengan gigi-gigi berada pada posisi yang
tepat di lengkung rahang, ujung gigi kaninus atas berada pada bidang vertikal yang
sama seperti ujung distal gigi kaninus bawah. Gigi-gigi premolar atas
berinterdigitasi dengan cara yang sama dengan gigi-gigi premolar bawah, dan tonjol
30
antero-bukal dari molar pertama atas tetap beroklusi dengan alur (groove) bukal dari
molar pertama bawah tetap. Jika gigi insisivus berada pada inklinasi yang tepat,
b. Klas II Angle
rahang atas terletak pada ruangan di antara tonjol mesiobukal M1 dan tepi distal
tonjol bukal gigi premolar rahang bawah (relasi gigi distoklusi). Pada hubungan
klas 2, lengkung gigi bawah terletak lebih posterior daripada lengkung gigi atas
dibandingkan pada hubungan klas I. Karena itulah, keadaan ini kadang disebut
sentral atas proklinasi dan overjet insisal lebih besar. Gigi-gigi insisivus
sentral atas yang proklinasi dan overbite insisal yang besar. Gigi-gigi
Klas III Angle adalah hubungan di mana tonjol mesiobukal gigi molar
pertama rahang atas beroklusi dengan bagian distal tonjol distal M1 dan tepi mesial
tonjol mesial gigi molar kedua rahang bawah (relasi gigi mesioklusi). Pada
hubungan Klas 3, lengkung gigi bawah terletak lebih anterior terhadap lengkung
gigi atas dibandingkan pada hubungan Klas I. Oleh karena itu, hubungan ini
kadang-kadang disebut juga sebagai hubungan prenormal. Ada dua tipe utama dari
hubungan Klas 3. Yang pertama, biasanya disebut Klas 3 sejati di mana rahang
bawah berpindah dari posisi istirahat ke oklusi Klas 3 pada saat penutupan normal.
Pada tipe yang kedua, gigi-gigi insisivus terletak sedemikian rupa sehingga gerak
sebelum mencapai oklusi sentrik. Oleh karena itu, mandibula akan bergerak ke
semacam ini biasanya disebut Klas 3 postural atau Klas 3 dengan pergeseran.
Klas I Angle pada lima tipe dan Klas III Angle pada tiga tipe.
2. Tipe 2, adalah maloklusi klas I dengan gigi insisivus maksila yang protrusif.
5. Tipe 5, adalah relasi di mana molar permanen telah bergeser lebih mesial
dikarenakan ekstrasi dini dari molar kedua desidui atau premolar kedua.
1. Tipe 1, adalah tipe di mana lengkung dental atas dan bawah jika dilihat terpisah
berada pada susunan normal. Namun ketika kedua lengkung dioklusikan, pasien
2. Tipe 2, adalah tipe di mana insisior mandibula berjejal dan berelasi lingual
3. Tipe 3, adalah tipe di mana insisor maksila berjejal dan crossbite dalam relasi
Lischner menggantikan istilah Klas I, Klas II, Klas III milik Angle dengan istilah
bukal.
lingual.
6. Supraoklusi merupakan saat ketika sebuah atau sekelompok gigi erupsi melebihi
normal.
7. Infraoklusi, merupakan saat ketika sebuah atau sekelompok gigi tidak erupsi
mencapai normal.
model standar yaitu model gigi gnatostatik suatu model gigi yang berorientasi sefalometri.
35
Simon membuat model gigi yang diorientasikan ke tiga bidang yaitu bidang
horizontal Frankfort, bidang raphe mediana, dan bidang orbital. Bidang horizontal
Frankfort terletak di luar area gigi geligi, sedangkan dua bidang yang lain melewati area
gigi-geligi.
Secara teoritis, bidang hirizontal Frankfurt melalui kedua titik porion dan titik
orbital kiri. Titik orbital kiri merupakan titik terendah pada garis lingkar mata kiri. Porion
adalah titik tengah di bagian superior meatus auditorius eksternal. Bidang orbital tegak
lurus bidang Frankfort dan juga tegak lurus bidang raphe mediana atau bidang sagital.
Istilah-istilah yang digunakan oleh Simon yang masih sering dipakai yakni istilah-
1. Protraksi, bisa dipakai baik untuk rahang atas maupun rahang bawah dan
2. Retraksi, menunjukkan rahang atas dan rahang bawah jauh lebih ke posterior
Ackermann dan Proffit telah membatasi tujuan dan pernggunaan klasifikasi dengan
hanya merupakan sebagian dari diagnosis, maka sebagai tambahan mereka memasukkan
36
merupakan suatu metode yang betul-betul memuaskan untuk menghasilkan dan mencatat
informasi secara sistematik yang merupakan informasi diagnostik yang penting, termasuk
klasifikasi.
sebagai berikut.35
1. Klas I: Posisi abnormal satu atau lebih gigi dikarenakan sebab lokal.
2. Klas II: Formasi abnormal dari sebagian atau seluruh lengkung gigi karena
3. Klas III: Relasi abnormal antara rahang atas dan rahang bawah dan antara kedua
lengkung dan kontur fasial dan hubungan formasi abnormal dari kedua
lengkung.
Indeks maloklusi menurut Toung dan Striffler (1969) ialah nilai numerik yang
menjelaskan status relatif suatu populasi pada suatu skala bertingkat dengan batas atas dan
batas bawah yang jelas. Penilaian ini dirancang untuk memberikan kesempatan dan fasilitas
37
untuk dibandingkan dengan populasi lain berdasarkan berdasarkan kriteria dan metode
yang sama.
Terdapat beberapa macam indeks maloklusi yang sering digunakan secara kuantitatif
untuk memudahkan dalam melakukan penelitian yaitu Master and Frankel, HLD Index
Assesment Index), IOTN (Index of Orthodontic Treatment Need), OI (Occlusal Index), OFI
Indeks ini diajukan oleh Van Kirk dan Pennell pada tahun 1959. Ciri maloklusi
yang dinilai oleh indeks ini ialah letak gigi yang tidak teratur. Penilaian dapat dilakukan di
model gigi atau langsung di mulut. Bagi yang sudah terlatih menggunakan indeks ini,
Pada metode penilaian ini, gigi geligi dibagi menjadi enam segmen yaitu: segmen
depan atas, kanan atas, kiri atas, depan bawah, kanan bawah, dan kiri bawah. Skor tiap
segmen didapat dengan menjumlahkan skor tiap gigi, dan skor Mal I tiap individu didapat
dengan menjumlahkan skor tiap segmen. Alat ukur yang dipakai adalah penggaris plastik
kecil dengan ukuran 1x4 inci, ujung penggaris miring 450, dan di atas ujung yang lain
diberi tanda garis mendatar dan tegak pada jarak 1,5 mm dari tepi penggaris.
Metode ini sederhana, objektif, dan praktis untuk program lapangan sangat cocok.
Indeks ini tidak hanya menilai kuantitas maloklusi, tetapi juga dapat mengelompokkan
HLD Index disusun oleh Draker pada tahun 1960 dengan maksud untuk diajukan
sebagai cara penilaian yang objektif bagi epidemologi maloklusi. Ciri-ciri maloklusi yang
dinilai pada metode ini ialah meliputi 9 macam ciri maloklusi di mana dua di antaranya
merupakan ciri khas yang dapat menentukan adanya cacat muka (physical handicap).
penilaian maloklusi dapat dilakukan langsung pada subjek yang diteliti atau pada model
gigi tanpa menggunakan alat khusus, dan dapat dipakai untuk menentukan cut-off point
bagi program kesehatan yang telah ditentukan, sehingga dapat disesuaikan dengan
indeks ini diterapkan dengan sempurna, secara epidemologi akan dapat memisahkan
kelainan handicapping labio-lingual deviation dari sampel yang diteliti. Dengan demikian
Malocclusion Assessment Record) yaitu suatu lembar isian yang dirancang oleh Salzmann
pada tahun 1967 dan digunakan untuk melengkapi cara menentukan prioritas perawatan
ortodonti menurut keparahan maloklusi yang dapat dilihat pada besarnya skor yang tercatat
Keuntungan HMA ialah mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi dan peka
terhadap semua tingkatan maloklusi. Untuk penilaian maloklusi tidak memerlukan alat
39
khusus. Kalau dibandingkan dengan indeks yang lain penilaian subjektif tidak begitu kritis
karena hanya mencatat perbedaan full cusp. Kalau ada error tidak serius sebab sistem
penilaiannya hanya di bagian anterior dan lebih ke arah penilaian estetik. Keuntungan lain
ialah adanya penilaian renggang dan absen gigi posterior yang dicatat, sedang pada lain-
lain metode hal tersebut diabaikan. Keuntungan yang terbesar ialah bahwa sekali metode
tersebut dipelajari dengan baik, tidak diperlukan catatan lain dan skor keparahan maloklusi
dapat dikalkulasi dengan cepat. Jadi cara penilaian maloklusi dengan HMAR lebih
menyerupai penilaian status kesehatan gigi dengan indekx DMF (Decay Missing Filling).
yang dianjurkan para ahli untuk menilai maloklusi, di mana penilaian ini menggunakan
indeks HMAR (Handicapping Malocclusion Assessment Record) yaitu lembaran isian yang
dirancang oleh Salzman pada tahun 1968 dan digunakan untuk melengkapi cara
menentukan prioritas perawatan ortodonti menurut keparahan maloklusi yang dapat dilihat
dari besarnya skor yang tercatat pada lembaran isian. Penilaian dapat dilakukan juga pada
model gigi atau langsung di dalam rongga mulut subjek tanpa mengelompokkan maloklusi
c. Menilai jumlah gigi yang hilang di bagian posterior dan menilai diastema
d. Kemungkinan terjadi kesalahan lebih sedikit dan tidak memerlukan waktu yang
lama.
Kekurangan HMAR:
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan HMAR untuk menilai maloklusi
a. Penilaian absen gigi molar kedua susu, bila tidak ada penyempitan ruang sebaiknya
b. Renggang antara gigi insisivus lateral dan gigi kaninus atau yang disertai renggang
antara gigi kaninus dan premolar tidak dinilai sebagai renggang terbuka anterior.
c. Penilaian overbite termasuk bila seluruh mahkota gigi insisivus bawah tertutup oleh
d. Bila posisi gigi premolar dan kaninus normal, tetapi belum erupsi penuhm
2. Inter arch deviation (kelainan hubungan gigi pada kedua rahang dalam oklusi)
a. Segmen anterior
i. Gigitan terbuka
b. Segmen posterior
i. Kelainan anteroposterior
Cara penilaian kelainan dengan indeks HMAR menurut Harkati Dewanto antara lain:
1. Segmen anterior
Untuk setiap gigi anterior atas yang terlibat atau memiliki kelainan diberi skor 2,
i. Absen: jumlah gigi yang dinilai absen ialah yang tidak terdapat dalam
ii. Berjejal: gigi yang berjejal dikarenakan kurang tempat sehingga untuk
mengaturnya perlu menggeser gigi yang lain dalam rahang. Gigi berjejal
bisa rotasi atau tidak. Apabila gigi sudah dinilai rotasi, tidak boleh dinilai
berjejal.
42
iii. Rotasi: gigi yang letaknya terputar tetapi cukup untuk mengaturnya dalam
lengkung rahang. Gigi yang sudah diskor rotasi tidak boleh diukur berjejal
atau renggang.
sehingga tidak memungkinkan gigi untuk erupsi penuh tanpa menggeser gigi
lainnya dalam lengkung rahang yang sama. Penilaian dilakukan pada gigi
geliginya.
2. Segmen posterior
i. Absen: cara penilaian seperti pada segmen anterior, yaitu dengan melakukan
pencatatan pada jumlah gigi yang tidak ada di dalam rongga mulut, termasuk
iv. Renggang:
sebelah mesial dan distal sebuah gigi. Penilaian dilakukan pada giginya,
1. Segmen anterior
i. Jarak gigit: penilaian jarak gigit ialah bila gigi insisivus atas labioversi
sehingga gigi insisivus bawah pada waktu oklusi mengenai mukosa palatum.
Apabila gigi insisivus atas tidak labioversi maka keadaan itu hanya diskor
ii. Tumpang gigit: penilaian tumpang gigit ialah apabila pada waktu oklusi,
gigi insisivus atas mengenai mukosa gingiva gigi insisivus bawah, sedang
gigi bawah tersebut mengenai mukosa palatum. Jika gigi insisivus atas
iii. Gigitan silang: yaitu apabila gigi insisivus atas pada waktu oklusi di sebelah
iv. Gigitan terbuka: yaitu apabila pada waktu oklusi gigi depan atas dan bawah
tidak bertemu. Gigitan terbuka dapat pula disertai dengan adanya kelainan
jarak gigit bila tepi insisal gigi insisivus atas di depan tepi insisal gigi
insisivus bawah pada waktu posterior oklusi. Gigitan edge to edge tidak
2. Segmen posterior
gigi-gigi kaninus, premolar pertama dan premolar kedua, serta gigi molar
Kelainan tersebut diskor bila terdapat satu tonjol atau lebih dari gigi-gigi
ii. Gigitan silang yaitu bila pada waktu oklusi terdapat gigi pada segmen bukal
yang posisinya lebih ke lingual atau bukal di luar kontak oklusi terhadap
gigi sejenisya.
iii. Gigitan terbuka yaitu bila pada waktu oklusi terdapat celah antara gigi-gigi
posterior atas dan bawah. Hubungan tonjol lawan tonjol tidak termasuk
gigitan terbuka.
Dari penilaian yang telah didapatkan dari setiap kelainan gigi tersebut dijumlahkan,
hasilnya dimasukkan dalam skoring kriteria keparahan maloklusi. Kriteria tersebut adalah
sebagai berikut:
c. Skor 10 sampai 14: maloklusi ringan, hanya kasus tertentu yang perlu perawatan
d. OI (Occlusal Index)
OI merupakan suatu metode yang dikembangkan oleh Summers (1971). Indeks ini
didasarkan pada dua metode penilaian berdasarkan tingkat keparahan maloklusi yaitu
Metode ini memiliki 9 ciri khas oklusi yang akan dinilai yaitu: erupsi gigi,
hubungan garis tengah, hubungan gigi molar, jarak gigit, gigitan silang posterior, gigitan
terbuka posterior, gigitan permanen yang hilang, penyimpangan letak gigit dan tumpang
gigit. Keuntungan dari metode ini adalah pencatatan maloklusi gigi dibagi dalam tiga tahap
yaitu pada periode gigi bercampur dan periode gigi permanen. Kerugiannya adalah lebih
rumit dari TPI, sehingga memerlukan tenaga dan biaya yang cukup besar.
digunakan pada masa gigi susu, gigi bercampur, dan gigi permanen. Selain itu OI
mempunyai korelasi yang tinggi dengan standar klinis. Tetapi karena rumit, penilaian ini
kurang praktis.
OFI merupakan suatu indeks yang dikembangkan oleh National Institute Dental
Research pada tahun 1957 dan telah diterapkan dan dievaluasi oleh Poulton dan Aaronson
(1960) dalam penelitiannya. Ciri maloklusi yang dinilai adalah letak gigi berjejal, kelainan
intergritas tonjol gigi posterior, tumpang gigit, jarak gigit. Penilaian dapat dilakukan pada
model gigi atau langsung dalam mulut. Waktu yang diperlukan untuk menilai hanya kurang
Keuntungan metode ini yaitu sederhana dan objektif serta tidak memerlukan
peralatan diagnostik yang rumit seperti model gnathostatik dan alat sefalometri. Selain itu
apabila peneliti telah terlatih hanya memerlukan waktu penilaian yang singkat.
46
Kerugiannya ialah dalam menilai interdigitasi tonjol hanya dengan memeriksa hubungan
gigi posterior atas dan bawah sebelah kanan saja, sebelah kiri tidak dinilai. Selain itu,
penilaian gigi berjejal depan bawah memerlukan latihan terlebih dulu karena untuk
menentukan besarnya skor membutuhkan waktu untuk mengukur lebar mesio distal gigi-
gigi anterior bawah dan mengukur panjang lengkung gigi depan bawah. Jadi metode ini
kurang praktis.
TPI merupakan suatu indeks yang dikenalkan oleh Graiger (1967). Indeks ini
menilai ciri-ciri maloklusi yang saling berhubungan, yakni jarak gigit, gigitan terbalik,
tumpang gigit, gigitan terbuka anterior, gigi insisivus yang hilang, disto oklusi, mesio
oklusi, gigitan silang posterior dengan segmen gigi atas bukoversi, gigitan silang posterior
dengan segmen gigi atas linguoversi, malposisi gigi individual dan celah palatum. Penilaian
maloklusi dengan cara ini tidak menilai ciri-ciri maloklusi tertentu seperti renggang,
diastema sentral, dan asimetri garis tengah. Penggunaan indeks ini memerlukan bantuan
Cara menilai dan memberi skor ciri-ciri maloklusi dengan TPI sebagai berikut:
1) Jarak gigit.
1) Tumpang gigit.
47
2) Gigitan terbuka.
Yang termasuk kelainan hubungan gigi insisivus atas dan bawah ialah palatal bite,
tumpang gigit dalam yang berupa penutupan gigi insisivus atas terhadap gigi
insisivus bawah sampai tepi gingiva, gigitan silang anterior, dan gigitan terbuka.
Setiap kelainan overbite ini diberi skor sesuai dengan tingkat keparahannya.
1) Ini tidak dapat ditentukan tanpa pengambilan foto rontgen. Tetapi pada cara
penilaian ini, jika pada umur 12 tahun gigi tersebut tidak ada maka jumlah gigi
1) Disto-oklusi
2) Mesio-oklusi
Kedua hal tersebut dinilai dengan melihat hubungan gigi molar permanen pertama
atas dan bawah, dan apabila masih ada gigi molar susu kedua, juga dicatat
hubungannya.
Van Kirk dan Pennell (1959). Gigi-gigi yang malposisi ringan atau rotasi ringan
diskor 1, sedang gigi-gigi yang malposisi berat atau rotasi berat diskor 2.
TPI memiliki keuntungan yang sangat lengkap hampir sama seperti HMAR. Tetapi
kerugiannya pun ada seperti renggangan simetris dan diastema sentral tidak dinilai, terlalu
rumit dalam penilaiannya karena jarak gigit dan tumpang gigit dinilai dengan milimeter
2. 2. Kerangka Teori
Bottle-feeding
Aktivitas otot
berkurang
Perkembangan
otot menurun
Perkembangan
mandibula menurun
Lengkung mandibula
datar dan sempit
Perbandingan
2. 3. Hipotesis
Terjadi perbedaan tingkat keparahan maloklusi pada tiap kelompok durasi bottle-
feeding.